• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIK

3. Lingkungan Sekolah

a. Definisi Lingkungan Sekolah

Lingkungan sebagai tempat seseorang tumbuh akan mempengaruhi perkembanganya. Saat manusia berada dalam posisinya sebagai makhluk sosial maka lingkungan yang maksud adalah manusia atau induvidu lain yang berada dalam lingkaran kehidupan manusia tersebut. Contohnya ketika seseorang berada bersama manusia lainnya, maka cara berpakaian dan berbicara sama dengan lingkungannya, beda halnya manusia yang tidak hidup dengan manusia lainnya dipastikan dia tidak akan bisa berbicara dan berprilaku sebagai manusia biasanya.

Lingkungan menurut bahasa dapat diartikan sebagai daerah – kawasan- yang termasuk didalamnya. Dan lingkungan sosial adalah kekuatan masyarakat serta berbagai sistem norma di sekitar individu atau kelompok manusia yang mempengaruhi tingkah laku mereka dan interaksi antar mereka.25 Dalam pengertian lingkungan sosial secara bahasa dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan tempat dimana

24 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali

Press, 2014), Cet.23, h. 93.

seseorang itu berada yang mempengaruhi perilakunya melalui norma- norma masyarakat.

Lingkungan memiliki peran penting dalam perkembangan manusia. Lingkungan tersebut terbagi dalam beberapa kategori yaitu: lingkungan fisik berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan tanah serta musim. Lingkungan sosial berupa lingkungan tempat tinggal individu berinteraksi. Pengaruh lingkungan terhadap individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, termasuk didalamnya belajar.26 Macam-macam lingkungan ini saling terintegrasi dan saling mempengaruhi dalam pembentukan perilaku atau tindakan sosial seseorang.

Selajutnya pengertian sekolah jika dilihat dari bahasa, maka akan dijumpai bahwa sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran, usaha menuntut kepandaian, pelajaran, pengajaran.27

Sekolah adalah lembaga sosial yang keberadaanya merupakan bagian dari sistem sosial negara bangsa.28 Sistem sosial ini terintegrasi dengan lembaga sosial lainnya diantaranya lembaga keluarga. Maka sistem sosial dalam sekolah harus juga melihat kepada lembaga- lembaga yang bersangkutan dengan lembaga pendidikan.

Kata sekolah berasal dari bahasa Latin, yakni skhole, scola, scolae atau skhole yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang dimana ketika sekolah adalah kegitan di waktu luang bagi anak-anak di tengah kegiatan utama mereka, yakni bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kini kata sekolah sebagaimana yang dikatakan Sunarto telah berubah

26 Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi Untuk Universitas, ..., h. 198.

27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ..., h. 1013. 28 Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: PT Kompas Media

berupa bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.29

Sekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang dilakukan oleh pendidikan yang profesional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat anak-anak sampai perguruan tinggi. Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan merumuskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan bertingkah laku baik. Sekolah sebagai tempat belajar bagi seorang peserta didik dan teman-temannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru di mana perlaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan secara formal sebagaimana yang dinyatakan oleh Sumitro.

Lingkungan belajar menurut Wens Tanlain yang dikutip oleh Hasbullah dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, pada dasarnya lingkungan belajar mencakup:

1) Tempat (lingkungan fisik), yaitu keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.

2) Kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan keagamaan.

3) Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat), seperti keluarga, kelompok bermain, desa dan perkumpulan.30 Cakupan lingkungan belajar ini akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah, baik pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini dikarenakan manusia atau peserta didik

29 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu Masyarakat dan Pendidikan, (Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2011), h. 142.

30 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), Cet.

yang memiliki kemampuan untuk berfikir, menggunakan pemikirannya sesuai dengan apa yang diperoleh melalui kondisi tempat, budaya dan kelompok hidup bersama/kelompok sosial.

