• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trend Temuan Observasi Keselamatan 2009

B. Pembahasan 1. Observasi Keselamatan Kerja

Pelaksanaan Observasi Keselamatan Kerja di Area Workshop PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta sudah berjalan baik, dan tersosialisasikan dengan baik. Program observasi keselamatan kerja ini juga telah masuk ke dalam SOP (Standard Operating Procedure) Perusahaan, yaitu SHE.SOP.021.R00 yaitu tentang Pemantauan Perilaku K3L. Berdasarkan pendapat Cooper (1999) ada tujuh kriteria yang sangat penting bagi pelaksanaan program behavioral safety, yaitu antara lain :

a) Melibatkan partisipasi karyawan yang bersangkutan,

b) Memusatkan perhatian kepada perilaku unsafe yang spesifik, c) Didasarkan pada hasil observasi,

d) Proses Pembuatan Keputusan Berdasarkan Data,

e) Melibatkan Intervensi secara sistimatis dan observasional, f) Menitikberatkan pada umpan balik terhadap perilaku kerja,

g) Membutuhkan dukungan dari manager.

Semua kriteria tersebut masuk ke dalam proses observasi keselamatan kerja yang dilaksanakan di area workshop PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta. Diawali dengan dukungan dari atasan (manager dan supervisor), observasi keselamatan kerja dipusatkan pada perilaku unsafe yang spesifik, namun dapat juga kepada perilaku aman yang patut mendapat apresiasi, lalu memberikan umpan balik terhadap perilaku kerja pekerja, setelah itu didasarkan pada hasil observasi, setelah dianalisa, para atasan membuat keputusan untuk merancang program interverensi dilakukan dengan menentukan goal setting yang dilakukan oleh karyawan sendiri, dengan terus dilaksanakan observasi, para atasan juga bertugas memonitor data secara berkala, sehingga perbaikan dan koreksi terhadap program dapat terus dilakukan.

Gambar 19. Hubungan Injury Rates dengan Safety Culture (Sumber : DuPont, 2005)

Program observasi keselamatan kerja di PT. Trakindo Utama pada dasarnya mengadopsi program observasi kartu STOP dari DuPont. DuPont sendiri

menjelaskan bahwa injury rates (tingkat kecelakaan) akan semakin menurun seiring dengan berkembangnya safety culture di perusahaan. Pada saat ini culture yang ada di area workshop PT. Trakindo Utama dapat digolongkan kedalam tahap dependent, karena pendistribusian kartu obervasi itu sendiri masih terbatas untuk para supervisor yang masih juga ditargetkan jumlah pengumpulannya tiap bulan, dan masih banyak yang belum mencapai target. Sehingga perilaku keselamatan yang diterapkan di PT. Trakindo Utama masih terbatas dibawah pengawasan. Untuk ke depannya, dengan digalakkannya program observasi keselamatan kerja ini, diharapkan akan terbentuk safety culture yang independent, yaitu sadar akan safety untuk dirinya sendiri tanpa pengawasan, lalu menuju ke tahap interdependent, atau bisa disebut juga Total Safety Culture, dimana semua orang sadar akan safety dan saling mengingatkan akan safety masing-masing. Pada tahap interdependent tersebut, kartu observasi dapat didistribusikan kepada seluruh pekerja, dan seluruh pekerja dapat berpartisipasi dalam program observasi keselamatan kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman yang tentu saja dapat mengurangi angka kecelakaan. Kendala yang sering terjadi adalah pada penulisan laporan secara tertulis di kartu observasi dan pengumpulannya. Kebanyakan supervisor langsung mengkomunikasikan untuk tindakan perbaikan pada saat observasi, lalu lupa untuk mencatat dan melaporkannya.

Dengan demikian, pelaksanaan observasi keselamatan ini telah sesuai dengan standard yang digunakan perusahaan yaitu OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.4.3 tentang Komunikasi, Partisipasi & Konsultasi. Sebagai bukti nyata komitmen K3L dari manajemen

2. Safety Induction

Di PT. Trakindo Utama, standar yang mengatur tentang pelaksanaan safety induction diatur pada SOP Perusahaan SHE.SOP.008.R00.

