• Tidak ada hasil yang ditemukan

3LOKASI RUMAH SAKIT

Dalam dokumen Studi Kelayakan RSIA Healthy (Halaman 45-58)

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI

III. 3LOKASI RUMAH SAKIT

Lokasi proyek pembangunan RSIA Healthy terletak di Jl. Warung Jati Barat, Jakarta Selatan. Tanah yang akan digunakan adalah sebesar 3750 m2 dan luas bangunan sebesar 5652 m2.

RSIA ini direncakan akan dibangun dalam 5 (lima) lantai. Bangunan atau objek berdekatan yang mudah dikenal dan dapat dijadikan petunjuk antara lain:

 Republika  Gedung Philips

Lokasi Proyek  Apartemen Pejaten Indah

 Gedung Lembaga Ilmu Saudi Arabia

Batas-batas lokasi proyek RSIA Healthy adalah sebagai berikut:

• Utara : Jl. Pejaten Raya

• Timur : Tanah milik PT.AIS

• Selatan: Tanah milik HERO Swalayan

• Barat : Jl. Warung Jati Barat

Gambar 3.2. Lokasi Proyek

Kondisi lingkungan objek pada saat dilakukan survey adalah daerah aman dan cukup ramai karena sepanjang jalan ini banyak ditemukan apartemen, perumahan, kawasan bisnis, dan perdagangan.

Gambar 3.3 Lokasi Proyek dari udara

Baik jalan maupun fasilitas penerangan memiliki kondisi yang baik dan cukup terpelihara. Dari hasil survey, kami memberikan argumen bahwa lokasi tapak merupakan lokasi yang strategis.

Penggunaan Lahan Eksisting

Kegunaan lahan eksisting sebelum pembangunan RSIA ini adalah berupa lahan kosong yang hanya ditanami berbagai tumbuhan liar. Adapun maksud dari pembangunan rumah sakit ibu dan anak ini adalah untuk pemanfaatan lahan karena lokasi yang strategis sehingga diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih.

Aksesibilitas dan Transportasi

Lokasi RSIA ini mempunyai aksesibilitas yang cukup tinggi (mudah dijangkau). Objek ini terletak di lokasi yang strategis, pada kelas jalan arteri sekunder dengan 4 lajur. Jalan tersebut dibuat dengan konstruksi lapisan aspal.

Gambar 3.4 Kondisi Jalan Warung Jati Barat

Akses masuk dapat ditempuh melalui Jl. Mampang bila dari arah utara, Jl. Kemang bila dari arah barat, dan Jl. Pejaten Raya bila dari arah timur. Sedangkan sarana tranportasi untuk menuju lokasi dapat ditempuh melalui angkutan umum yang beroperasi dalam wilayah tersebut seperti bus, angkutan kota, taksi, dan transjakarta. Adapun untuk angkutan bus transjakarta dapat berhenti di halte Republika yang terletak di seberang proyek. Letak rumah sakit yang berada di hook perempatan lampu merah menambah kemudahan akses masuk RSIA ini.

Harga Tanah

Mengingat daerah ini merupakan daerah yang cukup berkembang, maka harga jual tanah daerah sepanjang Jl. Warung Jati Barat ini cenderung dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil survey serta Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), maka harga jual tanah di kawasan Pasar Minggu sebesar Rp. 4.000.000 per m2. Oleh karena itu maka pengembangan propertinya harus disesuaikan dengan nilai lahannya agar diperoleh pengembalian investasi yang optimal.

Peruntukan lahan & Ketentuan Bangunan

Lokasi tanah terletak pada daerah industri dan perumahan yang cukup strategis yang dapat dicapai melalui berbagai akses jalan yang ada. Proyek pembangunan RSIA Healthy Pejaten ini menempati lahan seluas 3750 m2 dengan parameter pembangunan yang ditetapkan Dinas Tata Kota Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Intensitas Ruang untuk Pemanfaatan Bangunan Umum Campuran

Peruntukan lahan: Rumah Sakit Ibu dan Anak

KDB (Koefisien Dasar Bangunan) : 60%

KLB (Koefisien Lantai Bangunan) : 3,5

GSB : 6,0 m

Jumlah Lantai Maksimum : 5 lantai

Perhitungan kelayakan berdasarkan KDB adalah:

• Luas tanah = 3750 m2

• Luas bangunan (lantai dasar) rencana = 1491 m2

• Luas bangunan (lantai 1) rencana = 1361 m2

• Luas bangunan (lantai dua + roof garden) rencana = 1361 m2

• Luas bangunan (lantai empat) rencana = 687 m2

• Luas bangunan (lantai atap) rencana = 65 m2

• Total luas bangunan (5 lantai) = 5652 m2

Luas bangunan (1 lantai) maksimum berdasarkan Koefisien Dasar Bangunan : = 0.6 x 3750

= 2250 m2

Luas bangunan maksimum berdasarkan Koefisien Lantai Bangunan : = 3.5 x 3750

= 13,125 m2

Mengacu pada kondisi tersebut, terlihat bahwa luas bangunan maksimum perlantai yang telah direncanakan tidak melebihi batas maksimum/KDB yaitu 2250 m2. Dan jika ditinjau dari KLB, luas bangunan maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar 13,125 m2, sedangkan luas bangunan yang ada di RSIA Healthy adalah sebesar 5652 m2. Maka secara teknis (intensitas dan kepadatan bangunan) rencana pembangunan RSIA Healthy Pejaten tersebut telah sesuai (tidak melanggar batas/ketentuan) dengan regulasi Suku Dinas Tata Kota Jakarta Selatan.

III.4AMDAL

Dampak lingkungan adalah perubahan lingkungan yang disebabkan oleh suatu kegiatan (pembangunan), yang ditimbulkan oleh proses alamiah ataupun yang dilakukan oleh manusia. Dampak yang terjadi dapat bersifat positif maupun negatif. Pembangunan adalah suatu jenis kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat dengan pendayagunaan sumber alam, yang pada kenyataanya disamping menghasilkan hal-hal yang positif juga mengahasilkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Kegunaan AMDAL Aspek Teknis:

∗ Untuk menghindari & meminimalisasi dampak lingkungan sehingga terwujud pembangunan yang berkelanjutan

∗ Survei, prakiraan, dan evaluasi dampak berupa polusi, gangguan keanekaragaman ekosistem, hubungan manusia alam dan lingkungan global (nir emisi, efek rumah kaca dll).

Alat Komunikasi:

∗ Untuk mendapatkan konsensus dengan masyarakat (terkena dampak), akuntabilitas pemrakarsa dan pemerintah, dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan

AMDAL merupakan alat pengelolaan lingkungan hidup untuk:

∗ Menghindari dampak

1. Apakah proyek dibutuhkan?

2. Apakah proyek harus dilaksanakan saat ini? 3. Apakah ada alternatif lokasi?

∗ Meminimalisasi dampak

1. Mengurangi skala, besaran, ukuran

2. Apakah ada alternatif untuk proses, desain, bahan baku, bahan bantu?

∗ Melakukan mitigasi/kompensasi dampak

1. Memberikan kompensasi atau ganti rugi terhadap lingkungan yang rusak

Gambar 3.5. Cara Penerapan AMDAL

Manfaat AMDAL:

Sebagai “environmental safe guard”

∗ Pengembangan wilayah

∗ Sebagai pedoman pengelolaan lingkungan

Pemenuhan persyaratan utang

∗ Rekomendasi dalam proses perijinan

Tabel 3.2 Dampak Terhadap Lingkungan Proyek RSIA Healthy

DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN

Jenis Kegiatan Pembebasan & Penyiapan Tanah Engineering & Konstruksi Produksi SOSIAL BUDAYA 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Demografi X Nilai X Keresahan Sosial X Keserasian Lingkungan X EKONOMI

Struktur Ekonomi X Lapangan Kerja X Mata Pencaharian X Pendapatan X PENCEMARAN AIR Kekeruhan X X X

Konsentrasi Bahan Kimia X X X

Suhu X X X BOD X X X COD X X X PENCEMARAN UDARA Kebisingan X X X Suhu X X Kelembaban X X Partikel X X Bahan Kimia X X Keterangan tabel:

Jenis kegiatan 1: Tidak ada 2: Sedikit 3: Sedang 4: Banyak Khusus dalam aspek Ekonomi: 1: Turun 2: Sedang 3: Banyak

Dari tabel penilaian diatas maka terlihat bahwa pembangunan proyek RSIA ini masih memenuhi syarat Analisa terhadap Dampak Lingkungan karena masih berada dalam batas aman (dampak paling tinggi adalah ‘sedang’ untuk segi ekonomi). Yang menjadi perhatian utama dalam analisa dampak lingkungan untuk rumah sakit adalah limbah rumah sakitnya. Berikut adalah uraian dari analisa dampak terhadap limbah RSIA Healthy:

Kegiatan operasional RSIA Healthy diperkirakan di samping berpotensi menimbulkan dampak positif, kemungkinan juga dapat menimbulkan dampak negatif. Berdasarkan perkiraan dampak yang akan terjadi maka RSIA Healthy telah membuat dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL dan UPL). Sebagai implementasi dari dokumen tersebut, maka pihak rumah sakit telah

memulai untuk membangun sarana pengolahan limbah cair (IPAL) rumah sakit, yang dimulai dengan tahap perencanaan dan disain IPAL bekerjasama dengan BPPT.

Kapasitas pengolahan IPAL yang direncanakan disesuaikan dengan jumlah limbah cair yang akan dihasilkan. Secara detail jumlah limbah cair yang dihasilkan rumah sakit dan rencana IPAL yang akan dibangun adalah sebagai berikut :

KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR RSIA Healthy

Sebagai pembanding hasil analisa kimia terhadap berberapa contoh air limbah rumah sakit yang ada di DKI Jakarta menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi misalnya, BOD 31,52 - 675,33 mg/l, ammonia 10,79 - 158,73 mg/l, deterjen (MBAS) 1,66 - 9,79 mg/l. Hal ini mungkin disebabkan karena sumber air limbah juga bervarisi sehingga faktor waktu dan metode pengambilan contoh sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi.

Dengan dasar hasil analisa tersebut diatas, maka ditetapkan angka-angka untuk perencanaan IPAL sebagai berikut:

Kapasitas Rencana = 40 m3 per hari.

BOD Masuk = 350 mg/lt.

SS Masuk = 200 mg/lt

Efisiensi Pengolahan Total = 90 – 95 %

BOD keluar = 20 mg/lt

SS keluar = 20 mg/lt

BAKU MUTU LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

Baku mutu air limbah rumah sakit adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah rumah sakit yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan. Jadi semua air limbah rumah sakit sebelum dibuang ke perairan/ saluran umum harus diolah terlebih dahulu sampai memenuhi baku mutu seperti tersebut.

Sesuai dengan keputusan Meneg Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan rumah sakit maka semua rumah sakit yang menghasilkan limbah harus mengolah limbahnya sampai memenuhi baku mutu yang berlaku.

SISTEM IPAL RSIA HEALTHY

Sistem IPAL RSIA HEALTHY menggunakan teknologi proses biologis biofilter anaerob-aerob yang dilengkapi dengan proses reuse air hasil olahan IPAL. Yang dimaksud teknologi proses biologis adalah teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan kinerja dari bakteri pemakan limbah.

PROSES PENGOLAHAN

Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah domestik maupun air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit dikumpulkan melalui saluran pipa pengumpul. Selanjutnya dialirkan ke bak pengumpul. Fungsi bak pengumpul adalah untuk mencegah sampah padat misalnya plastik, kaleng, kayu agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah, serta mencegah padatan yang tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok dan lainnya agar tidak masuk kedalam unit pengolahan limbah. Selain itu juga untuk menampung sementara air limbah agar dapat dipompa menuju IPAL.

Dari bak pengumpul, selanjutnya air limbah dipompa menuju bak equalisasi atau bak penampung air limbah. Fungsi dari equalisasi adalah untuk menghomogenkan air limbah agar kualitas air limbah yang masuk ke IPAL tidak fluktuatif. Selain itu juga equalisasi dapat berfungsi sebagai bak pengurai anaerobik.

