• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARAMETER (xi) 1 2 3 4 5 1. Vegetasi sumber Pakan (x1) 100 48 48 40 20 0,85 2. Tutupan Tajuk (x2) 80 32 60 8 12 0,64

3. Jarak dari sumber Air (x3) 100 80 60 40 20 1,00 4. Ketinggian Tempat (x4) 80 80 60 40 20 0,93 5. Kelerengan (x5) 80 80 60 40 20 0,93 Sumber: Data Penelitian (diolah), 2012

Berdasarkan Tabel 4.21. dan Tabel 4.22. dapat dijelaskan bahwa ada persamaan sebesar 64% dari kondisi tutupan tajuk yang sering digunakan gajah dalam aktivitasnya di lokasi penelitian (faktual) dengan hasil penelitian terdahulu. Perbedaan sebesar 36% karena penggunaan ruang habitat di Cagar Alam Jantho lebih cenderung dengan peringkat tutupan tajuk agak terbuka > tajuk sedang > area terbuka; sedangkan untuk tutupan tajuk 60 – 100% lebih jarang digunakan. Demikian juga dengan vegetasi sumber pakan, ketinggian tempat dan kelerengan, secara berurutan 85% dan 93% kondisinya sama dengan habitat gajah di wilayah lain. Parameter dengan nilai 1,00 atau 100%; berarti penggunaan ruang oleh gajah berdasarkan parameter jarak dari sumber air antara kondisi lapangan (faktual)

dengan kondisi habitat gajah di wilayah lain adalah sama. Nilai skor parameter tersebut bermakna sebagai faktor penyesuaian kondisi faktual (lapangan) terhadap kondisi yang dianggap ideal (sesuai Tabel Kesesuaian Habitat). Nilai skor parameter berperan dalam menentukan nilai sub indeks.

4.8.1.2. Parameter Desa sekitar Hutan

Komponen desa sekitar hutan seperti: pertumbuhan penduduk, pemanfaatan lahan dan komoditi yang ditanam merupakan parameter yang diduga juga berpengaruh terhadap kelestarian habitat gajah. Untuk itu, penilaian juga dilakukan terhadap parameter tersebut. Berdasarkan penilaian oleh beberapa pakar/peneliti Gajah tentang parameter desa sekitar hutan, peringkat kondisi parameter tersebut tersaji pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23. Peringkat parameter Desa sekitar hutan berdasarkan penilaian beberapa peneliti/pakar

Sumber : Hasil kuesioner (2012) Pakar/Peneliti Gajah Asia/Sumatera Varma, Campos-Arceis, Purastuti, Abdullah, Azmi

Pertumbuhan penduduk desa sekitar hutan konservasi sangat berpengaruh pada pemanfaatan lahan desa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk desa. Angka pertumbuhan penduduk yang rendah lebih memberikan peluang bagi terwujudnya keberlanjutan kawasan konservasi; sebaliknya angka pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi lebih berpeluang menghadirkan tekanan terhadap

No. PARAMETER PERINGKAT PARAMETER DESA HUTAN

1 2 3 4 5 1. Pertumbuhan Penduduk (%) (x6) < 1 1 – 1,5 1,6 – 2,0 2,1 – 2,5 > 2,5 2. Pemanfaatan Lahan (x7) Hutan desa Lahan penggem balaan Sawah tidur Ladang/ kebun Sawah 3. Komoditi yang ditanam (x8) Cabe Coklat dan Kemiri Sawit Kacang tanah, ubi, kentang Padi dan Jagung

lingkungan yang akan mengancam keberadaan kawasan konservasi, dan pada gilirannya akan menyebabkan tekanan pada wilayah jelajah gajah dan satwaliar lainnya. Untuk itu semakin rendah angka pertumbuhan penduduk desa akan semakin baik, sehingga dapat dituliskan 1 > 2 > 3 > 4 > 5.

Penggunaan lahan desa di sekitar hutan berikut komoditi yang ditanam akan berpengaruh pada pola pergerakan gajah, manakala kondisi ekologi habitat di dalam kawasan hutan mengalami gangguan berat. Pada kondisi habitat yang terganggu, gajah akan ke luar hutan masuk ke pemukiman penduduk. Ladang/kebun dan sawah merupakan tempat untuk mencari sumber pakan alternatif bagi gajah dan berpeluang menimbulkan konflik dengan manusia. Penggunaan lahan desa sekitar hutan, sebagai hutan desa adalah yang terbaik (peringkat 1), sebaliknya sawah dinilai paling berpotensi menimbulkan konflik (peringkat 5).

