• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dijadikan sebagai tempat pelaksanaan penelitian adalah di Pengadilan Agama Pinrang. Pengadilan Agama Pinrang terletak di di Kabupaten Pinrang yang beralamatkan di Jln. Bintang, Kelurahan Maccorowalie, Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang, dengan keadaan Geografis yang terletak antara: Lintang Selatan: 3 30 19' 13" - 40 10' 30", Bujur Timur :1190 26' 30" - 1190 47' 20", Kabupaten Pinrang Terletak dibagian tengah Provensi Sulawesi Selatan dengan luas Wilayah 1.961.77 Km2. Secara Administrasi Pemerintah Kabupaten Pinrang terbagi menjadi 12 Kecamatan yang terdiri dari 109 Desa/Kelurahan.

Adapun wilayah yurisdiksi PA Pinrang meliputi 12 (dua belas) kecamatan, dengan jumlah 109 (seratus sembilan) kelurahan/desa, sebagai berikut:

a. Kecamatan Watang Sawitto, dengan 9 Kelurahan;

b. Kecamatan Paleteang, dengan 6 Kelurahan;

c. Kecamatan Tiroang dengan 5 Kelurahan;

d. Kecamatan Mattiro Sompe, dengan 2 Kelurahan, dan 8 Desa;

e. Kecamatan Lanrisang dengan 1 Kelurahan, dan 6 Desa;

f. Kecamatan Suppa, dengan 2 Kelurahan, dan 8 Desa;

g. Kecamatan Duampanua, dengan 6 Kelurahan, dan 10 Desa;

h. Kecamatan Lembang, dengan 2 Kelurahan, dan 14 Desa;

i. Kecamatan Mattirobulu, dengan 2 Kelurahan, dan 7 Desa;

j. Kecamatan Patampanua, dengan 4 Kelurahan, dan 7 Desa;

k. Kecamatan Batulappa, dengan 1 Keluarahan, dan 4 Desa;

l. Kecamatan Cempa, dengan 1 Kelurahan, dan 6 Desa.

a. Sejarah dan Dasar Hukum Pengadilan Agama Pinrang

Pembentukan Pengadilan Agama Pinrang dilatar belakangi oleh perkembangan ketataprajaan di daerah Sulawesi dan Maluku dan demi kelancaran pelaksanaan tugas Direktorat Peradilan Agama, dan dengan terbitnya Undang-Undang RI. Nomor 29 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi (terlampir), pada angka romawi I, huruf (B), sub (b), angka (18), yang membubarkan swapraja Pare-pare, selanjutnya pada angka romawi II, Pasal 1, ayat (1), swapraja Pare-pare dibagi menjadi 5 (lima) daerah swapraja, yakni nomor (26) meliputi Swapraja Kota Pare-pare, nomor (27) meliputi bekas Swapraja Mallutasi, nomor (28) meliputi bekas Swapraja Sidenreng dan Rappang, dan nomor (29)

29

meliputi bekas swapraja-swapraja Sawitto, Batulappa, Kassa, Suppa, serta nomor (30) meliputi bekas swapraja-swapraja Enrekang, Naiwa, dan Federasi Duri.

Sebelum terbit Undang-Undang RI. Nomor 29 Tahun 1959 tersebut, pada bekas daerah/swapraja Pare-pare hanya satu Pengadilan Agama yang telah terbentuk, yakni Pengadilan Agama Pare-pare meliputi wilayah bekas daerah/swapraja Kota Pare-pare dan swapraja Mallusetasi, dan dengan demikian untuk bekas swapraja-swapraja Pare-pare masih terdapat tiga Pengadilan Agama yang belum dibentuk tersebut, yakni Pengadilan Agama Pinrang, Pengadilan Agama Sidrap, dan Pengadilan Agama Enrekang, sehingga pada tanggal 15 Juli 1966, Inspektorat Peradilan Agama di Makassar mengeluarkan surat usul Penambahan Pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah Tk.II di Daerah Sulawesi dan Maluku, dan mendapat persetujuan dari Direkrorat Peradilan Agamapada tanggal 19 November 1966, untuk usul pembentukan Pengadilan Agama (PA) Pinrang.

Pengadilan Agama (PA) Pinrang bersama dengan 14 PA dengan lainnya,dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 87 Tahun 1966 Tentang Penambahan Pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah Tk.II d i Daerah Sulawesi dan Maluku, dan berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1967 (terlampir), berkedudukan di Watang Sawitto ibukota Kabupaten Pinrang, Jalan Jenderal Soekawati, Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang, dan wilayah yurisdiksinya meliputi bekas swapraja-swapraja Sawitto, Batulappa, Kassa dan Suppa, dan dari rentan waktu 1967-1987 lewat upaya kerja keras dan jasa Qadhi/Kali Alitta K.H. Abd. Samad Bennu, PA Pinrang Kelas II dapat beroperasi secara efektif dan hadir di tengah masyarakat pencari keadilan Kabupaten Pinrang,

Terbitnya Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2004 Tentang Pengalihan Organisasi, Administrasi dan Finansial Di Lingkungan Peradilan Umum, dan Peradilan Tata Usaha Negara Dan Peradilan Agama Ke Mahkamah Agung RI, khususnya Pasal 2 ayat 2, maka terhitung mulai 30 Juni 2004, organisasi Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah dialihkan dari (Kementerian) Departemen Agama ke (Lembaga Yudikatif) Mahkamah Agung RI., termasuk Pengadilan Agama Pinrang Kelas II.

