Masalah Nilai Eigen
4.1 Lokalisasi Nilai Eigen
Ketika menyelesaikan masalah nilai eigen, seringkali kita harus cukup puas dengan metode iteratif. Penentuan lokasi nilai eigen merupakan hal krusial dalam metode-metode iteratif.
Dari Teorema 3.2.7, norma matriks dapat digunakan untuk menentukan lokasi nilai-nilai eigen. Semua nilai eigen matriks A ∈ Cn×nberada di dalam lingkaran dengan pusat titik asal dan jari-jari kAk, untuk sembarang norma di Cn×n.
Penggunaan norma untuk menentukan lokasi nilai eigen masih terlalu kasar. Teorema berikut memberikan lokalisasi yang lebih baik. Bukti teo-rema memerlukan fakta bahwa nilai-nilai eigen sebuah matriks bergantung secara kontinu pada komponen-komponen matriks tersebut. Sebelum meny-atakan teorema, untuk A = [aij] ∈ Cn×n kita definisikan terlebih dahulu cakram Gershgorin Di = z ∈ C |z − aii| ≤X j6=i |aij| , i = 1, 2, . . . , n. 49
50 4. MASALAH NILAI EIGEN Teorema 4.1.1 (Gershgorin). Setiap nilai eigen matriks A ∈ Cn×n berada dalam salah satu cakram Di. Lebih jauh, jika gabungan m buah cakram D = Di1 ∪ Di2 ∪ · · · ∪ Dim tidak beririsan dengan n − m cakram lainnya, maka D memuat tepat m nilai eigen A.
Bukti: Untuk membuktikan bagian pertama, misalkan λ ∈ C nilai eigen A dengan vektor eigen x ∈ Cn, kxk∞ = 1. Maka terdapat k sehingga 1 = kxk∞= |xk| ≥ |xi|, i = 1, 2, . . . , n. Dari hubungan Ax = λx, komponen ke-k pada Ax adalah
n X j=1 akjxj = λxk, sehingga (λ − akk) xk = X j6=k akjxj. Dengan mengambil modulus, kita peroleh
|λ − akk| ≤X j6=k |akj| |xj| ≤X j6=k |akj| |xk| =X j6=k |akj|.
Untuk bukti bagian kedua, misalkan D = diag(a11, a22, . . . , ann) dan N = A − D. Maka A = D + N. Untuk t ∈ [0, 1], definisikan A(t) = D + tN. Misalkan k tetap, 1 ≤ k ≤ n. Perhatikan bahwa cakram Gershgorin Dk(t) untuk A(t) memiliki titik pusat akk, yang tidak bergantung pada t, dan jari-jari yang bergantung secara linier pada t. Ketika t bergerak dari t = 0 ke t = 1, cakram Gershgorin Dk(t) membesar dan nilai eigen ke-k bagi A(t) bergerak mengikuti lintasan terhubung Γkdari akk ke suatu nilai eigen λ bagi A. Jika λ berada di cakram Gershgorin Dj, maka keterhubungan lintasan Γk membuat Dj ∩ Dk(1) = Dj ∩ Dk 6= ∅. Ini berakibat m lin-tasan nilai eigen A(t) yang berawal di titik-titik ai1i1, ai2i2, . . . , aimim akan berada sepenuhnya di D. Hal serupa juga berlaku bagi n − m lintasan nilai eigen A(t) lainnya yang akan berada sepenuhnya di komplemen D. Jadi, D memuat tepat m nilai eigen.
Teorema berikut memberikan sebuah aplikasi Teorema Gershgorin. Teorema 4.1.2 (Bauer-Fike). Misalkan A ∈ Cn×n dapat didiagonalkan dan A = SDS−1, dimana S ∈ Cn×n tak singular dan D ∈ Cn×n diagonal. Misalkan E ∈ Cn×n sembarang. Maka untuk setiap nilai eigen µ bagi A + E terdapat nilai eigen λ bagi A yang memenuhi |µ − λ| ≤ κ∞(S)kEk∞. Bukti: Misalkan D = diag(λ1, λ2, . . . , λn) dan F = S−1ES. Maka nilai-nilai eigen A + E adalah nilai-nilai-nilai-nilai eigen D + F. Dengan mengenakan Teo-rema 4.1.1 pada matriks D + F kita memperoleh hasil yang diinginkan.
Perhatikan bahwa Teorema Bauer-Fike juga menetapkan lokasi nilai eigen di dalam sebuah cakram. Jika kita mengetahui nilai-nilai eigen matriks A,
maka nilai eigen tersebut akan menjadi pusat cakram untuk lokasi nilai-nilai eigen matriks A + E. Berbeda dengan Teorema Gershgorin, jari-jari cakram yang diberikan Teorema Bauer-Fike konstan.
