• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan pada hamparan tanah Ultisols. Untuk mencapai sasaran penelitian, kegiatan penelitian ini dibagi dalam 3 sub kegiatan:

1). Karakterisasi dan evaluasi kesesuaian populasi hayati tanah terhadap produksi tanaman kedele pada tanah Ultisol

2). Pemberdayaan agen hayati tanah untuk pemulihan kesuburan tanah Ultisol terdegradasi 3). Teknologi ameliorasi pemberdayaan sumberdaya hayati tanah untuk meningkatkan produksi

kedele pada tanah Ultisol.

Sejalan dengan sebaran tanah Ultisol, maka lokasi penelitian diadakan di Provinsi Jawa Barat, Banten, Lampung dan Sumatera Selatan

13 3.3. Bahan dan Metode Penelitian

3.3.1. Penelitian 1.

Karakterisasi dan evaluasi kesesuaian populasi hayati tanah terhadap produksi tanaman kedele pada tanah Ultisol.

Metoda penelitian digunakan metoda survey (purposive sampling) dengan diawali pemilihan dan penetapan lokasi pada hamparan jenis tanah Ultisols yang telah terdapat pertanaman kedele umur muda (vegetatif). Dipilih 6 lokasi dengan tampilan vegetasi yang kurang subur sampai sangat subur, masing-masing dengan luas ≥1,0 ha.

Rancangan percobaan : Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 6 ulangan Lokasi penelitian : Banten : Ulangan I dan II

Lampung : Ulangan III dan IV Sumsel : Ulangan V dan VI

Perlakuan : Faktor 1 : (Tampilan vegetasi) : Subur, Sedang dan Kurang (kurus)

Faktor 2 : (Sub sampel) Fisika, kimia dan biologi tanah meliputi kepadatan populasi fauna dan mikroba tanah.

Selanjutnya dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman yang meliputi:

- sistem budidaya dari masing-masing lokasi (utamanya pengelolaan pemberian input)

- karakterisasi profil tanah dan evaluasi kesesuaian lahan untuk kedele. - kesuburan tanah: fisik dan kimia

- populasi hayati tanah: makro dan mikroorganisme. - berat dan jumlah bintil akar.

- pertumbuhan tanaman: vegetatif dan produksi.

Dari data yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji korelasi-regresi Step Wise antara faktor-faktor kesuburan tanah, hayati tanah dan pertumbuhan tanaman kedele. Sesuai dengan hasil korelasi-regresi terbaik akan diperoleh model hubungan antara populasi hayati tanah yang mampu secara nyata mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedele pada tanah Ultisol, baik pengaruh positif maupun negatif. Hasil ini selanjutnya dimanfaatkan untuk menjadi target bioremediasi pada tanah Ultisol terdegradasi pada penelitian ke-2. Organisme tanah yang memiliki hubungan korelasi nyata dan positif terhadap produksi kedele dimanfaatkan sebagai isolat/inokulan baku untuk kegiatan biorehabilitasi/kegiatan ke-2.

14

3.3.2. Penelitian 2.

Pemberdayaan agen hayati tanah untuk pemulihan kesuburan tanah Ultisol terdegradasi

Rancangan Percobaan dan Ulangan :

Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Percobaan tahap 1.

Terdiri atas 2 faktor, yaitu Faktor 1 : Cara pemberian amelioran bahan organik (BO/pupuk kandang sapi) dan Faktor 2 : Inokulasi

Faktor 1: Cara pemberian amelioran (B)

1. B1 (pupuk kandang sapi) dicampur dengan tanah)

2. B2 (pupuk kandang sapi) diberikan dengan cara mulsa vertical Faktor 2 : Inokilasi

1. Inokulasi Azotobacter sp 2. Inokulasi bakteri pelarut P 3. Inokulasi fungi pelarut P

4. Inokulasi cacing tanah endogaesis

5. (Lengkap) Konsorsia Azotobacter sp+pelarut P fungi+pelarut P bakteri+cacing tanah

6. Azotobacter sp + bakteri pelarut P

7. Azotobacter sp + fungi pelarut P

8. Kontrol

Tanah diinkubasi selama 2 bulan, tanpa tanaman indicator Percobaan tahap 2 :

Percobaan ini merupakan rangkaian dari percobaan tahap 1 yaitu dengan menggunakan tanaman indikator kedelai, varietas kedelai yang digunakan adalah Tanggamus. Perlakuan yang dicobakan sama seperti percobaan 1. Setelah tanah diinkubasi 2 bulan, kemudian biji kedelai ditanam sebanyak 3 biji per pot. Setelah tanaman berumur 1 minggu, tanaman kedele disisakan 2 tanaman/pot. Pupuk rekomendasi kedele (50 kg/ha Urea+100 kg/ha SP-36+100 kg/ha KCl+ 1.000 kg kaptan/ha+Rhizobium) digunakan sebagai pupuk dasar.

