• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Pemodelan 2-Dimensi

4.2.7 Lintasan O

Gambar 4.9 Pemodelan 2-Dimensi lintasan O

Pada lintasan O terbentang sepanjang 775 meter dengan elevasi 18,35 meter hingga 107,67 meter di bawah permukaan. Titik pengukuran lintasan O diawali pada titik 62,5-837,5 meter sebanyak 37 titik dengan keadaan permukaan yang sedikit bergeombang. Pada lintasan O diduga terdapat dua buah anomali bijih besi.

Anomali pertama berada pada titik 150-225 meter dengan elevasi sekitar 22,29-60 meter di bawah permukaan. Anomali bijih besi ini memiliki nilai resistivitas berkisar antara 666-1246 Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec.

Sedangkan anomali kedua berada pada titik 637,5-800 meter pada elevasi sekitar 37,2-101 meter di bawah permukaan. Anomali bijih besi pada titik kedua ditandai dengan nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan nilai chargeability berkisar antara 10,3-16,1 msec.

40 4.2.8 Lintasan N

Gambar 4.10 Pemodelan 2-Dimensi lintasan N

Lintasan N terbentang sepanjang 775 meter dengan elevasi 18 meter hingga 109 meter di bawah permukaan sebanyak 37 titik pengukuran. Titik pengukuran lintasan N diawali pada titik 62,5 meter sampai 837,5 meter dengan keadaan permukaan cenderung mendatar. Diduga pada lintasan N terdapat anomali bijih besi yang ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm rentang nilai chargeability berkisar antara 10,3-16,1 msec. Anomali tersebut berada di bentangan ke 675-785,5 meter pada elevasi sekitar 37,5 meter hingga 101,4 meter.

41 4.2.9 Lintasan M

Gambar 4.11 Pemodelan 2-Dimensi lintasan M

Lintasan M terbentang sepanjang 825 meter dengan elevasi 35 meter hingga 113 meter di bawah permukaan. Pengukuran lintasan M diawali pada titik 62.5 meter hingga 887,5 meter sebanyak 37 titik pengukuran dengan keadaan permukaan yang bergelombang. Diduga terdapat empat buah anomali bijih besi yang tersebar di bawah permukaan sepanjang lintasan M. Anomali bijih besi pertama berada pada bentangan 150-212,5 meter dengan elevasi sekitar 46-64,5 meter di bawah permukaan ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 666-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec.

Anomali bijih besi kedua berada pada bentangan sekitar 237,5-400 dengan elevasi sekitar 62-104 meter sedangkan titik ketiga berada pada bentangan 437,5-612,5 meter dengan elevasi sekitar 40-100 meter pada kedua anomali ini ditandai dengan nilai resistivitas sekitar 666 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1. Titik anomali bijih besi terakhir berada pada bentangan 700-750 meter dengan elevasi 86-101 meter di bawah permukaan ditandai dengan rentang nilai

42

resistivitas berkisar antara 666-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec.

4.2.10 Lintasan V

Gambar 4.12 Pemodelan 2-Dimensi lintasan V

Lintasan V terbentang sepanjang 425 meter dengan elevasi 40 meter hingga 115 meter di bawah permukaan. Pengukuran diawali pada titik 62,5 meter sampai 487,5 meter dengan 21 titik pengukuran di atas permukaan yang cenderung mendatar. Diduga lintasan V memiliki anomali bijih besi yang letaknya mengarah ke utara. Anomali bijih besi tersebut ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 dan rentang nilai chargeability berkisar antara 10,3-16,1 msec Anomali bijih besi terletak pada bentangan 87,5-262,5 dengan elevasi sekitar 45-114 meter di bawah permukaan.