Sumbangan sekolah sebagia lembaga terhadap pendidikan di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan- kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik. 2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam

masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah. 3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan. 4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,

membedakan benar atau salah dan sebagainya.31

Dari peryataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang berada di alam sekitar sekolah yang memiliki hubungan terhadap karakteristik dan sikap seseorang secara langsung maupun tidak langsung.

b. Sekolah Sebagai Pelaksana Kegiatan Keputrian

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang melaksanakan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur, dan terencana. Dengan kata lain, sekolah sebagai institusi pendidikan yang formal menyelenggarakan pendidikan secara berencana, sengaja, terarah, dan sistematis oleh para guru profesional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan diikuti oleh para peserta didik pada setiap jenjang pendidikan tertentu.

Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan pada kepercayaan dan tuntutan lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak mampu atau tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pendidikan di lingkungan masing-

masing, oleh karena berbagai keterbatasan para orang tua peserta didik.

Sebagai lembaga pendidikan formal, secara umum sekolah memiliki tiga tanggung jawab yang mendasar, yaitu :

1) Tanggung jawab formal, di mana kelembagaan formal kependidikan sesuai dengan fungsi, tugas, dan tujuan yang hendak dicapainya. Misalnya, pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.

2) Tanggung jawab keilmuan, yaitu tanggung jawab berdasarkan bentuk, isi dan tujuan, serta tingkat pendidikan yang dipercayakan masyarakat kepadanya.

3) Tanggung jawab fungsional, yaitu bentuk tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik yang diserahi kepercayaan dan tanggung jawab melaksanakannya berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelimpahan wewenang dan kepercayaan serta tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua peserta didik. Sekolah dituntut untuk mampu menjalankan tiga bentuk tanggung jawab tersebut secara optimal. Untuk itu, pada umumnya, sekolah tidak membatasi tanggung jawab formal kependidikan dengan sekedar menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara rutin, tapi juga berupaya mengembangkan keterampilan peserta didik melalui kegiatan kegiatan terprogram lainnya, dengan tujuan agar hasil belajar yang diperoleh peserta didik menjadi lebih maksimal.

Di antara kegiatan-kegiatan terprogram yang diselenggarakan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan

meningkatkan kepribadian peserta didiknya kearah yang lebih baik yaitu dengan cara kegiatan keputrian, baik yang sama sekali tidak terkait dengan mata pelajaran maupun yang masih memiliki kaitan dengan mata pelajaran tertentu.

Porgram kegiatan keputrian di tujuakan untuk menambah kecakapan peserta didik dalam hal afektif atau sikap yang dimungkinkan tidak dapat sepenuhnya diterapkan pada saat proses belajar mengajar di kelas. Oleh kerena itu keputrian menjadi wadah bagi sekolah agar peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan seutuhnya sebagaimana tertuang dalam tujuan Pendidikan Nasonal yaitu diantaranya menjadi manusia yang takwa kepada Penciptanya, berbudi pekerti yang baik dan memiliki kecakapan sebagai kodratnya seorang perempuan.

B.

Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa hasil peelitian yang dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memiliki keterikatan tentang interaksi sosial dan keputrian. Diantaranya yaitu:

Tabel 2.1

Penelitian yang relevan

No. Keterangan

Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Rabi R. Dama,

Jurusan Bimbigan dan Kon

Analisis Tentang Interaksi Sosial Siswa SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo

Kemampuan interaksi siswa secara umum di sekolah tempat penelitian masih rendah, dilihat dari asek-aspek dalam interaksi sosial seperti:

masih ada siswa yang berbicara kasar, siswa yang tidak mau menolong sesama teman atau guru, dan siswa yang memiliki sikap acuh. 2. Ria Kurniawati, 105015000649, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, UIN Jakarta “Hubungan Interaksi

Sosial Antar Siswa dengan Hasil Belajar IPS di SMP

Dua Mei Ciputat”

Terdapat hubungan antara interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar IPS di SMP Dua Mei Ciputat.

3. Sya’idah, 106011000192, Jurusan Pendidikan agama Islam, UIN Jakarta “Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakurikuler ROHIS Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMA

Negeri 29 Jakarta”

Kegiatan keputrian terhadap pembentukan akhlak peserta didik memberikan dampat

positif bagi

terbentuknya akhlak peserta didik dan berjalan secara efektif.

Dokumen terkait