• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

4.2. Lokasi Penelitian

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 33 4.5. Jenis dan Sumber Data ... 33 4.6 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 33 4.7 Model dan Teknik Analisis Data ... 36 4.8 Metode Analisis ... 37 4.9 Uji Asumsi Klasik ... 38

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

5.1. Deskripsi Data Penelitian ... 40 5.2. Uji Asumsi Klasik ... 42 5.2.1. Uji Normalitas ... 42 5.2.2. Uji Multikolinieritas ... 44 5.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 45 5.2.4. Uji Autokorelasi ... 46 5.3. Hasil Analisis Data ... 48 5.4. Pengujian Hipotesis ... 51 5.4.1. Uji Signifikansi Simultan ... 51 5.4.2. Uji Signifikansi Parsial ... 52 5.5. Pembahasan Hasil Penelitian... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1. Kesimpulan ... 60 6.2. Keterbatasan Penelitian... 60 6.3. Saran ………... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu... 25

4.1 Sampel Penelitian ……….... 32

4.2 Operasionalisasi Variabel ……… 36

5.1 Statistik Deskriptif……… 41

5.2 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test… 43

5.3 Uji Multikolinieritas ………. 45

5.4 Nilai Durbin Watson ………….………... 47

5.5 Analisis Hasil Regresi…...……… 48

5.6 Model Summary……… 51

5.7 Hasil Regresi Uji F……… 52

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konsep……… 26

5.1 Grafik Normal P-Plot……….. 44

5.2 Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)……...………… 46

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1 Tabulasi Data 2 Data Tahun 2004 3 Data Tahun 2005 4 Data Tahun 2006 5 Data Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tujuan investor yang menginvestasikan dananya di pasar modal adalah untuk memperoleh imbalan atau pendapatan dari dana yang diinvestasikan. Bagi investor yang menginvestasikan dananya pada saham suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang berupa dividen atau capital gain. Dividen adalah pendapatan yang diperoleh setiap periode selama saham masih dimiliki, sedangkan capital gain adalah pendapatan yang diperoleh karena harga jual saham lebih tinggi daripada harga belinya, pendapatan ini baru diperoleh jika saham dijual. Bagi investor yang bertujuan mendapatkan capital gain juga memerlukan informasi tentang dividen, karena dividen merupakan salah satu faktor penting yang dapat memepengaruhi harga saham. Oleh karena itu perusahaan yang sudah go

public mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kinerja

kepada investor dalam bentuk laporan keuangan dan pengumuman besarnya dividen yang dibayarkan.

Dalam laba yang maksimal, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas. Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan (Tunggal,1995 : 157).

Pembagian dividen sebagian besar dipengaruhi oleh perilaku investor yang lebih memilih dividen tinggi yang mengakibatkan retained earning menjadi rendah. Investor beranggapan bahwa dividen yang diterima saat ini lebih berharga dibandingkan capital gain yang diperoleh dikemudian hari. Penelitian yang dilakukan Soetjipto (1997) dalam Krisnamurti (2002) tentang pengaruh pengumuman dividen terhadap harga saham di Bursa Efek Jakarta, menyimpulkan umumnya pengumuman dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Ketika memutuskan untuk melakukan pembagian dividen kas, perusahaan emiten harus mempertimbangkan banyak faktor, antara lain

ROI, cash ratio, current ratio, debt to total asset, earning per share (EPS) dan cash dividend pay out ratio.

Bagi pemegang saham semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, sehingga wajar jika pemegang saham mengharapkan pembagian dividen kas jika ROI meningkat. Demikian juga apabila cash ratio, current ratio dan earning per share (EPS) meningkat, maka pemegang saham mempunyai harapan bahwa perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagi dividen kas. Sebalikya jika debt to

total asset perusahaan emiten meningkat, maka pemegang saham tidak

mengharapkan perusahaan membagikan dividen kas. Dilihat dari segi

dividend payout ratio, pemegang saham akan melihatnya sebagai signal

mengenai kemungkinan besarnya dividen kas yang akan dibagikan dimasa yang akan datang.

Di lain pihak bagi perusahaan emiten, pertimbangan yang digunakan untuk memutuskan pembagian dividen kas tidak semudah itu. Perusahaan emiten akan mempunyai banyak pertimbangan yang kadang kala bertentangan dengan harapan dari pemegang saham. Ketika terjadi pertentangan seperti ini, segala teori yang berkaitan dengan pembagian dividen kas seakan-akan menjadi tidak berguna, karena keputusan akhir untuk membagi dividen kas berada sepenuhnya di tangan manajemen perusahaan emiten, khususnya RUPS.

