• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah adalah sebagai berikut :

2.4.1 Lokasi

Kriteria lokasi bangunan sekolah yaitu:

1. Lokasi bangunan sekolah harus berada di dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

2. Tidak terletak pada daerah rawan bencana, bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dan bekas lokasi pertambangan.

3. Jauh dari gangguan atau jaringan listrik tegangan tinggi, dengan radius minimal 0,5 km.

2.4.2 Kontruksi Bangunan

Bangunan adalah semua ruangan yang ada dalam lingkungan sekolah pada batas pagar sekolah yang digunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan sekolah. Setiap sekolah harus memiliki beberapa ruang kelas, ruang UKS, ruang ibadah, kantin/warung sekolah, toilet (Kepmenkes, 2006).

Adapun pedoman peyelenggaraan kesehtan lingkungan sekolah menurut keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.1429/Menkes/SK/XII/2006 :

1. Atap dan talang :

a. Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan tikus. b. Kemiringan atap harus cukup, sehingga tidak mudah bocor dan tidak

memungkinkan terjadinya genangan air pada atap dan langit-langit. c. Atap yang mempunyai ketinggian lebih dari 10 m harus dilengkapi

dengan penangkal petir.

d. Talang tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk. 2. Langit-langit :

a. Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan. b. Kerangka langit-langit yang terbuar dari kayu harus anti rayap. c. Langit-langit yang terbuat dari anyaman bamboo tidak boleh dicat

dengan larutan kapur tohor.

d. Langit-langit tingginya minimal 3m dari permukaan lantai. 3. Dinding

b. Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.

c. Dinding yang terbuat dari tembok tidak mudah retak.

d. Dinding yang terbuat dari kayu atau anyaman bambo harus rapat dan tidak boleh dicat dengan larutan kapur.

e. Warna dinding ruang belajar berwarna lembut dan terang. 4. Lantai

a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak retak, tidak licin, dan mudah dibersihkan.

b. Pertemuan dinding dengan lantai harus berbentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan.

c. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup kearah saluran pembuangan air limbah.

d. Warna lantai harus berwarna terang. 5. Tangga

a. Setiap bangunan bertingkat, harus mempunyai tangga yang juga berfungsi sebagai tangga penyelamat.

b. Lebar anak tangga minimal 30 cm. c. Tinggi anak tangga maksimal 20 cm.

d. Pegangan tangga ditangga harus ada untuk keamanan. e. Lebar tangga/luas tangga > 150 cm.

6. Pintu

Terdiri dari dua daun pintu dengan arah bukaan keluar dan mempunyai ukuran sesuai ketentuan yang berlaku. Antara dua kelas harus ada pintu yang berdekatan dengan pintu kelar, untuk memungkinkan cepat keluarnya siswa yang duduk paling belakang.

7. Jendela

Dapat dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar. Untuk ruang tertentu seperti: ruang laboratorium, ruang komputer, ruang media, ruang perpustakaan diberi besi pengaman.

8. Pembuangan air hujan

Diresapkan ke dalam tanah atau disalurkan ke saluran umum/ sungai terdekat.

2.4.3 Ruang Bangunan

Setiap sekolah harus memiliki beberapa Ruang Kelas, Ruang Bimbingan & Konseling, Ruang UKS, Ruang Laboratorium, Kantin/Warung Sekolah, Toilet, Ruang Ibadah dan Gudang.

1. Ruang Kelas

a. Kepadatan ruang kelas minimal 1,75 m2/murid.

b. Jarak papan tulis dengan meja siswa paling belakang maksimal 9 m. c. Lantai didepan papan tulis ditinggikan 40cm dari lantai sekitarnya. d. Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir didepan

ruang kelas, minimal 1 tempat cuci tangan untuk 2 (dua) kelas. e. Tingkat kebisingan tidak melebihi 35-45dB(A).

2. Ruang UKS

a. Pengertian UKS

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di sekolah yang bertujuan menangani anak didik yang mengalami kecelakaan ringan (upaya pertolongan pertama pada kecelakaan/P3K), melayani kesehatan dasar bagi anak didik selama sekolah, memantau pertumbuhan dan status gizi anak didik. (Effendy, 2009).

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan kegiatan sekolah yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan di sekolah, baik untuk siswa maupun guru/karyawan di sekolah tersebut. UKS adalah usaha yang di lakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur,jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK sampai SMA/SMK/MA (Tim pembina UKS, 2008).