43 4.2.11 Lintasan L

Gambar 4.13 Pemodelan 2-Dimensi lintasan L

Lintasan L terbentang sepanjang 225 meter pada elevasi 30 meter hingga 125 meter di bawah permukaan. Titik pengukuran lintasan L diawali pada titik 37,5 meter hingga 862,5 meter sebanyak 37 titik pengukuran dengan keadaan permukaan cenderung mendatar. Lintasan L menunjukan tiga buah anomali bijih besi yang letaknya menyebar. Anomali pertama berada pada bentangan 250-337,5 meter dengan elevasi sekitar 62,6-103 meter di bawah permukaan ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 666-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Anomali kedua berada pada bentangan 425-487,5 meter dengan elevasi sekitar 41-99 meter di bawah permukaan yang ditandai dengan nilai resistivitas sebesar 666 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Anomali terakhir terdapat pada bentangan ke 787,5-887,5 meter dengan elevasi sekitar 52,6-100 meter yang memiliki nilai resistivitas berkisar antara 85,5-666 Ωm dan rentang nilai

44

chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Berdasarkan peta titik pengukuran (Gambar 4.1) terdapat stockpile pada lintasan L. Stockpile merupakan endapan atau tumpukan mineral hasil penambangan pada daerah penelitian. Stockpile tersebut berada pada bentangan ke 550-725 meter dengan elevasi 37-103,7 meter di bawah permukaan yang ditandai dengan nilai resistivitas sebesar 666 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec.

4.2.12 Lintasan K

Gambar 4.14 Pemodelan 2-Dimensi lintasan K

Lintasan K terbentang sepanjang 750 meter pada elevasi 38,1 meter hingga 110 meter dibawah permukaan. Pada lintasan K titik pengukuran diawali pada titik 37,5 meter sampai 787,5 meter sebanyak 34 titik pengukuran dengan permukaan cenderung mendatar. Diduga pada lintasan K terdapat anomali bijih besi yang ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-666 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 10,3-16,1 msec. Anomali bijih besi tersebut berada pada bentangan ke 350-487,5 meter dengan elevasi 41-101 meter di bawah

45

permukaan. Berdasarkan peta titik pengukuran (Gambar 4.1) terdapat stockpile pada lintasan K. Stockpile tersebut berada pada bentangan ke 550-662,5 dengan levasi sekitar 38-103 meter di bawah permukaan ditandai dengan rentang resistivitas berkisar antara 85,5-666 Ωm yang dan rentang nilai chargeability berkisar antara 10,3-16,1 msec.

4.2.13 Lintasan W

Gambar 4.15 Pemodelan 2-Dimensi lintasan W

Lintasan W terbentang sepanjang 375 meter dengan elevasi sekitar 39,31-108,75 meter di bawah permukaan. Titik pengukuran lintasan W diawali pada titik 112,5 meter sampai 487,5 meter dengan titik pengukuran sebanyak 21 titik pada keadaan permukaan mendatar. Lintasan W diduga terdapat anomali bijih besi yang ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Anomali bijih besi tersebut terdapat pada bentangan ke 162,5-312,5 meter dengan elevasi sekitar 41-106 meter di bawah permukaan.

46 4.2.14 Lintasan J

Gambar 4.16 Pemodelan 2-Dimensi lintasan J

Pada lintasan yang terbentang sepanjang 750 meter dengan elevasi 33,5 meter hingga 109,84 meter di bawah permukaan. Titik pengukura lintasan J diawali pada jarak 62,5 meter sampai 812,5 meter di atas permukaan sebanyak 34 titik pengukuran dengan keadaan permukaan yang bergelombang. Pada lintasan ini diduga terdapat dua buah anomali bijih besi. Anomali pertama berada pada bentangan 375-525 meter dengan elevasi berkisar antara 38-98 meter di bawah permukaan yang memiliki rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Anomali kedua berada pada bentangan ke 737,5-812,5 dengan elevasi berkisar antara 51-96 meter di bawah permukaan ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-666 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec.

47 4.2.15 Lintasan I

Pada lintasan ini dilakukan inversi sebanyak 2 kali dengan jarak penampang yang bebeda. Berdasarkan kondisi lapangan titik lintasan terputus pada jarak 250 meter kemudian dilanjutkan kembali pada titik ke-20 dengan jarak 662 meter.

Diduga titik lintasan terputus dikarenakan kondisi daerah tersebut merupakan perbukitan dan terdapat sebuah danau. Berikut bentuk penampang bawah permukaan dari lintasan I.

