• Tidak ada hasil yang ditemukan

Location Quotients (LQ) bagi Usaha Perikanan Tangkap Unggulan

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS

6.2 Location Quotients (LQ) bagi Usaha Perikanan Tangkap Unggulan

Secara umum, wilayah pesisir Kabupaten Belitung yang berkembang usaha perikanan tangkapnya adalah Kecamatan Sijuk, Kecamatan Tanjung Pandan, Kecamatan Badau, dan Kecamatan Membalong. Selama ini, kecamatan-

111 kecamatan tersebut mempunyai intensitas usaha perikanan tangkap yang berbeda satu sama lain, dimana setiap kecamatan mengembangkan usaha perikanan tangkap berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan secara turun temurun. Beberapa daerah bahkan telah melakukan introduksi atau adopsi teknologi dari luar/pendatang, tetapi hanya dalam desain bagian-bagian tertentu dari alat tangkap tersebut.

Analisis Location Quotients (LQ) yang dilakukan akan menentukan apakah kecamatan-kecamatan yang ada dapat menjadi sektor basis bagi pengembangan salah satu atau beberapa usaha perikanan tangkap yang dinyatakan layak dan menjadi unggulan untuk Kabupaten Belitung. Hasil analisis LQ tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa nelayan merupakan tenaga kerja perikanan dan menjadi pelaku langsung untuk tumbuh dan berkembangnya usaha perikanan tangkap di wilayah tersebut. Tabel 8 menyajikan hasil analisis

Location Quotients (LQ) bagi pengembangan usaha perikanan pancing tonda,

payang, jaring insang hanyut (JIH), sero, pukat pantai, bubu, dan trammel net di wilayah Kabupaten Belitung.

Tabel 8 Hasil analisis LQ usaha perikanan tangkap unggulan

Usaha Perikanan Tangkap Nilai LQ Kec. Sijuk Kec. Tanjung Pandan Kec.

Badau Kec. Membalong

Pancing Tonda 2.49 0.16 0.37 0.27 Payang 0.42 1.88 0.44 0.32 JIH 0.48 1.84 0.20 0.76 Sero 1.32 0.91 0.63 0.86 Pukat Pantai 0.53 0.65 0.58 5.40 Bubu 1.61 0.75 0.53 0.66 Trammel net 0.30 0.97 2.83 0.21

Berdasarkan Tabel 8, usaha perikanan pancing tonda, sero, dan bubu di Kecamatan Sijuk mempunyai LQ > 1, yaitu masing-masing 2,49; 1,32; dan 1,61. Dengan demikian, Kecamatan Sijuk dapat menjadi wilayah basis bagi

112

pengembangan ketiga usaha perikanan unggulan tersebut di Kabupaten Belitung. Untuk mendukung hal ini, nelayan dan masyarakat yang terkait dengan kegiatan ketiga usaha perikanan tangkap tersebut perlu diberikan pembinaan sehingga usaha perikanan yang dilakukan dapat berkembang lebih baik dan menjadi andalan di Kecamatan Sijuk. Disamping itu, lokasi pusat kegiatan perikanan di Kecamatan Sijuk baik berupa fasilitas TPI, usaha penyediaan bahan perbekalan maupun fasilitas jalan perlu dioptimalkan fungsinya sehingga dapat mendukung pengembangan usaha perikanan pancing tonda, sero, dan bubu di Kecamatan Sijuk.

Payang, jaring insang hanyut (JIH), pukat pantai, dan trammel net bukan sektor basis di Kecamatan Sijuk karena keempat usaha perikanan tangkap tersebut mempunyai LQ di bawah 1. Nilai LQ dibawah 1 ini memberi indikasi bahwa intensitas kegiatan keempat usaha perikanan tangkap di Kecamatan Sijuk masih dibawah rata-rata dibandingkan dengan kegiatan usaha perikanan tangkap serupa di kecamatan lain di Kabupaten Belitung.

Kecamatan Tanjung Pandan dapat menjadi wilayah basis bagi usaha perikanan payang dan jaring insang hanyut (JIH) yang ditunjukkan oleh nilai LQ yang lebih besar dari 1, yaitu masing-masing 1,88 dan 1,84. Hal ini cukup realistis karena kegiatan perikanan tangkap di Kecamatan Tanjung Pandan sangat dominan, dan Kecamatan Tanjung Pandan dapat menjadi wilayah basis bagi usaha perikanan payang dan jaring insang hanyut (JIH). Dari 1650 payang di Kabupaten Belitung, sekitar 75 % yang menjalankan usahanya di Kecamatan Tanjung Pandan. Sedangkan untuk nelayan jaring insang hanyut (JIH), sekitar 74 % yang menetap dan menjalankan usahanya di Kecamatan Tanjung Pandan. Kondisi ini tentu memperkuat alasan untuk menjadikan Kecamatan Tanjung Pandan sebagai wilayah basis bagi pengembangan kedua usaha perikanan tangkap unggulan tersebut.