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

Total Assets Turn Over (TATO) merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan. TATO merupakan proksi dari Investment

Opportunity Set (IOS). IOS yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk

membagikan deviden yang rendah serta IOS yang memiliki level rendah akan membagikan deviden yang tinggi sehingga investor akan melihat perusahaan yang memiliki IOS rendah karena akan memberikan deviden yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya akan memberikan capital gains yang besar sebagaimana diteliti oleh I Ketut Jati (2003).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk meneliti dengan judul : pengaruh likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, pertumbuhan earning per share (EPS), pertumbuhan perusahaan (TATO) terhadap Harga Saham Emiten Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diteliti penelitian ini adalah :

”Apakah terdapat pengaruh likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, pertumbuhan Earning Per Share (EPS), pertumbuhan perusahaan (TATO) secara simultan dan parsial terhadap harga saham Emiten Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” ?

Tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui pengaruh likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, pertumbuhan

Earning Per Share (EPS) dan pertumbuhan perusahaan (TATO) secara

simultan dan parsial terhadap harga saham Emiten Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan kotribusi bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal.

2. Sebagai informasi (tambahan) bagi para investor yang melibatkan diri di pasar modal khususnya dalam hal mengambil keputusan kapan akan berinvestasi dan kapan tidak berinvestasi.

3. Sebagai bahan informasi bagi para emiten saham untuk mempertahankan harga sahamnya agar tetap eksis dalam pandangan para investor atau calon investor .

4. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya dengan masalah yang sama dan variabel yang berbeda yaitu berkaitan dengan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pergerakan harga saham.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan pengembangan dan penggabungan dari dari Dewi Krisnamurti (2002) dengan judul pengaruh pembayaran dividen

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

terhadap kinerja perusahaan dan pergerakan harga saham. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Dividend Payout Ratio, EPS, Kurs Dollar dan Harga Saham. Hasil menunjukkan variabel Dividend Payout

Ratio, EPS, Kurs Dollar berpengaruh terhadap Harga Saham. Selain itu

Santoso (2001) meneliti dengan judul Pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham dengan menggunakan variabel GPM, NPM, ROI, ROE, Profit margin terhadap harga saham. Hasil menunjukkan variabel NPM dan ROE berpengaruh terhadap harga saham.

Siwi (2005) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan real estate yang go publik dibursa efek Jakarta pada tahun 1998–2002. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio working capital turnover (WCT), current ratio, debt to equity ratio(DTA) dan return on

investment (ROI). Sampel yang digunakan sebanyak 37 perusahaan

property dan real estate yang sudah listing dari tahun 1998-2002. Dalam penelitiannya Siwi (2005) menggunakan analisis regresi berganda linier yang hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel efisiensi modal kerja (working capital turnover) dan solvabilitas (total debt to total capital

assets) yang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (return on

investment) sedangkan variabel likuiditas (current ratio) tidak mempunyai

simultan semua variabel berpengaruh terhadap profitabilitas. Dalam penelitian ini yang membedakan dengan penelitian Siwi (2005) terletak pada sampel dari perusahaan yang digunakan. Penelitian ini menggunakan

property dan real estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2007 dengan

sampel sebanyak 38 perusahaan.

Faurani (2004) malakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika” Mataram Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio profitabilitas (profit margin on sales ratio), rentabilitas (profit margin ratio), modal kerja (working capital). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Dani (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas (studi kasus pada PT Modern Toolsindo Bekasi). Rasio keuangan yang digunakan adalah

Current Ratio, Debt to Equyity Ratio (DER), Working Capital Turnover (WCT)

dan Return On Invesment. Alat analisis yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda. Menggunakan 1 sampel perusahaan dengan

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

menganalisis neraca dan laporan laba rugi tahun 1997-2002. Dalam penelitiannya Dani (2003) menggunakan analisis regresi linier berganda yang hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan faktor likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas PT Modern Toolsindo. Sedangkan secara parsial hanya variabel leverage yang tidak berpengaruh positif terhadap variabel profitabilitas. Dalam penelitian ini yang membedakan dengan penelitian Dani (2003) terletak pada rasio-rasio yang digunakan. Dalam penelitian ini rasio-rasio yang digunakan yaitu Working Capital Turnover (WCT), Total Debt to Total Asset (TDTA), Current Ratio dan Return On

Invesment (ROI). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dani (2003)

menggunakan rasio yang sama dengan penelitian ini kecuali pada variabel solvabilitas, pada variabel solvabilitas penelitian ini menggunakan rasio Debt to Earning Ratio (DER).