Pada pelaksanaannya safety induction sudah berjalan dengan baik dan efektif. Setiap pekerja, vendor atau tamu yang memasuki area workshop PT. Trakindo Utama Jakarta, terlebih dahulu akan mendapatkan materi safety induction sesuai dengan kepentingan masing-masing. Materi yang diberikan pada saat safety induction juga padat dan tepat sasaran, namun yang perlu diperhatikan adalah durasi dari pemberian safety induction, karena bila terlalu lama, peserta cenderung mengantuk, karena itu perlu dihadirkan presentasi yang interaktif dan komunikatif agar peserta dapat lebih bersemangat dalam mengikuti safety induction.

Pelaksanaan safety induction ini sesuai dengan UU no. 1 Tahun 1970 pasal 9 ayat 1 yang menyatakan bahwa, Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya.

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melakukan pekerjaannya.

3. Toolbox Meeting

Toolbox Meeting diatur pada SOP Perusahaan SHE.SOP.004.R00 mengenai Komunikasi & Konsultasi Internal K3L. Toolbox Meeting berfungsi sebagai media komunikasi antara atasan dengan pekerja dalam koordinasi list pekerjaan dan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan pada hari itu untuk masing-masing pekerja sebelum memulai kerja. Pada pelaksanaannya, waktu toolbox meeting sebagian besar digunakan untuk membahas proses kerja yang akan dilakukan pada hari tersebut, namun kadang membahas juga masalah safety dalam melaksanakan tugas yang akan dilakukan. Toolbox meeting memegang peranan penting sebagai media komunikasi para atasan (supervisor/foreman) dalam memberi arahan untuk melakukan pekerjaan dengan cara yang aman kepada pekerja.

Dengan demikian, pelaksanaan safety toolbox di area workshop PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta sudah sesuai dengan PER.05/MEN/1996, elemen 2.3, tentang Penyebarluasan Informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2.3.1 Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja disebarkan secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja perusahaan (Himpunan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2007).

4. Safety Talk

Pelaksanaan safety talk di PT. Trakindo Utama diatur dalam SOP Perusahaan SHE.SOP.004.R00 mengenai Komunikasi dan Konsultasi Internal K3. Safety talk dilaksanakan tiap hari jum’at, dengan durasi 1 jam, di tiap section,

dipimpin oleh atasan masing-masing dengan membahas materi tentang K3L di tempat kerja. Dari observasi yang dilakukan penulis selama masa magang, pelaksanaan safety talk yang paling efektif adalah yang bertempat di FIP Room, dipandu oleh Bapak Toni selaku supervisor dari small component section. Pelaksanaan safety talk di section tersebut sangat komunikatif, interaktif, dan parsitipatif. Setiap masalah yang ada dibahas dan diuraikan oleh pemandu sampai jelas dan peserta secara aktif berbalas-balasan memberikan pendapatnya. Namun, secara umum, pelaksanaan safety talk di area workshop PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta sudah berjalan dengan baik, hanya perlu meningkatkan kualitas penyajian dan format dari materi safety talk, agar pekerja juga bersemangat untuk berpartisipasi dalam safety talk.

Dengan demikian, pelaksanaan safety talk di area workshop PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta sudah sesuai dengan PER.05/MEN/1996, elemen 2.3, tentang Penyebarluasan Informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2.3.1 Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja disebarkan secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja perusahaan, 2.3.2 Catatan-catatan informasi keselamatan dan kesehatan kerja dipelihara dan disediakan untuk seluruh tenaga kerja dan orang lain yang datang ke tempat kerja (Himpunan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2007).

5. CIM Ideku

Bila kartu observasi keselamatan didistribusikan untuk para atasan (supervisor / manager), maka kartu CIM Ideku didistribusikan untuk seluruh pekerja. Seluruh pekerja bebas mengisi kartu CIM Ideku bila menemui hambatan

dalam bekerja lalu mengusulkan ide sebagai solusinya. Pelaksanaan program CIM Ideku ini sangat berguna bagi pengembangan berkelanjutan di area workshop dengan bantuan partisipasi ide pekerja. Dengan adanya program CIM Ideku, para pekerja dapat menganalisa potensi-potensi bahaya yang ada di tempat kerja lalu mencari solusi yang tepat untuk menanganinya, dengan demikian terbentuk pola pikir keselamatan bagi pekerja (safe thinking). Pada pelaksanaannya, sosialisasi CIM Ideku sudah terselenggara dengan baik, namun dalam penyelenggaraan CIM Ideku meeting kadang masih kurang koordinasi, dan kadang masih timbul keabsenan dari beberapa perwakilan section.

