• Tidak ada hasil yang ditemukan

Locus of Control

Dalam dokumen LOCUS OF CONTROL DAN MASA KERJA (Halaman 40-51)

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

C. Locus of Control

1. Pengertian Locus of Control

Rotter (Prasetyo, 2002:122) mengungkapkan locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi padanya. Hal tersebut sejalan dengan dengan pendapat Suhartanto (1996:6) yang menyatakan locus of control sebagai suatu keyakinan dan harapan

individu akan sumber-sumber penentu dari segala pengalaman hidupnya. Locus of control terbagi menjadi dua dimensi, yaitu: locus of control internal dan locus of control eksternal.

Individu dengan locus of control internal merasa yakin bahwa penyebab pengalaman, kegagalan maupun keberhasilannya bersumber dari dirinya sendiri. Individu tersebut akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Dengan kata lain, internal control mengacu pada persepsi terhadap kejadian baik positif maupun negatif sebagai konsekuensi dari tindakan/perbuatan diri sendiri dan berada dibawah pengendalian dirinya. Sebaliknya individu dengan locus of control eksternal menyakini bahwa pengalaman-pengalaman hidupnya adalah hasil dari pengaruh atau penyebab orang lain, nasib, keberuntungan, atau kekuatan di luar dirinya. Dengan kata lain, eksternal control mengacu pada keyakinan bahwa suatu kejadian tidak memiliki hubungan langsung dengan tindakan yang telah dilakukan oleh diri sendiri dan berada di luar control dirinya.

Locus of control pada individu sebenarnya bukanlah suatu konsep yang tipologik, melainkan suatu konsep yang kontinum (London dan Exner dalam Suhartanto, 1996:6). Artinya locus of control individu bergerak dari ekstrim eksternal dan ekstrim internal. Oleh karena itu setiap orang memiliki sekaligus faktor internal dan eksternal dalam dirinya.

Perkembangan orientasi individu ke arah internal atau eksternal didapatkan melalui proses belajar. Pengalaman individu di masa lalu akan mempengaruhi perkembangan orientasi ini akan turut mempengaruhi penilaian seseorang terhadap suatu peristiwa atau situasi yang sedang dihadapi (Parkes, 1984 dalam Suhartanto, 1996:6). Individu yang berorientasi internal cenderung memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan dan tindakannya dianggap sangat menentukan akibat yang diterima, baik positif maupun negatif, lebih perseptif dan siap belajar dari lingkungan, memiliki daya tahan yang lebih besar terhadap pengaruh orang lain, lebih cepat dalam mengambil keputusan dan tindakan karena merasa mampu mengontrol lingkungannya (Engler, 1985 dalam Suhartanto, 1996:6).

Sebaliknya yang berorientasi pada eksternal, memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, tidak berpengaruh besar dalam mengendalikan akibat hidupnya, baik dalam mencapai tujuan maupun dalam melakukan penghindaran terhadap situasi yang tidak menyenangkan, lebih cemas dan depresif serta kurang baik dalam melakukan aktivitas bermasyarakat dan lebih mempunyai kemungkinan besar untuk menampakkan perilaku yang negatif seperti: pasivitas, penarikan diri dan konformitas tinggi (Rothbaum et al., 1882 dalam Suhartanto, 1996:6)

Untuk dapat menentukan apakah seseorang memiliki locus of control internal ataukah eksternal, dapat dilihat dari cara pandang

mereka mengenai kebutuhan-kebutuhan psikologis yang membawa kepuasan diri. Rotter mendiskripsikan kebutuhan psikologis seseorang menjadi 6 kategori umum (Rotter dalam Phares dan Morristown, 1976:365) yaitu:

a. Recognition-Status, yaitu kebutuhan untuk menjadi yang terbaik seperti: dipandang sebagai seseorang yang berkompeten, paling baik dibandingkan dengan yang lain dalam hal pendidikan, pekerjaan, olahraga, derajat sosial, paling menarik, dan sebagainya.

b. Dominance, yaitu kebutuhan untuk dapat mengontrol orang lain seperti: kekuatan untuk melatih dan mempengaruhi orang lain.

c. Independence, yaitu kebutuhan untuk membuat keputusan sendiri, percaya pada diri sendiri, mencapai tujuan tanpa bantuan orang lain. d. Protection-Dependency, yaitu kebutuhan untuk dapat mencegah

timbulnya perselisihan, menyediakan perlindungan dan keamanan, dan membantu orang lain mencapai tujuan.

e. Love and Affection, yaitu kebutuhan untuk bisa diterima dan disukai orang lain serta adanya penghargaan dari orang lain.

