• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penyakit Daun Pada Pembibitan Empat Klon Hasil Persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla Di Pt. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penyakit Daun Pada Pembibitan Empat Klon Hasil Persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla Di Pt. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENYAKIT DAUN PADA PEMBIBITAN

EMPAT KLON HASIL PERSILANGAN Eucalyptus grandis x

Eucalyptus Urrophylla DI PT. TOBA PULP LESTARI Tbk.

KABUPATEN TOBA SAMOSIR, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH

FITRIANI / 091201008 BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KARAKTERISTIK PENYAKIT DAUN PADA PEMBIBITAN

EMPAT KLON HASIL PERSILANGAN Eucalyptus grandis x

Eucalyptus Urrophylla DI PT. TOBA PULP LESTARI Tbk.

KABUPATEN TOBA SAMOSIR, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH

FITRIANI / 091201008 BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di fakultas pertanian

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRACT

Fitriani : Characterization of Disease on Seedling Leaves Four clones of Eucalyptus grandis x A cross results Eucalyptus urrophylla . PT . Toba Pulp LestariTbk . Toba Samosir , North Sumatera supervised by Nelly Anna and Edi Batara Mulya Siregar.

Eucalyptus is one kind of tree that is cultivated by PT . Toba Pulp Lestari Tbk . Eucalyptus hybrid tree type is a type that is widely cultivated in the past. unfortunately this plant nurseries susceptible to pests and diseases . The purpose of this study was to characterize the symptoms of disease , measuring the level of intensity of attack and identify the cause of each disease symptoms found in Eucalyptus grandis seedlings from crosses x ecalyptus urrophylla PT . Toba Pulp Lestari . The results showed that the type of pathogen penyenyebab leaf diseases on the crop seed is Cladosporium sp , sp Cryptosporiopsis , Phaeophleospora sp and Rhizopus sp . The highest attack attack symptoms such as red spots on the leaves with the intensity of the attack reached 14.98 % , blackish spot 9.92 % , 1.72 % reddish purple spots , brown spots under the surface of the leaf 1:03 % , brown pigmentation on the surface and reddish spots 0.87 % reached 3.6 % .

(4)

ABSTRAK

Fitriani : Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Empat Klon Hasil Persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptusurrophylla .di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara. Dibimbing oleh Nelly Anna dan Edi Batara Mulya Siregar.

Eucalyptus merupakan salah satu jenis pohon yang dibudidayakan oleh perusahaan PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Jenis pohon Eucalyptus hybrid merupakan jenis yang banyak dibudidayakan sayangnya pada masa pembibitan tanaman ini rentan terhadap hama penyakit. Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi gejala penyakit, mengukur tingkat intensitas serangan dan Mengidentifikasi penyebab penyakit dari masing-masing gejala yang terdapat pada bibit hasil persilangan Eucalyptus grandis x Ecalyptus urrophylla di PT. Toba Pulp Lestari. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis patogen penyenyebab penyakit daun pada bibit tanaman tersebut adalah Cladosporium sp, Cryptosporiopsis sp, Phaeophleospora sp dan Rhizopus sp. gejala serangan serangan tertinggi berupa bintik-bintik kemerahan pada daun dengan intensitas serangan mencapai 14.98%, bintik-bintik kehitaman 9.92%, bercak ungu kemerahan 1.72%, bercak kecoklatan dibawah permukaan daun 1.03%, bercak kecoklatan pada permukaan daun0.87% dan bercak kemerahan mencapai 3.6%.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rambung Kab.Blangkejeren, Nanggro Aceh Darussallam NAD pada tanggal 12 Mei 1991 sebagai anak ke tiga dari tujuh bersaudara dari ayah Zainal Arifin dan Ibu Senimah. Pendidikan sekolah dasar di MIN 1 Ujung Baro Aceh ( 1997-2003), melanjutkan pendidikan ke SMP N 3 Blangkejeren Aceh (2003-2006) dan penulis melanjutkan pendidikan di SMA 1 Bambel Aceh (2006-2009). Tahun 2009 penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatra Utara (USU) melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih program studi kehutanan, Fakultas pertanian, Pada semester VII penulis memilih minat budidaya hutan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penyakit Daun Pada Pembibitan Empat Klon Hasil Persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla Di Pt. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan, memelihara, mendukung dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Nelly Anna, S.Hut,M.Si dan Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua dan komisi Pembimbing atas bimbingan yang telah memberikan masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Dan kepada PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara, penulis mengucapkan terima kasih atas izin melakukan penelitian dan pengumpulan data.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta semua staf pengajar dan pengawai di Program Studi Kehutanan. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, April 2014

