• Tidak ada hasil yang ditemukan

Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.

Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite).Sanitasi sistem setempat (onsite)

VII-60

Laporan Akhir

adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi system terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah-rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

7.4.1.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air Limbah A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman

Untuk melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, RP2KP, SSK dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan air limbah sesuai dengan karakteristik di masing- masing Kabupaten/Kota.

Tujuan dari bagian ini adalah:

 Teridentifikasinya rumusan isu strategis pengelolaan air limbah diKabupaten/Kota;  Tereviewnya isu strategis pengembangan air limbah dari dokumen terkait.

Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain: 1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman

Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas2007 dalam KSNP Air Limbah).

2. Peran Masyarakat

Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat danbelum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.

VII-61

Laporan Akhir

3. Peraturan perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah. 4. Kelembagaan

Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.

5. Pendanaan

Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah.Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.

Setiap Kabupaten/Kota wajib merumuskan isu strategis yang ada didaerah masing-masing. Isu strategis dalam pengembangan air limbah menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur air limbah dan akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RP2IJM) yang lebih berpihak kepada pencapaian MDGs, yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain:

1. Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana

 Jumlah kepemilikan jamban di Kabupaten Blitar adalah 58% dengan rincian 56% jamban pribadi dan 2% MCK/WC umum sedangkan 42% sisanya ke lain-lain

 Sebanyak 27% membuang tinja ke tangki septik, kategori tidak aman 33% cubluk/lobang tanah, 35% Tidak tahu, 4% drainase, 1% (sungai, danau, pantai dll)

VII-62

Laporan Akhir

 sebanyak 27% membuang tinja ke tangki septik, kategori tidak aman 33% cubluk/lobang tanah, 35% Tidak tahu, 4% drainase, 1% (sungai, danau, pantai dll)

 Belum mempunyai IPAL skala terpusat dan IPLT yang tidak berfungsi

 Keterbatasan lahan terutama dalam mencari lahan untuk IPLT dan IPAL pada kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi

 Belum tersedianya masterplan dan study kelayakan dalam penanganan air limbah baik skala Kota/Kabupaten

2. Aspek Pendanaan

 Kurangnya dukungan dana APBD Daerah

 Anggaran sektor sanitasi belum menjadi prioritas oleh para pengambil kebijakan  Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari CSR dan masyarakat 3. Aspek Kelembagaan

 Belum ada peraturan secara khusus tentang penanganan lumpur tinja  Belum adanya Perda terkait Restribusi Air Limbah domestik

 Kurangnya sosialisasi pemahaman tentang pentingnya pengelolaan air limbah  Belum optimalnya koordinasi antar instansi

4. Aspek Peraturan Perundangan dan penegakan hukum

 Belum adanya Perda terkait Restribusi Air Limbah Permukiman

 Belum ada peraturan secara khusus tentang penanganan lumpur tinja karena tidak ada IPLT  Kurangnya sosialisasi pemahaman tentang pentingnya pengelolaan air limbah

 kurangnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah  Belum optimalnya koordinasi antar instansi

 Kapasitas SDM yang masih rendah/profesionalisme dan kompetensi aparat yang masih kurang

5. . Aspek Peran serta Masyarakat dan Dunia Usaha / Swasta

 Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengolahan limbah domestik. Hal ini karena masih banyaknya perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan baik itu di sungai, di kebun, laut dan sebagainya.

VII-63

Laporan Akhir

 KSM pengelola kurang aktif

 Belum adanya LSM lokal yang peduli pada pengolahan air limbah domestic

 Perlunya pemicuan tingkat kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat 6. Aspek Komunikasi, PMJK dll.

Perlunya dilakukan kampaye prilaku hidup bersih dan sehat

Dokumen terkait