f. Physical Comfort, yaitu kebutuhan untuk menikmati kepuasan yang bersifat lahiriah berkenaan dengan keamanan, menjauhkan diri dari sesuatu yang menyakitkan, merasa baik, pengalaman yang menyenangkan, dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa locus of control merupakan keyakinan individu tentang faktor-faktor yang mengatur

kejadian dalam hidupnya, yang dapat dikontrol (locus of control internal) dan yang di luar kontrol dirinya (locus of control eksternal), atau merupakan suatu kontinum persepsi individu akan kendali peristiwa dalam hidupnya, dengan kepercayaan akan kendali internal pada suatu kutub dan kepercayaan akan kendali eksternal pada kutub yang lain. 2. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan dan perkembangan

locus of control

Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang berupa kontinum dari internal menuju eksternal. Oleh karenanya tidak satupun individu yang benar-benar internal atau yang benar-benar eksternal. Kedua tipe locus of control terdapat pada setiap individu hanya saja ada kecenderungan untuk lebih memiliki salah satu tipe locus of control tertentu. Disamping itu locus of control tidak bersifat statis tapi juga dapat berubah. Individu yang berorientasi internal locus of control dapat berubah menjadi individu yang berorientasi external locus of control dan begitu sebaliknya. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan dan perkembangan locus of contol tersebut antara lain (Phares dalam London & Exner, 1978:291-294):

a. Usia

Seiring anak berkembang, ia menjadi seorang manusia yang lebih efektif, sehingga ia meningkatkan kepercayaan bahwa dirinya mampu mengendalikan bermacam-macam hal dan kejadian dalam hidupnya. Dengan kata lain, locus of control bergerak dari

kecenderungan eksternal ke arah internal sejalan dengan pertambahan usia.

b. Pengalaman akan suatu perubahan

Penelitian Kiehlbauch (Phares dalam London & Exner, 1978:292) menemukan bahwa teman serumah yang masih baru menunjukkan locus of control yang relatif lebih eksternal daripada teman serumah yang telah lebih lama bersama. Locus of control teman serumah yang akan berpisah juga cenderung bergeser ke arah eksternal. Keadaan yang cenderung labil dan tak pasti selama masa-masa transisi mendorong locus of control individu ke arah eksternal.

c. Generalitas dan stabilitas perubahan

Peristiwa-peristiwa yang membawa perubahan seperti perang, skandal politik, bom nuklir dan eksperimen ternyata dapat berpengaruh pada locus of control. Kecenderungan ke arah locus of control eksternal meningkat sejalan dengan pengalaman perubahan peristiwa spesifik dan insidental seperti kekecewaan pada keputusan-keputusan politik pemerintah, menang lotere, dan eksperimen. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi diluar prediksi dan rutinitas individu sehingga ia merasa kehilangan kemampuan untuk menganalisa dan mempersiapkan diri terhadap jalannya peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka.

d. Pelatihan dan pengalaman

Seperti halnya kapasitas-kapasitas kognitif lain, locus of control dapat dilatih untuk didorong ke arah salah satu kecenderungan tertentu. De Charms (Phares dalam London & Exner, 1978:293) berhasil membuktikan efektifitas program pelatihan untuk meningkatkan locus of control internal. Selain itu, penelitian Nowicki dan Bames (Phares dalam London & Exner, 1978:293) menemukan bahwa pengalaman berkemah yang terstruktur ketat dapat meningkatkan locus of control internal remaja. Demikian pula halnya dengan penelitian Levens serta Gottesfeld dan Dozier (Phares dalam London & Exner, 1978:293) mengenai pengalaman berorganisasi dalam masyarakat. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa locus of control dapat berubah karena pengalaman-pengalaman yang meningkatkan kemandirian, tanggung jawab pribadi, dan kemampuan untuk menguasai keadaan.

e. Efek terapi

Beberapa penelitian Lefcourt, Dua, Gillis dan Jessor, Smith (Phares, 1978:293) menunjukkan bahwa psikoterapi berpengaruh secara positif pada kecenderungan akan locus of control internal. Psikoterapi bertujuan meningkatkan kemampuan individu untuk dapat berfungsi secara efektif dalam mengatasi masalah-masalahnya. Tujuan ini meningkatkan kecenderungan individu untuk lebih merasa bertanggung jawab dalam peristiwa-peristiwa dalam hidupnya.

Kleinke (1978:134-138) menekankan faktor pelatihan dan pengalaman dalam perubahan arah locus of control. Pada dasarnya, faktor pengalaman akan suatu perubahan serta generalitas dan stabilitas perubahan dapat dikelompokkan ke dalam faktor pengalaman. Sementara itu, efek dari terapi dapat dikategorikan ke dalam faktor pelatihan. Dengan demikian, faktor-faktor yang dapat mengubah arah locus of control adalah faktor usia, pelatihan, dan pengalaman. Menurut Kleinke (1978:138-139) untuk mendorong kecenderungan locus of control ke arah internal, individu harus mengalami situasi dimana tindakan-tindakan yang ia ambil menghasilkan konsekuensi seperti yang ia harapkan. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa pelatihan dan pengalaman yang dapat mendorong locus of control individu ke arah internal adalah pelatihan dan pengalaman yang memberikan reinforcement atas tindakan-tindakan individu dan menanamkan kepercayaan pada diri individu bahwa reinforcement tersebut adalah hasil dari tindakan-tindakan individu sendiri.