Menurut Kimker (1994), untuk mendukung pengembangan tersebut, maka nelayan yang terlibat maupun tertarik bekerja pada usaha perikanan dimaksud, perlu dibina dengan baik terutama dengan teknik penangkapan yang efektif, penanganan hasil penangkapan, serta perawatan payang dan jaring insang hanyut (JIH), sehinga usaha mereka dapat berkembang lebih baik. Bila hal ini berlanjut,

113 maka produktivitas usaha perikanan payang dan jaring insang hanyut (JIH) di Kecamatan Tanjung Pandan dapat diandalkan dalam memenuhi permintaan pasar perikanan Kabupaten Belitung terutama dari jenis ikan pelagis.

Kecamatan Badau dapat menjadi wilayah basis bagi pengembangan usaha perikanan trammel net. Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ-nya yang besar yaitu sekitar 2,83. Sedangkan di tiga kecamatan lainnya, nilai LQ trammel net di bawah 1. Hal ini cukup realitis karena jumlah nelayan yang menjalankan usaha

trammel net di Kecamatan Badau (1254 orang) termasuk paling banyak

dibandingkan di tiga kecamatan lainnya di Kabupaten Belitung. Disamping sekitar 66,67 % nelayan yang ada di Kecamatan Badau menjalankan usaha perikanan dengan alat tangkap berupa trammel net.

Bila dilihat lebih jauh, Kecamatan Badau termasuk kecamatan yang terkenal dengan hasil tangkapan biota laut non ikan, seperti kepiting, rajungan dan cumi-cumi (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung, 2007). Dijadikannya trammel net sebagai sektor basis diharapkan dapat lebih memperkenalkan Kecamatan Badau akan usaha biota laut non ikannya kepada masyarakat luas. Usaha perikanan tangkap lainnya tidak menjadi sektor basis di Kecamatan Badau, karena nilai LQ-nya di bawah 1, yang berarti bahwa selain

trammel net, intensitas usaha perikanan tangkap di Kecamatan Badau termasuk rendah, dan di bawah intensitas rata-rata kabupaten.

Untuk Kecamatan Membalong, dapat dijadikan sebagai wilayah basis bagi pengembangan usaha perikanan pukat pantai. Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ- nya yang tinggi, yaitu sekitar 5,40. Dari 916 nelayan yang ada di Kecamatan Membalong, sekitar 62,01 % menjalankan usaha perikanan tangkap jenis pukat pantai. Jumlah ini termasuk paling banyak dibandingkan tiga kecamatan lainnya yang menjadi lokasi pengembangan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Belitung. Usaha pukat pantai di Kecamatan Membalong telah berkembang cukup lama dan berlangsung secara turun termurun dan dilakukan secara priodik ditempat tertentu yang sudah disepakati oleh kelompok-kelompok nelayan yang melakukan penangkapan dengan pukat pantai. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terutama karena pukat pantai termasuk alat tangkap yang kurang selektif, maka bila dikembangkan di kemudian hari, menurut Karyana (1993),

114

nelayan atau anggota masyarakat yang terlibat dalam usaha perikanan tersebut harus benar-benar dibimbing dan diberi penyuluhan intensif, sehingga pukat pantai tersebut benar-benar dapat dioperasikan secara ramah lingkungan. Bila hal ini dapat dilakukan, maka usaha perikanan pukat pantai Kecamatan Membalong dapat menjadi bagian dari produksi komoditas perikanan dari jenis ikan pelagis kecil.

6.2.1 Location Quotients (LQ) bagi usaha perikanan pelagis

Usaha perikanan pelagis baik dari jenis ikan pelagis besar maupun ikan pelagis kecil berkembang sangat baik di Kabupaten Belitung. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, ikan pelagis besar di Kabupaten Belitung mempunyai potensi maksimum lestari sebesar 45513,78 ton, sedangkan tingkat pemanfaatannya baru sekitar 19,91 %. Kondisi ini tentu memberi peluang besar untuk pengembangannya terutama untuk menyediakan suplai yang cukup bagi pasar ikan pelagis besar di Provinsi Bangka Belitung, maupun pasar besar potensial di dalam negeri dan luar negeri. Hal yang sama juga terjadi pada ikan pelagis kecil, yang tingkat pemanfaatannya baru mencapai 77,56 % sehingga memberi peluang untuk pengembangannya.