Karena norma-norma matriks ekivalen, kita boleh mengharapkan ada versi lain Teorema Bauer-Fike yang menggunakan norma selain norma-∞. Teorema 4.1.3 (Bauer-Fike). Misalkan A ∈ Cn×n dapat didiagonalkan dan A = SDS−1, dimana S ∈ Cn×n tak singular dan D ∈ Cn×n diagonal. Misalkan E ∈ Cn×n sembarang. Maka untuk setiap p ∈ R, 1 ≤ p < ∞, dan untuk setiap nilai eigen µ bagi A + E terdapat nilai eigen λ bagi A yang memenuhi |µ − λ| ≤ κp(S)kEkp.
Bukti: Misalkan v vektor eigen A + E untuk nilai eigen µ. Misalkan w = S−1v 6= 0 dan F = S−1ES. Maka (D + F)w = (D + F)S−1v = S−1(A + E)v = S−1µv = µw dan kFkp ≤ kS−1kpkEkpkSkp= κp(S)kEkp. Jika µI − D singular, maka µ sama dengan salah satu komponen diagonal utama D, yang beerarti µ = λ, salah satu nilai eigen A.
Misalkan sekarang µI−D tak singular. Maka w = (µI−D)−1Fw. Kita per-oleh juga kwkp ≤ k(µI − D)−1kpkFkpkwkp, sehingga k(µI − D)−1kpkFkp ≥ 1. Menurut Soal Latihan 2, k(µI − D)−1kp = 1/ min
1≤j≤n|µ − dj|, dimana D = diag(d1, d2, . . . , dn). Akibatnya, k(µI − D)−1kp = 1/|µ − λ|, untuk suatu nilai eigen λ bagi A. Jadi, terdapat nilai eigen λ bagi A sehingga |µ − λ| ≤ kFkp ≤ κp(S)kEkp.
Sebagai contoh, misalkan matriks A + E = 1 1 0 1 2 1 112 1 2 0 1 . Kita dapat
mengambil A matriks sirkulan 1 1 0 0 1 1 1 0 1 , sehingga E = 0 0 0 1 2 0 12 −1 2 0 0 . De-ngan ω = −12 + 12i√3, nilai-nilai eigen A adalah 2, 1 + ω, 1 + ω2, dan S =
1 √ 3 1 1 1 1 ω ω2 1 ω2 ω
. Kita peroleh κ1(S) = κ∞(S) = 3 dan kEk1 = kEk∞= 1, sehingga jari-jari cakram Bauer-Fike adalah 3. Di lain pihak, κ2(S) = 1 dan kEk2= 14(1 +√5), yang memberikan jari-jari 14(1 +√5) ≈ 0, 809.
Lokalisasi nilai eigen juga dapat diberikan untuk matriks dengan struk-tur tertentu. Di Bab 1 kita telah mengenal kuosien Rayleigh untuk matriks Hermite. Teorema 1.3.8 memberikan nilai-nilai eigen matriks sebagai batas
52 4. MASALAH NILAI EIGEN bagi nilai kuosien Rayleigh dalam subruang tertentu. Lebih jauh, nilai-nilai eigen batas tersebut adalah kuosien Rayleigh untuk vektor tertentu, yaitu vektor eigen bagi masing-masing nilai eigen.
Hal sebaliknya juga berlaku. Diberikan kuosien Rayleigh untuk sem-barang vektor, kita dapat memberikan lokalisasi bagi vektor eigen berdasar-kan vektor dan kuosien Rayleigh tersebut.
Teorema 4.1.4. Misalkan A ∈ Cn×n matriks Hermite dan u ∈ Cn dengan u∗u = 1. Misalkan µ = u∗Au ∈ R. Maka selang
{x ∈ R | |x − µ| ≤ kAu − µuk2} memuat suatu nilai eigen A.
Bukti teorema ini diserahkan kepada pembaca.
4.2 Metode QR
Secara teoritis, semua nilai eigen matriks A dapat kita peroleh kalau kita berhasil melakukan dekomposisi Schur pada A, lihat Teorema 2.2.1. Bukti Teorema 2.2.1 bersifat konstruktif, tetapi memerlukan nilai eigen A. Akibat-nya, kita tidak dapat menggunakan konstruksi tersebut untuk memperoleh nilai-nilai eigen A.
