• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 11. Unit Hidrograf pada 3 sub DAS di DAS Lipat kain

Tabel 9. Debit Puncak, Waktu Mencapai Debit Puncak 3 Sub DAS Lipat Kain dengan Model SCS Periode Tahun 1992 - 2003

1992 2003

KANAN 454 51 573.4 608.3

TENGAH 355 50.5 422.5 448.7

KIRI 518 53 384.2 407.6

Waktu Puncak (Tp) - jam Luas (± km2)

Sub DAS Debit Puncak (Qp) m

3 /detik

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa debit puncak yang terjadi pada Sub DAS Kanan dan Tengah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Sub DAS Kiri. Aktifitas perkebunan dan ladang yang intensif yang tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang di Sub DAS Kanan dan Tengah berakibat pada tingginya aliran permukaan yang terjadi. Perubahan penggunaan lahan menjadi areal non hutan di kedua sub DAS tersebut di atas berakibat pada semakin rendahnya air hujan yang meresap ke dalam tanah.

Volume debit puncak (Qp) sangat dipengaruhi oleh penggunaan/tutupan lahan yang terdapat di dalam areal tersebut.

49

Masih tingginya luasan hutan sekunder di Sub DAS Tengah yaitu seluas ± 90,1 % dan seluas ± 76,3 % di Sub DAS Kanan terhadap total luas masing-masing sub DAS, berpengaruh pada perbedaan besaran volume debit puncak yang terjadi. Luasan hutan yang terdapat di sub DAS Kanan lebih sedikit dibandingkan Sub DAS Tengah, hal tersebut menyebabkan debit puncak yang terjadi di Sub DAS Kanan lebih tinggi daripada di Sub DAS Tengah.

Waktu mencapai debit puncak (Tp) sangat ditentukan oleh kemiringan lereng suatu DAS, sehingga walaupun volume debit puncak yang terjadi di Sub DAS Kanan lebih besar dari pada Sub DAS Tengah, nilai Tp yang dihasilkan oleh Sub DAS Tengah lebih cepat dari pada Tp Sub DAS Kanan. Pengaruh panjang sungai utama yang lebih pendek dan kemiringan lereng yang lebih besar menyebabkan Sub DAS Tengah memiliki Tp yang lebih cepat dari pada Sub DAS Kanan. Sub DAS Kiri secara umum memiliki nilai Qp dan Tp yang paling rendah, walaupun kemiringan lereng paling besar di antara ketiga sub DAS tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kondisi tutupan lahan di Sub DAS Kiri seluruhnya berupa tutupan hutan sekunder, sehingga hujan yang jatuh di areal tersebut masih dapat ditahan dan disimpan secara baik. Karakteristik DAS pada masing-masing Sub DAS disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Luas DAS, Panjang Sungai Utama dan Kemiringan DAS pada 3 Sub DAS di DAS Lipat Kain

Kanan 454 46.9 0.15

Tengah 355 37.4 0.28

Kiri 518 45.9 0.31

Sub DAS Luas (km2) Panjang Sungai Utama (km) Basin Slope (m/m)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah setempat untuk lebih memprioritaskan usaha perbaikan kondisi

50

*

biofisik DAS khususnya di Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, agar kerusakan yang terjadi dapat diantisipasi dengan baik dan benar. Penyadaran akan pentingnya usaha konservasi tanah dan air kepada masyarakat dan pelaku usaha di daerah ini sangat perlu dilaksanakan agar kondisi hidroorologis DAS Kampar dapat menjadi lebih baik.

Hasil perbandingan debit yang dihasilkan dari data pengukuran di lapang dengan hasil dari model WMS tidak berbeda nyata pada taraf 5 % untuk SPAS Lipat Kain (R2 = 96,5%), walaupun hasil model SCS pada WMS menunjukan debit puncak yang lebih tinggi dari pengukuran di lapang (Lampiran 1). Hasil penelitian Danisworo (1991), menunjukkan bahwa model SCS menghasilkan nilai debit puncak yang cenderung melebihi debit puncak pengamatan.

