• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian

Pada dasarnya teori locus of control membahas tentang lokasi kontrol dalam kepribadian seseorang dalam hubungannya dengan lingkungannya. Dalam teorinya, Rotter lebih menekankan pada faktor kognitif, terutama persepsi sebagai pengarah tingkah laku. Teori tersebut menerangkan pula bagaiamana tingkah laku dikendalikan dan diarahkan melalui fungsi kognitif. Rotter mengungkapkan adanya perbedaan mendasar dari penghayatan subjektif seseorang terhadap sumber perolehan reinforcement. Teori locus of control

menjelaskan mengenai pusat kendali dan pusat pengarahan dari setiap perilakunya. Skala locus of control bersifat kontinum, dalam artian adakalanya seseorang mempunyai kecenderungan internal locus of control dan adakalanya kecenderungan locus of control eksternal. Hal ini ditentukan oleh kondisi yang mempengaruhi perubahan-perubahan keyakinan internal/ eksternal locus of control (Robbin, 2008).

Internal locus of control adalah individu-individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa yang terjadi pada diri mereka. Orang yang cenderung memiliki internal locus of control lebih berorientasi pada keberhasilan karena mereka menganggap perilaku mereka dapat menghasilkan efek positif dan juga mereka lebih cenderung tergolong ke dalam high-achiever. Seseorang yang memiliki tipe internal (internal locus of control) adalah orang yang berkeyakinan bahwa dirinya merupakan penguasa atas nasib dirinya. Orang-orang tersebut melihat dirinya merupakan poin dari nasib dirinya sendiri yang akan menentukan kehidupannya (Robbins, 2008). Yusuf (2004) mengatakan bahwa internal locus of control adalah dimensi kepribadian tentang keyakinan atau persepsi seseorang bahwa keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya disebabkan oleh faktor internal berasal dari dirinya sendiri.

Menurut Rotter (dalam Mearsn 2009), individu dengan internal locus of control adalah kemampuan individu dalam menentukan kejadian dalam hidup yang berfokus usaha pada dirinya sendiri. Kemampuan, seseorang yakin bahwa

kesuksesan dan kegagalan yang telah terjadi sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki .

Munandar (2011) mengatakan bahwa orang yang berorientasi internal (internal locus of control) percaya bahwa keputusan dan tindakan pribadi mempengaruhi hasil. Individu dengan kontrol diri yang tinggi akan melihat bahwa ia mempunyai aspek kemampuan mengontrol perilakunya . Individu dengan locus of control internal yakin bahwa kesuksesan dan kegagalan yang terjadi dalam hidup tergantung pada diri sendiri, memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari aspek usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/ mengharapkan bantuan orang lain. Karyawan dengan internal locus of control memiliki sifat lebih mandiri dan lebih ulet serta memiliki daya tahan yang lebih kuat terutama dalam menghadapi kegagalan. Hal inilah yang menyebabkan seorang karyawan dengan internal locus of control lebih mampu menghadapi stres kerja yang dialaminya. Karyawan yang memiliki internal locus of control yang tinggi akan memiliki tingkat stres yang lebih rendah karena karyawan tersebut memiliki daya tahan dan keefektifan dalam menghadapi dan menyikapi datangnya stressor-stresor kerja.

Berdasarkan uraian di atas penulis cendrung mengikuti pendapat Rotter bahwa Locus of control Internal adalah dimensi kepribadian tentang keyakinan atau persepsi seseorang bahwa keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya disebabkan oleh faktor internal (berasal dari dirinya sendiri). Karakteristik internal locus of control adalah pada aspek kemampuan dan pada aspek usaha sendiri.

2. Aspek-aspek Locus Of Control Internal

Spector (2001) menyatakan bahwa karakteristik orang yang memiliki internal locus of control adalah: menggantungkan diri pada ketrampilan (skill), kemampuan diri (ability) dan usaha (effort), memiliki dorongan untuk berhasil dan prestasi sangat kuat, berusaha keras meraih apa yang diinginkan secara efektif, mengambil peran aktif dalam mengatur, mengarahkan diri dan bertanggung jawab menentukan faktor penguat yang akan diterimanya.

Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya berada di bawah kontrol dirinya dikatakan sebagai individu yang memiliki internal locus of control (Kreitner dan Kinichi, 2015). Robbins (2008) mengatakan bahwa orang-orang internal secara lebih aktif mencari informasi sebelum mengambil keputusan, lebih termotivasi untuk berprestasi dan lebih siap untuk menghadapi kegagalan. Setiap dimensi locus of control mempunyai karakteristik yang khas. Internal locus of control memiliki ciri-ciri, yaitu: suka bekerja keras. memiliki inisiatif yang tinggi, selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah, selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin, selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil.