Peningkatan animo dan kepercayaan masyarakat pencari keadilan terhadap Pengadilan Agama Pinrang Kelas II, khususnya bagi masyarakat yang beragama Islam dan tunduk pada hukum Islam yang berlaku di Indonesia, termasuk kewenangan menangani sengketa hukum ekonomi syariah, berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, dan pada tahun 2008, Pengadilan Agama Pinrang mengalami peningkatan type kelas dari Pengadilan Agama Pinrang Kelas II (dua) menjadi Pengadilan Agama Pinrang Kelas I-B (satu B), berdasarkan Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung Nomor 039/SEK/SK/IX/2008 Tentang Peningkatan Kelas pada 19 Pengadilan Agama Kelas II menjadi Kelas I-B, termasuk Pengadilan Agama Pinrang Kelas I-B, setelah memperhatikan Surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor B/2481/M.PAN/8/2008, tanggal 21 Agustus 2008 hal Peningkatan Kelas Pengadilan Tingkat Pertama.

Peningkatan Klasifikasi Pengadilan Agama Pinrang Kelas I-B tersebut dan dengan sokongan dana dari Mahkamah Agung untuk pembangunan kantor PA Pinrang sesuai standard prototype, maka pada tahun 2009 PA Pinrang Kelas I-B di bawah naungan Lembaga Yudikatif Mahkamah Agung RI. memilki kantor

31

operasional yang baru, terletak di Jalan Bintang No. 9, Maccorawalie, Kecamatan Watang Sawitto, sebagai ibukota Kabupaten Pinrang hingga sekarang.

Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2020 (+ 12 tahun lamanya), penanganan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Pinrang Kelas I-B, mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun, serta ditunjang oleh unsur jumlah penduduk yang beragama Islam di wilayah yurisdiksi Pengadilan Agama Pinrang (Kabupaten Pinrang) sejumlah 355.953 jiwa atau 95% dari total jumlah penduduk 377.119 jiwa (2019), dengan kepadatan Penduduk sejumlah 192,23 jiwa/km2, terdiri dari 12 (dua belas) kecamatan, dengan jumlah 109 (seratus sembilan) kelurahan/desa, maka yang klasifikasi kelas PA Pinrang Kelas 1B ditetapkan sebagai pengadilan agama kelas 1A, berdasarkan ketentuan surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor 74A/KMA/SK/IV/2019, Tanggal 26 April 2019, Tentang Kriteria Klasifikasi Pengadilan Tingkat Pertama, pada Bab IV, Bagian Kedua Peradilan Agama, angka (3), huruf (a), dan pada Bab V, Ketentuan Lain-Lain, angka (4).

Sejak efektif beroperasional tahn 1967 sampai sekarang (2021), Pengadilan Agama Pinrang telah memiliki 11 (sebelas) Ketua/Pimpinan, sebagai berikut:

a) K.H. Abd. Samad Bennu (Periode 1967-1987)

b) Drs. H. Bahrussam Yunus, S.H., M.H. (Periode 1987-1922) c) Drs. H. Ruslan Haruna Rasyid, S.H., M.H (Periode 1992-1997) d) Drs. Abd. Rahman Baso (Periode 1997-2004)

e) Drs. H. Amiruddin Djiama, S.H., M.H. (Periode 2004-2008) f) Drs. H. M. Nahiruddin , S.H., M.H. (Periode 2008-2010) g) Drs. H. Bardis, M.H. (Periode 2008-2010)

h) Drs. H. Pandi S.H., M.H. (Periode 2011-2013)

i) Drs. H. Nurdin Situdju, S.H., M.H. (Periode 2016- Juli 2020) j) Drs. H. Mursidin, M.H. (Periode Agust 2020 - Januari 2021) k) Dr. H. Muh. Arasy Latif, Lc., M.A. (Februari 2021- Sekarang)

b. Visi dan Misi Pengadilan Agama Pinrang

Table 3.1 Visi dan Misi Pengadilan Agama Pinrang

Visi Terwujudnya Pengadilan Agama Pinrang Yang Agung

Misi

- Menjaga kemandirian Pengadilan Agama Pinrang

- Memberikan pelayanan hukum yang cepat, berkualitas, dan berkeadilan kepada pencari keadilan

- Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan dan Pelaksanaan Pegawasan terhadap Kinerja dan Perilaku Aparat Pemgadilan Agama Pinranng

- Meningkatkan Krediabilitas dan Transparansi Pengadilan Agama Pinrang

C. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Pinrang

Dalam Bab III Undang–Undang Peradilan Agama Nomor 3 Tahun 2006 pasal 49 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ditegaskan bahwa kewenangan serta tugas pokok dari Pengadilan Agama adalah menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah dan mempunyai fungsi sebagai berikut :

33

a) Memberikan pelayanan teknis yustisial dan administrasi kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta penyelesaian perkara dan eksekusi;

b) Memberikan pelayanan dibidang administrasi perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi peradilan lainnya;

c) Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur dilingkungan Pengadilan Agama (Urusan umum, Kepegawaian dan Keuangan);

d) Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang Hukum Islam kepada instansi pemerintah didaerah hukumnya, apabila diminta sebagaimana diatur dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perailan Agama;

e) Memberikan pelayanan penyelesaian permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan di luar sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan Hukum Islam sebagaimana diatur dalam Pasal 107 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama;

f) Waarmerking akta keahliwarisan di bawah tangan untuk pengambilan deposito/tabungan, pensiunan dan sebagainya;

g) Melaksanakan tugas penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah sesuai pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009;

h) Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan hukum, memberikan / turut melaksanakan hisab rukyat dalam penentuan awal bulan pada Tahun Hijriah bila diminta.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam waktu 2 bulan lamanya disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

Dokumen terkait