• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Lingkup Kegiatan Usaha Bank Syariah

Persamaan dalam konsep fungsi yang terdapat antara bank konvensional dan bank syariah dapat memberikan persepsi yang berkembang di masyarakat bahwa secara keseluruhan, bank syariah sama dengan bank konvensional. Persepsi ini dibantah secara tidak langsung oleh Karim yang menjelaskan bahwa bank konvensional bergerak dalam bidang financial sector based banking, sedangkan bank syariah bergerak dalam bidang real sector based banking.

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

Pernyataan tersebut sesuai dengan konsep dasar akad yang diajukan oleh Muhammad (2005 : 176). Terdapat lima akad membentuk hubungan ekonomi menurut syariah Islam secara garis besar, yaitu:

a) Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah)

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang disediakan bank syariah kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya pada bank syariah.

b) Bagi Hasil (Syirkah)

Sistem syirkah merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pihak penyedia dana dengan pihak pengelola dana. Sistem bagi hasil diterapkan pada mudharabah dan musyarakah.

Mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar pembiayaan maupun

pendanaan, sedangkan mayoritas akad musyarakah diaplikasikan pada pembiayaan.

c) Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)

Prinsip ini merupakan sistem yang menetapkan tata cara jual beli dengan nasabah sebagai konsumen akhir dan bank syariah sebagai perantara antara produsen dengan nasabah. Dalam akad ini, bank syariah akan mengambil sejumlah keuntungan (margin) yang telah disepakati lebih dahulu.

d) Prinsip Sewa (al-Ijarah)

Prinsip sewa secara garis besar terbagi ke dalam dua kelompok yaitu sewa murni (ijarah) atau ijarah muntahiyah bittamlik yang merupakan kombinasi antara sewa dan beli.

e) Prinsip Jasa (al-Ajr Wal Umulah)

Prinsip jasa merupakan seluruh layanan yang meliputi layanan non pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah.

Melalui lima konsep akad yang dijelaskan oleh Muhammad, maka dapat disimpulkan bahwa bank syariah lebih berpihak pada kegiatan dengan basis real

sector. Perbedaan dengan konsep bank konvensional membawa bank syariah

pada paradigma berbeda terhadap sistem dan ruang lingkup kegiatan yang dijalankan oleh bank syariah.

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh, jenis kontrak dapat dibedakan ke dalam dua jenis yaitu Natural Certainty Contract dan Natural

Uncertainty Contract (Karim, 2006 : 51). Lebih lanjut Karim menjelaskan bahwa

dalam setiap kontrak / akad, dibedakan dua jenis objek yaitu ‘Ayn (Real Asset) dan Dayn (Financial Asset). Kombinasi antara jenis kontrak ditinjau dari kepastian hasil yang diperoleh dan objek kontrak, akan menentukan teori yang akan dipakai dalam menjalankan kontrak tersebut (2006 : 51-52).

Natural Certainty Contract merupakan jenis kontrak / akad dalam bisnis

yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktunya. Aliran kas (cash flow) pada kontrak ini sudah dapat dipastikan karena sudah ditentukan lebih dahulu oleh pihak – pihak yang berkepentingan pada awal akad. Kontrak dengan jenis ini secara normal memberikan tingkat pengembalian (return) yang tetap dan pasti (fixed and presetermined). Sebagai syarat terhadap kontrak jenis ini adalah penentuan awal sifat objek yang meliputi jumlah, mutu, harga dan waktu penyerahan.

Dalam kontrak dengan jenis Natural Certainty Contract, pihak – pihak yang saling bertransaksi saling mempertukarkan asetnya (real atau financial

asset) sehingga masing – masing pihak berdiri sendiri dan berdampak pada

ketiadaan pertanggungan risiko bersama. Natural Certainty Contract dapat dijelaskan dengan teori yang disebut dengan teori pertukaran (the theory of

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

Sebaliknya Natural Uncertainty Contract merupakan akad kontrak yang tidak dapat memberikan kepastian pendapatan baik dari segi jumlah atau waktunya. Tingkat pendapatan pada kontrak jenis ini dapat berbentuk positif, negatif atau nol. Kontrak jenis ini juga menimbulkan risiko disebabkan oleh ketidakpastian tingkat pengembalian yang melekat pada kontrak tersebut. Natural

Uncertainty Contract dapat dijelaskan dengan teori percampuran (the theory of venture) (Karim, 2006 : 52).

