• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Literasi Keuangan

mengelola sumber daya keuangan menurut ajaran Islam.

Pada tahun 2016 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan survei secara nasional yang mencakup 9.680 responden di 34 provinsi yang tersebar di 64 kota/ kabupaten di Indonesia dengan mempertimbangkan gender, strata wilayah, umur, pengeluaran, pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Otoritas Jasa Keuangan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 memiliki fungsi mengatur dan mengawasi industri jasa keuangan sekaligus melindungi konsumen, khususnya dalam berinteraksi dengan industri jasa keuangan. Perlindungan masyarakat dalam konteks preventif memiliki aspek literasi dan edukasi keuangan dan capacity building yang membutuhkan strategi khusus dalam implementasinya (Otoritas Jasa Keuangan, 2017).

Gambar 1.1

Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Sektor Perbankan Tahun 2016

Sumber: (Otoritas Jasa Keuangan, 2017) 0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% Literasi Keuangan Inklusi Keuangan Bank Konvensional Bank Syariah

7

Berdasarkan grafik di atas bahwa indeks literasi keuangan pada sektor Perbankan Konvensional dan Syariah mengalami nilai yang sangat berbeda, dimana perbankan konvensional sebesar 28,3% lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan syariah jauh tertinggal yang hanya 6,6%. Sepertinya hal ini dikarenakan perkembangan inklusi keuangan syariah yang ada di Indonesia masih sangat kurang dibandingkan dengan konvensional. Pada grafik di atas indeks inklusi keuangan pada sektor Perbankan juga menunjukkan hal yang sama yaitu Perbankan Konvensional sebesar 60,7% dan Perbankan Syariah 9,6%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih kurang pemahaman mengenai Perbankan Syariah serta kurangnya akses terhadap Perbankan Syariah.

Indeks literasi keuangan syariah di Sulawesi Selatan yaitu 6,2% yang merupakan di bawah rata-rata nasional. Namun, inklusi keuangan syariah lebih tinggi sebesar 14,5% (Otoritas Jasa Keuangan, 2017). Hal ini berarti akses terhadap lembaga keuangan syariah sudah ada namun tingkat pengetahuan dan keyakinan masyarakat terhadap keuangan syariah masih rendah yang dipengaruhi oleh faktor demografi di setiap daerah. Sehingga perlu adanya peran dari lembaga keuangan syariah baik bank dan non bank untuk mengambil peran dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menyikapi keuangan.

Daerah yang menjadi lokasi survei Literasi dan Inklusi Keuangan pada tahun 2016 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kota Makassar dan Kabupaten Luwu Timur. Kota Makassar

8

dengan indeks literasi keuangan 37,2% dan inklusi keuangan 81,0%. Sedangkan Kabupaten Luwu Timur dengan indeks literasi keuangan 19,6% dan inklusi keuangan 55,1%. Indeks literasi dan inklusi keuangan tersebut merupakan gabungan dari keuangan konvensional dan keuangan syariah (Otoritas Jasa Keuangan, 2017).

Survei literasi keuangan dan inklusi keuangan Otoritas Jasa Keuangan dilakukan pada tahun 2016 dengan pemilihan lokasi di Sulawesi Selatan yaitu Kota Makassar, yang merupakan pusat kota di Sulawesi Selatan yang dengan akses terhadap perbankan syariah lebih memadai dibandingkan dengan daerah lainnya yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Sehingga, perlu adanya data terbaru selama empat tahun terakhir mengenai tingkat pemahaman masyarakat tentang literasi keuangan dan tingkat inklusi keuangan pada sektor perbankan syariah.

Salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Sidenreng Rappang yang mayoritas penduduk beragama Islam dengan tingkat religiusitas yang tinggi dengan luas wilayah menengah dari semua Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan, namun akses terhadap Perbankan Syariah masih tergolong rendah karena hanya terdapat satu Perbankan Syariah yaitu Bank BNI Syariah dan Perbankan lainnya merupakan Perbankan Konvensional. Beberapa perbankan konvensional yang merupakan induk perusahaan menyediakan layanan bank syariah di setiap kantor cabang yang ada di pusat kota Kabupaten Sidenreng Rappang yaitu Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, dan Bank Sulselbar.

9

Provinsi Sulawesi Selatan dengan daerah yang terkecil yaitu Kota Parepare, namun penyebaran atau akses terhadap perbankan syariah sudah banyak terdapat di Kota Parepare tersebut di bandingkan dengan Kabupaten/Kota yang lebih luas. Sehingga perlu adanya penelitian untuk mengetahui tingkat literasi keuangan syariah dan inklusi keuangan perbankan syariah di Kota Parepare sebagai perbandingan dengan wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang dilihat dari kategori pusat kota dan luas wilayah sedang dan terkecil.