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACK ... i

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...v

DAFTAR GAMBAR ...vi

PENDAHULUAN Latar Belakang...1

Tujuan Penelitian ...4

Manfaat Penelitian ...4

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi ilmiah Eucalyptus ...5

Penyebaran dan morfologi Eucalyptus ...5

Penyakit pada tanaman Eucalyptus ...7

Identifikasi penyakit tanaman ...11

Deskripsi fungi ...12

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ...18

Alat dan Bahan ...18

Prosedur Penelitian ...18

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala serangan pada daun Eucalyptus Urrophylla...25

Fungi yang terdapat pada Eucalyptus Urrophylla ...32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...41

Saran ...41

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Areal Pembibitan Tanaman Eucaliptus Urrophylla ...24

2. Grafik Persentase Luas Serangan ...27

3. Gejala Serangan pada Klon 65 ...27

4. Gejala Serangan pada Klon 47 ...28

5. Gejala Serangan pada Klon 47 ...28

6. Gejala Serangan pada Klon 47 ...29

7. Gejala Serangan pada Klon 61 ...30

8. Gejala Serangan pada Klon 66 ...32

9. Koloni Cladosporium sp1 ...32

10.Koloni Cladosporium sp2 ...33

11.Koloni Phaeophleospora sp2 ...34

12.Koloni Cladosporium sp3 ...35

13.Koloni Rhozopus sp ...36

14.Koloni Cryptosporiopsis sp1 ...38

15.Koloni Cryptosporiopsis sp2 ...39

(10)

ABSTRACT

Fitriani : Characterization of Disease on Seedling Leaves Four clones of Eucalyptus grandis x A cross results Eucalyptus urrophylla . PT . Toba Pulp LestariTbk . Toba Samosir , North Sumatera supervised by Nelly Anna and Edi Batara Mulya Siregar.

Eucalyptus is one kind of tree that is cultivated by PT . Toba Pulp Lestari Tbk . Eucalyptus hybrid tree type is a type that is widely cultivated in the past. unfortunately this plant nurseries susceptible to pests and diseases . The purpose of this study was to characterize the symptoms of disease , measuring the level of intensity of attack and identify the cause of each disease symptoms found in Eucalyptus grandis seedlings from crosses x ecalyptus urrophylla PT . Toba Pulp Lestari . The results showed that the type of pathogen penyenyebab leaf diseases on the crop seed is Cladosporium sp , sp Cryptosporiopsis , Phaeophleospora sp and Rhizopus sp . The highest attack attack symptoms such as red spots on the leaves with the intensity of the attack reached 14.98 % , blackish spot 9.92 % , 1.72 % reddish purple spots , brown spots under the surface of the leaf 1:03 % , brown pigmentation on the surface and reddish spots 0.87 % reached 3.6 % .

(11)

ABSTRAK

Fitriani : Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Empat Klon Hasil Persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptusurrophylla .di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara. Dibimbing oleh Nelly Anna dan Edi Batara Mulya Siregar.

