• Tidak ada hasil yang ditemukan

Litter adalah bahan yang mempunyai kemampuan cukup baik dalam menyerap air yang digunakan untuk mengisi alas kandang. Penggunaan litter dimaksudkan untuk memberikan alas yang nyaman untuk tempat hidup ayam. Adapun kebaikan dari sistem litter yaitu menghemat tenaga dan biaya, tatalaksana pemeliharaan lebih mudah, suhu kandang dapat lebih merata. Beberapa jenis bahan litter yang berasal dari limbah pertanian dan industri yang bisa

dipergunakan misalnya: sekam padi, serbuk gergaji, serutan kayu. Bahan-bahan tersebut hendaknya mampu memenuhi beberapa persyaratan yaitu mudah menyerap air, kondisi dan kualitas baik, kering tidak berdebu, murah dan mudah didapat, tidak lengket, tidak berjamur, tidak mengandung pestisida atau

kontaminan lain dan tidak mengandung kotoran hewan (Medion, 2009).

Manajemen litter pada usaha peternakan ayam komersial, khususnya broiler

merupakan salah satu faktor penting yang harus selalu diperhatikan. Kondisi litter

basah akan menghasilkan dampak negatif terhadap performa ayam dan berujung pada kerugian ekonomi. Litter basah bisa terjadi akibat litter bercampur dengan ekskreta, air minum yang tumpah atau terkena tetesan air hujan. Kondisi tersebut akan memicu timbulnya penyakit sehingga produktivitas ayam tidak optimal.

19 Oleh sebab itu, yang dibutuhkan dalam hal ini ialah bagaimana mengatur litter

agar kadar airnya tetap normal (20--25%) (Medion, 2009).

Achmanu dan Muharlien (2011) menyatakan bahwa kandang yang lantainya diberi alas (litter) yang berfungsi untuk menyerap air, agar lantai kandang tidak basah oleh kotoran ayam, karena itu bahan yang digunakan untuk litter harus mempunyai sifat mudah menyerap air, tidak berdebu, dan tidak basah. Alas kandang harus cepat meresapkan air karena litter mempunyai fungsi strategis sebagai pengontrol kelembapan kandang, tidak berdebu, dan bersifat empuk sehingga kaki ayam tidak luka/memar.

Menurut Suprijatna dkk., (2005), kandang sistem litter adalah kandang yang lantainya ditutup dengan bahan organik yang partikelnya berukuran kecil. Terdapat beberapa tujuan dan manfaat penggunaan litter pada pemeliharaan

broiler yaitu

1. untuk menyerap air, bisa dari tempat minum yang tumpah dan dari kotoran yang basah;

2. mengurangi kontak broiler dengan kotoran;

3. saat fase starter litter berfungsi sebagai pembatas kontak langsung dengan lantai yang suhunya terlalu dingin. Pada masa ini, suhu litter menjadi salah satu parameter penting untuk menciptakan suasana yang nyaman.

Menurut Suprijatna dkk., (2005), penggunaan litter ini setidaknya akan memberikan manfaat

1. membatasi kontak langsung kaki anak ayam dengan tanah yang suhunya relatif dingin;

2. membantu penyerapan air dari ekskreta maupun tumpahan air minum sehingga lantai kandang tidak lembab;

3. pada saat brooding, dapat membantu menjaga panas dari brooder.

Penggunaan alas kandang akan berpengaruh besar terhadap produktivitas unggas seperti pertambahan berat badan dan produksi, karena masing-masing alas kandang mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Dalam pemeliharaan unggas diperlukan ketelitian dalam memilih dan menggunakan alas kandang, agar unggas dapat berproduksi setinggi mungkin. Hasil penelitian menunjukkan alas sekam padi mempunyai kadar air 14,45%, jerami padi 6,22%, dan serutan kayu 17,21%, sedangkan pH sekam padi 6,62, pH jerami 6,36, dan pH serutan kayu 5,78 (Murtidjo, 1987).