Program UKS yang memfokuskan kegiatan pada upaya promotif dan preventif, didukung upaya kuratif dan rehabilitatif, menjadi sangat penting dan strategis untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan program kesehatan di sekolah dapat memberikan daya ungkit yang nyata, karena selain jumlah muridnya banyak, mereka juga merupakan sasaran yang sudah terorganisir dengan baik (Suyudi, 2003).

b. Tujuan UKS

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan

c. Ruang Lingkup Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Kegiatan UKS meliputi 3 (tiga) komponen utama yaitu :

1) Pendidikan Kesehatan 2) Pelayanan Kesehatan d. Program UKS

Ada beberapa jenis kegiatan UKS dan jenis kegiatan UKS disini dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan UKS, dan TRIAS UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan lingkungan sekolah yang sehat. Bagian-bagian jenis kegiatan tersebut termasuk dalam program kegiatan UKS sebagai berikut: (Tim PembinaUKS).

1) Pengelolaan UKS

a) Pembentukan Tim Pelaksana UKS

b) Terlibatnya unsure guru dan petugas puskesmas c) Penyusunan program kerja UKS

d) Pengawasan pelaksanaan 7K

f) Penyuluhan tentang UKS

g) Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pelaksana Program kerja

h) Penyediaan sarana pelayanan kesehatan

i) Pembuatan laporan pelaksana UKS kepada Tim Pembina UKS j) Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pembina UKS e. Pedoman penyelenggaraan

Pedoman peyelenggaraan kesehtan lingkungan sekolah menurut keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.1429/Menkes/SK/XII/2006 :

1) Ruang UKS dilengkapi dengan tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.

2) Luas minimal 27 m2.

2.4.4 Kantin/Warung Sekolah

1. Pengertian kantin sekolah

Kantin sekolah adalah suatu ruang atau bangunan yang berada di sekolah maupun perguruan tinggi, di mana menyediakan makanan pilihan/sehat untuk siswa yang dilayani oleh petugas kantin (Depdiknas, 2007). 2. Fungsi kantin

Salah satu fungsi dari kantin adalah sebagai tempat memasak atau membuat makanan dan selanjutnya dihidangkan kepada konsumen, maka kantin dapat menjadi tempat menyebarnya segala penyakit yang medianya melalui makanan dan minuman. Dengan demikian makanan dan minuman

yang dijual di kantin berpotensi menyebabkan penyakit bawaan makanan bila tidak dikelola dan ditangani dengan baik (Mukono, 2000).

Pedoman peyelenggaraan kesehtan lingkungan sekolah menurut keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.1429/Menkes/SK/XII/2006 :

a. Tersedia tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air yang mengalir.

b. Tersedianya tempat cuci tangan bagi pengunjung kantin/warung sekolah.

c. Tersedia tempat untuk penyimpanan bahan makanan.

d. Tersedia tempat untuk penyimpanan makanan jadi/siap saji yang tertutup.

e. Tersedianya tempat untuk menyimpan peralatan makanan dan minuman. f. Lokasi kantin/warung sekolah minimal berjarak 20 m dengan TPS

(Tempat pengumpulan sampah sementara).

g. Makanan jajanan yang dijual harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup.

h. Makanan jajanan yang disajikan dalam kemasan harus dalam keadaan baik dan tidak kadaluarsa.

i. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih yang mengalir atau dalam 2 wadah yang berbeda dan dengan menggunakan sabun.

j. Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan harus sesuai dengan peruntukannya.

2.4.5 Kualitas Udara Ruangan

1. Udara ruang sekolah tidak berbau (terutama gas H2S dan NH3).

2. Konsentrasi debu tersuspensi maksimum 150 mikrogram/m3 dengan rata-rata pengukuran selama 8 jam dan tidak mengandung debu berserat. 3. Penetapan sekolah sebagai kawasan bebas rokok.

2.4.6 Pencahayaan

1. Pencahayaan disetiap ruang disesuaikan dengan peruntukannya seperti tabel 1 berikut.

2. Pencahayaan disetiap ruang tidak silau. Tata laksana pencahayaan

1. Pencahayaan terutama untuk ruang kelas, laboratorium dan perpustakaan harus mempunyai intensitas yang cukup dan merata sesuai dengan fungsinya.

2. Pencahayaan terutama untuk ruang kelas, laboratrium dan perpustakaan harus dilengkapi penerangan buatan, untuk antisipasi cuaca mendung dan penggunaan ruang dimalam hari.