15

3.3.3. Penelitian 3

Teknologi ameliorasi pemberdayaan sumberdaya hayati tanah untuk meningkatkan produksi kedele pada tanah Ultisol.

Rancangan Percobaan dan Ulangan :

Sebagai target perlakuan diarahkan pada pemberdayaan sumberdaya hayati tanah yang memiliki korelasi tinggi terhadap pertumbuhan dan produksi kedele pada tanah Ultisol dari hasil inventarisasi keanekaragaman hayati tanah yang dilakukan pada kegiatan penelitian 1. Sekurang-kurangnya akan dipilih 5 jenis organisme tanah yang berperan positif, baik sebagai organisme yang mampu menyediakan hara tanaman (biofertilizer) atau organisme yang mampu menekan/prefdator hama-penyakit) terhadap tanaman kedele. Rancangan Acak Kelompok, dengan 7 perlakuan dengan 3 ulangan, sebagai berikut :

1. Kontrol 2. Rhizobium sp

3. Rhizobium sp+ cacing tanah endogaesis

4. Rhizobium sp + cacing tanah endogaesis + Bakteri P

5. Rhizobium sp + cacing tanah endogaesis + Bakteri P + Azotobacter sp

6. Rhizobium sp + cacing tanah endogaesis + Bakteri P +Azotobacter sp + Fungi P. 7. Cacing tanah endogaesis+ Azotobacter sp+Fungi P

Lokasi Kegiatan

Penelitian dilaksanakan pada musim hujan 2011 (Agustus – Desember 2011) pada tanah

16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penelitian 1. Karakterisasi dan evaluasi kesesuaian populasi hayati tanah terhadap produksi tanaman kedele pada tanah Ultisol.

Telah dilakukan pengambilan sampel untuk analisis Kimia maupun Fisika, masing-masing sampel sedang dianalisis, sampel kimia dianalisis di Lab Kimia dan sampel Fisika dianalisis Lab Fisika. Penelitian dan pengamatan fauna tanah dilakukan langsung di lapangan. Sementara data analisa mikrobiologi tanah dilakukan di laboratorium Biologi Tanah, Balai Penelitian Tanah Bogor

Pengamatan fauna tanah dilakukan dengan metoda handsorting pada tanah monolit dengan luas 1 x 1m2 sampai kedalaman 30 cm. Hasil pengamatan untuk lokasi Banten tercantum pada Tabel 3, sedangkan lokasi Lampung pada Tabel 4 dan Sumatera Selatan pada Tabel 5.

Lokasi Banten dilakukan di Kecamatan Cibaliung merupakan lahan tanah darat, pemupukan kedele dengan menggunakan Ponska 120 kg.ha-1, dilakukan tanpa olah tanah (TOT) tumpang sari diantara pertanaman Jati, sedangkan Lokasi Lampung dilakukan di Desa Rejo Binangun Lampung Utara, merupakan pertanaman kedele yang ditanam di lahan sawah dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 5 ton.ha-1. Sedangkan lokasi Sumatera Selatan dilakukan di Desa Banjarsari, Kabupaten Lahat Sumatera Selatan pertanaman kedele ditanam di lahan kering yang biasa ditanami palawija (kacang tanah, jagung dll).

Total populasi fauna tanah pada lahan upland dengan pola TOT (tanpa olah Tanah) relatif lebih tinggi dibanding populasi fauna tanah pada lahan tanah yang diolah yang mendapat pengolahan tanah yang lebih intensif (Tabel 3). Pada Tabel 3, 4, dan 5 tampak bahwa lahan dengan tampilan vegetasi Subur, menghasilkan kepadatan populasi fauna tanah maupun jumlah jenis fauna tanah relative lebih tinggi daripada lahan dengan tampilan vegetasi sedang dan kurang. Lahan Lahan dengan tampilan vegetasi Sedang, menghasilkan kepadatan populasi fauna tanah maupun jumlah jenis fauna tanah relative lebih tinggi daripada lahan dengan tampilan vegetasi kurang subur.