Penjelasan jenis kontrak yang disebutkan oleh Karim secara umum sesuai dengan pendapat Zulkifli dalam Wiyono (2005 : 35-48) yang menyatakan bahwa sistem ekonomi syariah umumnya membagi akad transaksi ke dalam dua kelompok besar, yaitu akad tabarru’ dan akad tijarah. Akad tabarru’ merupakan akad untuk transaksi kebajikan. Hal ini berarti bahwa transaksi ini bersifat tolong menolong tanpa mengharapkan adanya keuntungan materiil dari pihak - pihak yang melakukan perikatan. Contoh – contoh transaksi yang menggunakan pola akad tabarru’ adalah sebagi berikut:

o qard, merupakan akad yang timbul disebabkan salah satu pihak

meminjamkan objek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lain tanpa berharap keuntungan materiil apa pun,

o rahn, merupakan akad yang timbul disebabkan peminjaman yang

dilakukan oleh suatu pihak kepada pihak lain dengan disertai jaminan,

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

o hawalah, merupakan akad yang timbul disebabkan peminjaman

suatu objek perikatan yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutang/utang dari pihak lain,

o wakalah, merupakan akad yang timbul disebabkan pemberian suatu

objek berbentuk jasa. Jasa tersebut juga dapat disebut dengan peminjaman dirinya atas nama diri pihak lain untuk melakukan sesuatu,

o wadi’ah, merupakan akad yang timbul sebagai akibat dari

pemberian objek perikatan yang berbentuk jasa khusus yaitu

custodian (penitipan atau pemeliharaan),

o kafalah, merupakan akad yang timbul disebabkan pemberian objek

yang berbentuk jaminan atas suatu kejadian tertentu di masa yang akan datang (contingent guarantee),

o wakaf, merupakan akad yang timbul ketika suatu pihak memberikan

suatu objek kepada pihak lain tanpa disertai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut.

Karim (2006 : 66) juga memberikan penjelasan mengenai akad tabarru’ yaitu semua perjanjian yang menyangkut not-for profit transaction. Akad

tabarru’ dibagi ke dalam tiga kelompok umum yaitu meminjamkan harta,

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

Sedangkan akad tijarah merupakan akad yang ditujukan untuk transaksi dengan orientasi laba. Akad tijarah dibagi ke dalam dua kelompok besar yakni transaksi dengan basis Natural Certainty Contrtact (NCC) dan Natural

Uncertainty Contract (NUC).

Penjelasan teori pertukaran dan percampuran kembali dijelaskan oleh Karim (2006 : 52-63) yang akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut.

(1) Teori Pertukaran (The Theory of Exchange)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kombinasi antara jenis kontrak ditinjau dari kepastian hasil yang diperoleh dengan objek kontrak akan membentuk kontrak yang diterapkan. Syarat tersebut dilengkapi dengan perbedaan waktu pertukaran, yang terdiri dari naqdan (immediate delivery) dan ghairu naqdan

(deferred delivery).

Berdasarkan objek pertukaran dalam transaksi syariah (‘ayn dan dayn), dapat dibentuk tiga jenis pertukaran, yakni pertukaran ‘ayn dengan ‘ayn (real

asset vs real asset), pertukaran dayn dengan ‘ayn (financial asset vs real asset),

dan dayn dengan dayn (financial asset vs financial asset). (a) Pertukaran ‘Ain dengan ‘Ain (Real Asset vs Real Asset).

Transaksi pertukaran ‘ayn dengan ‘ayn (real asset vs real asset) diperbolehkan jika jenisnya berbeda. Namun, untuk jenis kontrak pertukaran dengan objek yang sama, hanya diperbolehkan pada lingkup kondisi bahwa

real asset yang dipertukarkan secara kasat mata dapat dibedakan mutunya.

Jika real asset yang dipertukarkan terjebak dalam kondisi dengan mana bahwa mutunya tidak dapat dibedakan dengan kasat mata, maka harus dapat

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

dipastikan bahwa real asset tersebut bermutu, berjumlah, dan diserahkan pada waktu yang sama.

(b) Pertukaran ‘Ayn dengan Dayn (Real Asset vs Financial Asset).

Sedangkan pada kontrak pertukaran ‘ayn dengan dayn, dapat dibedakan dua jenis real asset. Jika real asset merupakan benda, maka kontrak tersebut disebut dengan kontrak jual beli (al-bai’), sedangkan jika real asset merupakan jasa, maka kontrak tersebut akan berbentuk sewa-menyewa/upah mengupah (al-ijarah).