Menurut Cahyono (2004), litter penting dalam mendukung kehidupan ayam dalam usaha peternakan, kriteria-kriteria teknis yang harus diperhatikan dalam memilih bahan litter adalah

1. bahan harus kering dengan kadar air 20--25% agar mampu menyerap kadar air dengan baik;

2. bahan tidak mudah menimbulkan debu, sebab bahan yang menimbulkan debu dapat mengganggu pernapasan ayam dan peternak;

3. bahan tidak berat;

4. mudah didapat serta murah harganya;

21

1. Sekam padi

Di Indonesia litter biasa diartikan sebagai sekam, karena sebagian peternak menggunakan sekam padi sebagai bahan litter. Namun yang perlu diketahui bahwa material litter bisa saja berasal dari bahan lain, asalkan memenuhi syarat sebagai litter yang baik diantaranya mampu menyerap air, ringan (low density), murah, mudah didapat, aman (tidak beracun), dan kontinyu keberadaannya. Oleh sebab itu, kita harus teliti dalam memilih material yang akan dijadikan sebagai bahan litter. Material selain sekam padi yang dapat dijadikan bahan litter antara lain jerami padi, serbuk gergaji, pasir, kulit kacang serta potongan kertas bekas (Wikipedia, 2009).

Sekam padi merupakan limbah hasil pertanian yaitu hasil dari penggilingan padi yang diambil bagian terluar dari butir padi. Sekam padi paling banyak digunakan untuk alas kandang karena mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : menyerap air dengan baik, bebas debu, kering, mempunyai kepadatan (density) yang baik, dan memberi kesehatan kandang. Selain itu sekam padi bersifat tidak mudah lapuk, sumber kalium, cepat menggumpal dan memadat (Reed dan McCartney, 1970).

Sekam padi ini mempunyai daya menyerap air lebih sedikit karena mempunyai kandungan air yang tinggi sekitar 16,30% dibandingkan dengan jerami padi yaitu sekitar 16,91% (Mugiyono dkk., 2004). Menurut Rasyaf (2004), sekam

merupakan bahan litter yang dapat menyerap air sehingga dapat mengatasi masalah kelembapan. Namun, sekam juga mempunyai kekurangan yaitu sebagai bahan yang ringan dan mudah menggumpal. Kondisi yang lembab atau basah akan mendorong litter menjadi busuk sehingga menjadi tempat yang sangat baik

bagi mikroorganisme penyebab penyakit dan parasit). Sekam padi yang membusuk (lembab) akan diikuti dengan suhu yang meningkat (panas) karena terjadi proses mikrobiologis dari bakteri, terbentuk CO2 dan amonia.

Penggunaan alas kandang yang tepat bukan saja dapat mengurangi angka kematian, tetapi sekaligus meningkatkan berat akhir ayam pedaging dan menurunkan konversi pakan (Tobing, 2005). Setelah proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam padi sekitar 20--30% dari berat gabah. Produksi sekam padi di Indonesia dapat mencapai 13,2 juta ton per tahun. Standar kebutuhan litter

sekam padi untuk pemeliharaan broiler adalah 2,5--5,0 kg/m2 dan ketebalan litter

untuk daerah tropis dianjurkan 5--8 cm (Deptan, 2011).

2. Jerami padi

Jerami padi merupakan salah satu limbah hasil pertanian yang berasal dari tanaman padi berupa batang padi yang sudah dikeringkan. Ketersediaan jerami padi ini bersifat musiman, sehingga akan melimpah pada saat musim panen. Jerami padi dapat digunakan sebagai alas kandang ( litter ) karena memiliki beberapa sifat dalam menunjang pemeliharaan broiler yaitu dapat mengurangi kemungkinan terjadinya lepuh dada sehingga broiler dapat tumbuh dengan maksimal serta pengelolaannya lebih mudah dilakukan (Rasyaf, 2004).