17 Tabel 3. Hasil Pengamatan Fauna Tanah Menggunakan Metoda Hand sorting dalam Luasan

Monolit 100 x100x20cm3 pada lokasi pengamatan.Cibaliung, Banten Tampilan Vegetasi Cibaliung I (Ulangan I) Lokasi Cibaliung II (Ulangan II)

Jenis Jumlah Jenis Jumlah

Subur

Cacing tanah 32 Cacing tanah 31

Kokon 29 Kepik 1 Hemiptera 4 Semut 2 Snail 1 Kokon 1 Beetles 1 Jangkrik 4 Centipedes 1 Pupa 1 Waps 3 Semut 31 Sedang

Cacing tanah 21 Cacing tanah 2

Kokon 4 L.Butle 1 Waps 4 Pupa 1 Semut 2 Waps 2 Jangkrik 3 Beetles 1 Cacing 2 L.Butle 1 Pupa 1 Waps 2 Kurus

Cacing tanah 73 Waps 3

Kokon 18 Semut 3 Pit fall traps:

Subur - - - -

Sedang Semut hitam 1 - -

Kurang Semut merah 8 - -

Total populasi fauna tanah pada lahan upland dengan pola TOT (tanpa olah Tanah) relative lebih tinggi dibanding populasi fauna tanah pada lahan tanah yang diolah yang mendapat pengolahan tanah yang lebih intensif. Lahan dengan tampilan vegetasi Subur, menghasilkan kepadatan populasi fauna tanah maupun jumlah jenis fauna tanah relative lebih tinggi daripada lahan dengan tampilan vegetasi sedang dan kurang. Lahan Lahan dengan tampilan vegetasi Sedang, menghasilkan kepadatan populasi fauna tanah maupun jumlah jenis fauna tanah relative lebih tinggi daripada lahan dengan tampilan vegetasi kurang.

18 Tabel 4. Hasil Pengamatan Fauna Tanah Menggunakan Metoda Hand sorting dalam Luasan

Monolit 100 x 100x20 cm3 pada lokasi pengamatan Lampung

Tampilan Vegetasi

Lokasi

Lampung I (Ulangan III) Lampung II (Ulangan IV)

Jenis Jumlah Jenis Jumlah

Subur

Cacing tanah 1 Snails 1

Larv kepik 1 Milipeds 1

Snails 3 Waps 4

Centiped 1

Rayap 6

Sedang

Snails 2 Cacing tanah 2

Centiped 1 Centiped 1

Miliped 1 Miliped 1

Semut 1 Snails 1

Larv fly 2 Lrv. Fly 2

Pupa 1 Waps 1

Waps 1 Jangkrik 3

Kurus - - - -

Tabel 5. Hasil Pengamatan Fauna Tanah Menggunakan Metoda Hand sorting dalam Luasan Monolit 1 x 1m2 pada lokasi pengamatan Lahat Sumatera Selatan

Hand sorting /monolit

Lokasi

Lahat I (Ulangan V) Lahat II (Ulangan VI)

Jenis Jumlah Jenis Jumlah Subur

Cacing tanah 12 Cacing tanah 20

Pupa 1 Gangsir 2

Rayap 82

Sedang

Cacing tanah 12 Cacing tanah 1

Miliped 1 Semut Merah 1

Semut 2 Semut Hitam 1

Kumbang 1 Lrv. Beetle 1 Kurus

Cacing tanah 7 Cacing tanah 2

Waps 1 Smt merah 8

Beetles 1

19 Tabel 6. Hasil pengamatan lokasi Cibaliung-Banten

No. urut Tampilan vegetasi Tampilan vegetasi Tampilan vegetasi Rata2 Nilai pengamatan pengamatan Subur Sedang Kurang

(n) I II I II I II

Hasil (gr/m2) 3 108.8 104.4 24.9 62.8 29.9 60.4 65.20 Biomas/tanaman 6 97.04 96.25 30.67 60.4 33 37.11 59.08 Berat Kulit polong 7 65.32 68.67 30 39.31 17.34 22.4 40.51

Berat akar 8 Jumlah Bintil 9 75 12 60 27 39 16 38.17 Berat bintil 10 0.114 0.012 0.063 0.084 0.035 0.064 0.06 pH (H2O) 11 4.84 6.02 4.71 6.19 4.97 6.35 5.51 N 12 0.43 0.34 0.19 0.39 0.38 0.15 0.31 C 13 1.47 2.51 1.56 2.39 1.45 2.23 1.94 C/N 14 3 7 8 6 4 15 7.17 P Bray (tersedia) 15 3.95 1099 4.66 1.98 3.68 4.96 186.37 K tersedia 16 77 245 107 183 88 246 157.67 P potensial (HCl) 17 254 354 252 341 222 268 281.83 K potensial (HCl) 18 157 463 163 481 135 484 313.83 B(mg/kg) 19 90.7 92.3 64.38 97.58 58.46 78.68 80.35 Mg 20 2.78 5.96 2.35 8.65 2.45 9.57 5.29 Ca 21 12.34 15.89 10.26 20.97 11.21 18.59 14.88 BD (g/cc) 23 1.24 1.17 1.19 1.2 1.26 1.1 1.19 PD (g/cc) 24 2.36 2.19 2.33 2.19 2.34 2.18 2.27 Pori drainase(cepat) 25 11.6 10.1 9.9 5.3 14.7 8.1 9.95 Pori drainase lambat 26 3.2 3.7 3.7 3.3 4.9 4.8 3.93 Ruang pori total 27 47.3 46.9 48.8 45.2 46.2 49.4 47.30 Air tersedia (%) 28 7.9 8.9 10.4 9.6 6.8 10.4 9.00