Tabel 2.1 Intensitas pencahayaan ruang

No Ruang/Unit Intensitas Cahaya

1. Ruang kelas 200-300

2. Ruang guru 200-300

3. Ruang bimbingan & konseling 200-300

4. Ruang UKS 200-300

6. Ruang laboratorium 200-300

7. Ruang perpustakaan 200-300

8. Warung sekolah/ kantin 100

9. Toilet 100

10. Ruang ibadah 100

2.4.7 Ventilasi

1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara segar didalam ruang sekolah dengan baik.

2. Bila ventilasi alamiah tidak dapat dijamin adanya penggantian udara dengan baik, ruang sekolah harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis. Ventilasi pada ruang sekolah sesuai peruntukannya seperti pada tabel 2 berikut :

Tabel 2.2 Ventilasi ruang disesuaikan dengan luas bangunan

No Ruang/Unit

Luas Lubang Ventilasi

Terhadap Luas Lantai

Keterangan 1. Ruang kelas 20% 2. Ruang guru 10% 3. Ruang bimbingan & konseling 10% 4. Ruang UKS 10% 5. Ruang laboratorium 20% Dilengkapi dengan exhaustfan

6. Ruang perpustakaan 20% Dilengkapi dengan exhaustfan 7. Warung sekolah/kanti 20% 8. Toilet 30% 9. Gudang 10% 10 Ruang ibadah 20% 2.4.8 Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Berbagai aktivitas/kegiatan masyarakat dapat menimbulkan kebisingan dengan tingkat intensitas yang berbeda. Suara pesawat terbang, suara lalu lintas, dan suara-suara keras lainnya adalah contoh kebisingan yang dapat menurunkan tingkat konsentrasi belajar. Terlalu lama mendengar kebisingan yang berlebihan di kelas dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan juga menurunkan performa belajar. Kebisingan di sekolah tidak boleh dari 45 dB(A)

2.4.9 Fasilitas Sanitasi Sekolah

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia

Sanitasi menurut WHO adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal

yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.

Sanitasi menurut hopkins adalah cara pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan seperti:

1. Air bersih

a. Tersedia air bersih 15 liter/orang/hari.

b. Tersedianya air bersih memenuhi syarat kesehatan yang sesuai dengan Kepmenkes No.416 tahun 1990, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

c. Jarak sumur/sarana air bersih dengan sumber pencemaran (sarana pembuangan air limbah, septic tank, tempat pembuangan sampah akhir, dll) minimal 10 m.

2. Toilet (kamar mandi, wc, urinior)

a. Menentukan letak pembuangan kotoran

1) Terlebih dahulu kita harus memerhatikan ada atau tidaknya sumber-sumber air.

2) Mempertimbangkan jarak dari pembuangan kotoran ke sumber air bersih terdekat.

3) Memerhatikan keadaan tanah, kemiringan tanah, permukaan air tanah, pengaruh banjir pada musim hujan dan sebagainya.

b. Tempat pembuangan kotoran 1) Jamban cemplung

Bentuk kakus ini yang paling sederhana yang dapat dianjurkan kepada masyarakat.

2) Jamban cemplung berventilasi

Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa

3) Jamban empang

Jamban ini dibangun diatas empang ikan. Dalam sistem jamban empang ini disebut daur ulang dan jamban ini dapat mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat.

4) Jamban pupuk

Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan.

5) Septic tank

Septic ini adalah cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. c. Pelaksanaan penyelenggaraan kesehatan lingkungan

1) Letak toilet harus terpisah dari ruang kelas, ruang UKS, ruang guru, perpustakaan, ruang bimbingan dan konseling.

2) Tersedianya toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. 3) Proporsi jumlah wc/urinior adalah 1wc/urinior untuk 40 siswa dan

4) Toilet harus dalam keadaan bersih. 5) Lantai toilet tidak ada genangan air.

6) Tersedia lubang penghawaan yang langsung berhubungan dengan udara luar.

7) Bak penampung air harus tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 82 tahun 2001 air limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang berwujud cair yang dapat berasal dari rumah tangga (domestik) ataupun industri. Air limbah rumah tangga terdiri atas tiga faktor :

a. Tinja, berpotensi mengandung mikroba patogen.

b. Air seni, umumnya mengandung nitrogen, posfor dan sedikit mikroorganisme.

c. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci, dan kamar mandi.

1) Dampak buruk air limbah

Berikut ini dampak jika air limbah tidak dikelola dengan baik

a) Gangguan kesehatan. Air limbah dapat mengandung bibit penayakit, selain itu dalam air limbah juga mengandung zat berbahayan dan beracun

b) Penurunan kualitas lingkungan. Air limbah yang dibuang langsung ke air dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan

c) Gangguan terhadap keindahan. Ada kalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan

d) Gangguan terhadap kerusakan benda. Air limbah yang mengandung zat yang dapat dikonversi oleh bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif.