Jerami padi yang akan digunakan sebagai bahan litter sebaiknya dipotong-potong terlebih dahulu dengan panjang 10 cm, karena dengan ukuran tersebut dapat mempermudah penanganan. Namun kekurangan menggunakan jenis litter jerami

23 padi adalah sulit didapat karena jerami padi bersifat musiman (Mugiyono dkk., 2004).

Bahan litter yang berasal dari jerami padi memiliki daya absorpsi yang lebih baik dibandingkan dengan bahan litter lain. Bahan litter yang mempunyai daya absorpsi yang tinggi akan menyebabkan kondisi litter menjadi lebih baik. Bahan

litter yang baik adalah efektif sebagai absorban, bebas kotoran dan debu, tidak mudah habis, bebas racun, murah, mudah dibersihkan. Bahan litter yang baik akan menyerap cairan ekskreta dan akan terjadi proses biologi yang merupakan proses biokimia yang dipengaruhi oleh bahan litter dan kotoran unggas (Brake dkk., 1992). Produksi jerami padi dalam satu hektar sawah setiap kali panen mampu menghasilkan sekitar 10--12 ton jerami (berat segar saat panen), meskipun bervariasi tergantung dari lokasi, jenis varietas tanaman padi, cara potong (tinggi pemotongan), dan waktu pemotongan, seperti pada varietas Sintanur dengan tinggi pemotongan 8 cm dari tanah dapat menghasilkan 8--10 ton jerami segar per hektar. Produksi jerami padi yang dihasilkan sekitar 50% dari produksi gabah kering panen (Hanafi, 2008).

3. Serutan kayu

Bahan litter yang berasal dari serutan kayu mempunyai kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan litter yang berasal dari sekam padi. Hal ini menunjukkan bahwa serutan kayu mempunyai daya serap air yang lebih baik dibandingkan dengan bahan litter yang lain. Daya serap air yaitu selisih

Selama ini limbah pengolahan kayu masih banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya yaitu dibiarkan membusuk, ditumpuk, dan dibakar yang

kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga

penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan memanfaatkannya sebagai bahan litter. Kelebihan bahan litter

menggunakan serutan kayu yaitu mudah dalam menyerap air sehingga akan meminimalisir timbulnya bibit penyakit yang diakibatkan karena lantai yang basah dan lembab (Rasyaf, 2004).

Serutan kayu yang akan digunakan sebagai litter sebaiknya dipotong-potong sepanjang 2--3 cm dengan ketebalan 5 cm sesuai dengan suhu dan kelembapan kandang, tujuannya agar serutan kayu mudah dalam penanganan serta jika potongan serutan kayu terlalu kecil akan melukai broiler, sesuai dengan suhu tempat melakukan penelitian relatif panas (Cahyono, 2004).

Serutan kayu memiliki kekurangan sebagai bahan litter yaitu dapat menimbulkan sedikit luka pada bagian dada karena serutan kayu berpartikel besar dan sedikit kasar (Hardjosworo dan Rukminasih, 2000).

Menurut Reed dan McCartney (1997), selain sekam padi dan jerami padi bahan lain yang dapat digunakan sebagai alas kandang (litter) adalah serutan kayu. Serutan kayu dapat dijadikan sebagai alas, namun serutan kayu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : menyerap air kurang baik, berdebu, kering, kepadatannya rendah dan kurang sehat sebagai alas untuk pemeliharaan broiler karena tidak baik bagi pernapasan broiler.

25

D. Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada suatu bahan, karena air dapat memengaruhi keadaan dan kondisi pada bahan. Kadar air dalam bahan litter ikut menentukan kualitas dari litter

(kadar amonia litter, pH litter, dan suhu litter), kadar air yang tinggi

mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembangbiak, sehingga akan terjadi menimbulkan bau. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100% (Winarno, 1997).

Penetapan kandungan air dapat dilakukan beberapa cara, hal ini tergantung dari sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan

mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105--1100C selama 3 jam atau didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah

banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan lain-lain, pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam desikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan (Winarno, 1997).

Dokumen terkait