• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 2 3 4 5 6 26.28% 19.85% 29.96% 9,92% 3.97%3.12% Keterangan: 1 = klon 47 4 = klon 65 2 = klon 47 5 = klon 61 3 = klon 47 6 = klon 66

diantara: gejala serangan berupa bercak warna unggu tua pada permukaan daun, serangan berupa bercak warna ungu dan daun gosong, bercak berwarna unggu dan ukuran bercak tidak besar dan gejala berupa daun gosong dengan bintik berwarna merah kecoklatan.

Pada saat melakukan pengamatan dilapangan, pengambilan gejala serangan hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla berbeda-beda pada setiap tanaman yang diamati. Pada saat melakukan pengamatan setiap bentuk gejala serangan yang ditemukan diamati ciri-ciri gejala serangan yang terdapat pada bibit hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla.

Gambar 3. Gejala serangan pada klon 65, dengan gejala bercak kecoklatan dibawah permukaan daun.

Gejala serangan penyakit berupa bercak kecoklatan dibawah permukaan daun dan bercak hampir menyebar pada permukaan bawah daun dan daun yang sudah terserang terlihat seperti coklat keputihan dan daun mulai mengering. Gejala ini terdapat pada klon 61 dengan luas serangan 3.67% dan intensitas serangan 1.03%.

Gambar 4. Gejala serangan pada klon 47, dengan gejala bintik-bintik bulat kemerahan yang meyebar di permukaan daun.

Hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla. Pada klon 47 terdapat tiga gejala serangan yang berbeda, salah satunya gejala serangan berupa bintik-bintik bulat kemerahan yang terdapat pada permukaan daun, dan hampir tersebar ke seluruh permukaan daun. Luas serangan pada gejala tersebut cukup tinggi yaitu 29.96% dan intensitas serangan 14.98% ini merupakan angka tertinggi dari gejala serangan yang ada pada beberapa klon yang lainnya.

Gambar 5. Gejala serangan pada klon 47, dengan gejala serangan bintik-bintik bulat kehitaman.

Gejala ini terdapat pada klon 47 dengan gejala yang berbeda. Gejala serangan berupa bintik-bintik hitam pada permukaan daun dan pada permukaan bawah daun. Daun yang terserang terlihat berwarna hitam pekat seperti terbakar atau gosong, dan gejala ini hampir tersebar di permukaan maupun dibawah permukaan daun. Luas serangan pada gejala ini yaitu 19.85% dan intensitas serangan 9.92% (resisten).

Gambar 6. Gejala serangan pada klon 47, dengan gejala serangan bercak ungu kemerahan.

Pada gejala diatas memiliki luas dan intensitas serangan tertinggi ke dua yaitu dengan luas serangan 26.28% dan intensitas serangan 1.72% (resisten). Gejala serangan penyakit berupa bercak-bercak berwarna ungu kemerahan yang terdapat pada permukaan daun. Gejala serangan paling banyak dijumpai pada ujung permukaan daun.

Gambar 7. Gejala serangan pada klon 61, dengan gejala serangan bercak kecoklatan pada permukaan daun.

Hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla. Pada klon 61 terdapat gejala serangan penyakit berupa bercak kecoklatan pada permukaan daun yang hampir menyebar pada permukaan daun. Pada daun yang telah terserang terlihat daun berwarna coklat keputihan dan mati jaringan. gejala serngan ini memiliki luas serangan 3.12% dan intensitas serngan 0.87% (imun) yaitu memiliki luas dan intensitas serangan terendah.

Menurut Siregar (2005) gejala serangan penyakit bercak daun berupa nekrotik pada daun, berbentuk bulat, lonjong atau tidak teratur, dan berwarna kuning sampai cokelat. Gejala lebih lanjut adalah nekrotis berkembang membentuk hawar (blight), dan akhirnya daun menjadi kuning dan rontok. Gejala serangan ini umumnya dimulai dari bagian bawah tajuk pada daun-daun yang lebih tua, kemudian berkembang ke bagian atas tajuk hingga seluruh daun penyusun tajuk menjadi kering, rontok dan akhirnya tanaman kering dan mati

Gambar 8. Gejala serangan pada klon 66, dengan gejala serangan bercak kemerahan pada permukaan daun.

Gejala ini terdapat pada klon 66 dengan gejala serangan penyakit berupa bercak kemerahan yang hampir menyerang seluruh permukaan daun. Gejala serangan terlihat juga bintik-bintik kehitaman yang terdapat pada bercak kemerahan pada daun. Luas serangan pada gejala ini yaitu luas serangan 9.92% dan intensitas serangan3.6% (resisten).

Tabel 3. Gejala serangan dan jenis patogen yang terdapat pada bibit hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla.