Faktor yang diduga mempengaruhi masyarakat dalam inklusi keuangan yaitu faktor demografi. Dalam penelitian Nur’Aini, dkk (2016) mengenai Pengaruh Literasi Keuangan dan Faktor Demografi Terhadap Keputusan Investasi di Pasar Modal dengan hasil bahwa literasi keuangan dan faktor demografi secara simultan berpengaruh terhadap keputusan investasi di pasar modal. Pada penelitian tersebut hanya fokus pada keputusan investasi. Sedangkan, perlu juga diketahui sikap masyarakat dalam mengelola keuangan baik dalam tabungan jangka pendek maupun jangka panjang sehingga pada penelitian ini ingin mengetahui akses dan penggunaan masyarakat terhadap produk dan jasa perbankan syariah.

Menurut Anna Sardiana (2018) dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Literasi Keuangan pada Keuangan Inklusif Penggunaan Bank Sampah di Jakarta Selatan bahwa keuangan inklusif diharapkan mampu menjawab alasan tersebut dengan memberikan banyak manfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakat, regulator, pemerintah, dan pihak swasta, antara lain

10

meningkatkan efisiensi ekonomi, mendukung stabilitas keuangan, mendukung pasar keuangan, memberikan potensi pasar baru bagi perbankan, mendukung Human Depelopment Index (HDI) Indonesia berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi local dan nasional yang berkelanjutan, serta mengurangi kesenjangan (inequality) dan rigiditas low income trap. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya berujung pada pengurangan tingkat kemiskinan.

Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang industri perbankan syariah beserta produk-produknya menyebabkan masyarakat mudah terjebak dalam melakukan investasi yang menawarkan keuntungan yang menggiurkan dalam jangka waktu yang pendek tanpa mempertimbangkan risikonya dan melakukan pinjaman kepada lembaga dengan bunga pinjaman yang sangat tinggi. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Dengan adanya program nasional dalam peningkatan literasi keuangan, diharapkan masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai dalam pengambilan keputusan keuangan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang tentang masih rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan serta mendukung upaya pemerintah meningkatkan akses inklusif keuangan pada masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan, maka dari itu mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Indeks Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan Perbankan Syariah di Provinsi Sulawesi Selatan)”.

11 B. Batasan Masalah

Adapun permasalahan yang perlu diidentifikasi dalam penelitian ini terkait dengan: Literasi Keuangan, tingkat literasi masyarakat pada perbankan syariah. Faktanya, masih banyak masyarakat yang tidak memiliki pemahaman yang memadai dalam menggunakan produk dan layanan perbankan syariah. Kemampuan mereka untuk memahami produk-produk perbankan syariah, baik itu tabungan, investasi, maupun pembiayaan. Padahal literasi keuangan dapat membantu masyarakat untuk mengetahui produk-produk perbankan syariah yang sesuai kebutuhannya.

Inklusi keuangan perbankan syariah, kurang optimalnya persebaran layanan perbankan syariah di Indonesia disebabkan akses yang belum menjangkau secara penuh. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti tentang pengaruh literasi keuangan terhadap inklusi keuangan sektor perbankan syariah pada masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Kota Makassar, Kota Parepare dan Kabupaten Sidenreng Rappang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka permasalahan yang dirumuskan pada penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana tingkat literasi keuangan syariah masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan?

2. Bagaimana tingkat inklusi keuangan perbankan syariah masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan?

12

3. Apakah literasi keuangan berpengaruh terhadap inklusi keuangan perbankan syariah di Provinsi Sulawesi Selatan?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian antara lain:

1. Untuk menganalisis tingkat literasi keuangan perbankan syariah pada masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Untuk menganalisis tingkat inklusi keuangan perbankan syariah pada masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Untuk menganalisis pengaruh literasi keuangan terhadap inklusi keuangan perbankan syariah masyarakat Sulawesi Selatan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah:

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat dalam penelitian ini diharapkan dijadikan literatur bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembacanya. Dan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta dapat menambah informasi dan pengetahuan pada kajian bidang ilmu keuangan yang berkaitan dengan literasi keuangan dan inklusi keuangan syariah dengan sifat kepribadian yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