Teknik yang lazim digunakan untuk memperoleh dekomposisi Schur tan-pa memerlukan nilai eigen adalah dengan memanfaatkan faktorisasi QR. Berikut ini kita deskripsikan metode QR untuk memperoleh nilai eigen matriks A. Pertama-tama kita konstruksi barisan matriks {Ak} sebagai berikut:
Inisialisasi: A0= A; Iterasi: untuk k = 0, 1, . . . :
Ak= QkRk (faktorisasi QR); Ak+1= RkQk.
Perhatikan bahwa Rk= Q∗kAk, sehingga Ak+1= Q∗kAkQk, yaitu Ak+1 serupa uniter dengan Ak. Kita akan perlihatkan bahwa, dengan kondisi tertentu, barisan {Ak} konvergen ke sebuah matriks segitiga atas. Kekon-vergenan barisan {Ak} seperti ini ekivalen dengan barisan {Qk} konvergen ke suatu matriks diagonal diag(eiθ1, eiθ2, . . . , eiθn).
Sebelum itu, kita perkenalkan dahulu notasi-notasi berikut: Q(k) = Q0Q1· · · Qk dan R(k) = RkRk−1· · · R0. Maka untuk k = 0, 1, . . . , mat-riks Q(k) adalah matriks uniter, sedangkan matriks R(k) matriks segitiga atas. Kita mempunyai sifat-sifat berikut.
Sifat 4.2.1. Untuk k = 0, 1, . . . berlaku: 1. Ak+1= Q(k)∗AQ(k),
2. AQ(k)= Q(k+1)Rk+1,
3. Ak+1= Q(k)R(k) adalah faktorisasi QR untuk pangkat ke-k dari A. Bukti: Kita akan membuktikan pernyataan pertama dengan melakukan nduksi pada k. Bukti untuk dua pernyataan lainnya diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.
Untuk k = 0: A1= Q∗0A0Q0 = Q(0)∗AQ(0). Asumsikan k ≥ 0 dan Ak+1 = Q(k)∗AQ(k). Maka
Ak+2 = Q∗k+1Ak+1Qk+1 = Q∗k+1 Q(k) ∗ AQ(k)Qk+1 = Q(k)Qk+1 ∗ AQ(k)Qk+1 = Q(k+1) ∗ AQ(k+1).
Teorema berikut memberikan syarat cukup bagi ‘kekonvergenan’ barisan {Ak} ke sebuah matriks segitiga atas. Kita tuliskan Ak= [ak,ij].
Sebelum itu, kita berikan sejumlah fakta yang berkaitan dengan kekon-vergenan barisan matriks, yang kita perlukan dalam pembuktian teorema. Bukti fakta-fakta tersebut diberikan sebagai latihan.
1. Misalkan {Ak} dan {Bk} dua barisan di Cn×nyang konvergen berturut-turut ke A dan B di Cn×n. Maka barisan {AkBk} konvergen ke AB ∈ Cn×n.
2. Misalkan {Ak= [ak,ij]} barisan di Cn×n dan A = [aij] di Cn×n. Maka {Ak} konvergen ke A jika dan hanya jika barisan {ak,ij} konvergen ke aij, i, j = 1, 2, . . . , n.
3. Jika sebuah barisan matriks segitiga atas {Rk} konvergen ke A, maka A matriks segitiga atas.
54 4. MASALAH NILAI EIGEN 4. Misalkan {Uk} barisan matriks uniter di Cn×nyang konvergen ke U ∈ Cn×n. Maka U juga uniter dan, dengan demikian, himpunan semua matriks uniter di Cn×n tertutup.
Teorema 4.2.2. Misalkan A ∈ Cn×n dapat didiagonalkan, sehingga A = PDP−1, dengan D = diag(λ1, λ2, . . . , λn), |λ1| > |λ2| > · · · > |λn| > 0. Misalkan pula P−1 = LR, untuk suatu matriks segitiga bawah L dan matriks segitiga atas R. Maka untuk i = 1, 2, . . . , n, ak,ii konvergen ke λi, sedangkan untuk 1 ≤ j < i ≤ n, ak,ij konvergen ke 0.
Bukti: Pertama-tama, asumsikan bahwa semua komponen diagonal utama L adalah 1, lihat diskusi sesudah Teorema 2.2.2.
Misalkan P = UT adalah faktorisasi QR pada matriks P (jadi U matriks uniter dan T matriks segitiga atas). Maka
Ak = PDkP−1 = UTDkLR = UT DkLD−k DkR.
Perhatikan bahwa matriks Lk = DkLD−k = [lk,ij] adalah matriks segitiga bawah dengan komponen-komponen:
lk,ij = 0 jika i < j, 1 jika i = j, λi λj k lij jika i > j.