Islam memperbolehkan kontrak transaksi jual beli baik secara tunai (bai’

naqdan / now for now), tangguh bayar (bai’ muajjal / deferred payment) atau

secara tangguh serah (bai’ salam / deferred delivery). Bai’ muajjal dapat dilakukan dengan pembayaran penuh (muajjal) atau cicilan (taqsith). Sedangkan jual beli tangguh serah dapat dilakukan dengan pembayaran lunas sekaligus di muka (bai’ salam) atau dengan cicilan namun dengan syarat cicilan harus selesai sebelum barang diserahkan (bai’ istishna’).

Akad ijarah dapat dibedakan dalam dua kontrak yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja yang disewa (ju’alah / success fee) dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja yang disewa. Akad ini biasa disebut dengan ijarah saja.

(c) Pertukaran Dayn dengan Dayn (Financial Asset vs Financial Asset)

Pertukaran antara dayn dapat dibedakan dengan uang dan bukan uang (surat berharga). Pertukaran uang yang sejenis hanya diperbolehkan jika

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

terjadi pada syarat sawa-an bi sawa-in (same quantity) dan yadan bi yadin

(same time of delivery).

Sedangkan pertukaran uang yang berbeda jenisnya hanya diperbolehkan dengan syarat yadan bi yadin (same time of delivery). Jenis pertukaran ini disebut juga dengan sharf (money changer). Syarat yang diberlakukan pada pertukaran uang yang berbeda jenis menyebabkan pelarangan transaksi

forward dan swap pada pertukaran valutas asing (foreign exchange). Hal ini

mencegah terjadinya forward selling yang dilindungnilaikan (hedged) dengan

forward buying dan selanjutnya akan diikuti dengan forward selling – forward buying berikutnya. Pelarangan ini ditujukan untuk mencegah

terjadinya bubble growth pada sektor finansial, serta mencegah domino effect bila terjadi default pada salah satu mata rantai para pihak yang terlibat dalam transaksi forward buying – forward selling tersebut.

Skema transaksi yang berhubungan dengan Teori Pertukaran (The Thoery

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010. ‘Ayn dengan Dayn Al-Bai’ (Goods) Al-Ijarah (Services) Ijarah Ju’alah Dayn dengan Dayn Uang Surat Berharga Representing ‘Ayn Representing Dayn Now for Now

Deferred Payment (Muajjal) Deferred Delivery (Salam) Kasat mata Mutu beda Kasat mata Mutu sama Kasat mata Mutu beda Kasat mata Mutu sama Of Same Type Of Different Type ‘Ayn dengan ‘Ayn Lain Jenis Sejenis Kasat mata Mutu beda Kasat mata Mutu sama

Gambar 2.1 : Skema Akad Teori Pertukaran

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

Skema transaksi berdasarkan Teori Pertukaran pada halaman sebelumnya menggambarkan pola transaksi yang terdapat dalam lingkup cakupan Teori Pertukaran. Ringkasan akad berdasarkan Teori Pertukaran ditinjau dari objek pertukaran dapat diterangkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Matriks Transaksi Teori Pertukaran

Matriks yang disajikan di atas memberikan panduan yang menyeluruh pada kehalalan transaksi pertukaran. Semua transaksi dengan sifat tanggung serah

(deferred for deferred) akan diharamkan, demikian juga halnya dengan transaksi Dayn for Dayn, kecuali pada transaksi sharf.

(2) Teori Percampuran (The Theory of Venture)

Teori Percampuran berlaku pada jenis kontrak dengan sifat Natural

Uncertainty Contract, yang mana tingkat pengembalian pada transaksi tersebut

tidak dapat dipastikan.

Objek dan jangka waktu yang diaplikasikan pada aplikasi Teori Percampuran pada dasarnya sama dengan aplikasi Teori Pertukaran, yakni ‘ayn

(real asset) dan dayn (financial asset) serta dapat dijalankan pada jangka waktu naqdan (immediate delivery) dan ghairu naqdan (deferred delivery).