Gambar 4.17 Pemodelan 2-Dimensi lintasan I pertama

Gambar 4.18 Pemodelan 2-Dimensi lintasan I kedua

48

Lintasan I terbentang sepanjang 850 meter dengan elevasi 30 meter hingga 85 meter di bawah permukaan dengan jumlah titik pengukuran sebanyak 23 titik.

Titik pengukuran lintasan I diambil pada bentangan 62,5-262,5 meter dan dilanjutkan pada titik 662,5-912,5 meter dengan keadaan permukaan mendatar.

Lintasan I diduga terdapat dua buah anomali bijih besi. Anomali pertama berada pada titik pengukuran pertama sekitar 200-262,5 meter dengan elevasi sekitar 46,11-100,4 meter di bawah permukaan yang memiliki rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Sedangkan anomali kedua berada pada titik bentangan sekitar 712,5-800 meter dengan elevasi sekitar 60-90,5 meter di bawah permukaan ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-666 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec.

4.2.16 Lintasan H

Gambar 4.19 Pemodelan 2-Dimensi lintasan H

49

Lintasan H terbentang sepanjang 775 meter dengan elevasi 14 meter hingga 109 meter di bawah permukaan. Pengukuran lintasan H diawali pada titik 62.5 meter hingga 837,5 meter sebanyak 34 titik pengukuran pada keadaan permukaan bergelombang. Berdasarkan penampang lintasan H diduga mengandung anomali bijih besi yang ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Anomali bijih besi tersebut berada pada bentangan 325-825 meter dengan elevasi sekitar 12-100 meter di bawah permuakaan.

4.2.17 Lintasan G

Gambar 4.20 Pemodelan 2-Dimensi lintasan G

Lintasan G berada dibentangan sepanjang 750 meter dengan elevasi 27,98 meter hingga 103,5 meter di bawah permukaan. Pada lintasan G titik ukur pertama diawali dari titik 62,5 meter hingga 812,5 meter dengan jumlah 34 titik pengukuran pada keadaan permukan yang bergelombang. Berdasarkan bentuk penampang lintasan G, diduga terdapat dua buah titik yang mengandung anomali bijih besi yang ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan

50

rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Anomali pertama berada pada bentangan 275-500 meter dengan elevasi berkisar 35-93 meter di bawah permukaan. Sedangkan anomali kedua berada pada bentangan ke 687,5-775 meter dengan elevasi 45-90 meter di bawah permukaan.

4.2.18 Lintasan F

Gambar 4.21 Pemodelan 2-Dimensi lintasan F

Lintasan F terbentang sepanjang 815 meter pada elevasi 8,05 meter hingga 97,13 meter di bawah permukaan. Pengukuran lintasan F diawali dengan titik 62,5-812,5 meter sebanyak 33 titik pengukuran pada keadaan permukaan sedikit bergelombang. Pada lintasan F diduga terdapat dua buah anomali bijih besi yang ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 10,3-16,1 msec. Anomali pertama berada pada bentangan 237,5-375,5 meter dengan elevasi 12-95 meter. Sedangkan anomali kedua berada pada bentangan ke 700-862,5 meter dengan elevasi berkisar 43-90,5 meter di bawah permukaan.

51 4.2.19 Lintasan E

Gambar 4.22 Pemodelan 2-Dimensi lintasan E

Lintasan E terbentang sepanjang 500 meter dengan elevasi 26,09 meter hingga 92,56 meter di bawah permukaan. Titik pengukuran diawali pada titik 62,5 meter sampai 562,5 meter sebanyak 26 titik dengan keadaan permukaan cenderung bergelombang. Pada lintasan E diduga ditemukan dua buah anomali bijih besi.

Titik pertama yang terindikasi mengandung bijih besi berada pada bentangan 137,5-312,5 meter dengan elevasi pada 28-92,5 meter di bawah permukaan ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 10,3-16,1 msec. Sedangkan titik anomali bijih besi kedua baerada pada bentangan 375-800 meter dengan elevasi sekitar 26-87 meter di bawah permukaan yang memiliki rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec.

