• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

II. 2.6.3.3.2 Gradasi Rapat (Dense Graded)

II.3 Penelitian Terdahulu

Alfriady zuliansyah, melakukan penelitian untuk mengevaluasi karakteristik aspal porus dengan menggunakan Rubberized Asphalt sebagai bahan aditif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui campuran aspal porus dengan menggunakan metode Australian Asphalt Pavement Association (AAPA) 2004 dan Spesifikasi Umum 2006. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai karakteristik campuran aspal porus adalah penggunaan Rubberized aspal, diperoleh dari penambahan aspal Konvensional pen.60/70 dengan bahan aditif berupa karet yaitu resprene 35. proses pencampuran aspal konvensional pen 60/70 dengan Resprene 35 dilakukan dengan metode basah, yaitu mencampurkan kedua bahan tersebut Pada penggunaan aspal konvensional, nilai stabilitas maksimum sebesar 335 kg dicapai pada kadar aspal 6,0%. Kadar Aspal Optimum (KAO) untuk Cantabro loss 35% diset untuk mendapatkan kadar aspal minimum 4,40%, kemudian nilai VIM 18% diset untuk mendapatkan kadar aspal maksimum yaitu 5,35%, Asphalt Flow Down mendapatkan nilai 0,18%.

Pengujian karakteristik campuran aspal porus menggunakan aspal pen 60/70 menghasilkan nilai kadar aspal optimum sebesar 5,1%, akan tetapi nilai stabilitas marshall tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh AAPA.

Adapun kesimpulaan dari hasil penelitian tersebut adalah:

1. Pengujian karakteristik campuran aspal porus menggunakanaspal pen 60/70 menghasilkan nilai kadar aspal optimum sebesar 5,1%. Akan tetatpi nilai stabilitas marshall tidak memenuhi persyaratan yang di tetapkan oleh AAPA.

2. Persentase penambahan Resiprene 35 yang menghasilkan perfoma terbaik untuk campuran aspal porus sebanyak 6%. Pada penambahan ini didapat nilai VIM sebesar 19,03%, nilai stability sebesar 545 kg, nilai flow sebesar 5,20 mm, nilai MQ sebesar 105 kg/mm, nilai cantabro loss sebesar 14,46%, nilai asphalt flow down sebesar 0,259%, dan nilai koefisien permeabilitas sebesar 0,2829 cm/s.

I Wayan Diana, melakukan penelitian untuk mengevaluasi karakteristik aspal porus menggunakan 3 metode yaitu : Australia, Jepang dan Marshall, mengevaluasi kinerja stabilitas dinamis dan kecepatan deformasi dengan alat Wheel Tracking Machine, mempelajari sifat-sifat drainase aspal porus, khususnya menentukan hubungan antara debit aliran permukaan dan aliran dasar dengan variasi kemiringan melintang jalan.

Berdasarkan pengujian propertis aspal, didapat hasil pengujian berat jenis aspal HBA-80 adalah 1,025 > 1,0. Penetrasi pada suhu 25oC adalah 47. Pengujian penetrasi setelah RTFOT pada suhu 25oC; 30oC dan 35oC diperoleh penetrasi sisa sebesar 89,4%; 95,7% dan 78,2% dan hasil uji kehilangan berat adalah 0,2%. Hasil pengujian titik lembek sebelum dan sesudah RTFOT adalah 71oC dan 72oC, jauh lebih besar dari aspal pen. 60/70 dengan titik lembek pada rentang 48oC-58oC. Hasil pengujian daktilitas sebelum dan sesudah RTFOT adalah 36 cm dan 35 cm < 100 cm. Hasil pengujian propertis aspal menunjukan bahwa HBA-80 kurang peka terhadap pengaruh temperatur dan lebih kental serta lebih getas bila dibandingkan dengan aspal pen. 60/70. Merujuk pada suhu pencampuran dan suhu pemadatan HBA-80 yang sangat tinggi, hal tersebut sangat menyulitkan pelaksanaannya di lapangan dan bahan

dasar HBA-80 dari aspal pen. 60/70 akan rusak karena suhu pencampuran dan pemadatan yang tinggi.