13 2. Manfaat Praktis

a. Akademik

Untuk pihak akademik, diharapkan penelitian ini menjadi perbendaharaan kepustakaan. Selain itu bisa digunakan untuk referensi penelitian-penelitian kembali.

b. Mayarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan

atau sumbangan pemikiran bagi masyarakat untuk lebih

meningkatakan tingkat pemahaman tentang keuangan dibidang literasi dan inklusi keuangan syariah dalam mengambil keputusan perihal mengelola keuangan.

c. Perbankan Syariah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak pengelola jasa keuangan perbankan syariah untuk lebih meningkatkan edukasi keuangan kepada masyarakat.

d. Penelitian Lanjutan

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi ketika akan melakukan peneliian yang sejenis di masa yang akan datang. Penelitian ini bisa digunakan sebagai rujukan oleh peneliti selanjutnya terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian ini.

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Literasi Keuangan

1. Pengertian Literasi Keuangan

Kusumaningtuti dan Cecep (2018:8) mengemukakan literasi keuangan didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan keyakinan yang mempengaruhi saikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan. Menurut Jonni dan Adler (2009:24), literasi keuangan merupakan suatu keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memungkinkan seorang individu tersebut membuat keputusan yang efektif dengan sumber daya keuangan yang dimilikinya.

Lusardi dan Mitchell (2013) mengemukakan literasi keuangan merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola informasi tentang ekonomi, membuat perencanaan keluarga, dan membuat keputusan yang lebih baik tentang akumulasi kekayaan, pensiunan, dan hutang yang dimilikinya. Definisi lain dari Chen dan Volpe (1998:57) literasi keuangan adalah sebagai kemampuan mengelola keuangan agar hidup bisa lebih sejahtera dimasa yang akan datang.

Menurut lembaga Otoritas Jasa Keuangan (2017:77),

penyempurnaan pengertian literasi keuangan dilakukan dengan menambahkan aspek sikap dan perilaku keuangan di samping

15

pengetahuan, keterampilan dan keyakinan terhadap lembaga, produk dan layanan jasa keuangan. Secara lengkap pengertian dimaksud meliputi: pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan.

2. Literasi Keuangan Syariah

Pengertian literasi keuangan syariah menurut Rahim, et.al (2016:32-35) mengemukakan bahwa literasi keuangan syariah merupakan kemampuan seseorang dalam pengetahuan keuangan, keterampilan dan sikapnya dalam mengelola sumber daya keuangan menurut ajaran Islam. Selain itu, juga literasi keuangan syariah merupakan kewajiban seluruh agama bagi setiap warga muslim karena hal tersebut berdampak pada realisasi Al-Falah (kesuksesan) di dunia dan akhirat.

Menurut Hogarth dalam buku Ekonomi Pembangunan Syariah, melalui literasi keuangan syariah seseorang diharapkan akan mampu dalam (Beik, 2016:221):

a. Memanfaatkan sumber-sumber keuangan

b. Meningkatkan keamanan dalam kegiatan ekonomi c. Meningkatkan kontribusi kepada masyarakat

d. Membawa dan membangun masyarakat ke arah yang lebih baik e. Menghasilkan tenaga kerja yang terdidik dengan baik

Semua hal di atas dapat terlaksana apabila ada keterkaitan serta pengetahun dan perilaku. Hilgert dan Hogarth dalam buku Ekonomi

16

Pembangunan Syariah menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai pengetahuan dan pendidikan yang lebih baik, tentunya akan memiliki keinginan untuk berubah kearah yang lebih baik dan juga lebih mampu menerima terkait dengan masukan-masukan tentang perilaku keuangan. Oleh karena itu, edukasi keuangan syariah jyga perlu direncanakan dengan baik juga (Beik, 2016:221).

Edukasi keuangan yang tepat tentunya juga akan memberi dampak pada tingkat pemahaman masyarakat terhadap konsep dasar keuangan syariah. Bagaimana konsep suatu akad dalam keuangan syariah, serta juga perbedaannya dengan transaksi keuangan konvensional. Semuanya harus bisa diedukasikan dengan baik ke semua masyarkat. Sehingga, masyarakat dapat menegtahui dengan jelas perbedaan diantara keduanya (Beik, 2016:222).

Dalam Al-Qur’an surah Al-An’am telah menjelaskan akan pentingnya sebuah literasi atau pengetahuan, jadi setiap muslim harus bisa membedakan apa yang dibolehkan dalam Islam dan apa yang dilarang dalam Islam. Sebagaimana terjemahan ayat di bawah ini:

“Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesugguhnya Tuhanmu, Dialah yang telah mengetahui orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-An’am: 119).