Eucalyptus merupakan salah satu jenis pohon yang dibudidayakan oleh perusahaan PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Jenis pohon Eucalyptus hybrid merupakan jenis yang banyak dibudidayakan sayangnya pada masa pembibitan tanaman ini rentan terhadap hama penyakit. Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi gejala penyakit, mengukur tingkat intensitas serangan dan Mengidentifikasi penyebab penyakit dari masing-masing gejala yang terdapat pada bibit hasil persilangan Eucalyptus grandis x Ecalyptus urrophylla di PT. Toba Pulp Lestari. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis patogen penyenyebab penyakit daun pada bibit tanaman tersebut adalah Cladosporium sp, Cryptosporiopsis sp, Phaeophleospora sp dan Rhizopus sp. gejala serangan serangan tertinggi berupa bintik-bintik kemerahan pada daun dengan intensitas serangan mencapai 14.98%, bintik-bintik kehitaman 9.92%, bercak ungu kemerahan 1.72%, bercak kecoklatan dibawah permukaan daun 1.03%, bercak kecoklatan pada permukaan daun0.87% dan bercak kemerahan mencapai 3.6%.

(12)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Eukaliptus (Eucalyptus hybrid) merupakan salah satu jenis pohon yang dibudidayakan oleh perusahaan PT. Toba Pulp Lestari. Tbk sebagai salah satu penyedia bahan baku dari industri mereka. Jenis pohon Eucalyptus hybrid ini merupakan jenis yang lebih banyak dibudidayakan, karena jenis Eucalyptus hybrid ini memiliki tingkat pertumbuhan yang tergolong cepat.

Keistimewaan tanaman Eucalyptus cukup banyak, salah satunya yaitu dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tingkat serangan hama penyakitnya tinggi. Tanaman Eucalyptus berasal dari Australia dengan kondisi habitatnya tandus. Menurut Old, et al. (2003), tanaman Eucalyptus mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, bahkan di tapak yang kritis tanaman dapat tumbuh. Tanaman Eucalyptus dengan mudah berkembangbiak secara vegetatif serta kualitas produksi tanaman tinggi. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi untuk digunakan sebagai kayu gergajian, kontruksi, finir, plywood, furniture, bahan pembuatan pulp dan kertas. Pembangunan penanaman tanaman eucalyptus tersebar luas di banyak negara khususnya di kawasan Asia Tenggara.

(13)

hybrid di Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara lain seperti China, Congo, Brazil dan Afrika Selatan yang telah mengusahakan Eucalyptus hybrid secara komersil dengan perbanyakan vegetatif (Mindawati et all. 2010).

Menurut Old, et all. (2003) terdapat cukup banyak penyakit yang menyerang bagian daun pada tanaman Eucalyptus , diantaranya (1) jamur embun hitam (Black mildew) yang tumbuh pada permukaan daun dan batang, berwarna hitam, menyebar dan membentuk koloni seperti beludru dengan diameter 1 cm, kadang-kadang menyerang batang dan ranting muda, jamur yang menyerang adalah yang berasal dari spesies Meliola. Cryptosporiopsis leaf dan Shoot blight, penyakit ini menyerang bagian batang dan daun tanaman, biasanya tersebar secara menyeluruh, lembut dan berwarna coklat, luka nekrotik yang menjalar dan dikenal

sebagai gejala jamur hitam, bentuknya bundar berukuran 1-2 cm. (2) Cylindrocladium foliar spot dan foliar blight penyakit ini disebabkan oleh

(14)

Berdasarkan penelitian Siahan (2010) ada beberapa jenis fungi yang menyerang daun Eucalyptus sp. di PT. Toba Pulp Lestari diantaranya (1) Fungi Cryptosporiopsis sp. gejala serangan berupa bercak berwarna ungu tua pada permukaan daun, dan pada cawan petri terdapat pertumbuhan fungi berupa kapas putih pada bagian permukaannya kapas tebal berwarna putih krem kekuningan menyeluruh dengan bagian dasar fungi berwarna kuning telur. (2) Fungi Cladosporium sp. gejala serangan berupa bercak warna ungu, daun gosong, bintik berwarna coklat kemerahan, bintik bewarna merah keunguan, bintik bewarna ungu dan bintik bewarna merah kecoklatan. (3) Fungi Teratosphaeria sp. gejala serangan penyakitnya di lapangan terlihat berupa bercak berwarna ungu, dan ukuran bercak tidak besar. (4) Fungi Cylindrocladium sp. dengan gejala serangan berupa daun gosong dengan bintik berwarna merah kecoklatan dan bercak-bercak berwarna ungu.