Permeabilitas 29 0.73 0.98 1.19 2.11 1.2 1.82 1.34

Kadar air (%vol) 30 24.7 27.3 22.4 33.4 24.7 25.5 26.33

Cacing tanah 31 32 31 21 2 73 0 26.50 Kokon 32 29 1 4 0 18 0 8.67 Miliped 33 - 0 - - - 0.00 Centiped 34 1 0 - - - 0.50 Semut 35 31 2 2 - 3 - 9.50 Rayap 36 0 - - - - - 0.00 Snails/molusca 37 1 - - 2 - - 1.50 Wasp/srngga tanah 38 3 - 4 - - 3 3.33 Azotobacter sp 39 4,5.108 5.108 8.107 - 9.103 5.108 - Pelarut P 40 - 0 6.105 1.103 - 1.105 - Rhizobium sp 41 - 1.106 1.105 3,4.105 3.104 2,2.108 - Jamur/fungi 42 2.106 1.104 3.104 7.10+8 2.105 2.105 -

20

Tabel 7. Hasil pengamatan lokasi Lampung

No. urut Tampilanvegetasi Tampilan vegetasi Tampilan vegetasi Rata2

Nilai pengamatan pengamatan Subur Sedang Kurang

(n) III IV III IV III IV

Hasil (gr/m2) 3 400 450 200 175

Biomas/tanaman 6 1300 116.05 1350 112.25 1000 32.58 651.81

Berat Kulit polong 7

Berat akar 8 4.9 7.33 1.82 7.2 1.25 3.25 4.29 Jumlah Bintil 9 Berat bintil 10 0.093 1.146 0.178 0.66 0.053 0.267 0.40 pH (H2O) 11 4.31 5.07 4.18 4.4 4.33 4.69 4.50 N 12 0.1 0.24 0.17 0.21 0.21 0.14 0.18 C 13 1.14 2.13 1.13 1.27 1.15 1.56 1.40 C/N 14 12 9 7 6 5 11 8.33 P Bray (tersedia) 15 69.36 298.27 183.24 76.31 192.43 174.3 165.65 K tersedia 16 65 215 14 19 12 15 56.67 P potensial (HCl) 17 558 892 694 606 751 733 705.67 K potensial (HCl) 18 77 180 27 27 22 27 60.00 B(mg/kg) 19 41.47 37.2 32.85 31.21 32.75 32 34.58 Mg 20 0.4 0.99 0.4 0.44 0.34 0.64 0.54 Ca 21 2.09 4.44 1.79 2.18 1.74 3.14 2.56 BD (g/cc) 23 1.26 1.37 1.32 1.35 1.34 1.32 1.33 PD (g/cc) 24 2.48 2.4 2.46 2.4 2.38 2.4 2.42 Pori drainase(cepat) 25 6.7 12.4 17.1 7.1 17.9 11.7 12.15 Pori drainase lambat 26 4.2 5.5 5.3 5.5 5.2 4.7 5.07

Ruang pori total 27 49.4 42.8 46.4 43.8 43.8 43.8 45.00

Air tersedia (%) 28 10 8.7 9.7 9.3 10.3 10.7 9.78

Permeabilitas 29 0.14 1.19 0.92 4.23 0.37 1.41 1.38

Kadar air (%vol) 30 22.8 15.9 20.7 7.7 22.8 29.7 19.93

Cacing tanah 31 1 0 0 2 0 0 0.50 Kokon 32 Miliped 33 0 1 1 1 0 0 0.50 Centiped 34 1 0 1 1 0 0 0.50 Semut 35 2 2 7 8 4.75 Rayap 36 6 0 1 0 2 1 1.67 Snails/molusca 37 3 0 2 1 0 0 1.00 Wasp/srngga tanah 38 1 4 1 1 0 0 1.17 Azotobacter sp 39 1.104 1.2.106 1,7.105 9.105 - 1.105 - Pelarut P 40 - 4.106 - - - 1.106 - Rhizobium sp 41 4.104 4.106 2.106 1.4.105 - 4.106 - Jamur/fungi 42 1.105 2.104 1.105 3.104 - 3.104 -