3. Aspek-aspek kehidupan yang dipengaruhi oleh Locus of control

Perbedaan kecenderungan arah locus of control ternyata membawa akibat dalam berbagai aspek hidup, yaitu (Phares dalam London & Exner, 1978:276-285):

a. Sikap terhadap lingkungan

Individu dengan locus of control internal menganalisa situasi dengan sikap yang lebih terarah dan waspada daripada individu dengan

locus of control eksternal. Individu dengan locus of control internal juga lebih aktif dalam mencari, memperoleh, menggunakan dan mengolah informasi yang relevan dalam rangka memanipulasi dan mengendalikan lingkungan. Di samping itu, individu yang mempunyai locus of control internal terbukti lebih berorientasi pada posisi dengan kekuasaan besar, sedangkan individu yang memiliki locus of control eksternal lebih cenderung menyukai posisi dengan kekuasaan kecil (Hrycenko dan Minton dalam Phares, 1978:279). b. Pengaruh konformitas dan perubahan sikap

Beberapa penelitian Crowne, dkk dalam London & Exner (1978:279) menunjukkan bahwa individu dengan kecenderungan internal lebih mampu bertahan terhadap pengaruh dan tekanan dari lingkungan. Sebaliknya individu dengan kecenderungan eksternal lebih siap sedia untuk menerima pengaruh, mengikuti lingkungan sosial dan menerima informasi dari orang lain. Individu dengan kecenderungan eksternal juga lebih menunjukkan konformitas dan kemudahan dalam mengubah sikap. Hal ini berkaitan langsung dengan kepercayaan akan pemegang kendali dalam hidupnya, (Kleinke, 1978:131-132). Individu dengan locus of control internal lebih mempercayai diri sendiri dan cenderung mengabaikan kekuatan-kekuatan dari luar yang mencoba mengambil alih kendali hidupnya. Sebaliknya, individu dengan locus of control eksternal telah memiliki dasar-dasar kepercayaan bahwa hal-hal di luar

dirinyalah yang mengendalikan hidupnya, sehingga ia mudah menerima pengaruh dan kendali dari luar tersebut.

c. Perilaku menolong dan atribusi tanggung jawab

Individu dengan kecenderungan internal lebih sering menunjukkan perilaku menolong dari pada individu dengan kecenderungan eksternal (Midlarsky, 1971; Midlarsky & Midlarsky, 1973 dalam Phares, 1978:282). Individu yang memiliki locus of control internal juga cenderung memberi atribusi tanggung jawab internal terhadap orang lain. Kedua pernyataan tersebut tampaknya saling bertentangan. Individu yang merasa bahwa tiap-tiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri umumnya tidak begitu terdorong untuk melibatkan diri dalam kesulitan-kesulitan yang dialami orang lain. Fenomena ini merupakan bukti bahwa perilaku menolong lebih didorong oleh kepercayaan individu bahwa ia mampu memberikan pertolongan, daripada kepedulian terhadap orang lain.

d. Pencapaian prestasi

Pelajar dengan locus of control internal menunjukkan prestasi akademis yang lebih tinggi daripada pelajar dengan locus of control eksternal. Dalam hal ini, need for achievement tidak dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena ini karena terdapat hubungan yang rendah antara need for achievement dan locus of control (Phares, 1978:283-284). Sejalan dengan hal tersebut,

Kleinke (1978:132-133) berpendapat bahwa tingginya prestasi yang dicapai oleh individu dengan locus of control internal merupakan hasil dari kemampuannya untuk menunda menikmati penghargaan atas hasil-hasil usahanya, serta mengurangi reaksi-reaksi negatif yang cenderung muncul pada saat individu mengalami kegagalan. e. Penyesuaian diri, kecemasan, dan psikopatologi

Individu dengan kecenderungan internal lebih mampu untuk menyesuaikan diri daripada individu dengan kecenderungan eksternal. Individu dengan locus of control internal lebih mengandalkan diri sendiri, aktif dan memiliki kecenderungan tinggi untuk berjuang. Hal-hal tersebut menggiringnya pada keberhasilan-keberhasilan dalam penyesuaian diri. Kesederhanaan kepercayaan kendali yang ada dalam diri sendiri juga mendorong individu dengan locus of control internal pada penyesuaian diri dengan sedikit kecemasan (Phares, 1978:284-285). Di lain pihak, individu dengan kecenderungan eksternal cenderung mengalami lebih kecemasan daripada individu dengan kecenderungan internal. Individu dengan locus of control eksternal memandang penolakan-penolakan dan kecemasan akan kegagalan sebagai akibat dari kurangnya kemampuan dan kesempatan yang mereka miliki untuk mengendalikan situasi. la juga memiliki konsep yang rumit mengenai pengendali peristiwa-peristiwa dalam hidupnya sehingga mendorong timbulnya kecemasan. Individu dengan locus of control

eksternal sering menerima secara pasrah ancaman-ancaman dan informasi-informasi negatif tentang diri mereka.

Dalam dokumen LOCUS OF CONTROL DAN MASA KERJA (Halaman 40-51)

Dokumen terkait