Gambar 2.13 Arsitektur Subsumption [14]
2.8. Logika fuzzy
Pada pertengahan 1960, Prof. Lotfi A. Zadeh dari University of California di Barkeley menemukan bahwa hukum benar dan salah dari logika Boolean tidak memperhitungkan beragam kondisi yang nyata [12]. Nilai keanggotaan logika
Boolean adalah 0 atau 1, sedangkan dalam logika fuzzy nilai keanggotaan bernilai antara 0 dan 1. Logika fuzzy dapat dikatakan sebagai logika baru yang lama, sebab ilmu tentang logika fuzzy modern baru ditemukan pada tahun 1965, padahal sebenarnya konsep tentang fuzzy logic itu sendiri sudah ada sejak lama [15].
Prof. Lotfi A. Zadeh merupakan pencetus sekaligus yang memasarkan ide tentang mekanisme pengolahan atau manajemen ketidakpastian yang kemudian dikenal dengan logika fuzzy. Gambar 2.14. menunjukkan konsep dasar logika fuzzy.
0 10 18 20 30
0 0,2 0,8 1 Degree of Membership Function (derajat
keanggotaan) Zero Positive Big
Label
Membership Function (fungsi
keanggotaan)
Crisp input (masukan crisp)
Scope/Domain
Daerah batasan crisp
Gambar 2.14. Konsep dasar logika fuzzy [15]
Logika fuzzy adalah metodologi sistem kontrol pemecahan masalah yang cocok di implementasikan mulai dari sistem yang sederhana, sistem kecil, embedded
system, jaringan PC, multi-channel atau workstation berbasis akuisisi data, dan sistem kontrol. Metodologi ini dapat diterapkan pada perangkat keras, perangkat lunak atau kombinasi keduanya [5].
2.8.1. Fungsi keanggotaan
Gambar 2.15. menunjukkan grafik keanggotaan.
[ ]x
µ µ[ ]x
[ ]x
µ
[ ]x
µ
ℜ1 ℜn
Gambar 2.15 Grafik keanggotaan [5]
Keterangan Gambar 2.15:
a. Grafik keanggotaan kurva segitiga Fungasi keanggotaannya:
b. Grafik keanggotaan kurva trapesium Fungsi keanggotaannya:
c. Grafik keanggotaan kurva bahu Fungsi keanggotaannya:
d. Grafik keanggotaan kurva GAUSS Fungsi keanggotaannya:
(
x;L,c)
e L(c x)2G = − − ... (2.26)
Fungsi keanggotaan (membership function) adalah grafik yang mewakili besar dari derajat keanggotaan masing-masing variabel input yang berada antara 0 dan 1. Derajat keanggotaan sebuah variabel x dilambangkan dengan simbol µ
( )
x .Rule menggunakan nilai keanggotaan sebagai faktor bobot untuk menentukan pengaruhnya pada saat melakukan inferensi untuk menarik kesimpulan. Pada penelitian ini fungsi keanggotaan input menggunakan Grafik keanggotan bahu dan Grafik keanggotaan segitiga.
2.8.2. Operasi himpunan fuzzy
Operasi himpunan fuzzy diperlukan untuk proses inferensi atau penalaran.
Dalam hal ini yang dioperasikan adalah derajat keanggotaannya. Derajat keanggotaan sebagai hasil dari operasi dari dua buah himpunan fuzzy disebut sebagai fire strength atau α-predikat.
2.8.2.1.Operasi gabungan (union)
Operasi gabungan (sering disebut operator OR) dari himpunan fuzzy A dan B dinyatakan sebagai A∪B. Dalam sistem logika fuzzy, operasi gabungan disebut sebagai Max. Operasi Max ditulis dengan persamaan berikut:
( )
x{
A( ) ( )
x B x}
x XB
A∪ = max.µ ,µ untuk setiap ∈
µ .. (2.27)
Derajat keanggotaan setiap unsur himpunan fuzzy A∪B adalah derajat keanggotaannya pada himpunan fuzzy A atau B yang memiliki nilai terbesar.
2.8.2.2.Operasi irisan (intersection)
Operasi irisan (sering disebut operator AND) dari himpunan fuzzy A dan B dinyatakan sebagai A∩B.
Dalam sistem logika fuzzy, operasi irisan disebut sebagai Min. Operasi Min ditulis dengan persamaan berikut:
( )
x{
A( ) ( )
x B x}
x XB
A∩ = min.µ ,µ untuk setiap ∈
µ ... (2.28)
Derajat keanggotaan setiap unsur himpunan fuzzy A∩B adalah derajat keanggotaannya pada himpunan fuzzy A dan B yang memiliki nilai terkecil.
2.8.2.3.Operator komplemen (complement)
Bila himpunan fuzzy A pada himpunan universal X mempunyai fungsi keanggotaan µA
( )
x maka komplemen dari himpunan fuzzy A (sering disebut NOT) adalah himpunan fuzzy A untuk fungsi keanggotaan untuk setiap x elemen X. C( )
x A( )
xAC µ
µ = 1 − . ... (2.29)
2.8.3. Penalaran Monoton
Penalaran monoton digunakan untuk merealisasikan himpunan Fuzzy A pada variabel x dan himpunan Fuzzy B pada variabel y dengan cara membuat implikasi berikut:
IF x is A THEN y is B. ... (2.30)
2.8.4. Fungsi Implikasi
Dalam basis pengetahuan fuzzy, tiap-tiap rule selalu berhubungan dengan relasi fuzzy. Dalam fungsi implikasi, biasanya digunakan bentuk berikut:
IF x is A THEN y is B ... (2.31) Dengan x dan y adalah skalar, A dan B adalah himpunan fuzzy. Proposisi setelah IF disebut sebagai anteseden, sedangkan proposisi setelah THEN disebut sebagai konsekuen. Dengan menggunakan operator fuzzy, proposisi ini dapat diperluas sebagai berikut:
(
x is A) (
x is A) (
x is A)
...(
xN is AN)
THEN y is BIF 1 1 • 2 2 • 3 3 • • ... (2.32)
Dengan • adalah operator OR atau AND. Secara umum, ada 2 fungsi implikasi dapat digunakan yaitu:
a. Min (minimum). Fungsi ini digunakan untuk mendapatkan nilai α-predikat hasil implikasi dengan cara memotong output himpunan fuzzy sesuai dengan derajat keanggotaannya yang terkecil.