21 Tabel 8. Hasil pengamatan lokasi Lahat-Sumatera Selatan

No. urut Tampilan vegetasi Tampilan vegetasi Tampilan vegetasi Rata2 Nilai pengamatan pengamatan Subur Sedang Kurang

(n) V VI V VI V VI

Hasil (gr/m2) 3 50 190 48 120 20 60 81.33

Biomas/tanaman 6 3.21 8.05 0.073 0.082 0.013 0.029 1.91 Berat Kulit polong 7

Berat akar 8 1.96 1.803 3.01 4.607 2.92 0.64 2.49 Jumlah Bintil 9 58 24 26 51 2 6 27.83 Berat bintil 10 1.02 0.21 0.35 1.12 0 0.06 0.46 pH (H2O) 11 4.9 5.3 4.9 6 4.8 8.4 5.72 N 12 0.16 0.09 0.13 0.03 0.14 0.07 0.10 C 13 2.16 1.1 1.77 0.35 1.93 0.84 1.36 C/N 14 14 12 14 12 14 12 13.00 P Bray (tersedia) 15 8.5 11.8 3.4 4 5.9 4.4 6.33 K tersedia 16 432 79 261 63 309 79 203.83 P potensial (HCl) 17 30 66 24 41 23 42 37.67 K potensial (HCl) 18 57 21 36 16 45 19 32.33 B(mg/kg) 19 50.3 41.4 33.4 49.3 39.1 42.8 42.72 Mg 20 2.39 3.44 2.16 3.36 2.18 3.15 2.78 Ca 21 3.68 9.28 3.88 11.43 3.38 10.16 6.97 BD (g/cc) 23 1.05 1.06 0.95 1.18 1.1 1.33 1.11 PD (g/cc) 24 2.14 2.27 2.16 2.33 2.13 2.37 2.23 Pori drainase(cepat) 25 14.9 22.6 23.7 16.5 16.9 12.2 17.80 Pori drainase lambat 26 5.5 4.8 5.4 4.5 4.2 5 4.90 Ruang pori total 27 50.8 53.5 55.9 49.4 48.2 44.1 50.32 Air tersedia (%) 28 7.3 5.1 6.1 8.5 6.4 7.2 6.77

Permeabilitas 29 1.78 4.56 3.48 2.06 2.92 1.57 2.73 Kadar air (%vol) 30 44 39.8 39.8 35.4 39.8 37 39.30

Cacing tanah 31 12 20 12 1 7 2 9.00 Kokon 32 - - - - - - Miliped 33 - - - - - - 1.00 Centiped 34 - - - - - - Semut 35 - - 2 2 7 8 5.00 Rayap 36 82 0 - - - - 41.00 Snails/molusca 37 - - - - - - Wasp/srngga tanah 38 1 - - - - - 1.50 Azotobacter sp 39 2.10+5 3,1.10+8 2.10+6 4.8.10+6 1.10+7 2,9.10+6 - Pelarut P 40 3.10+4 - 6.10+4 4.10+4 - 8.10+4 - Rhizobium sp 41 2.10+6 1,2.10+6 3.10+5 8,2.10+8 6.10+6 2.10+6 - Jamur/fungi 42 1.10+5 1.10+6 3.10+4 7.10+6 2.10+6 1.10+6 - Keterangan :

Cibaliung : Lahan tanah darat, tanaman dipupuk Ponska 120 kg.ha-1, TOT Lampung : Lahan tanah sawah dipupuk kandang 5 ton.ha-1

22 Tabel 9. Nilai korelasi pada subyek pengamatan Sifat-sifat Agronomi dan Kimia dengan

sifat-sifat lainnya

Subyek pengamatan No. Nilai r Subyek pengamatan No. Nilai r

AGRONOMI Urut Korelasi KIMIA Urut Korelasi

Hasil 3 0 pH (H2O) 11 0

Biomas/tanaman 6 0.9121 Kokon 32 -0.7064

Berat Kulit polong 7 0.9046 Ca 21 0.6231

P potensial 17 0.7070 Mg 20 0.6050

PD (g/cc) 24 0.7049 Wasp/srngga tanah 38 0.5368 Wasp/srngga tanah 38 -0.7426 Centiped 34 -0.5279