Jati (2003) yang meneliti relevansi nilai Devidend Yield dan Price

Earning Ratio dengan moderasi investment opportunity set (TATO) dalam

penilaian harga saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan perbedaan relevansi nilai deviden yield dan price earning ratio dengan nilai saham.

Penggabungan dalam hal ini terlihat dari variabel yang diteliti, dimana pada penelitian ini dengan melakukan pengembangan dengan memasukkan

variabel likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, pertumbuhan EPS dan pertumbuhan perusahaan yang juga sangat mempengaruhi naik turunnya harga saham. Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan TATO (Total Assets Turn Over) juga dipertimbangkan sebagai variabel dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap harga saham.

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Rasio Keuangan

Rasio memberikan gambaran tentang suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa apabila rasio ini akan dapat memberikan gambaran tentang baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Riyanto (2000,50) menyatakan : perusahaan harus memperhatikan keseimbangan antara tujuan likuiditas dan rentabilitas perusahaan. Sehingga kemampuan membayar hutang dan kemampuan menghasilkan laba dalam perusahaan dapat direalisasikan tergantung pada laba, aktiva dan modal mana yang akan dibandingkan apakah dari hasil usaha netto (laba ditahan) sesudah pajak.

Menurut Munawir (2002 : 68) juga membagi analisa rasio ke dalam beberapa bagian berdasarkan sumber datanya yaitu :

a. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios)

Rasio-rasio neraca adalah semua rasio yang semua datanya diambil dari atau bersumber dari neraca.

Rasio-rasio laporan rugi laba adalah semua rasio yang semua datanya diambil dari atau bersumber dari laporan rugi laba.

c. Rasio-rasio antar laporan (inter statement ratios)

Rasio-rasio antar laporan adalah semua rasio yang beberapa bagian datanya diambil dari neraca dan bagian yang lain bersumber dari laporan rugi laba.

9

Menurut Bernsten (2001:75) membagi angka-angka keuangan ke dalam beberapa bagian yaitu :

a. Rasio-rasio untuk menilai liquiditas

b. Rasio-rasio untuk menilai struktur modal dan solvabilitas c. Return on Investement Ratios

d. Rasio untuk menilai hasil produksi

e. Rasio-rasio untuk menilai penggunaan aktiva tetap yaitu rasio perimbangan antara penjualan dengan kas, persediaan, midal kerja, aktiva tetap dan aktiva-aktiva lain.

Sedangkan Riyanto (2000:54) mengklasifikasikan angka-angka rasio keuangan beberapa bagian yaitu :

Rasio Likuiditas 1) Current ratio

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

2) Cash Ratio 3) Acid Test Ratio

4) Working Capital to total assets ratio

Rasio keuntungan

1) gross profit margin 2) Operating income rasio 3) Operating rasio

4) Net profit margin

5) Earnings power to total investment 6) Net earning power rasio

7) Rate of return for the owners

a. Rasio Likuiditas 1) Current ratio

Formula current ratio sebagai berikut : Jumlah aktiva lancar

Current ratio = x 100 %

Jumlah hutang lancar

2) Cash Ratio

Formula cash ratio sebagai berikut : Jumlah kas dan efek

Cash ratio = x 100 %

Jumlah hutang lancar

3) Acid Test Ratio

Aktiva lancar-Persediaan

Acid test ratio = x 100 %

Jumlah hutang lancer

4) Working Capital to total assets ratio

Formula Working Capital to total assets ratio sebagai berikut : Total asset

Capital to total asset ratio = x 100 %

Jumlah hutang

b. Rasio Profitabilitas (Keuntungan) 1) Profit Margin

Formula Profit Marginsebagai berikut : Laba Operasi

Profit margin = x 100 %

Pendapatan Operasi

2) Return On Investment (ROI)

Formula Return On Investment (ROI)sebagai berikut : Laba Bersih

ROI = x 100 % Aktiva Rata-Rata

3) Rasio Operasional (Operating Ratio)

Formula Rasio Operasional (Operating Ratio)sebagai berikut : Beban Operasi

OR = x 100 %

Pendapatan Operasi

2.1.2 Rasio Likuiditas

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

Likuiditas (Riyanto, 2000 : 67) adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.

Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila kekuatan membyar-nya adalah demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Dengan demikian maka kemampuan membayar itu dapat diketahui setelah membandingkan kekuatan membayar-nya di satu pihak dengan kewajiban-kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi di lain pihak.

Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid.

Sedangkan menurut Munawir (2002:66) likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya

yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi.

Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas perusahaan, yaitu :

1. Current Ratio, diperoleh dari aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar.

2. Quick Ratio, diperoleh dari aktiva lancar dikurangi persediaan dibagi

dengan hutang lancar.

Proksi variabel likuiditas menggunakan current ratio karena variabel tersebut dapat mewakili tingkat likuiditas perusahaan yang diukur dari perbandingan aktiva lancar dibanding hutang lancar. Perbandingan tersebut berpengaruh besar terhadap perusahaan karena aktiva lancar dapat mewakili likuiditas perusahaan dibanding kas dan setara dengan kas.

2.1.3. Rasio Solvabilitas

Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan sekiranya saat ini dilikuidasikan (Riyanto, 2000 : 68). Pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek dan jangka panjang). Sedangkan

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

menurut Munawir (2002: 32) solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Solvabilitas dapat diukur dengan rasio antara lain : 1. Debt to Equity Ratio

Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Diformulasikan dari total hutang dibagi modal sendiri dikali 100%.

2. Debt to Total Assets

Menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau seberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi diformulasikan dari total hutang dibagi dengan aktiva dikali 100%.

Proksi variabel solvabilitas menggunakan Total Debt to Total Assets karena variabel tersebut dapat mewakili tingkat kebutuhan dana yang

dibelanjai dengan utang atau seberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Perbandingan tersebut berpengaruh besar terhadap perusahaan karena total kewajiban terhadap total assets dapat mewakili solvabilitas perusahaan dibanding dengan membandingkan dengan total ekuitas perusahaan.

2.1.4 Rasio Rentabilitas

Rentabilitas atau profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 2000:71). Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dengan modal yang ditanamkan. Jadi dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan rentabilitas adalah perbandingan antara laba dengan modal yang menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktiva secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah modal perusahaan tersebut.

Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disuatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja

Yulifati Laoli : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Pertumbuhan Eps Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Emiten Property And Real Estate Di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2009

didalamnya untuk menghasilkan keuntungan (Riyanto, 2000 : 69). Rumus yang digunakan laba bersih dibagi dengan modal sendiri.

Proksi variabel rentabilitas menggunakan Return on Equity karena variabel tersebut melihat kemampuan perusahaan menggunakan aktiva secara produktif. Perbandingan tersebut berpengaruh besar terhadap perusahaan karena dapat melihat kemampuan perusahaan mendapatkan laba terhadap total ekuitas perusahaan dibanding menggunakan ukuran ROI yang memperhitungkan laba bersih terhadap aktiva rata-rata perusahaan. Menurut beberapa literatur ROI dapat ditutupi kelemahannya dengan

Economic Value Added (EVA).

2.1.5 Pertumbuhan Earning Per Share (EPS)

EPS diartikan sebagai pencapaian laba per lembar saham, analisis laba dari sudut pandang pemilik dipusatkan pada laba per lembar saham dalam sutu perusahaan. Rasio ini secara sederhana melibatkan pembagian laba bersih untuk saham biasa dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar. Laba per lembar saham adalah suatu ukuran dimana baik manajemen maupun pemegang saham menaruh perhatian yang besar. Itu digunakan secara luas dalam penafsiran nilai saham biasa dan sering merupakan basis untuk menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan sebagai bagian perencanan strategis.

Earning Per Share (EPS) menggambarkan laba bersih perusahaan yang diterima oleh setiap saham. Tapi yang jadi masalah adalah bagaimana menghitung EPS jika perusahaan memiliki instrumen konversi yang sewaktu-waktu dapat ditukar menjadi saham. (www.e-samuel.com.2000).

Apabila emiten hanya mengeluarkan saham biasa (common stock) untuk permodalan sahamnya, maka perhitungan EPS akan menjadi sangat sederhana, yaitu:

EPS = Laba Bersih / Jumlah Saham Beredar

Masalah timbul jika emiten mengeluarkan berbagai instrumen konversi, yang dapat berupa convertible preferred share (saham preferen konversi), convertible bond (obligasi konversi), stock option dan warrant. Instrumen-instrumen ini walaupun tidak semua merupakan instrumen kepemilikan (equity instrument) tapi sewaktu-waktu dapat ditukar menjadi saham biasa, sehingga dapat mempengaruhi besarnya laba bersih per saham.

Price Earning Ratio / PER

Price earning ratio /PER adalah rasio price yang dihitung dengan

membagi harga saham saat ini dengan Earning Per Share (EPS), EPS sendiri merupakan rasio yang menunjukan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai

Dokumen terkait