Secara keseluruhan, program ini telah sesuai dengan standard OHSAS 18001 : 2007 klausa 4.4.3 mengenai komunikasi, partisipasi, dan konsultasi.

6. Lomba K3L

Lomba K3L yang diadakan dalam rangka menyambut Bulan K3 pada pelaksanaannya berjalan cukup baik dan lancar. Namun kendala yang terjadi adalah kurangnya animo pekerja untuk mengikuti lomba, karena hadiah yang diberikan kurang bervariasi. Jenis lomba yang diadakan cukup bervariasi dan bermanfaat bagi para peserta. Pada pelaksanaannya, banyak lomba-lomba yang direncanakan untuk diadakan, tetapi gagal karena kurangnya animo pekerja, yang kebanyakan lebih fokus pada pekerjaan mereka, dan cenderung kurang bersemangat dalam mengikuti lomba-lomba K3L. Untuk lomba beregu yang membutuhkan perwakilan dari tiap section, dibutuhkan perhatian lebih dari atasan (supervisor), untuk mengkoordinasi dan mendukung pekerja untuk mengikuti lomba.

Secara umum pelaksanaan lomba K3L ini telah sesuai dengan Kepmenaker No.Kep.245/Men/1990 tentang Hari K3 Nasional, yang mewajibkan Peringatan hari K3 diisi dengan kegiatan - kegiatan yang terus meningkatkan pengenalan, kesadaran, penghayatan dan pengamalan K3 sehingga membudaya di kalangan masyarakat (Himpunan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2007).

7. Personal SHE Performance Award

Pada pelaksanaannya, Personal SHE Performance Award kurang tersosialisasi pada pekerja. Hanya sebagian orang, terutama yang termasuk dalam P2K3 yang mengerti jelas tentang perihal Personal SHE Performance Award, karena dijelaskan dalam Rapat P2K3. Sebaiknya tata cara, hal-hal yang dinilai, serta alur proses untuk meraih Personal SHE Performance Award ini disosialisasikan melalui Papan Informasi Kinerja K3L, sehingga timbul rasa kompetitif bagi pekerja untuk bertindak aman dan lebih memperhatikan aspek K3L dalam bekerja.

Dengan demikian Personal SHE Performance Award ini telah sesuai dengan standar OHSAS 18001 : 2007 klausa 4.5.1, tentang Pemantauan dan Pengukuran Kinerja.

8. Work Permit

Pelaksanaan Work Permit diatur dalam SOP Perusahaan SHE.SOP.013.R00. Pada pelaksanaannya, work permit sudah berjalan dengan sangat baik. Bila ada kontraktor yang ingin bekerja di dalam area workshop PT. Trakindo Utama Jakarta, maka pihak security hanya akan memberi ijin bekerja

bila sudah mendapat surat ijin kerja dari SHE Department. Para kontraktor juga harus menyertakan JSA dari pekerjaan yang akan dilakukan, bila belum ada, maka SHE Officer/Supervisor akan membantu dan membimbing kontraktor untuk membuat JSA tersebut. Bila ada penambahan jam kerja dari yang dituliskan di form work permit, maka kontraktor akan kembali mengisi work permit untuk waktu tambahannya. Selama melakukan pekerjaan pun, kontraktor akan diawasi oleh supervisor dari pihak trakindo maupun dari pihak kontraktor. Dengan menandatangani form work permit tersebut, maka kontraktor harus mengikuti prosedur langkah kerja aman yang ada dan menggunakan alat pelindung diri yang diwajibkan, bila terjadi pelanggaran, maka supervisor berhak menghentikan pekerjaan tersebut.

Dengan demikian, pelaksanaan work permit telah sesuai dengan, PER.05/MEN/1996, elemen 6, mengenai keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3, poin 6.1.3, Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem “ijin kerja“ untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi (Himpunan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2007).

9. Safety Training

Perencanaan dan pelaksanaan safety training diatur dalam SOP Perusahaan SHE.SOP.007.R00 mengenai Pelatihan K3L. Pada pelaksanaannya, safety training sudah cukup baik dan tepat sasaran dengan adanya Matriks Kebutuhan Pelatihan K3L. Namun untuk safety awareness yang ditargetkan seminggu sekali pada kenyataannya, jauh dari target karena sibuknya proses pekerjaan di

workshop serta kurangnya tenaga safety yang memiliki kompetensi untuk memberikan awareness.