Miliped 33 0.6579

Centiped 34 0.5630 N 12 0

K (tersedia) 16 -0.5407 B 19 0.6669

Kokon 32 0.5902

Biomas/tanaman 6 0 Cacing tanah 31 0.5699

Berat Kulit polong 7 0.9722 K potensial 18 0.5432

PD (g/cc) 24 0.5845 C 13 0.5044

P potensial 17 0.5509

Wasp/srngga tanah 38 -0.5250 C 13 0

Snails/molusca 37 0.5012 Kokon 32 -0.7757

K (tersedia) 16 0.7238

Berat Kulit polong 7 0 K potensial 18 0.7226

Ca 21 1 Wasp/srngga tanah 38 0.6777

Centiped 34 -1 PD (g/cc) 24 -0.6215

Snails/molusca 37 -1 Centiped 34 -0.6087

Pori drainase lambat 26 -0.7387 Rayap 36 0.6036

B 19 0.7303 B 19 0.5053

P Bray(tersedia) 15 0.6313 Mg 20 0.5004

P potensial 17 0.5545

Permeabilitas 29 -0.5266 C/N 14 0

Semut 35 0.5013 Kokon 32 -0.6777

Kadar air (%vol) 30 0.5980

Berat akar 8 0 BD (g/cc) 23 -0.5800

Wasp/srngga tanah 38 0.6826 Ruang pori total 27 0.5508 Kadar air (%vol) 30 -0.6403 Rayap 36 0.5464 K potensial 18 0.5881 K (tersedia) 16 0.5002 Berat bintil 10 0.5660

Semut 35 -0.5500 P Bray(tersedia) 15 0

Pori drainase(cepat) 25 -0.5336 Snails/molusca 37 -0.5688

Jumlah Bintil 9 0 K (tersedia) 16 0

Centiped 34 1 Rayap 36 0.8794

Snails/molusca 37 -1 PD (g/cc) 24 -0.8326

Kokon 32 0.7558 Kokon 32 -0.7918

pH (H2O) 11 -0.5013 Wasp/srngga tanah 38 0.7826 BD (g/cc) 23 -0.6668

Berat bintil 10 0 Kadar air (%vol) 30 0.5101

Miliped 33 0.7146

Kokon 32 0.6225

Rayap 36 0.5139

23

Tabel 10. Nilai korelasi pada subyek pengamatan Kimia, Fisika dan Biota dengan sifat-sifat lainnya

Subyek pengamatan

KIMIA

No.

Urut korelasi Nilai r Subyek pengamatan FISIKA Urut No. Nilai r korelasi pengamatan Subyek BIOTA

No. Urut KorelaNilai r

si

P potensial 17 0 BD (g/cc) 23 0 Cacing tnh 31 0

BD (g/cc) 23 0.7527 Ruang pori total 27 -0.9034 Kokon 32 0.6080 Kadar air (%vol) 30 -0.7653 PD (g/cc) 24 0.8233 Wasp/sr tnh 38 0.5045 Air tersedia (%) 28 0.6797 Kokon 32 0.7372

Ruang pori total 27 -0.6644 Kadar air (%vol) 30 -0.7130

PD (g/cc) 24 0.6554 Rayap 36 -0.6339 Kokon 32 0

Kokon 32 -0.6005 Snails/molusca 37 -0.6157 Centiped 34 1 Rayap 36 -0.5612 Miliped 33 0.5786 Snails/mlsca 37 -1

Air tersedia (%) 28 0.5286 Semut 35 0.8394

K potensial 18 0

B 19 0.8424 PD (g/cc) 24 0

Mg 20 0.8513 Kokon 32 0.8208 Miliped 33 0

Ca 21 0.8123 Rayap 36 -0.7894 Semut 35 0.6621 -Kokon 32 -0.7637 Kadar air (%vol) 30 -0.6529 Rayap 36 0.6489

-Wasp/srngga tanah 38 0.6402 Ruang pori total 27 -0.5058 Wasp/srngga tanah 38 0.6202 Pori drainase(cepat) 25 -0.5656 Centiped 34 0.5021

Pori drainase lambat 26 -0.5078

Pori drain(cepat) 25 0 Centiped 34 0 B 19 0 Kokon 32 0.6946 Snails/mlsca 37 0.8101 Ca 21 0.8845 Air tersedia (%) 28 -0.6525

Mg 20 0.7836 Ruang pori total 27 0.5250 Semut 35 0

Pori drainase lambat 26 -0.7697

Wasp/srngga tanah 38 0.6311 Pori drain lambat 26 0

Miliped 33 0.7516 Rayap 36 0

Mg 20 0 Semut 35 -0.5381 Snails/mlsca 37 0.6716

Ca 21 0.9159

Kokon 32 -0.6862 Ruang pori total 27 0 PD (g/cc) 24 -0.6164 Snails/molusca 37 0.8330