Jenis klon Gejala serangan Jenis pathogen Klon 47 -bintik-bintik bulat kemerahan

-bintik bulat kehitaman pada permukaan -Bercak unggu kemerahan

- Cryptosporiopsis sp. - Cryptosporiopsis sp. - Cladosporium sp. Klon 65 bercak kecoklatan dibawah permukaan

daun

Phaeophleospora sp.

Klon 61 bercak kecoklatan di permukaan daun Cladosporium sp. Klon 66 bercak kemerahan pada permukaan

daun

Identifikasi Fungi pada bibit Eucalyptus hybrid hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla.

Dari hasil isolasi fungi yang tumbuh pada media PDA di cawan perti dilakukan identifikasi mikroskopik fungi mengunakan mikroskop, hasil identifikasi ada beberapa fungi mepunyai ciri mikroskopik sama tetapi pada pengamatan secara visual makroskopik gejala serangan penyakit pada daun tidak sama, bahkan jenis klon Eucalyptus yang berbeda. Berdasarkan penelitian sebelumnya di PT.Toba Pulp Lestari Tbk. Siahan (2010) ada beberapa jenis fungi yang menyerang daun Eucalyptus sp. di PT.Toba Pulp Lestari diantaranya (1) Fungi Cryptosporiopsis sp. gejala serangan berupa bercak berwarna ungu tua pada permukaan daun, (2) Fungi Cladosporium sp. gejala serangan berupa bercak warna ungu dan daun gosong, (3) Fungi Teratosphaeria sp. gejala serangan penyakitnya di lapangan terlihat berupa bercak berwarna ungu, dan ukuran bercak tidak besar. (4) Fungi Cylindrocladium sp. dengan gejala serangan berupa daun gosong dengan bintik berwarna merah kecoklatan dan bercak-bercak berwarna ungu.

Fungi pada Eucalyptus urrophylla klon 66

Gambar 9. (A) Koloni Cladosporium sp1. setelah berumur 5 hari pada media PDA

dan (B) bentuk miksoskopik, (a) konidiofor (b) spora.

Koloni Cladosporium sp1. yang terlihat pada gambar 9 (A) ini berwarna putih yang memiliki penampakan seperti beludru dan seperti tepung karena banyaknya konidia yang terbentuk. Koloni ini tumbuh baik pada media PDA meski tidak terlalu cepat, memiliki penampakan seperti beludru dan dapat juga seperti tepung karena banyaknya konidia yang terbentuk, dan berwarna putih hingga hijau tua redup (tergantung pada koloni). konodiofor umumnya berbentuk lateral atau terminal pada hifa, memiliki panjang hingga 250 µ m dan lebar 3-6 µ m. Pada konodiofor dapat timbul pembengkakan yang letaknya interkalar atau terminal (diameter 7-9 µm) dan perpanjangan yang genikulate, berwarna pucat atau coklat atau coklat kehijauan, dan berdinding halus. Konidia berbentuk elips sampai silindris dengan ujung yang membulat, membentuk rantai panjang yang dapat juga bercabang, dapat mempunyai satu septum, bila bessel tunggal berukuran (5,5-1,3) x (4-6) µm, berwarna coklat keemasan, jelas tampak kasar, dan memiliki tempat bekas duduk konidia yang mencolok sebagai tonjolan.

A

b

B

Gambar 10. (A) Koloni Cladosporium sp2. setelah berumur 7 hari pada media PDA

dan (B) bentuk mikroskopik, (a) Konidiofor (b) Spora.

Koloni pada Cladosporium sp2. ini terlihat pada gambar 10 (A) berwarna hijau tua redup yang memiliki penampakan seperti beludru. Koloni tumbuh lambat pada medium MEA (20ºC), yaitu dalam 10 hari baru mencapai diameter 3-4 cm. Penampakan koloni mula-mula seperti beludru, kemudian seperti tepung halus karena pembentukan konidia yang lebat. Koloni berwarna hijau tua kecoklatan atau hijau keabu-abuan, dan sebalik koloni berwarna hujau kehitaman. Konidiofor berbentuk lateral atau terminal pada hifa, dan panjangnya dapat mecapai 350 µm dan lebar 2-6 µm tanpa perpanjangan atau pembengkakan yang simpodial. Konidia berbentuk rantai, berwarna pucat sampai coklat kehijauan, dan berdinding halus atau sedikit kasar. Romokonidia terdapat pada basis dari rantai, bersepta 1 hingga 2, berbentuk silindris, berukuran 30 x (3-5) µm, berwarna coklat atau hijau kecoklatan, dan berdinding halus atau sedikit kasar. Konidia terdapat pada rantai yang bercabang yang akropetal, umumnya bersel satu, berbentuk elips atau mirip buah jeruk lemon, berukuran 3-7 (-11) x 2-4 (5) µm,

A B

a

b

berwarna coklat atau coklat kehijauan, dan berdinding halus atau kadang-kadang kasar.