(15)

Tujuan Penelitian

1. Mengkarakterisasi gejala penyakit, mengukur tingkat intensitas serta luasan serangan penyakit yang menyerang daun bibit hasil persilangan Eucalyptusgrandis x Eucalyptusurrophylla di PT. Toba Pulp Lestari. 2. Mengukur tingkat intensitas serangan penyakit pada pada empat klon dari

masing-masing gejala yang berbeda pada setiap klon Eucalyptus grandis x Ecalyptusurrophylla.

3. Mengidentifikasi penyebab penyakit dari masing-masing gejala yang terdapat pada bibit hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla di PT. Toba Pulp Lestari.

Manfaat Penelitian

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Ilmiah Eukalyptus spp

Tanaman Eucalyptus spp. mempunyai sistematika sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Dycotyledone (berkeping dua)

Ordo : Myrtiflorae

Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)

Genus : Eucalyptus

Species : Eucalyptus sp.

Tanaman Eucalyptus terdiri dari kurang lebih 700 jenis dan yang dapat dimanfaatkan menjadi pulp sekitar 40% dari keseluruhan tanaman ini (Departemen Kehutanan, 1994).

(17)

Penyebaran dan Morfologi Eucalyptus

Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Wallace, mulai dari 7°’ LU sampai 43°39’ LS meliputi Australia, New Britania, Papua dan Tazmania. Beberapa spesies juga ditemukan di Kepulauan Indonesia yaitu Irian Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Timor- Timur. Genus Eucalyptus terdiri atas 500 spesies yang kebanyakan endemik Australia. Hanya ada dua spesies yang tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Fillipina) yaitu Eucalyptus urrophylla dan Eucalyptus deglupta. Beberapa spesies menyebar di Australia bagian Utara menuju bagian Timur. Spesies ini banyak tersebar di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian Barat Daya. Pada saat ini beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan dan Amerika Tengah (Latifah, 2004).

Hampir semua jenis Eucalyptus sp. beradaptasi dengan iklim muson. Beberapa jenis dapat hidup pada iklim yang sangat dingin, misalnya jenis-jenis yang telah dibudidayakan yakni: Eucalyptus alba, Eucalyptus camaldulensis dan Eucalyptus citriodora. Eucalyptus deglupta adalah jenis yang beradaptasi pada habitat hutan dataran rendah dan hutan pegunungan dataran rendah pada ketinggian 1800 mdpl dengan curah hujan tahunan 2.500 – 3.000 mm, suhu minimum rata-rata 230 0C dan maksimum 310 0C di dataran rendah dan suhu minimum rata-rata 130 0C dan maksimum 290 0

Eukaliptus (Eucalyptus sp.) merupakan jenis tanaman yang eksotis karena ditanam di luar habitat aslinya, tanaman ini umumnya berasal dari Australia dan Papua New Guinea dan dikembangkan di Indonesia. Eucalyptus sp. merupakan

(18)

salah satu jenis tanaman hutan yang diprioritaskan untuk dikembangkan dalam program HTI, mengingat bahwa jenis ini adalah fast growing dan kegunaannya sebagai bahan baku pulp dan kertas yang baik. Sutisna, et al., (1998), mengemukakan bahwa tanaman Eucalyptus spp banyak dikembangkan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap iklim dan tempat tumbuh, sifat kayu yang cukup baik, dan memiliki daur hidup yang pendek/cepat (6-7 tahun).