Kadar air (%vol) 30 0.5850

Ca 21 0 Centiped 34 0.5567

Wasp/srngga tanah 38 0.6499 Air tersedia (%) 28 -0.5182

Kokon 32 -0.6016

Pori drainase lambat 26 -0.6113 Air tersedia (%) 28 0 Kokon 32 -0.7590 Kadar air (%vol) 30 -0.6036 Permeabilitas 29 -0.5560 Miliped 33 -0.5397

Permeabilitas 29 0

Kokon 32 -0.6668 Miliped 33 0.5465 Kadar air (%vol) 30 0 Miliped 33 -0.7906 Rayap 36 0.6217

Keterangan : Independen variabel : 2, df variabel : 1, Total ( N : 18, df total : 17, df error : 16, r 5% nyata : 0.545, r 1% nyata : 0.647

24 Total populasi fauna tanah pada lahan kering (upland) dengan pola TOT (tanpa olah Tanah) relatif lebih tinggi dibanding populasi fauna tanah pada lahan tanah yang diolah yang mendapat pengolahan tanah yang lebih intensif dlahan dengan tampilan vegetasi subur memiliki kepadatan populasi fauna tanah maupun jumlah jenis fauna tanah relative lebih tinggi daripada lahan dengan tampilan vegetasi sedang dan kurang. Lahan dengan tampilan vegetasi sedangmemiliki kepadatan populasi fauna tanah maupun jumlah jenis fauna tanah relative lebih tinggi daripada lahan dengan tampilan vegetasi kurang subur. Hal ini menunjukkan bahwa fauna tanah berperan sangat penting terhadap kesuburan tanah, namun dengan pengolahan tanah yang intensif akan mengganggu populasinya. Tampilan vegetasi yang subur tentu didukung oleh tingkat kesuburan tanah yang lebih baik dibandingkan tampilan vegetasi yang tumbuh pada tanah yang kurang subur.

Tiap parameter yang diamati merupakan hasil pengamatan dari tiga (3) lokasi, yaitu Cibaliung- Banten, Lampung, dan Lahat- Sumatera Selatan. Masing-masing lokasi terdiri dari 2 ulangan, masing-masing ulangan dibagi menjadi 3 kondisi vegetasi, yaitu subur, sedang dan kurang subur, jadi factor pengamatan (N) ada 18. Jenis parameter yang diamati (n) adalah 42 item, meliputi sifat agronomis tanaman kedelai, status kimia tanah dan sifat fisika tanah tempat kedelai tumbuh, dan keragaman dan populasi biota. Hasil pengamatan tertera dalam Table 1, 2 dan 3. Tabel tersebut memperlihatkan nilai sifat-sifat Agronomis, sifat kimia, sifat fisika dan keragaman dan populasi biota tiap-tiap lokasi berbeda. Nilai-nilai agronomis kedelai pada lokasi Cibaliung dimana kedelai ditanam tumpangsari diantara tanaman jati memberikan nilai lebih rendah dibanding nilai agronomis kedelai dari Lampung yang ditanam monokultur di lahan sawah dan kedelai dari Sumatera Selatan lebih rendah dibanding nilai sifat2 agronomis kedelai dari Lampung dan Cibaliung. Hasil biji kedelai dari Sumatera Selatan 81,3 gr.m-1 hasil dari Lampung 175 g.m-1dan dari Cibaliung 65,2 g.m-1.

Identifikasi awal untuk mengetahui kesesuaian lahan menggunakan uji korelasi antara factor-faktor yang diamati. Factor-faktor yang mempunyai hubungan yang erat yang ditunjukkan dengan nilai korelasi nyata dilanjutkan dengan analisis regresi untuk mengetahui nilai konstanta yaitu nilai apabila x = 0. x = nilai independent variable (variable bebas) atau nilai yang mempengaruhi variable tergantung (dependent variable). Variabel tergantung utama ditetapkan