52 4.2.20 Lintasan D

Gambar 4.23 Pemodelan 2-Dimensi lintasan D

Lintasan D berada pada bentangan sepanjang 650 meter dengan elevasi dari 28,82 meter sampai dengan 97,75 meter di bawah permukaan. Pengukuran pertama diawali pada titik 62,5 meter sampai dengan 712,5 meter sebanyak 20 titik pengukuran pada keadaan permukaan bergelombang. Lapisan ini diduga terdapat anomali bijih besi yang ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-666 Ωm nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Anomali bijih besi tersebut terdapat pada bentangan ke 575-650 meter dengan elevasi berkisar 74-90,5 meter di bawah permukaan.

53 4.1.21 Lintasan C

Gambar 4.24 Pemodelan 2-Dimensi lintasan C

Pada lintasan C, terbentang sepanjang 800 meter dengan elevasi 30 meter hingga 110 meter di bawah permukaan. Titik pengukuran pertama diawali pada jarak 62,5 meter sampai 862,5 sebanyak 37 titik pengukuran dengan keadaan permukaan sedikit bergelombang. Berdasarkan model (Gambar 4.24) tidak terdapat warna yang kontras antara kedua penampang. sehingga lintasan C diduga tidak berpotensi mengandung bijih besi.

4.2.22 Lintasan B

Gambar 4.25 Pemodelan 2-Dimensi lintasan B

54

Lintasan B (Gambar 4.25) terbentang sepanjang 900 meter berada pada elevasi 20 meter hingga 105 meter di bawah permukaan. Titik pengukuran lintasan B diawali pada titik 62,5 meter hingga 962,5 meter sebanyak 41 titik pengukuran dengan permukaan yang sedikit bergelombang. Pada lintasan B terlihat tidak adanya warna yang kontras antara keduanya. Sehingga dapat diduga lintasan B tidak berpotensi mengandung bijih besi.

4.2.23 Lintasan A

Gambar 4.26 Pemodelan 2-Dimensi lintasan A

Lintasan A berada terbentang sepanjang 925 meter pada elevasi 20 meter hingga105 meter di bawah permukaan laut dengan jumlah 41 titik pengukuran.

Titik pertama pengukuran lintasan A diawali pada bentangan ke 62.5 meter sampai 987.5 meter dengan keadaan permukaan yang bergelombang.

Berdasarkan gambar 4.26 terlihat tidak adanya warna yang kontras antara kedua penampang tersebut. Sehingga dapat diduga lintasan A tidak berpotensi mengandung bijih besi.

55 4.3 Hasil Pemodelan 3-Dimensi

Sebanyak 23 lintasan yang telah diinversi oleh software RES2Dinv menghasilkan nilai resistivitas dan chargeability yang sebenarnya. Pemodelan 2-Dimensi sebelumnya tidak dapat memetakan lintasan secara menyeluruh, sehingga perlu adanya pemodelan 3-Dimensi untuk mengetahui keadaan daerah penelitian secara vertikal dan horisontal. Berikut merupakan pemodelan 3-Dimensi beserta irisan vertikal, horisontal dan cross section.

4.3.1 Hasil Pemodelan 3-Dimensi Resistivitas

Gambar 4.27 merupakan gabungan seluruh lintasan dengan nilai resistivitas sebenarnya (true resistivitas) dari 23 lintasan yang terdistribusi hingga menghasilkan solid model atau model 3-Dimensi. Model 3-Dimensi yang terlihat tidak jauh berbeda dengan penampang 2-Dimensi hasil inversi dengan software RES2Dinv, hanya saja model 3-Dimensi ini dapat menampilkan model dari 6 sisi.

Model 3-Dimensi resistivitas ini memiliki rentang 85,5-4146 Ωm. Kekurangan dari solid model (Gambar 4.27) peneliti tidak dapat melihat secara jelas kondisi

Gambar 4.27 Model 3-Dimensi resistivitas

56

pada bagian dalam model. Oleh karena itu, dilakukan pengirisan vertikal yang membagi utara-selatan dan barat-timur serta irisan horisontal yang akan diproyeksikan tiap layer berdasarkan elevasinya. Pengirisan tersebut dilakukan untuk mempermudah proses analisis dan interpretasi model. Berikut merupakan bentuk pemodelan irisan secara vertikal dan cross section nya.