2) Cara pengolahan limbah

a) Pengolahan air limbah secara alami. Pengelolaan ini dengan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi yang biasa digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif, dan kolam maturasi. Kolam anaerobik digunakan untuk mengelola air limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam maturasi digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen didalam air limbah b) Pengeolahn air limbah dengan bantuan peralatan yang di lakukan

pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Berikut ini adalah tiga proses pada IPAL.

a. Primary treatment, pengolahan pertama bertujuan untuk

memisahkan padatan air secara fisik dengan cara penyaringan dan sedimentasi

b. Secondary treatment, pengolahan kedua bertujuan untuk mengkoagulasikan dan menghilangkan koloid serta untuk

domestik, tujuan utamanya untuk menghilangkan bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme secara aerob atau anaerob c. Tertiary treatment, pengolahan ketiga merupakan kelanjutan dari

pengolahan kedua yang bertujuan untuk menghilangkan nutrisi/unsur hara nitrat dan posfor. Pada tahap ini dilakukan pemusnahan mikroorganisme patogen dengan penambahan klor pada air limbah.

4. Pelaksanaan penyelenggaraan kesehatan lingkungan

a. Tersedianya saluran pembuangan air limbah yang terpisah dengan saluran penuntasan air hujan.

b. Saluran pembuangan air limbah harus terbuat dari bahan kedap air dan tertutup.

c. Keadaan SPAL tidak mencemari lingkungan.

d. Tersedia saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan kedap air, tertutup dan airnya dapat mengalir dengan lancar. e. Air limbah dibuang melalui tangki septic dan kemudian diresapkan

kedalam tanah.

f. Pembuangan air limbah dari laboratorium, dapur, dan wc harus memenuhi syarat kesehatan kedap air, tertutup, dan diberi bak control pada jarak tertentu supaya mudah dibersihkan bila terjadi penumbatan sehingga dapat mengalir dengan lancar.

5. Sarana pembuangan sampah.

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya adalah :

1) Sampah an-organik, adalah sampah yang pada umumnya tidak dapat membusuk.

2) Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk.

b. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

1) Sampah yang mudah terbakar : kertas, kayu, plastik, karet dll.

2) Sampah yang tidak mudah terbakar : kaleng bekas, logam bekas, kaca dll.

c. Berdasarkan karakteristik sampah

1) Gorbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya

2) Rabish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran dan perdagangan baik yang mudah terbakar

3) Ashes (abu), yaitu sisa pembakatran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok

4) Sampah jalanan, yaitu sampah yang berasal dari hasil pembersihan jalan.

5) Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau panrik-pabrik

6) Bangkai binatang, yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang

7) Bangkai kendaraan, adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebgainya

8) Sampah pembangunan, yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya.

Tahapan dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya adalah :

a. Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber b. Tahap pengangkutan

c. Tahap pemusnahan

d. Pengelolaan sampah disekolah

1) Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok sampah organik dan non organik dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda.

2) Pengolahan dengan menerapkan konsep 3R yaitu:

a) Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu yang masih memungkinkan untuk dipakai [penggunaan kembali botol-botol bekas].

b) Reduce (pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.

c) Recycle (daur ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah menjadi barang yang lebih berguna [daur ulang sampah organik menjadi kompos].

3) Untuk sampah yang tidak dapat ditangani dalam lingkup sekolah, dikumpulkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang telah disediakan untuk selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Akhir(TPA).

6. Pelaksanaan penyelenggara kesehatan lingkungan

a. Di setiap ruangan harus tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan tutup.

b. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) dari seluruh ruangan untuk memudahkan pengangkutan atau pemusnahan sampah. c. Peletakan tempat pembuangan/pengumpulan sampah sementara

dengan ruang kelas berjarak minimal 10 m.

2.4.10 Sarana Olah Raga dan Sarana ibadah

1. Tersedia akses dengan tempat olah raga. 2. Tersedia akses dengan tempat ibadah.

2.4.11 Halaman

1. Lahan sekolah harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan aman.

2. Halaman sekolah harus selalu dalam keadaan bersih, tidak becek dan tidak menjai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya.

3. Tersedia akses tempat parker kendaraan. 4. Ada tempat untuk upacara.

6. Tersedianya saluran penuntasan air hujan yang diresapkan kedalam tanah atau dialirkan kesaluran umum.

Dokumen terkait