b. Dot (Product). Fungsi ini digunakan untuk mendapatkan nilai α-predikat hasil implikasi dengan cara menskala output himpunan fuzzy sesuai dengan derajat keanggotaan yang terkecil.
2.8.5. Cara kerja logika fuzzy
Cara kerja logika fuzzy meliputi beberapa tahapan berikut:
a. Fuzzyfikasi
b. Pembentukan basis pengetahuan fuzzy (Rule dalam bentuk IF … THEN) c. Mesin inferensi (Fungsi implikasi Max-Min atau Dot-Product)
d. Defuzzyfikasi
Banyak cara untuk melakukan defuzzyfikasi, diantaranya metode berikut : i. Metode rata-rata (Weighted Average)
∑ ∑
= i
z izi
µ
* µ
... (2.33)
ii. Metode titik tengah (Center Of Area)
( )
∫ ( )
=
∫
dz z
zdz z
z µ
* µ
... (2.34)
2.8.6. Sistem inferensi fuzzy
Pada fuzzy inference system dikenal tiga model yang umum digunakan, yaitu metode fuzzy Tsukamoto, metode fuzzy Mamdani, dan metode fuzzy Sugeno.
a. Metode Tsukamoto
Secara umum bentuk model fuzzy Tsukamoto adalah seperti persamaan 2.35.
IF (X IS A) and (Y IS B) then (Z IS C) ... (2.35) Dimana A, B, dan C adalah himpunan fuzzy. Dalam inferensinya, metode Tsukamoto menggunakan tahapan berikut:
i. Fuzzyfikasi
ii. Pembentukan basis pengetahuan fuzzy (rule dalam bentuk IF
…THEN) iii. Mesin inferensi
Menggunakan fungsi implikasi MIN untuk mendapatkan nilai predikat
−
α tiap-tiap rule α1,α2,α3...αN (α−predikat atau fire strength merupakan nilai keanggotaan sebagai hasil dari operasi 2 himpunan), kemudian masing-masing α−predikat digunakan untuk menghitung keluaran hasil inferensi secara tegas (crisp) masing-masing rule (z1,z2,z3,...zN).
iv. Defuzzyfikasi
Menggunakan metode Metode rata-rata (Weighted Average) seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.33.
b. Metode Mamdani
Metode mamdani menggunakan operasi MIN-MAX atau MAX-PRODUCT. Untuk mendapatkan output diperlukan 4 tahapan berikut:
v. Fuzzyfikasi
vi. Pembentukan basis pengetahuan fuzzy (rule dalam bentuk IF
…THEN)
vii. Aplikasi fungsi implikasi menggunakan fungsi MIN dan komposisi antar-rule menggunakan fungsi MAX (menghasilkan himpunan fuzzy baru).
viii. Defuzzyfikasi
Menggunakan metode Metode rata-rata (Weighted Average) seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.37.
c. Metode Sugeno
Penalaran dengan metode SUGENO hampir sama dengan penalaran MAMDANI, hanya saja output (konsekuen) sistem tidak berupa himpunan fuzzy, melainkan berupa konstanta atau persamaan linear.
Metode ini diperkenalkan oleh Takagi-Sugeno-Kang pada tahun 1985.
Secara umum ada dua model pada sistem inferensi Sugeno, yaitu:
i. Metode fuzzy Sugeno orde-Nol
Secara umum bentuk fuzzy Sugeno orde-Nol seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.36.
(
x isA) (
• x isA) (
• x isA)
•...•(
xN isAN)
THENz=kIF 1 1 2 2 3 3 ... (2.36)
Dengan Ai adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai anteseden, dan k adalah suatu konstanta (crisp) sebagai konsekuen.
ii. Metode fuzzy Sugeno orde-Satu
Secara umum bentuk model fuzzy Sugeno orde-Satu adalah seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.37.
(
x isA)
•...•(
xNisAN)
THENz= p *x +...+pN*xN +qIF 1 1 1 1 .... (2.37)
Dengan Ai adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai anteseden, dan pi adalah suatu konstantan (crisp) ke-i dan q merupakan konstanta dalam kosekuen.
Dalam inferensinya, metode Sugeno menggunakan tahapan sebagai berikut:
1. Fuzzyfikasi
2. Pembentukan basis pengetahuan fuzzy (rule dalam bentuk IF
…THEN) 3. Mesin inferensi
Menggunakan fungsi implikasi MIN untuk mendapatkan nilai predikat
α− tiap-tiap rule (α1,α2,α3...αN), kemudian masing-masing α−predikat digunakan untuk menghitung keluaran hasil inferensi secara tegas (crisp) masing-masing rule (z1,z2,z3,...zN). 4. Defuzzyfikasi
Menggunakan metode Metode titik tengah (Center Of Area) seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.33.