Karena asumsi pada modulus nilai-nilai eigen A, maka Lk konvergen ke I. Misalkan Lk = I+Fk. Maka Fkkonvergen ke 0, dan TLk= I + TFkT−1 T. Kekonvergenan Fk ke 0 menyebabkan I + TFkT−1 tak singular untuk se-mua k > K, dimana K suatu bilangan asli. Untuk k > K, menurut Teo-rema 2.2.3, terdapat secara tunggal matriks-matriks uniter Ukdan matriks-matriks segitiga atas Tk= [tk,ij], sehingga I+TFkT−1 = UkTkdan tk,ii> 0 untuk 1 ≤ i ≤ n.
Barisan matriks uniter {Uk} adalah barisan terbatas. Akibatnya, terdapat subbarisan {Uk0} yang konvergen ke matriks bU. Dari Soal Latihan 6, bU haruslah uniter. Karena Tk = U∗k I + TFkT−1, maka subbarisan {Tk0} juga konvergen ke matriks bT. Perhatikan bahwa bT adalah matriks segit-iga atas yang semua komponen diagonal utamanya tak-negatif. Dengan
mengambil limit subbarisan {I + TFk0T−1}, kita peroleh I = bU bT. Aki-batnya, semua komponen diagonal utama bT positif. Dengan menggunakan Teorema 2.2.3 sekali lagi, haruslah bU = bT = I.
Argumentasi di atas kita gunakan untuk menunjukkan bahwa jika terdapat subbarisan konvergen lainnya dari {Uk} dan {Tk}, maka kedua subbarisan tersebut haruslah konvergen ke matriks identitas. Ini berarti bahwa keselu-ruhan barisan {Uk} dan {Tk} keduanya konvergen ke I.
Dari I + TFkT−1 = UkTk, kita peroleh TLk = UkTkT dan, akibatnya, Q(k−1)R(k−1) = Ak = UUkTkTDkR = (UUk) TkTDkR. Karena UUk matriks uniter dan TkTDkR matriks segitiga atas, maka (UUk) TkTDkR adalah juga faktorisasi QR untuk matriks Ak. Untuk setiap k, terdapat mat-riks ∆k= diag (dk,1, dk,2, . . . , dk,n), dengan |dk,1| = |dk,2| = · · · = |dk,n| = 1, sehingga Q(k−1) = UUk∆k.
Karena P = UT, maka A = UTDT−1U−1. Dari Ak+1 = Q(k)∗AQ(k), kita peroleh
Ak+1 = Q(k)∗UTDT−1U−1Q(k)
= (UUk+1∆k+1)∗UTDT−1U−1UUk+1∆k+1 = ∆∗k+1U∗k+1TDT−1Uk+1∆k+1.
Misalkan Bk = U∗kTDT−1Uk= [bk,ij]. Karena {Uk} konvergen ke matriks identitas, maka {Bk} konvergen ke TDT−1 yang merupakan matriks se-gitiga atas yang diagonal utamanya sama dengan diagonal utama D, yaitu bk,ii konvergen ke λi, untuk i = 1, 2, . . . , n, dan bk,ij konvergen ke 0 untuk 1 ≤ j < i ≤ n.
Kita juga memperoleh Ak = ∆∗kBk∆k. Dengan demikian, untuk i 6= j, ak,ij = dk,idk,jbk,ij, sedangkan ak,ii = bk,ii. Jadi, untuk i = 1, 2, . . . , n, ak,ii
konvergen ke λi, dan untuk 1 ≤ j < i ≤ n, ak,ij konvergen ke 0. Kekon-vergenan terakhir ini kita peroleh karena |dk,i| = 1, untuk i = 1, 2, . . . , n.
Perhatikan bahwa kita menggunakan tanda kutip untuk menyatakan kekonvergenan barisan matriks {Ak}. Sesungguhnyalah, yang kita peroleh adalah kekonvergenan komponen-komponen matriks Ak yang terletak pada diagonal utama dan di bawahnya. Hanya komponen-komponen tersebut yang relevan untuk pembicaraan kita tentang nilai-nilai eigen matriks A. Sedangkan untuk komponen-komponen di atas diagonal utama matriks Ak, kita tidak mengetahui, dan tidak memerlukan, kekonvergenan mereka.
56 4. MASALAH NILAI EIGEN Dalam implementasinya, kita dapat mempercepat kekonvergenan me-tode QR dengan terlebih dahulu mengubah matriks A ke bentuk Hessen-berg. Ini kita lakukan dengan memanfaatkan Teorema 2.2.8. Dengan pe-rubahan ini, metode QR tinggal membuat diagonal tepat di bawah diagonal utama berisikan komponen-komponen 0.