• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

II. 2.6.3.3.2 Gradasi Rapat (Dense Graded)

I.6 BATASAN MASALAH

1.7 LITERATUR REVIEW

1.7.1 Zuliansyah, alfriady (2011), Pengaruh Penggunaan Rubberized Asphalt

Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Porus.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui campuran aspal porus dengan menggunakan metode Australian Asphalt Pavement Association (AAPA) 2004 dan Spesifikasi Umum 2010. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai karakteristik campuran aspal porus adalah penggunaan Rubberized aspal, diperoleh dari penambahan aspal Konvensional pen.60/70 dengan bahan aditif berupa karet yaitu resprene 35. Pada penggunaan aspal konvensional, nilai stabilitas maksimum sebesar 335 kg dicapai pada kadar aspal 6,0%. Kadar Aspal Optimum (KAO) untuk Cantabro loss 35% diset untuk mendapatkan kadar aspal minimum 4,40%, kemudian nilai VIM 18% diset untuk mendapatkan kadar aspal maksimum yaitu 5,35%, Asphalt Flow Down mendapatkan nilai 0,18%.

Pengujian karakteristik campuran aspal porus menggunakan aspal pen 60/70 menghasilkan nilai kadar aspal optimum sebesar 5,1%, akan tetapi nilai stabilitas marshall tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh AAPA.

1.7.2 Djumari, dan Djoko Sarwono (2009). Perencanaan Gradasi Aspal Porus

Menggunakan Material Lokal Dengan Pemampatan Kering . Media Teknik Sipil. Volume IX.

Penelitian ini membahas tentang mutu campuran aspal porus yang sangat dipengaruhi oleh kualitas material asal. Studi ini dilakukan untuk

mengkaji kelaiakan gradasi material yang tersedia dipasaran, perencanaan gradasi aspal porus dilakukan dengan metode pemampatan maksimum (MPK) menggunakan material lokal. Validasi campuran menggunakan metode marshall didapat nilai kadar aspal optimum 4%, nilai porositas 30,30%, nilai stabilitas 453,83 kg, nilai flow 2,67% mm, cantabrian test 58,71%

1.7.3 Saleh, M Sofyan. dkk. (2014). Karakteristik Campuran Aspal Porus

Dengan Substitusi Styrofoam Pada Aspal Penetrasi 60/70. Jurnal Teknik Sipil. vol.12. No.3.

Penelitian ini mencoba memanfaatkan limbah Styrofoam untuk meningkatkan kualitas aspal sebagai bahan pengikat beton aspal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik campuran aspal porus dengan subtitusi Styrofoam kedalam aspal pen 60/70, dengan menggunakan metode Australian Asphalt Pavement Association (AAPA) 1997. Pembuatan benda uji untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) berdasarkan metode Australia dengan beberapa parameter yaitu: nilai Cantabro Loss (CL), Asphlat Flow Down ( AFD) dan Voids in mix (VIM). Gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi terbuka dengan kadar aspal 4,5%; 5,5%; 6,0% dan 6,5% sebelum disubtitusi Styrofoam. Selanjutnya dilakukan pengujian dan perhitungan parameter marshall, CL dan AFD untuk mendapatkan KAO. Setelah KAO diperoleh, dibuat benda uji pada KAO dan variasi ± 0,5 dari nilai KAO dengan variasi subtitusi Styrofoam 5%, 7% dan 9%. Uji permeabilitas dan durabilitas pada kadar aspal terbaik. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh KAO sebesar 5,76% dan kadar aspal terbaik pada 6,26% dengan subtitusi Styrofoam 9%, dimana semua parameter nya telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan kecuali nilai stabilitas yang hanya 495,92 kg atau sedikit dibawah spesifikasi yang disyaratkan Australian Asphalt Pavement Association (AAPA) 1997 untuk lalu lintas sedang yaitu minimum 500 kg.

1.7.4 Diana, I Wayan. dkk. (2000). Sifat-sifat Teknik Dan Permeabilitas Pada Aspal Porus. Makalah Disampaikan Pada Simposium III FSTPT, ISBN No. 979-96241-0-X. Yogyakarta, 15November.

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan properties aspal porus yang direncanakan dengan metode Australia, Jepang dan Marshall. Kinerja campuran pada kadar aspal optimum (KAO) dievaluasi menggunakan Wheel Tracking Machine dan Permeabilitas menggunaka uji simulasi curah hujan. Hasil penelitian menujukkan properties aspal porus yang diperoleh dari metode Australia dan Jepang tidak terdapat perbedaan yang berarti. Tetapi dari metode Marshall KAO tidak dapat dihitung, karena stabilitas marshall lebih kecil dari persyaratan minimum (500 kg). koefisien permeabilitas diperoleh menurun dari 5,129 cm/detik sampai 0,850 cm/detik (Autralia) dan menurun dari 5,035% cm/detik sampai 0,853 cm/detik (Jepang).