Gambar 4.28 Irisan vertikal membagi utara-selatan

Gambar 4.29 Irisan vertikal membagi barat-timur

57

Gambar 4.30 Cross section resistivitas

Untuk mengetahui bagian dalam dari model, dilakukan pengirisan secara vertikal yang membagi utara-selatan (Gambar 4.28) dan irisan vertikal yang membagi barat-timur (Gambar 4.29). Irisan yang membagi utara-selatan terdiri dari 6 buah irisan yang memiliki jarak sebesar 137,5 meter tiap lintasannya. Sedangkan Irisan yang membagi barat-timur daerah penelitian terdiri dari 5 buah layer yang memiliki jarak 200 meter. Hasil kedua irisan tersebut kemudian digabungkan hingga menghasilkan perpotongan atau cross section (Gambar 4.30). Berdasarkan model cross section resistivitas (Gambar 4.30) terlihat adanya beberapa titik yang merepresentasikan warna yang kontras terhadap daerah sekitarnya dengan hijau muda hingga ungu (1825,7-4146 Ωm) diduga kontras warna tersebut merupakan lapisan batupasir.

58

Secara teoritis, bijih besi bersifat konduktor yang memiliki nilai resistivitas rendah. Pada model 3-Dimensi keberadaan bijih besi di representasikan dengan warna biru tua hingga biru muda dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm. Namun untuk memastikan penyebaran yang lebih akurat diperlukan dukungan model 3-Dimensi chargeability.

4.3.2 Hasil Pemodelan 3-Dimensi Chargeability

Gambar 4.31 Model 3-Dimensi chargeability

Rentang nilai chargeability untuk pemodelan 3-Dimensi ini sama seperti pemodelan 2-Dimensi, dimana rentang nilai chargeability-nya berkisar -24,5-16,1 msec. Sehingga pemodelan 3-Dimensi chargeability ini menunjukan hasil yang kurang lebih sama dengan hasil inversi menggunakan RES2Dinv. Perbedaannya hanya terletak pada dimensinya saja. Model 3-Dimensi chargeability (Gambar 4.31) menampilkan model yang bervolume sehingga dapat diamati dari berbagai sisi. Namun, model 3-Dimensi ini berbentuk solid model sehingga diperlukan irisan untuk mengamati bagian dalam dari model. Telah dilakukan pengirisan

U

59

vertikal yang membagi utara-selatan dan irisan yang membagi barat-timur serta irisan horisontal yang diproyeksikan berdasarkan elevasinya. Pengirisan ini dilakukan untuk mempermudah proses analisis chargeability. Berikut merupakan bentuk model irisan vertikal dan cross section-nya.

Gambar 4.32 Irisan vertikal membagi utara-selatan

Gambar 4.33 Irisan vertikal membagi barat-timur U

U

60

Gambar 4.34 Cross section chargeability

Irisan vertikal (Gambar 4.32) membagi antara utara dan selatan daerah penelitian terdiri dari 6 layer yang memiliki jarak 137,5 meter setiap layer-nya.

Sedangkan irisan vertikal (Gambar 4.33) yang membagi antara barat dan timur daerah penelitian dengan jarak 200 meter setiap layer terdiri dari 5 buah layer.

Hasil kedua irisan tersebut kemudian digabungkan hingga menghasilkan perpotongan atau cross section (Gambar 4.34). Rentang nilai chargeability pemodelan 3-Dimensi di atas sama seperti rentang pada model 2-Dimensi sebelumnya sebesar -24.5-16,1 msec. Berdasarkan irisan vertikal dan cross section chargeability terlihat beberapa daerah yang memiliki warna kontras terhadap daerah sekitar yang ditandai dengan warna kuning kecoklatan hingga ungu.