Fungi Cladosporium sp. berkembang karena faktor cuaca yang cukup lembab dan hari hujan yang sering terjadi. Namun dipengaruhi juga oleh sinar matahari yang sangat besar pada siang hari. Menurut Peternel (2004) dari hari ke hari variasi pada konsentrasi spora Altenaria dan spora Cladosporium disebabkan terutama juga karena efek dari terjadinya hujan. Perbedaan yang sangat tampak pada konsentrasi spora telah tercatat sebelum dan sesudah terjadi presipitasi. Perkembangan fungi ini semakin cepat menyebar ke seluruh hutan tanaman, karena kondisi pertumbuhan dan tempat tumbuhnya yang sama rata, dan juga kondisi yang tidak memiliki naungan.

Fungi pada Euclyptus urrophylla klon 65

Gambar 11. (A) Koloni Phaeophleospora sp1. setelah berumur 4 hari pada media PDA dan( B) bentuk miksoskopik, (a) Konidiopor, (b) Spora.

Koloni Phaeopphleospora sp1. seperti yang terlihat pada gambar 11 (A) terlihat berwarna putih yang memiliki penampakan seperti tepung dan halus dan

A B

a

pada gambar 3 (B) terlihat Konidianya berbentuk batang agak melengkung dan memiliki sekat. Menurut Old (2003) bahwa fungi Phaeophleospora sp. biasa berada di bawah tajuk pohon dan dapat menyebabkan kerusakan yang terlihat nyata pada semai di pembibitan. Fungi Phaeophleospora sp. adalah patogen penyakit yang biasanya terdapat pada pembibitan dan menyerang jenis tanaman tertentu. Spora dari fungi Phaeophleospora sp. bervariasi dalam ukurannya, biasanya memiliki satu buah sekat pada tiap sporanya, dan menyerang bagian permukaan atas daun dan bagian bawah daun. Phaeophleospora sp. mempunyai hifa dengan panjang antara 30-150 µm dan diameternya 2 µ m. Sedangkan konidianya dengan panjang antara 20-120 µm dan diameternya dan diameternya 2-5 µm. Konidianya berbentuk batang agak melengkung dan memiliki sekat rata-rata diatas 4. Menurut Old (2003) spora-spora fungi Phaeophleospora sp. berbentuk silindris ataupun berbentuk batang ramping spora secara berkelompok. Pada setiap spora terdapat berupa dinding-dinding kasar yang terdiri dari beberapa buah sekat.

Fungi pada Euclyptus urrophylla klon 61

Gambar 12. (A) Koloni Cladosporium sp3. setelah berumur 6 hari pada media PDA

dan (B) bentuk miksoskopik, (a) Konodiofor, (b) Spora

B

A

a

Koloni cladosporium sp3. Seperti yang terlihat pada gambar 12. (A) koloni ini berwarna putih yang memiliki penampakan seperti tepung karena banyaknya konidia yang terbentuk. Bentuk mikroskopik terlihat pada gambar 12 (B) Konidia berbentuk elips sampai silindris dengan ujung yang membulat, membentuk rantai panjang yang dapat juga bercabang, Nonodiofor umumnya berbentuk lateral atau terminal pada hifa, memiliki panjang hingga 250 µ m dan lebar 3-6 µm. Pada konodiofor dapat timbul pembengkakan yang letaknya interkalar atau terminal (diameter 7-9 µm) dan perpanjangan yang genikulate, berwarna pucat atau coklat atau coklat kehijauan, dan berdinding halus. Fungi Cladosporium sp. merupakan fungi yang berasal dari kelas Deutromycetes.

Gambar 13. (A) Koloni Rhizopus sp setelah berumur 4 hari pada media PDA dan( B)

bentuk miksoskopik, (a) Konodiofor, (b) Spora.

Rhizopus sp (Gambar 13) menurut Gandjar (1999) koloni Rhizopus sp. semula berwarna keputihan kemudian berubah menjadi coklat keabu-abuan hal ini disebabkan karena warna coklat dari sporangiofor dan coklat kehitaman dari sporangia Rhizopus sp. Pada umur 4 hari koloni Rhizopus sp sudah membesar, pertumbuhan koloni Rhizopus sp sangat cepat. Sporangiumnya berbentuk bulat

A

b

a

B

hingga semibulat, dan berwarna coklat kehitaman saat matang. Bentuk spora Rhizopus sp. pada umumnya tidak teratur, bulat, elips dan memiliki garis pada permukaannya. Sporangiofornya tidak berwarna hingga berwarna coklat gelap, dan berdinding halus.