(i) Percampuran ‘Ayn dengan ‘Ayn

Percampuran ‘ayn dengan ‘ayn terjadi ketika dua pihak atau lebih sepakat untuk berkolaborasi membentuk atau membangun sesuatu dengan

Time

Now for Now Now for Deferred Deferred for Deffered

Ayn for 'Ayn V V X

Ayn for Dayn V V X

Dayn for Dayn X X X

Object

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

memadukan sumber daya dari pihak – pihak yang terkait. Dalam percampuran

‘ayn dengan ‘ayn sumber daya yang dipadukan berupa real asset, tidak ada pihak

yang memberikan sumber daya dalam bentuk financial asset. (ii) Percampuran ‘Ayn dengan Dayn

Percampuran ‘ayn dengan dayn terjadi ketika beberapa pihak terkait setuju untuk berkolabari dengan memadukan aset mereka, dengan satu atau lebih pihak memberikan financial aset sedangkan pihak lain memberikan

real aset dalam perjanjian tersebut.

(iii) Percampuran Dayn dengan Dayn

Percampuran dayn dengan dayn dapat mengambil beberapa jenis kontrak, di antaranya adalaah syirkah mufawadhah dan syirkah ‘inan.

Syirkah mufawadhah terjadi pada kontrak kerjasama dengan jumlah financial asset yang sama antara pihak – pihak yang terkait. Hal ini

merupakan kebalikan dari sirkah ‘inan, bahwa kontrak yang terjadi dengan jumlah financial asset yang berbeda.

Matriks untuk transaksi percampuran dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2 Matriks Transaksi Teori Percampuran

Melalui matriks yang terdapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bagi transaksi percampuran, hanya dengan karakteristik now for now yang

Time

Now for Now Now for Deferred Deferred for Deffered

Ayn for 'Ayn V X X

Ayn for Dayn V X X

Dayn for Dayn V X X

Object

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

diperbolehkan, sedangkan transaksi dengan karakteristik now for deferred dan

deferred for deferred dilarang/diharamkan.

Ringkasan transaksi yang diperbolehkan dalam perbankan syariah dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 2.2 : Skema Akad Perbankan Syariah

Akad Transaksi Sosial Transaksi Komersial Natural Certainty Contract Natural Uncertainty Contract 1. Murabahah 2. Salam 3. Istishna’ 4. Ijarah 1. Musyarakah 2. Muzara’ah 3. Musaqah 4. Mukhabaran Teori Pertukaran Teori Percampuran 1. Qard 2. Wadiah 3. Wakalah 4. Kafalah 5. Rahn 6. Hibah 7. Waqf Sumber: Karim (2006 : 71)

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

b. Kegiatan Operasional Bank Syariah

Secara umum, kegiatan operasional bank syariah dapat dilihat dari jenis produk yang ditawarkan oleh bank syariah. Produk yang ditawarkan bank syariah secara umum adalah (Karim, 2006: 97 dan Muhammad, 2005: 177):

1) Penyaluran Dana (Financing) 2) Penghimpunan Dana (Funding) 3) Jasa (services)

Penjelasan masing – masing produk juga dijelaskan oleh Karim (2006: 97-112) dan Muhammad (2005: 178-190). Terdapat sedikit perbedaan antara penjelasan Karim dan Muhammad mengenai penyaluran dana. Karim berpendapat bahwa produk penyaluran dana terdiri dari pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, pembiayaan dengan akad pelengkap. Sedangkan Muhammad berpendapat bahwa penyaluran dana hanya terdiri dari pembiayaan dengan prinisp jual beli, prinsip sewa dan prinsip bagi hasil. Menurut Muhammad (2005: 188), akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa.

a) Penyaluran Dana (Financing)

Produk penyaluran dana dapat dilakukan dengan prinsip sebagai berikut: (1) Pembiayaan dengan prinsip jual beli. Pembiayaan ini dilakukan

sehubungan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan, transaksi jual beli dapat dibedakan menjadi:

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

(a) Pembiayaan Murabahah (al-bai’ bi tsaman ajil). Akad ini lebih dikenal dengan murabahah saja. Dalam skema

murabahah, bank bertindak sebagai penjual, sedangkan

nasabah bertindak sebagai pembeli. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan waktu penyerahan. Hal harus diperhatikan adalah bahwa bank harus memberitahukan tingkat keuntungan yang diambil bank pada transaksi tersebut.

(b) Pembiayaan Salam. Akad ini merupakan akad transaksi jual beli dengan barang yang bertindak sebagai objek belum ada. Namun, sebagai syarat transaksi ini adalah bahwa kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.