Komoditi pangan seperti padi, jagung, ubi dan kentang; menurut informasi dari masyarakat dan berdasarkan penilaian pakar merupakan komoditi yang sangat disukai gajah, dibandingkan komoditi perkebunan seperti sawit, kemiri dan coklat. Sementara komoditi seperti cabe ternyata tidak disukai gajah. Semakin disukai Gajah suatu komoditi, semakin berpotensi menimbulkan konflik, sehingga mendapat peringkat buruk (5); sebaliknya yang paling tidak disukai mendapat peringkat baik (1).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa sekitar CA Pinus Jantho menunjukkan bahwa kondisi faktual parameter desa sekitar hutan seperti disajikan pada Tabel 4.24 sampai dengan Tabel 4.26. Pertumbuhan penduduk desa sekitar hutan yang ideal untuk mendukung konservasi spesies mamalia besar, seperti

Gajah Sumatera, adalah pertumbuhan penduduk dibawah 1%. Data yang diperoleh memperlihatkan bahwa persen pertumbuhan penduduk dari 6 (enam) desa sekitar hutan CA Jantho bervariasi: tiga desa dengan pertumbuhan 1 – 1,15%; satu desa dengan pertumbuhan 1,6 – 2% dan dua desa mempunyai pertumbuhan > 2,5%; seperti terlihat pada Tabel 4.24.

Tabel 4.24. Sebaran persen pertumbuhan penduduk desa sekitar hutan Cagar Alam Pinus Jantho

Pertumbuhan Penduduk Desa (%) Jumlah Desa < 1 0 1 – 1,5 3 1,6 – 2,0 1 2,1 – 2,5 0 >2,5 2

Sedikitnya 41,7% dari total lahan desa sekitar hutan Cagar Alam Pinus Jantho dialokasikan sebagai hutan desa. Selain itu masih terdapat lahan (terlantar), luasnya mencapai 28,3% dari luas lahan desa, yang sengaja dibiarkan/tidak diolah, dengan maksud sebagai lahan penggembalan binatang ternak. Kondisi tersebut diharapkan dapat mengurangi resiko gangguan satwaliar, khususnya Gajah ke wilayah pemukiman penduduk. Persentase pemanfaatan lahan desa sekitar hutan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25. Sebaran pemanfaatan lahan desa sekitar hutan Cagar Alam Pinus Jantho

Pemanfaatan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

Sawah 350 4,9

Ladang/kebun 1590 22,6

Lahan terlantar 1997 28,3

Sawah tidur 162 2,3

Hutan desa 2935 41,7

Meskipun hanya 30% dari luas lahan desa yang dimanfaatkan untuk lahan budidaya diharapkan dapat mencegah resiko konflik manusia dengan gajah; jenis

komoditi yang ditanam juga perlu diperhitungkan. Penanaman tanaman budidaya seperti padi, jagung, sawit, kakao dan ubi (Tabel 4.26.) seringkali mengundang selera gajah untuk memakannya, karena jenis-jenisnya disukai gajah (Purastuti, 2010). Selama penanaman jenis-jenis tersebut bukan di wilayah jelajah gajah dan kondisi di dalam kawasan hutan Cagar Alam tidak mendapat tekanan/gangguan, resiko konflik dapat dicegah. Hal yang mengkhawatirkan adalah, menurut penduduk desa, lahan terlantar sudah mulai diminati oleh para investor untuk ditanami sawit. Kalau hal itu terjadi dengan percepatan yang tinggi, akan memicu terjadinya konflik antara manusia dan gajah di wilayah ini seperti halnya wilayah lain.

Tabel 4.26. Sebaran jenis komoditi yang ditanam di desa sekitar hutan Cagar Alam Pinus Jantho

Komoditi Persentase (%)

Padi/Jagung 36,8

Coklat, kemiri, pinang 35,7

Sawit 12,7

Kacang tanah, ubi 9,3

Cabe, tomat 5,5

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai pertumbuhan penduduk, pemanfaatan lahan, dan komoditi yang diusahakan oleh masyarakat desa sekitar hutan, dapat dibuat tabel peringkat kondisi faktual parameter desa sekitar hutan seperti terlihat pada Tabel 4.27. Untuk mendapatkan nilai skor kondisi tersebut, dilakukan komparasi terhadap Tabel 4.23, dan hasilnya tersaji pada Tabel 4.28.

Tabel 4.27. Peringkat parameter Desa sekitar hutan di CAPinus Jantho

Sumber : Data Penelitian, 2012

Keterangan: Warna yang sama menunjukkan peringkat yang sama

Tabel 4.28. Nilai skor parameter desa sekitar hutan di CA Pinus Jantho

No. PARAMETER PERINGKAT KONDISI DESA HUTAN

Dokumen terkait