Selain itu ada juga ayat yang menjelaskan tentang pentingnya pengetahuan, yaitu Surah Al-Mujadilah ayat 11 dengan terjemahan di bawah ini:

17 “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang beriman diantaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Surah Al-Mujadilah: 11).

Ayat diatas menjelaskan tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Karena Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan yang mempunyai pengetahuan di surga-Nya nanti. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan syariah yaitu seorang yang mampu menggunakan pengetahuan keuangan, ketrampilan keuangan dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk mengelola sumber daya keuangan Islam dalam rangka mencapai kesejahteraan yang sesuai dengan landasan hukum Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadist.

3. Prinsip Dasar Literasi Keuangan

Prinsip dasar literasi keuangan yang terdapat dalam Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNKLI) oleh (Otoritas Jasa Keuangan, 2017:80) antara lain:

a. Terencana dan terukur

Kegiatan yang dilakukan memiliki konsep yang sesuai dengan sasaran, strategi, kebijakan otoritas dan kebijakan pelaku usaha jasa keuangan serta memiliki indikator untuk memperoleh informasi peningkatan literasi keuangan.

b. Berorientasi pada pencapaian

Kegiatan yang dilakukan mampu mencapai tujuan peningkatan literasi keuangan dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada.

18

c. Berkelanjutan

Kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang direncanakan serta memiliki aspek jangka panjang. Dalam penerapan prinsip berkelanjutan, pelaku usaha jasa keuangan perlu mengutamakan pemahaman terhadap pengelolaan keuangan, lembaga, produk dan/atau layanan jasa keuangan.

d. Kolaborasi

Kegiatan yang dilakukan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan dalam pelaksanaan kegiatan secara bersama-sama.

4. Tujuan Literasi Keuangan

Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

76/POJK/POJK.07/2016 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan di Sektor Jasa Keuangan untuk Konsumen dan/atau masyarakat, tujuan literasi keuangan meliputi:

a. Meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan keuangan b. Mengubah sikap dan perilaku dalam pengelolaan keuangan menjadi

lebih baik, sehingga mampu menentukan dan memanfaatkan lembaga, produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

5. Fungsi Literasi Keuangan

Sesuai dengan Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2016, fungsi dari ditingkatkannya literasi keuangan yaitu memiliki tugas sebagai berikut (Otoritas Jasa Keuangan, 2016) :

19

a. Merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan dalam rangka meningkatkan literasi keuangan

b. Melakukan pemantau serta evaluasi atas dilaksanakannya kegiatan peningkatan literasi keuangan yang sudah dilakukan para pelaku usaha jasa keuangan

c. Memberikan masukan kepada unit bisnis yang bertugas melakukan riset dan pengembangan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan konsumen dan sesuai kemampuan yang dimiliki konsumen.

6. Indikator Pengukuran Literasi Keuangan

Pada tahun 2016, OECD/INFE mengadakan survei internasional kedua dengan melibatkan 30 negara. Indikator yang digunakan dalam mengukur tingkat literasi keuangan yaitu pengetahuan keuangan (financial knowledge), perilaku keuangan (financial behavior), sikap keuangan (financial attitudes) yang akan menghasilkan tingkat literasi keuangan secara nasional (Soetiono, 2018:74).

a. Pengetahuan Keuangan (financial knowledge)

Ini merupakan komponen paling penting dari literasi keuangan seorang individu dalam rangka membantu meraka dalam hal membandingkan produk dan jasa lembaga keuangan agar mereka bisa membuat keputusan keuangan yang tepat dan terinformasi dengan baik.

20

b. Perilaku Keuangan (financial behavior)

Selain pengetahuan keuangan yang penting dalam hal literasi keuangan, akan tetapi perilaku konsumenlah yang akhirnya membentuk keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Karena sebagian besar masyarakat belum menunjukkan perilaku yang dibutuhkan untuk lebih tahan terhadap goncangan (financial resilient), dalam bentuk perilaku menabung secara aktif, berikir uang sebelum membeli sesuatu, membayar tagihan tepat waktu, memperhatikasecara seksama permasalahan keuangan dan mempuyai tujuan keuangan jangka panjang.

c. Sikap Keuangan (financial attitudes)

Sikap keuangan pada hal ini berfokus pada time horizon responden terhadap uang dan perencanaan untuk masa depan, yaitu apakah responden memilih “hidup untuk hari ini” atau mempunyai perencanaan jangka panjang.

Dokumen terkait