Secara umum, pelaksanaan safety training ini telah sesuai dengan PER.05/MEN/1996, elemen 12 tentang Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan, serta UU No.1 Tahun 1970 pasal 9 ayat 3, yang berisi : “Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian

pertolongan pertama pada kecelakaan.”

10.Working Instruction

Pada pelaksanaannya, working instruction sudah tersosialisasikan dengan cukup baik, dan telah ditempel di mesin dan peralatan yang akan digunakan dalam proses pekerjaan.

Pelaksanaan Working Instruction ini sesuai dengan UU no. 1 Tahun 1970 pasal 9 ayat 1 butir e yang menyatakan bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang cara-cara dan sikap yang aman dalam melakukan pekerjaannya.

11.Safety Sign

Pemasangan Safety Sign pada pelaksanaannya, dapat menjadi pemicu pekerja untuk bertindak aman. Pada pelaksanaannya pemasangan safety sign sudah cukup baik, diletakkan di tempat-tempat yang strategis, serta menggunakan bahasa dan simbol yang komunikatif. Yang perlu dibenahi mungkin adalah merutinkan review

safety sign setiap bulan, sehingga bila ada safety sign yang ditemukan dalam kondisi

Dengan demikian, hal ini sudah sesuai dengan UU No.1 Tahun 1970 pasal 14 (b) mengenai kewajiban pengurus, yang berbunyi : “Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca

73

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai upaya penerapan safety behavior di area workshop PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta, dapat ditarik kesimpulan bahwa Upaya-upaya yang dilakukan PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta untuk menerapkan safety behavior di area workshop antara lain : Observasi Keselamatan Kerja, Safety Induction, Toolbox Meeting, Safety Talk, CIM Ideku, Lomba K3L, Personal SHE Performance Award, Sistem Work Permit, Safety Training, Working Instruction dan Pemasangan Safety Sign. Dengan demikian, PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta telah melakukan upaya penerapan safety behavior di Area Workshop dengan baik sesuai dengan standar yang ada di perusahaan dan peraturan perundangan yang berlaku.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya penerapan safety behavior di area workshop P.T. Trakindo Utama Cabang Jakarta sebagai upaya proaktif dalam mencegah dan mengendalikan kecelakaan kerja, maka penulis mencoba untuk memberikan masukan yang mungkin berguna bagi tenaga kerja, perusahaan, maupun semua orang yang terlibat dalam suatu proses kegiatan perusahaan, yang bisa dipertimbangkan dalam usaha untuk mendukung program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan, sebagai berikut :

1. Meningkatkan kepedulian supervisor akan masalah safety pekerja, dengan menggalakkan pengisian kartu observasi keselamatan, kalau perlu diadakan pemberian reward dan dimasukkan dalam penilaian kinerja sehingga program observasi keselamatan kerja dapat menjadi suatu tanggung jawab wajib bagi supervisor.

2. Untuk pemberian safety induction dihadirkan materi presentasi yang interaktif dan komunikatif agar peserta dapat lebih bersemangat dalam mengikuti safety induction.

3. Perlu adanya peningkatan kualitas penyajian dan format dari materi safety talk, agar pekerja bersemangat untuk berpartisipasi dalam safety talk. 4. Untuk penyelenggaraan CIM Ideku meeting lebih ditingkatkan lagi

koordinasi antar supervisor, dan ditingkatkan lagi tingkat kehadiran peserta.

5. Meningkatkan perhatian dari atasan (supervisor) tiap section, untuk mengkoordinasi dan mendukung pekerja untuk mengikuti lomba-lomba K3L.

6. Sebaiknya tata cara, hal-hal yang dinilai, serta alur proses untuk meraih Personal SHE Performance Award ini disosialisasikan melalui Papan Informasi Kinerja K3L, sehingga timbul rasa kompetitif bagi pekerja untuk bertindak aman dan lebih memperhatikan aspek K3L dalam bekerja. 7. Meningkatkan upaya penerapan safety behavior secara keseluruhan agar tercipta safety culture yang interdependen dan dapat mengurangi angka kecelakaan secara nyata.

Dokumen terkait