Dari tujuh usaha perikanan tangkap yang dinyatakan layak dan unggulan untuk dikembangkan di Kabupaten Belitung, pancing tonda, payang, jaring insang hanyut (JIH), sero dan pukat pantai dapat diandalkan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di Kabupaten Belitung. Berdasarkan hasil analisis LQ, pancing tonda dan sero menjadi sektor basis di Kecamatan Sijuk, payang dan jaring insang hanyut (JIH) menjadi sektor basis di Kecamatan Tanjung Pandan, sedangkan pukat pantai menjadi sektor basis di Kecamatan Membalong. Dalam kaitan ini, pengembangan usaha perikanan pelagis dari jenis ikan pelagis besar maupun ikan pelagis kecil di Kabupaten Belitung dapat berbasis di tiga wilayah kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan Sijuk, Kecamatan Tanjung Pandan, dan Kecamatan Membalong.

Untuk mendukung hal ini, pengembangan sarana dan prasarana pendukung dapat dilakukan secara integratif di ketiga kecamatan tersebut, yaitu untuk usaha perikanan pancing tonda, payang, jaring insang hanyut (JIH), sero dan pukat

115 pantai. Beberapa sarana dan prasarana pendukung yang dapat difungsikan secara bersama-sama, cukup dibangun satu saja, dan selanjutnya perhatian dapat dicurahkan untuk membangun sarana dan prasarana lain yang juga dibutuhkan. Bila hal ini dijadikan acuan, pengembangan usaha perikanan pelagis dapat lebih efektif dan tepat sasaran, meskipun pada kondisi keuangan yang terbatas. Pembinaan terhadap nelayan terkait, sebaiknya dilakukan secara periodik dan intensif di ketiga kecamatan wilayah basis, sehingga upaya pengembangan tersebut akan mendapat dukungan penuh dari pelaku langsung usaha perikanan tangkap tersebut.

6.2.2 Location Quotients (LQ) bagi usaha perikanan demersal, udang, dan biota laut non ikan

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, potensi maksimum lestari ikan demersal di perairan Kabupaten Belitung sekitar 10761,05 ton dan tingkat pemanfaatannya sekitar 49,58 %. Sedangkan potensi maksimum lestari udang dan biota laut non ikan sekitar 2102,80 ton dan tingkat pemanfaatannya baru sekitar 38,34 %. Kondisi ini tentu memberi peluang yang besar bagi pengembangan usaha perikanan tangkap unggulan dengan komoditas ikan demersal, udang dan biota laut non ikan tersebut, dimana dapat menggunakan alat-alat tangkap yang memang sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Belitung, seperti pancing tonda, sero, bubu, dan trammel net.

Selain menangkap ikan pelagis besar, pancing tonda di Kabupaten Belitung juga dapat diandalkan untuk menangkap ikan demersal, dan sero juga dapat dimanfaatkan untuk menangkap ikan demersal, disamping ikan pelagis kecil. Bubu biasanya digunakan untuk menangkap ikan demersal. Sedangkan

trammel net banyak digunakan nelayan Kabupaten Belitung untuk menangkap

udang dan biota laut non ikan. Terkait dengan ini, maka keempat alat tangkap ini dapat diandalkan bagi pengusahaan yang lebih besar dari komoditas perikanan tersebut.

Berdasarkan hasil analisis LQ pada bagian sebelumnya, pancing tonda, sero, dan bubu dapat menjadi sektor basis di Kecamatan Sijuk dan trammel net

116

usaha perikanan komoditas ikan demersal, udang dan biota laut non ikan di Kabupaten Belitung dapat berbasis di kedua kecamatan tersebut. Untuk mendukung pengembangan ini, berbagai fasilitas yang dibutuhkan untuk usaha perikanan pancing tonda, sero, dan bubu sebaiknya diprioritaskan dibangun di Kecamatan Sijuk, sedangkan fasilitas pendukung trammel net sebaiknya dibangun di Kecamatan Badau. Realisasi hal ini perlu mendapat dukungan penuh dari berbagai stakeholders, terutama dari pemerintah Kabupten Belitung dan masyarakat lokal di setiap wilayah kecamatan tersebut. Menurut Kimker (1994), hal yang demikian itu menjadi sangat penting, agar upaya pengembangan perikanan tangkap tersebut dapat berjalan dengan baik di wilayah basis. Pembinaan terhadap nelayan yang merupakan tenaga kerja atau pelaku langsung kegiatan usaha perikanan tersebut juga tidak boleh dilupakan sehingga kegiatan pemanfaatan sumberdaya demersal dan biota laut non ikan dapat berjalan secara baik dan berkelanjutan di Kabupaten Belitung.

6.3. Pertumbuhan Tenaga Kerja di Wilayah Basis