Menurut Rotter (dalam Mearsn 2009), indicator individu dengan internal locus of control adalah kemampuan individu dalam menentukan kejadian dalam hidup yang berfokus kemampuan dan usaha pada dirinya sendiri.

a. Faktor kemampuan adalah seseorang yakin bahwa kesuksesan dan kegagalan yang telah terjadi sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimilikinya. Bersikap optimis, pantang menyerah, segala yang dicapai individu hasil dari usaha sendiri, kehidupan individu ditentukan oleh tindakannya, kegagalan yang dialami individu akibat perbuatan sendiri, jika individu tersebut bekerja keras maka akan berhasil, dan percaya bahwa orang yang gagal adalah karena kurangnya kemampuan atau motivasi. Memiliki beberapa kesulitan dengan adaptasi terhadap lingkungan, tetapi mereka lebih memilih untuk mengubah lingkungan daripada diri mereka sendiri. Keberhasilan individu karena kerja keras dan kemampuan dirinya. Memiliki kepekaan untuk mengembangkan tanggung jawab

b. Faktor usaha adalah seseorang yang memiliki locus of control internal akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengontrol perilakunya, bersikap optimis, pantang menyerah. Memiliki tingkat realisme yang tinggi. Berorientasi menerima informasi dari lingkungan mereka, dan juga mencari informasi baru tentang diri mereka sendiri dan dunia, untuk diterapkan dalam tindakan konkret. Tidak menganggap penting pendapat orang lain, tetapi kontrol diri berasal dari mereka sendiri. Memanfaatkan pengalaman sebelumnya ketika menyadari tugas hidup saat ini.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis cenderung mengikuti pendapat Rotter yang menjelaskan bahwa aspek-aspek locus of control internal terdiri dari

aspek kemampuan dan usaha. Kemampuan, seseorang yakin bahwa kesuksesan dan kegagalan yang telah terjadi sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki. Usaha, seseorang yang memiliki locus of control internal akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengontrol perilakunya, bersikap optimis, pantang menyerah.

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Locus Of Control Internal

Perkembangan locus of control individu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu episodic antecedent dan accumulative antecedent. Episodic antecedent adalah kejadian –kejadian yang relatif mempunyai makna penting yang muncul pada waktu tertentu, seperti kematian orang yang dicintai, kecelakaan atau bencana alam. Sedangkan accumulative antecedent adalah kejadian atau faktor yang bersifat berkelanjutan atau terus menerus yang dapat mempengaruhi locus of control. Ada tiga faktor penting yang merupakan accumulative antecedent, yaitu diskriminasi sosial, ketidakmampuan yang berkepanjangan, dan pola asuh anak. Diskriminasi sosial yang dimaksud adalah adanya perbedaan ras, status sosial dan status ekonomi. Individu yang berasal dari status ekonomi rendah memandang segala sesuatu yang terjadi pada dirinya tergantung pada nasib dan kesempatan yang ada, sehingga mereka cenderung memilki locus of control eksternal (Mearsn, 1993).

Menurut Ghufron dan Risnawita (2007) bahwa locus of control internal seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu lingkungan fisik dan sosial. Selain faktor lingkungan fisik dan sosial, perkembagan locus control

ke arah internal terjadi dengan bertambahnya usia seseorang. Indiviu yang cenderung berorientasi pada locus of control internal dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kehangatan dan demokratis. Sedangkan individu yang cenderung berorientasi pada locus of control eksternal dibesarkan dari lingkungan yang banyak menerapkan hukuman fisik, hukuman afektif, dan pengurangan hak-hak istimewa. Semakin dewasa usia seseorang maka locus control berkembang kearah internal dan stabil pada usia paruh baya. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya kemampuan persepsi sehingga memungkinkan mereka melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap modelmodel penalaran logis yang menyangkut sebab akibat yang terjadi antara perilaku, motivasi yang melatarbelakangi dan karena adanya keyakinan yang kuat pada diri individu bahwa keberhasilannya ditentukan oleh kemampuannya.

Program pelatihan telah terbukti efektif mempengaruhi locus of control individu sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan peserta pelatihan dalam mengatasi hal-hal yang memberikan efek buruk. Pelatihan adalah sebuah pendekatan terapi untuk mengembalikan kendali atas hasil yang ingin diperoleh. Pelatihan diketahui dapat mendorong locus of control internal yang lebih tinggi, meningkatkan prestasi dan meningkatkan keputusan karir menurut Luzzo, Funk & Strang (Huang & Ford, 2012).

Secara umum, locus of control terbentuk melalui hubungan dengan keluarga, kebudayaan dan pengalaman masa lalu yang memperoleh penguatan. terbentuknya locus of control internal atau eksternal pada diri individu

disebabkan karena adanya faktor penguatan (reinforcement). Menurut Rotter, individu internal memandang prilaku terhadap sebuah reinforcement merupakan hubungan sebab akibat sehingga individu dengan orientasi internal yakin bahwa dirinya mampu mengendalikan reinforcement yang diterimanya, sedangkan individu dengan orientasi eksternal yang lebih memandang reinforcement sebagai sebuah hal yang datang tiba-tiba dan tidak dapat dikendalikan sehingga mereka cenderung pasrah (Anastasi,2006).

Menurut Forte (Karimi & Alipour, 2011), kepuasan kerja, harga diri, peningkatan kualitas hidup (motivasi internal) dan pekerjaan yang lebih baik, promosi jabatan, gaji yang lebih tinggi (motivasi eksternal) dapat mempengaruhi locus of control seseorang. Reward dan punishment (motivasi eksternal) juga berpengaruh terhadap locus of control.

Berdasarkan uraian di atas penulis cenderung mengikuti pendapat Mearsn bahwa factor-faktor yang mempengaruhi Locus of control internal adalah: episodic antecedent dan accumulative antecedent , lingkungan fisik dan sosial, usia seseorang, program pelatihan, pola pengasuhan orang tua dan harga diri, reinforcement, peningkatan kualitas hidup.

D. Hubungan Dukungan Sosial Rekan Kerja Dengan Stres Kerja

Dokumen terkait