25 Tabel 11. Nilai regresi dari faktor pengamatan

Parameter Persamaan Y Max Konstanta R2

Variabel utama

Hasil x Biomas y = 0.0001x2 - 0.207x + 77.99 292.2 77.99 R2 = 0.882

Hasil x Kulit polong y = 0.019x2 - 0.214x + 35.02 65.53 35.02 R² = 0.837

Hasil x P potensial y = 0.0001x2 - 0.038x + 65.26 72.48 65.26 R² = 0.556 Hasil x PD(g/cm) y = 5924.x2 - 26363x + 29358 27.8 29358 R² = 0.743 Hasil x Srg Tanah y = -47.45x2 + 103.8x + 284.2 227.4 284.2 R² = 0.719 Variabel antara 1 K Polong xPD Lambat y = -6.062x2 + 27.81x + 27.63 59.53 27.63 R² = 0.551 K Polong x B y = -0.008x2 + 2.320x - 89.12 79.08 89.12 R² = 0.536 K Polong x Permeabilitas y = 72.81x2 - 232.5x + 204.7 19.09 204.7 R² = 0.694 Variabel antara 2 P Potensial x BD y = 4513.x2 - 8847.x + 4375 17379.3 4375 R² = 0.616 P Potensial x kokon y = 0.319x2 - 11.40x + 317.6 215.75 317.6 R² = 0.580 Variabel antara 3

Cacing tanah x Kokon y = -0.237x2 + 7.845x + 5.280 200.02 5.28 R² = 0.853

yaitu hasil (yield), sedangkan factor x (independent variable) utama maupun independen variable antara yaitu sifat-sifat agronomis lain selain hasil, sifat fisika tanah, kimia tanah dan biota yang terdapat dimana kedelai tumbuh. Pada Tabel 4 dan Tabel 5, menunjukkan hasil kedelai berkorelasi dengan factor-faktor lain seperti berat biomas, berat kulit polong, P potensial tanah, Pori Drainase, serangga tanah dll. Faktor kimia tanah yaitu hara tanah berpengaruh terhadap pembentukan kulit polong diantaranya unsur Ca, B (boron), P tersedia maupun P potensial. Pengamatan biota tanah terutama Cacing tanah berkorelasi sangat nyata dengan kokon, pada kondisi upland, cacing tanah sendiri sedikit sekali ditemukan, yang ditemukan adalah jejak cacing dan kokon. Kokon (telur cacing tanah) banyak dipengaruhi atau berpengaruh (berkorelasi) terhadap berbagai factor seperti bintil akar, pH, C, N C/N, K tersedia, K dan P potensial dan Mg, jadi secara tidak langsung factor-faktor tadi berpengaruh atau dipengaruhi oleh cacing tanah,

Variabel utama yaitu variabel yang berkorelasi nyata dan langsung dengan hasil (yield), variabel antara 1 yaitu variabel yang berkorelasi nyata dengan variabel utama, variabel antara 2 yaitu variabel yang berkorelasi nyata dengan variabel antara 1, variabel antara 3 yaitu variabel yang berkorelasi nyata dengan variabel antara 2, dan seterusnya.

26 Kriteria kesesuaian lahan dibagi dalam 3 kriteria, yaitu tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai. Tidak sesuai apabila variable bebas (independen variable) mempengaruhi kepada hasil (nilai y pada persamaan= dependen variabel) dibawah nilai konstanta yaitu nilai x = 0 (Tabel 11), Sesuai apabila variable bebas(dependen variable) mempengaruhi kepada hasil menjadi diatas nilai konstanta, sedangkan sangat sesuai apabila variable bebas mempengaruhi kepada hasil diatas nilai maksimum (y maksimum), x maksimum diperoleh dengan cara keturunan pertama dari persamaan kuadratik = y = 0, seperti contoh y = 0.0001x2 - 0.207x + 77.99 keturunan pertamanya (bentuk kurva diabaikan) adalah 2 x 0.0001 x - 0.207 = 0, disederhanakan 0.0002x = 0.207(nilai negative karena berpindah posisi berubah menjadi positif (Drapper and Smith, 1976), atau x = 0.207/0.0002 = 1.035. Apabila nilai x maksimum dimasukkan kedalam persamaan, akan diperoleh nilai y maksimum, sedangkan nilai optimum diperoleh dari nilai maksimum + 5% Interkasi hubungan hasil dengan biomas sangat erat, terlihat dengan nilai korelasi yang nyata yaitu 0,882. Pada Tabel 6, biomas adalah independen variable utama artinya variable yang secara langsung berpengaruh dan berkaitan terhadap hasil kedelai. Terlihat persamaan kuadratik hasil kedelai dengan biomas menunjukkan nilai dugaan y maximum adalah 292,2 dengan konstanta 77,99 artinya nilai biomas minimal 77,99 gr/m-2 untuk mendapatkan hasil yang maksimum 292,2 gr/m-2, atau setara 2,92 t.ha-1 merupakan nilai potensi rata-rata tertinggi yang bisa dicapai kedelai, sedangkan apabila biomas yang dihasilkan kurang dari 77,99 gr/m-2 maka tanaman kedelai tidak akan menghasilkan.