Rhizopus sp. merupakan anggota famili Mucoraceae dan termasuk filum Zygomycota yang mempunyai ciri-ciri koloni semula berwarna keputihan, kemudian menjadi cokelat keabu-abuan disebabkan karena warna cokelat dari sporangiofor dan warna kehitaman dari sporangia.. Sporangia berbentuk bulat hungga semi bulat, berdiameter 150-360 µm, dan berwarna cokelat kehitaman saat matang. Kolumela berbentuk bulat, semibulat, atau ovoid, dan berdiameter (40) 70-160 (250) µm.

Rhizopus sp. bersifat heterotalik. Zigospora berwarna hitam kecokelatan, memiliki tonjolan-tonjolan kasar, ukuran suspensor tidak sama besar, dan berdiameter (75) 150-200 µm. Spesies ini memiliki suhu pertumbuhan optimum 25º-26ºC, minimum 10ºC, dan maksimum 35º-37ºC (Rubert, 1999).

Fungi pada Euclyptus Urrophylla klon 47

Gambar 14. (A) Koloni Cryptosporiopsis sp1 setelah berumur 8 hari pada media PDA

dan ( B) bentuk miksoskopik, (a) Konodiofor, (b) Spora

a

A

b

B

Bila dilihat secara makroskopis gambar 14 (A), koloni dari Cryprosporiopsis sp1. Ini terlihat memiliki koloni berwana puting bening seperti agar dan sangat tipis seperti menyatu dengan media PDA. Koloni ini tumbuh lambat pada media PDA, pada gambar 6 (B) terlihat berwarna gelap kehitaman dan bercabang dan terlihat bergerombol atau menyatu.

Fungi Cryptosporiopsis sp. mempunyai makrokonida dengan panjang antara 5-8 µm dan diameternya 2-3 µm. Bentuk konidia fungi berbentuk lonjong memanjang dengan ukuran yang berbeda-beda. Menurut Old, dkk (2003) makrokonidia fungi berdinding tebal dan berbentuk lonjong sampai lonjong memanjang, dengan ukuran yang berbeda-beda. Gejala dari Cryptosporiopsis sp. berkembang pada daun dan tunas tanaman eukaliptus, bercak daun terlihat pada kedua permukaan daun dan banyak terlihat dalam banyak ukuran, bentuk dan warna hingga antar spesies Eucalyptus.

Gambar 15. (A) Koloni Cryptosporiopsis sp2 setelah berumur 8 hari pada media PDA

dan (B) bentuk miksoskopik, (a) Konodiofor, (b) Spora

Koloni Cryptosporiopsis sp. Seperti yang terlihat pada gambar 15 (A) yang memiliki koloni yang berwarna putih berupa kapas putih pada

b

A

a

B

permukaannya terlihat seperti kapas tebal dan lama-kelamaan berubah menjadi putih kecoklatan, kononi telihat seperti tepung dan bergerombol. Sedangkan terlihat pada gambar 15 (B) spora yang dihasilkan berbentuk bulat menyebar sebagian bergerombol dan berwarna agak kemerah-merahan dengan ukuran yang berbeda-beda. Dan Koloni ini tumbuh cepat pada media PDA.

Menurut Old (2003), Cryptosporiopsisleaf dan Shoot blight, penyakit ini menyerang bagian batang dan daun tanaman. Penyakit ini biasanya tersebar secara

menyeluruh, lembut dan berwarna coklat, luka nekrotik yang menjalar dan dikenal

sebagai gejala jamur hitam, bentuknya bundar berukuran 1-2 cm.

Gambar 16. (A) Koloni Cladosporium sp4 setelah berumur 6 hari pada media PDA dan

( B) bentuk miksoskopik, (a) Konodiofor, (b) Spora

Pada gambar 16 (A) terlihat bahwa Cladosporium sp. Ini memiliki warna koloni putih dan dan agak putih kecoklatan, koloni terlihat seperti kapas dan tidak terlalu tebal tumbuh pada media PDA. Koloni ini tergolong cepat tumbuh sekitar 2-2,5 cm dalam 5 hari, dan terlihat pada gambar 16 (B) konidia yang terlihat yang

a

A

b

B

bercabang dan berwarna hijau kecoklatan dan berdinding agak kasar, berbentuk memanjang. Menurut Peternel (2004) spora jamur adalah komponen yang selalu ada di atmosfir dengan konsentrasi yang diketahui berfluktuasi sesuai dengan kondisi meteorologi. Perbedaannya sangat tampak antara spora kering udara dan spora cuaca udara basah. Spora udara kering meliputi Cladosporium, Alternaria, Epicoccum, Drechslera, Pithomyces dan Curvularia.

Dokumen terkait