• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Luas daun total bibit sukun

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan penyiraman dengan intensitas yang berbeda (lampiran 5), memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun total bibit sukun. Berikut rataan luas daun total bibit sukun disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan pengaruh penyiraman dengan intensitas berbeda pada bibit sukun terhadap luas daun total bibit sukun per polybag (cm2)

Perlakuan Rataan A0 1042,45 ab A1 1212,90 a A2 951,23 ab A3 793,06 bc A4 980,89 ab A5 524,55 c Total 5505,08

Keterangan : Nilai rataan yang diikuti notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan A1 menghasilkan rataan luas daun total yang tertinggi (1212,90 cm2), sedangkan rataan luas daun total terendah pada perlakuan A5 (524,55 cm2). Hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%, menunjukkan A1 berbeda nyata dengan A3 dan A5 tetapi tidak berbeda nyata dengan A0, A2 dan A4.

Pembahasan

Berdasarkan analisis siddik ragam (lampiran 1) dapat dilihat bahwa penyiraman dengan intensitas berbeda pada bibit sukun memberikan pengaruh nyata pada pertambahan tinggi bibit sukun. Diperoleh rataan tertinggi pada perlakuan A1 (penyiraman 1 kali sehari) yaitu 53,04 cm dan rataan terendah pada perlakuan A4 (penyiraman 1 kali dalam 4 hari) yaitu 39,98 cm. Berdasarkan uji Duncan perlakuan A1 berbda nyata dengan perlakuan lainnya pada taraf 5%. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa tinggi tenaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Sebagai parameter pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu seperti air.

Berdasarkan analisis siddik ragam (lampiran 2) dapat dilihat bahwa penyiraman dengan intensitas berbeda pada bibit sukun memberikan pengaruh nyata pada pertambahan diameter bibit sukun. Diperoleh rataan tertinggi pada perlakuan A1 (penyiraman 1 kali sehari) yaitu 0,92 cm dan rataan terendah pada perlakuan A3 (penyiraman 1 kali dalam 3 hari) yaitu 0,74 cm. Berdasarkan uji Duncan perlakuan A1 tidak berbeda nyata dengan A0 dan A2 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada taraf 5%.

Penyiraman yang lebih sering menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyiraman yang lebih jarang dalam hal ini ditunjukkan oleh perlakuan A1 dan A3 dikarenakan bahan baku untuk melakukan fotosintesis

sangat memenuhi terutama dengan ketersediaan airnya pada A1 dibandingkan dengan A3 dan perlakuan lainnya sehingga hasil fotosintesis berupa karbohidrat dapat tersuplai dengan baik ke seluruh bagian tubuh tumbuhan seperti pada batang. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Gardner, et al. (1991) bahwa masalah penting pertama untuk proses diferensiasi (penebalan dinding sel) adalah ketersediaan karbohidrat. Hasil asimilasi yang tersedia lebih dari cukup bagi kebutuhan untuk pertumbuhan secara normal, merupakan akibat adanya faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan tanpa menghambat fotosintesis. Faktor-faktor yang lebih membatasi pertumbuhan dibandingkan membatasi fotosintesis, seperti kekurangan air, berakibat adanya kelebihan hasil fotosintesis untuk mendorong proses diferensiasi.

Berdasarkan analisis siddik ragam (lampiran 3) dapat dilihat bahwa penyiraman dengan insitas berbeda pada bibit sukun tidak memberikan pengaruh nyata pada bobot kering tajuk bibit sukun. Diperoleh rataan tertinggi pada perlakuan A1 (penyiraman 1 kali sehari) yaitu 38,41 g dan rataan terendah pada perlakuan A3 (penyiraman 1 kali dalam 3 hari) yaitu 28,58 g.

Sedangkan pada analisis siddik ragam (lampiran 4) menunjukkan bahwa penyiraman dengan insitas berbeda pada bibit sukun berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Diperoleh rataan tertinggi pada perlakuan A1 (penyiraman 1 kali sehari) yaitu 20,83 g dan rataan terendah pada perlakuan A3 (penyiraman 1 kali dalam 3 hari) yaitu 12,756 g. Berdasarkan uji Duncan perlakuan A1 tidak berbeda nyata dengan A0 dan A2 tetapi berbeda nyata dengna perlakuan lainnya pada taraf 5%.