Debit Puncak pada periode ulang 25, 50 dan 100 tahun disajikan pada Tabel 11. Tingginya hasil simulasi debit dengan menggunakan model SCS menunjukan bahwa model yang dibangun dengan asumsi hujan yang jatuh di seluruh DAS adalah seragam, akan memiliki akurasi yang tinggi untuk daerah dengan luasan yang relatif kecil (< 10 km2). Asumsi yang dipakai dalam metode penelitian ini adalah hujan yang jatuh pada DAS Lipat Kain seragam sebesar 98,8 mm* dengan luasan total DAS 2069,6 km2. Pada kenyataan di lapangan, hujan yang jatuh relatif tidak akan pernah seragam untuk seluruh wilayah DAS. Dengan demikian metode ini baik untuk suatu perencanaan pembangunan reservoir, karena estimasi yang lebih tinggi terhadap puncak aliran akan mengurangi kemungkinan salah perencanaan dalam penentuan dimensi reservoir.

51

Tabel 11. Debit Puncak, Waktu Mencapai Debit Puncak di DAS Lipat Kain dengan Model SCS Periode Ulang 25, 50 dan 100 Tahunan

Periode Ulang (tahun) Debit Puncak (m3/detik) Waktu Puncak (jam) 25 249,0 50,5 50 2657,1 50,5 100 2809,5 50,5

Hubungan Perubahan Penggunaan Lahan dengan Pengelolaan DAS

Aktifitas manusia pada lingkungannya menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan terutama perubahan terhadap penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan ini disebabkan oleh semakin meningkatnya tekanan kebutuhan masyarakat akan lahan. Penggunaan lahan yang terus mengalami penyusutan adalah hutan, menjadi penggunaan lainnya yaitu hutan tanaman industri. Konversi penggunaan lahan dari hutan menjadi perkebunan dan/atau hutan tanaman industri terjadi pada daerah yang relatif jauh dari permukiman penduduk dan dalam luasan yang besar. Selain itu juga konversi hutan akibat illegal logging

semakin memperburuk kondisi hidroorologis DAS Kampar. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana mengelola perubahan tersebut tanpa mengurangi pendapatan masyarakat dan pemerintah setempat tetapi kondisi DAS masih tetap lestari.

Untuk mewujudkan indikator keberlanjutan tersebut, maka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan DAS harus ditata dengan cermat dan seksama. Penataan penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi biofisik dan penerapan agroteknologi yang tepat serta dapat dilaksanakan oleh mayarakat setempat,

52

merupakan indikator penting keberhasilan pengelolaan DAS lestari. Perencanaan ini dapat dilakukan pada tahap awal dengan menggunakan model-model hidrologi yang sudah ada seperti ; ANSWERS, TOPOG, HEC 1, fraktal, dll. Sosialisasi dan perencanaan lintas sektoral yang mengakomodir seluruh keunggulan komparatif masing-masing dinas dan stake holder yang ada, merupakan salah satu kunci sukses pengelolaan DAS lestari.

Peningkatan debit puncak yang terjadi pada kurun waktu 1992 – 2003 terlihat tidak jauh berbeda (Gambar 12), konversi hutan menjadi areal HTI saat ini belum menyebabkan peningkatan debit puncak yang signifikan di DAS Lipat Kain, walaupun potensi peningkatan tersebut sudah terjadi di DAS Lipat Kain. Luasan hutan yang masih tinggi seluas ± 81,3% di DAS Lipat kain khususnya menyebar sebagain besar di Sub DAS Kiri diharapkan masih mampu menjaga kondisi hiroorologis di DAS Lipat Kain.

0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 m3/detik KANAN TENGAH KIRI Sub D A S 2003 1992 m3/detik

53

Peningkatan debit sebagai akibat perubahan tutupan lahan menunjukan bahwa konversi hutan menjadi areal non hutan jika tidak diantisipasi dan dilakukan perencanaan yang menyeluruh, maka banjir yang sering terjadi di daerah Langgam dan sekitarnya saat ini bukan tidak mungkin akan semakin besar. DAS Lipat Kain yang sebagian besar memiliki topografi bergelombang – berbukit, potensi kejadian banjir relatif rendah, akan tetapi bahaya longsor dan sumbangan aliran yang besar ke daerah bagian hilir (Langgam dan sekitarnya) merupakan dampak yang harus diantisipasi oleh pemerintahan setempat.

54

Dokumen terkait