Kontras warna tersebut memiliki rentang nilai chargeability yang tinggi berkisar U

61

antara 4,5-16,1 msec. Diduga warna yang kontras tersebut menunjukan adanya anomali bijih besi.

4.3.3 Pemodelan 3-Dimensi Irisan Horisontal Berdasarkan Elevasi

Gambar 4 35 Model irisan horisontal resistivitas

Gambar 4.36 Model irisan horisontal chargeability

Model irisan diatas (Gambar 4.35 dan Gambar 4.36) merupakan irisan horisontal resistivitas dan chargeability-nya. Irisan horisontal ini bertujuan untuk

U

62

memudahkan analisis dan interpretasi khususnya dalam penyebaran bijih besi di daerah penelitian berdasarkan elevasi tiap layer. Dalam proses analisis, model tersebut harus diproyeksikan tiap layer. Berikut merupakan proyeksi irisan horisontal resistivitas berdasarkan elevasi.

Gambar 4.37 Irisan horisontal resistivitas berdasarkan elevasi

Gambar 4.37 menunjukan proyeksi irisan horisontal resistivitas yang memiliki elevasi 20 meter setiap layer-nya. Pada elevasi ke 20 m, 40 m, dan 60 m terdapat beberapa titik dengan warna yang kontras terhadap warna sekitarnya.

Berdasarkan kondisi geologi dan korelasi dengan nlai referensi (Gambar 2.6), diduga warna yang kontras tersebut merupakan lapisan batupasir. Sesuai dengan kondisi geologinya, daerah penelitian ini berada pada formasi keramaian yang

63

terdiri dari batupasir. Lapisan batupasir pada model memiliki nilai resistivitas berkisar 1825,7-4146 Ωm yang ditandai dengan hijau muda hingga ungu. Pada model terdapat distribusi nilai resistivitas yang rendah ditandai dengan warna biru tua hingga biru muda dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm. Warna tersebut diduga mengandung bijih besi terlihat pada layer 1 sampai layer 3 yang menunjukan warna biru sangat pekat. Pada layer 4 sampai layer 6 warna biru tersebut semakin samar dan menyebar. Kemudian, mengkorelasikan hasil analisis tersebut dengan proyeksi layer chargeability-nya.

Gambar 4.38 Irisan horisontal chargeability berdasarkan elevasi

64

Pada irisan diatas (Gambar 4.38) merupakan proyeksi irisan horisontal berdasarkan elevasinya yang telah diiris dengan elevasi 20 meter tiap layer.

Keberadaan bijih besi pada daerah penelitian dapat di analisis berdasarkan nilai chargeability yang tinggi [18]. Berdasarkan model irisan gambar 4.37, daerah yang memiliki nilai chargeability tinggi ditandai dengan rentang warna kuning hingga ungu yang diduga merupakan bijih besi. Warna tersebut memiliki rentang chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Daerah yang diberi garis berawarna merah pada layer menunjukan titik penyebaran bijih besi di daerah penelitian yang tersebar hingga elevasi ke 120 dan penyebarannya mengarah ke timur laut.

4.4 Pembahasan

Secara geologi, daerah Kalimantan Selatan memberikan potensi jebakan bijih besi yang tersebar dan setempat. Melalui penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode induced polarization, menghasilkan data semu yang selanjutnya diolah hingga mendapatkan bentuk pemodelan. Data semu tersebut diolah menggunakan metode inversi Smoothness Constrain Least Square dengan software RES2Dinv hingga menghasilkan model Dimensi. Setiap model 2-Dimensi akan menampilkan 2 buah penampang diantaranya penampang resistivitas dan penampang chargeability yang memudahkan peneliti untuk menganalisis keberadaan bijih besi dari setiap lintasannya. Model 2-Dimensi tersebut dikonversi sehingga menghasilkan nilai resistivitas dan chargeability yang sebenarnya atau true resistivitas dan true chargeability. Nilai true resistivitas dan true chargeability ini sangat dibutuhkan untuk membuat model 3-Dimensi. Model 3-Dimensi yang dihasilkan merupakan gabungan dari seluruh data true resistivitas dan true