(c) Pembiayaan Istishna’. Akad ini hampir sama dengan akad

salam, namun pada akad istishna’, pembayaran yang

dilakukan oleh bank dapat dicicil. Pembiayaan ini biasanya dilakukan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. (2) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Transaksi ijarah didasari atas

perpindahan manfaat. Perbedaan prinsip sewa dengan prinsip jual beli terletak pada objek transaksi. Pada prinsip sewa, objek transaksi adalah jasa, sedangkan pada prinsip jual beli objeknya adalah barang/benda. Terdapat akad sewa yang diikuti dengan

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

perpindahan kepemilikan objek pada akhir masa sewa. Akad ini disebut dengan ijarah muntahhiyah bittamlik (IMBT).

(3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dapat dibedakan sebagai berikut:

i) Pembiayaan Musyarakah. Akad pembiayaan ini merupakan bentuk umum dari pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Akad musyarakah merupakan perpaduan aset dua pihak atau lebih guna membentuk usaha. Asset yang dipadukan dapat berbentuk berwujud maupun tidak berwujud. Secara spesifik, bentuk kontribusi yang dipadukan oleh pihak – pihak yang terkait dapat berbentuk dana, barang perdagangan, kewiraswastaan, kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan, intangible asset, atau bahkan reputasi.

ii) Pembiayaan Mudharabah. Pembiayaan mudharabah

terbentuk dengan komposisi pemilik modal (shahib

al-maal), dalam hal ini bank, dengan pengelola usaha (modharib). Dalam bentuk kerjasama ini, proporsi

kontribusi modal 100% diberikan oleh shahib al-maal, yaitu bank. Hal ini membedakan pembiayaan mudharabah dengan pembiayaan musyarakah. Dalam pembiayaan

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

sedangkan pada pembiayaan musyarakah, dana modal dapat berasal dari dua pihak atau lebih.

b) Penghimpunan Dana (Funding)

Penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito, namun dengan melekatkan prinsip operasional syariah pada penghimpunan dana tersebut. Prinsip operasional syariah yang dapat diterapkan pada penghimpunan dana adalah prinsip

wadi’ah dan prinsip mudharabah.

(1) Prinsip Wadi’ah. Terdapat dua jenis simpanan dengan prinsip

wadi’ah, yaitu wadi’ah yad dhamanah dan wadi’ah amanah. Jenis wadi’ah yad dhamanah merupakan akad yang sering diterapkan

pada rekening giro. Dalam prinsip wadi’ah yad dhamanah, nasabah yang menitipkan dana pada bank tersebut tidak dijanjikan imbalan pendapatan, namun juga tidak menanggung kerugian. Keuntungan dan kerugian murni dipegang oleh bank. Bank dapat memberikan bonus pada nasabah, namun tidak boleh dijanjikan pada awal pembentukan akad.

(2) Prinsip Mudharabah. Dalam prinsip himpunan dana mudharabah, bank bertindak sebagai mudharib (pengelola) sedangkan nasabah bertindak sebagai sahib al-maal (pemilik modal). Prinsip

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

deposito berjangka. Prinsip mudharabah dapat dibagi ke dalam dua bagian, ditinjau dari kewenangan pengelola:

Mudharabah Mutlaqah. Prinsip mudharabah mutlaqah juga

disebut dengan Unrestricted Investment Account (URIA). Dalam prinsip URIA, tidak terdapat limitasi yang dibebankan pemilik dana kepada bank sebagai pihak pengelola dana. Hal ini berarti bahwa bank selaku pihak pengelola dana tersebut bebas menentukan penyaluran dana tersebut ke sektor manapun.

Mudharabah Muqayyadah. Prinsip mudharabah muqayyadah

disebut juga dengan Restricted Investment Account (RIA). Dalam prinsip RIA, terdapat limitasi yang dibebankan oleh pemilik dana kepada bank selaku pengelola dana. Artinya, dalam penyaluran dana tersebut yang dilakukan oleh bank, terdapat syarat – syarat yang diajukan oleh pemilik dana.

c) Jasa (Services)

Sehubungan dengan perbedaan pendapat yang terjadi antara Karim dan Muhammad pada akad pelengkap, maka perbedaan tersebut juga berimplikasi pada produk jasa perbankan syariah. Menurut Karim (2006: 112) jasa perbankan meliputi sharf (forex trading) dan ijarah (sewa). Sewa dalam hal ini adalah jasa penyewaan kotak simpanan

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.

(safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian).

Dokumen terkait