1.7.5 Ary Setyawan, dan sanusi. Observasi Properties Porus Berbagai Gradasi

dengan Material Lokal. Media teknik sipil 15.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan gradasi agregat yang telah dibuat beberapa negara seperti inggris, jepang,

swistzerland dan indonesia dalam memproduksi aspal porus dengan material dari surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai stabilitas dari yang tertinggi sampai yang terendah secara berurutan yaitu pada gradasi jepang 427,79 kg; gradasi BVR 261,22kg; pada gradasi Indonesia 255,4 kg. Hasil Cantabro loss dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu : pada gradasi BS 56,22%; gradasi BVR 64,44%; pada gradasi jepang 66,75%; pada gradasi indonesia 96,21%. Dan dapat disimpulkan bahwa gradasi jepang adalah gradasi terbaik dibandingkan dengan menggunakan gradasi-gradasi lainnya.

1.7.6 Nurazwar, Zulkarnain. dkk. (2001). Studi Perilaku Campuran Aspal

Berpori Terhadap Proporsi Agregat Kasar. Media Teknik No.4 Tahun XXIII Edisi November 2001 no. ISSN 0216-3012.

Penelitian ini menganalisa pengaruh penambahan proporsi agregat kasar terhadap rongga udara campuran aspal berpori. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penambahan proporsi agregat kasar yang besar akan mengurangi stabilitas campuran aspal berpori. Nilai permeabilitas aspal berpori menunjukkan kemampuan lapisan perkerasan untuk mengalirkan air, nilai permeabilitas aspal berpori yang lebih besar diperoleh dari proporsi agregat kasar yang lebih banyak.rongga udara optimal tidak didapatkan dari penelitian ini, karena data-data yang didapatkan tidak semuanya memenuhi spesifikasi.

1.7.7 Katnam, Herda Yati. dkk. (2005). Performance Of Wet Mix Rubberised

Porous Asphalt. Proceedings Of Eastern Asia Society For Transportation Studies. Vol.5.Hlm. 695-708.

Penelitian ini membahas tentang penggunaan aspal Rubberized pada aspal porus. Aspal dicampur dengan proses basah. Dimana aditif Rubber dicampur dengan aspal sebelum pencampuran menghasilkan pengikat Rubberized dengan agregat. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kadar rubber pada campuran aspal porus memang memiliki sifat ketahanan terhadap disentegrasi. Meskipun komponen rubber digunakan sebagai pengikat yang dimodifikasi berkontribusi terhadap penuaan aspal dan meningkatkan viskositas terhadap ketebalan film aspal.

1.7.8 Ir. M. Affan.AS. Perilaku Aspal Porus Di Uji Dengan Alat Marshall Dan

Wheel Tracking Machine. Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-x. penelitian ini menjelaskan tentang perilaku Aspal porus di uji Dengan alat Marshall dan Wheel Tracking Machine, pada penelitian ini ingin diketahui perilaku aspal aspal porus. Agregat yang digunakan adalah agregat pecah begradasi terbuka. Sebagai bahan pengikat (binder) di pakai rubberized asphalt . variasi kuantitas rubberized asphalt yang di campur kedalam agregat adalah 3%, 3.5%, 4%, 4,5%, 5%, 5,5,% dan 6% terhadap berat total campuran.pembuatan benda uji dengan alat marshall mengikuti prosedur AASHTO t-254-74. Benda uji di padatkan sebanyak 2 x 50 tumbukan. Berdasarkan optimum binder contant (OBC) dibuat enam buah benda uji, masing-masing 3 benda uji untuk pengujian dengan wheel tracking machine, dan tiga benda uji untuk pengujian permeabilitas. Sebagai pembanding dibuat benda uji-benda uji dengan menggunakan agregat dan gradasi yang sama, dengan binder aspal penetrasi 60/70 berdasarkan pengujian aspal porus dengan alat marshall

di peroleh nilai rata-rata stabilitas marshall 744 kg, kelelehan 3.10 mm, dan vim 22,80% pada OBC 4.75%. nilai indek permeabilitas rata-rata 0,1298 cm/detik. Pengujian dengan wheel tracking machine menghasilkan dynamic stabilitas rata-rata 5815,13 NP/mm dan rate of deformation 0,00736 mm/menit. Dibandingkan dengan aspal porus menggunakan binder aspal penetrasi 60/70, penggunaan rubberized asphalt dapat meningkatkan nilai stabilitas marshall sebesar 17,35%.

Dokumen terkait