65

chargeability yang memvisualisasikan kondisi bawah permukaan sesuai daerah penelitian. Model 3-Dimensi tersebut memudahkan peneliti untuk melakukan analisis terhadap penyebaran bijih besi di daerah penelitian yang di representasikan ke dalam irisan secara vertikal dan horizontal. Irisan vertikal dilakukan sebanyak dua kali diantaranya irisan yang membagi utara-selatan dan irisan yang membagi barat-timur. Kemudian, dari kedua irisan tersebut digabungkan hingga membentuk cross section. Anomali bijih besi pada daerah penelitian dapat diidentifikasi berdasarkan nilai resistivitas yang rendah dan chargeability yang tinggi [18].

Litologi pada daerah penelitian juga dapat di analisis dengan mengkorelasikan kondisi geologi dan nilai referensi (Tabel 2.1, Tabel 2.2, Gambar 2.6). Nilai resistivitas yang rendah menandakan suatu batuan pada daerah tersebut memiliki porositas yang baik dan mineralnya bersifat konduktor. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi pemodelan, telah diduga adanya keberadaan bijih besi pada beberapa lintasan di daerah penelitian yang ditandai dengan rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan rentang nilai chargeability berkisar antara 4,5-16,1 msec. Ditemukan sebanyak 16 lintasan yang berpotensi mengandung bijih besi dari 23 lintasan yang telah di analisis dan interpretasi.

Lintasan tersebut di antaranya, lintasan Q, P, O, N, M, V, L, K, W, J, I, H, G, F, E, dan D.

Dalam menganalisis pola penyebaran bijih besi pada daerah penelitian, telah dilakukan pengirisan secara horisontal model resistivitas dan chargeability yang kemudian di proyeksikan tiap layer berdasarkan elevasi. Setiap layer memiliki elevasi sebesar 20 meter. Berdasarkan hasil analisis proyeksi tiap layer irisan

66

resistivitasnya, telah ditemukan beberapa warna yang kontras pada elevasi 20 meter hingga 60 meter di bagian barat dan timur daerah penelitian. Kontras warna tersebut berada pada rentang nilai resistivitas 1825,7-4146 Ωm yang ditandai dengan hijau muda hingga ungu yang diduga merupakan lapisan batupasir. Berdasarkan kondisi geologi, daerah penelitian berada diantara formasi keramaian. Formasi keramaian merupakan perselingan batupasir yang berumur kapur akhir. Batupasir terbentuk dari sedimentasi butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak hingga terakumulasi pada suatu tempat.

Pada irisan horisontal resistivitas, nilai resistivitas rendah ditunjukan dengan warna biru tua hingga biru muda tiap layer-nya yang memiliki rentang nilai resistivitas berkisar antara 85,5-1246 Ωm dan diduga merupakan anomali bijih besi. Warna tersebut terlihat semakin melebar pada elevasi yang semakin bertambah. Namun, dugaan tersebut perlu dikorelasikan kembali dengan hasil analisis dan interpretasi irisan horisontal chargeability-nya untuk menentukan arah penyebaran bijih besi di daerah penelitian. Pada irisan chargeability terlihat beberapa bijih besi yang menyebar di beberapa titik. Dimana penyebarannya mengarah ke timur laut hingga elevasi ke 120 meter dibawah permukaan.

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi melalui model 2-Dimensi dan 3-Dimensi yang telah dikorelasikan dengan nilai referensi resistivitas dan chargeability serta kondisi geologinya didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis dan interpretasi yang telah dilakukan pada model 2-Dimensi menunjukan keberadaan bijih besi di daerah “A” Provinsi Kalimantan Selatan yang ditemukan sebanyak 16 buah lintasan diantaranya lintasan Q, P, O, N, M,

1. Hasil analisis dan interpretasi yang telah dilakukan pada model 2-Dimensi menunjukan keberadaan bijih besi di daerah “A” Provinsi Kalimantan Selatan yang ditemukan sebanyak 16 buah lintasan diantaranya lintasan Q, P, O, N, M,

Dokumen terkait