Pada pemeriksaan karakteristik aspal porus, kadar aspal optimum metode Australia sebesar 5,31% dengan kepadatan 2,208 gram/cm3, kadar aspal optimum berdasarkan metode Jepang sebesar 5,5% dengan kepadatan 2,172 gram/cm3. Penentuan KAO berdasarkan metode Marshall, stabilitas maksimum yang diperoleh 190,06 kg dan kekakuan 46,98 kg/mm tidak memenuhi persyaratan minimal 500 kg. Jadi KAO tidak dapat dihitung, berarti metode Marshall yang biasa dipakai untuk menentukan KAO beton aspal gradasi padat tidak cocok untuk aspal porus yang bergradasi terbuka.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa aspal porus yang direncanakan dengan metode Australia dan Jepang tidak mempunyai perbedaan yang cukup berarti, sedangkan metode Marshall tidak cocok untuk aspal porus yang bergradasi terbuka. Kemampuan aspal porus menyerap dan mengalirkan air hujan sangat tinggi, sehingga kekesatan permukaan jalan dapat dipertahankan pada musim hujan dan kapasitas jalan meningkat dengan keselamatan lalu-lintas yang lebih baik.

Ir.M.Affan, AS, melakukan penelitian tentang perilaku Aspal porus di uji Dengan alat Marshall dan Wheel Tracking Machine, pada penelitian ini ingin diketahui perilaku aspal aspal porus. Agregat yang digunakan adalah agregat pecah begradasi terbuka. Sebagai bahan pengikat ( binder ) di pakai rubberized asphalt . variasi kuantitas rubberized asphalt yang di campur kedalam agregat adalah 3%, 3.5%, 4%, 4,5%, 5%, 5,5,% dan 6% terhadap berat total campuran.pembuatan benda uji dengan alat marshall mengikuti prosedur AASHTO t-254-74. Benda uji di padatkan sebanyak 2 x 50 tumbukan. Berdasarkan optimum binder contant (OBC)

dibuat enam buah benda uji, masing-masing 3 benda uji untuk pengujian dengan wheel tracking machine, dan tiga benda uji untuk pengujian permeabilitas. Sebagai pembanding dibuat benda uji-benda uji dengan menggunakan agregat dan gradasi yang sama, dengan binder aspal penetrasi 60/70 berdasarkan pengujian aspal porus dengan alat marshall di peroleh nilai rata-rata stabilitas marshall 744 kg, kelelehan 3.10 mm, dan vim 22,80% pada OBC 4.75%. nilai indek permeabilitas rata-rata 0,1298 cm/detik. Pengujian dengan wheel tracking machine menghasilkan dynamic stabilitas rata-rata 5815,13 NP/mm dan rate of deformation 0,00736 mm/menit. Dibandingkan dengan aspal porus menggunakan binder aspal penetrasi 60/70, penggunaan rubberized asphalt dapat meningkatkan nilai stabilitas marshall sebesar 17,35%.

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 UMUM

Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang sangat penting dalam menunjang berbagai kegiatan sosial dan perekonomian. Tujuan pembangunan jalan raya diantaranya adalah menyelenggarakan terwujudnya lalu lintas yang aman, cepat dan nyaman. Oleh karena itu prasarana jalan memerlukan perhatian khusus terhadap segi keamanan dan kenyamanan dari jalan tersebut. Kondisi fisik dari jalan seperti tingkat kekesatan aspal, percikan air dan membuat permukaan jalan tidak licin sehingga roda kendaraan tidak mudah tergelincir dan dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas ketika musim hujan, mengurangi suara kendaraan sehingga dapat menurunkan tingkat polusi udara (Danang Pasc Karyono 2010). Proses pencampuran beraspal merupakan bagian perkerasan lentur yang terletak di bagian atas atau diatas lapis pondasi. Karena letaknya di bagian atas, maka campuran beraspal harus tahan terhadap pengausan akibat beban roda kendaraan dan pengaruh lingkungan (panas matahari dan air hujan). Di samping itu, campuran beraspal dituntut untuk memiliki kekuatan yang baik sehingga dapat mengeliminasi tegangan vertikal yang terjadi pada pondasi sampai ke tanah dasar, sehingga tegangan yang terjadi tidak menimbulkan deformasi berlebih.

Pemilihan tipe campuran beraspal merupakan solusi untuk mewujudkan kenyamanan mengendarai kendaraan di jalan dengan tingkat keselamatan yang tinggi. Salah satu tipe campuran beraspal adalah campuran aspal porus. Aspal porus adalah campuran aspal generasi baru dalam perkerasan lentur, yang membolehkan air meresap kedalam lapisan atas (wearing course) secara vertical dan horizontal.

Lapisan ini menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang di hamparkan diatas lapisan kedap air.

Kapasitas drainase aspal porus tergantung dari persentase dan jenis rongga di dalam aspal porus. Persentase rongga menerus yang besar sangat efektif untuk menyerap dan mengalirkan air hujan dengan cepat ke saluran samping. (Alfriady 2011)

Dokumen terkait