Gardner, et al. (1991) menyatakan bahwa kekurangan air yang menghambat pertumbuhan ujung dan akar, mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar terhadap pertumbuhan ujung. Pertumbuhan ujung lebih digalakkan apabila air yang banyak, pertumbuhan akar lebih digalakkan apabila faktor-faktor air terbatas. Akar adalah organ yang pertama mencapai air. Sedangkan pucuk organ pertama yang mencapai cahaya, CO2, atau faktor-faktor iklim. Pernyataan tersedut memperkuat dari hasil penelitian ini bahwa akar lebih memperlihatkan respon terhadap perlakuan yang diberikan sehingga perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar.

Berdasarkan analisis siddik ragam (lampiran 5) dapat dilihat bahwa penyiraman dengan intensitas berbeda pada bibit sukun memberikan pengaruh nyata pada luas daun total bibit sukun. Diperoleh rataan tertinggi pada perlakuan A1 (penyiraman 1 kali sehari) yaitu 1212,90 cm2 dan rataan terendah pada perlakuan A5 (penyiraman 1 kali dalam 7 hari) yaitu 524,55 cm2. Berdasarkan uji Duncan perlakuan A1 tidak berbeda nyata dengan A0, A2 dan A4 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada taraf 5%.

Penerimaan air oleh tanaman berbanding lurus dengan luas daun yakni semakin sedikit air yang diterima oleh tanaman maka luas dam pertumbuhan daun akan semakin kecil. Diperkuat dengan pernyataan Gardner, et al. (1991), pengaruh kekurangan air selama tingkat vegetatif ialah berkembangnya daun-daun yang lebih kecil. Ini sesuai juga dengan pernyataan Goldsworthy dan Fisher (1992) bahwa indeks luas daun yang merupakan ukuran perkembangan tajuk, sangat peka terhadap cekaman air, yang mengakibatkan penurunan dalam pembentukan dan perluasan daun, peningkatan penuaan dan perontokan daun,

atau keduanya. Perluasan daun lebih peka terhadap cekaman air daripada penutupan stomata. Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan penuaan daun akibat cekaman air cenderung terjadi pada daun-daun yang lebih bawah, yang paling kurang aktif dalam fotosintesa dan dalam penyediaan asimilat, sehingga kecil pengaruhnya terhadap hasil.

Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut yang mengakibatkan pertumbuhannya tidak maksimal. Akan tetapi hal ini juga terjadi pada bibit sukun yang diberikan perlakuan A0 dimana penyiramannya lebih intensiv dibandingkan dengan A1 yang pada hasil pengamatan terlihat paling baik responya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya tanaman yang diberi perlakuan penyiraman lebih banyak akan menunjukkan hasil yang lebih baik. Sesuai dengan pernyataan Haryati (2003) bahwa di lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorpsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi.

Tanaman yang kekurangan air yang tumbuh di tanah dengan tingkatan air pada pelayuan sementara biasanya akan segar kembali setelah diairi. Namun daun yang tua akan gugur, daun baru mungkin ukurannya lebi kecil. Keadaan seperti ini terjadi pada bibit sukun yang mendapat perlakuan sedikit air. Sesuai dengan pernyataan Fitter dan Hay (1994) bahwa pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas, misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan

hidrostatis (tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid).

Sesuai dengan fungsinya air adalah penjaga turgiditas yang penting bagi perbesaran sel dan pertumbuhan. Turgor penting dalam membuka dan menutupnya stomata, pergerakan daun dan pergerakan korola bunga dan terutama dalam variasi struktur tanaman. Kekurangan air dalam jumlah yang besar menyebabkan kurangnya tekanan turgor pada/dalam tumbuhan vegetative (Kramer, 1980).

KESIMPULAN

Kesimpulan

Air sangat mempengaruhi pertumbuhan bibit sukun. Penyiraman terbaik ditunjukkan oleh perlakuan penyiraman 1 kali sehari (A1) yang terlihat pada pertambahan tinggi, diameter, bobot kering tajuk dan akar, dan luas daun tertinggi yakni secara berturut-turut 53,04 cm, 0,92 cm, 38,41g, 20,83 g, dan 1212,90 cm2. Sedangkan hasil terendah ditunjukkan oleh masing-masing parameter pada perlakuan secara berturut-turut yakni pertambahan tinggi pada A4 39,98 cm; diameter, bobot kering tajuk dan akar sama-sama pada A3 yaitu 0,74 cm, 28,58 g dan 12,756 g; dan luas daun pada A5 524,55 cm2.

Dokumen terkait