Penyakit pada Tanaman Eucalyptus sp.

Ilmu penyakit tanaman merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik, penyebab, interaksi tanaman dan patogen (biotik) dan lingkungan (abiotik), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit dalam suatu populasi atau individu tanaman, dan berbagai cara pengendalian penyakit. Ilmu penyakit tanaman juga memiliki aspek seni, yaitu dalam aplikasi pengetahuan yang diperoleh dari mempelajari ilmu tersebut. Konsep penyakit pada dasarnya akan lengkap apabila dapat memberikan penjelasan dan penekanan terhadap peran faktor lingkungan terhadap patogen, inang, lingkungan fisik dan lingkungan biologi, sehingga disebut piramid penyakit (Sinaga, 2003).

Pada pembibitan, semai Eucalyptus sp. sering diserang penyakit rebah kecambah (damping off) yang disebabkan oleh Phytium sp. dan Fusarium sp. Penyakit busuk akar disebabkan oleh serangan Phytium sp., Phytophora sp., dan Batryodiplodia sp. menyebabkan kematian pohon. Adapun serangan Nectria sp dapat menyebabkan penyakit kanker batang (Nair, 2000).

Menurut Old, dkk (2003) ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman Eucalyptus sp. antara lain:

(19)

Penyebab dari penyakit ini adalah fungi dari marga Meliolales, jenis Meliola. Jenis Meliola biasanya tumbuh pada permukaan daun dan batang, berwarna hitam, menyebar, membentuk koloni seperti beludru dengan diameter 1 cm. Pada umumnya serangan berat disebabkan oleh jamur. Kadang-kadang menyerang batang dan ranting muda. Informasi mengenai akibat dari penyakit jamur embun hitam ini pada pertumbuhan Eucalyptus sp. masih sangat sedikit. 2. Jamur hitam (Shoot blight)

Penyakit jamur hitam disebabkan oleh Cryptosporiopsis eucalypti. Gejala penyakit ini berkembang di sekitar daun dan batang Eucalyptus sp., biasanya tersebar secara menyeluruh, lembut dan berwarna coklat, luka nekrotik yang menjalar dan dikenal sebagai gejala jamur hitam, bentuknya bundar dengan diameter 1-2 cm. Luka yang berat ditunjukkan dengan warna coklat tua atau abu-abu diseluruh permukaan daun, atau luka seperti gabu-abus dan nekrosis pada jaringan epidermis. Pucuk atau tunas muda yang diserang menjadi layu dan berwarna hitam. Akibat dari penyakit menyebabkan luka semakin menyebar, khususnya pada tanaman muda dan membuat serangan lebih hebat.

3. Foliar spot and foliar blight

(20)

Cylindrocladium sp. dapat hidup bertahan lama dalam tanah karena adanya dinding tebal klamidiospora dan propagulnya. Penularan biasanya mulai dari daun cabang bawah dan menyebar sampai ke mahkota. Gejala ditunjukkan pada daun muda yang berwarna abu-abu dan mulai membusuk. Apabila dibiarkan dapat berubah menjadi gejala nekrotik. Penyakit ini menjadi masalah utama pada pertumbuhan Eucalyptus sp. di daerah yang tropis lembab.. Pencegahan penyakit leaf blight dapat dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida. Pengendalian melalui penyemprotan fungisida bergantung pada waktu yang tepat saat penyemprotan dilakukan.

4. Penyakit daun Mycosphaerella

Penyakit yang ditimbulkan berupa bintik daun, bisul dan kerut daun yang disebabkan oleh fungi Mycosphaerella. Tetapi marga ini belum pasti di temukan pada marga Eucalyptus sp. Banyak variasi gejala yang di tunjukan oleh infeksi mycosphaerella dan dengan hasil yang berbeda pula dalam hal ukuran luka, warna dan morfologi, daun yang terinfeksi akan berkembang menjadi bintik dan bisul. Akibat penyakit ini adalah kesehatan pohon menjadi rusak, tetapi tergantung serangan dari jamurnya, fisiologinya ataupun iklimnya.