Di bak equalisasi limbah dilengkapi dengan bak pemisah lemak agar pemisahan lemak dapat lebih sempurna agar limbah masuk ke IPAL sudah bersih dari lemak dan minyak. Selanjutnya limpasan dari bak pemisak lemak dialirkan ke bak ekualisasi (Sum Pit) yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa ke unit IPAL.

Diperkirakan BOD air keluar equalisasi dapat turun 60% yaitu dari 350 menjadi 160 mg per liter. Selanjutnya dari bak equalisasi dialirkan dengan pompa menuju ke sistem IPAL. Sistem IPAL terdiri dari dua bagian. Yang pertama adalah bak pengurai anaerob. Yang kedua adalah pengurai lanjut yang terdiri dari pengendap awal, bak anoxic bak aerobic dan pengendap akhir. Air limbah dari equalisasi dipompa ke bak anaerob sehingga limbah akan terurai secara anaerob. Kemudian dari bak anaerob dialirkan secara gravitasi ke pengendap awal kemudian menuju ke anoxic dan aerobic dan selanjutnya ke pengendapan akhir, lalu ditampung untuk selanjutnya di khlorinasi dan direuse.

PENGURAIAN ANAEROB

Dalam proses peruraian secara anaerob, bakteri yang bekerja adalah bakteri anaerob seperti methanothrix dan methanosarcinae. Bakteri ini dalam menguraikan polutan di air limbah, tidak memerlukan suplai dan bahkan harus tidak ada udara. Bakteri ini tinggal dan berada dalam media tumbuh bakteri dalam bak anaerob. Polutan organic yang diuraikan oleh bakteri anaerob akan berubah menjadi gas metan dan CO2 dan juga H2S. Dengan proses anaerob ini tahap pertama konsentrasi BOD akan turun sekitar 60-70% yaitu dari 400 mg/l menjadi sekitar 140 mg/lt. Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan proses pengolahan lanjut dengan biofilter anoxic-aerob.

PROSES PENGOLAHAN LANJUT

Proses pengolahan lanjut ini dilakukan dengan sistem biofilter anoxic-aerob. Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anoxic-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anoxic, biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor. Air limbah yang berasal dari proses penguraian anaerob dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak anoxic dengan arah aliran dari atas ke bawah dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anoxic tersebut diisi dengan media tempat tumbuh bakteri. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri fakultatif aerobik setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.

Air limpasan dari bak anoxic dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak aerob ini diisi juga dengan media tempat tumbuh bakteri sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal

tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi (peruraian ammonia menjadi nitrat dan nitrit), sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi.

Kontak (Contact Aeration). Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung di proses reuse atau dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Dengan adanya proses pengolahan lanjut tersebut konsentrasi BOD dalam air olahan yang dihasilkan relatif rendah yakni sekitar 20-40 ppm.

SKENARIO PENURUNAN POLUTAN ORGANIK DI IPAL

Unit alat ini dirancang untuk dapat mengolah air limbah sebesar 40 m3/hari. Skenario proses IPAL serta reduksi polutan organik (BOD).

PROSES PEMBANGUNAN

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang AKAN dibangun menggunakan sistem Anaerob – Aerob dengan kapasitas terpasang 40 m3 perhari. IPAL tersebut menggunakan konstruksi gabungan beton dengan reinforced fiber plastic. Bak-bak pengumpul, bak pemisah lemak dan bak equalisasi dari IPAL tersebut menggunakan konstruksi beton bertulang sedangkan tangki Biofill (septic tank) dan reaktor Anaerob - Aerob menggunakan konstruksi Reinforced Fiber Plastic (RFP) yang diperkuat dengan beton bertulang.

Dari uraian diatas terbukti bahwa pihak RSIA Healthy juga menyediakan unit pengolahan limbah yang memadai, sehingga limbah hasil olahan yang akan dibuang sudah dapat memenuhi syarat pembuangan limbah dalam batas normal sehingga proyek dapat dianggap layak.

Dalam dokumen Studi Kelayakan RSIA Healthy (Halaman 45-58)

Dokumen terkait