5. Penyakit daun Phaeophleospora

(21)

tanaman. Penularan sering kali terlihat dimulai dari bagian pangkal bibit tanaman hingga mencapai daun bagian ujung tanaman. Patogen ini biasanya berada di bawah tajuk pohon dan dapat menyebabkan penghancuran secara signifikan pada semai di pembibitan.

6. Penyakit daun Pestalotia

Penyakit ini disebabkan oleh fungi Pestalotia sp. Semangun (2000) menyatakan bahwa serangan fungi Pestalotia pada daun lebar menimbulkan gejala bercak yang dimulai dari tepi daun ujung, yang kemudian meluas ke tengah daun. Serangan fase awal hamper selalu terjadi di ujung daun. Di duga bahwa stoma di daerah ujung memberikan kondisi yang kondusif bagi perkembangan kecambah konidiaspora. Kurangnya informasi awal tentang Pestalotia sp. adalah karena selama ini kelompok patogen tersebut dianggap tidak penting (patogen minor) atau jarang dapat menimbulkan kerusakan secara ekonomis baik di bidang pertanian, perkebunan, maupun kehutanan. Namun demikian saat ini eksistensi Pestalotia sp. ini harus sudah mulai diperhitungkan sebagai patogen yang berpotensi berbahaya sejalan dengan telah terjadinya perubahan-perubahan ekologis hutan tanaman.

(22)

patogen yang menyebabkan penyakit ini adalah Phytium sp., Phytoptora sp., dan Batryodiplodia sp. (Anggraeni dan Suharti, 1997 dalam Nair, 2000).

Identifikasi Penyakit Tanaman

Tanda-tanda maupun gejala lapangan sangat perlu diketahui guna menetapkan jenis penyakit, penyebab serta jenis tanaman inangnya dan jenis hasil tanaman inang yang diharapkan, berkaitan dengan tindakan pengendaliannya. Dalam ilmu penyakit tanaman umum (General plant pathology) perlu dipelajari a) Symptomatic yaitu melukiskan, mempelajari, mengenal dan membandingkan

gejala lapangan yang ada pada setiap jenis tanaman yang sakit. b) Diagnostic yaitu mempelajari, mengenal, dan menentukan penyebabnya

sesuatu jenis penyakit. c) Pathogenesis yaitu menyelidiki dan mempelajari peristiwa-peristiwa serta proses yang terjadi di dalam sel dan jaringan tanaman yang sakit, serta kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit. d) Etiology yaitu mempelajari dan menyelidiki proses fisiologis yang menyebabkan tidak normalnya pertumbuhan, perkembangan dan yang menyebabkan sakitnya tanaman oleh senyawa penyakit. e) Ecology yaitu mempelajari dan menyelidiki hubungan faktor lingkungan/ ekosistem yang menyebabkan meluas menghambat perkembangan penyakit, dan timbulnya suatu epidemi penyakit (Djafaruddin, 2001).

(23)

Tanda penyakit adalah struktur dari suatu patogen yang berasosiasi dengan tanaman yang terinfeksi. Beberapa tipe struktur patogen tidak harus selalu ada pada tanaman yang sakit karena pembentukkannya berdasarkan kondisi lingkungan. Kebanyakan tanda penyakit dapat dilihat dan dibedakan dengan bantuan mikroskop. Misalnya penyebab penyakit berupa miselium, spora, tubuh buah fungi, sel atau lendir bakteri, tubuh karena penggumpalan hifa fungi (Sklerotial bodies), nematoda dengan berbagai fase telur, juvenil dan imago serta berbagai bagian tumbuhan parasit (Sinaga, 2003).

Deskripsi Fungi

Jamur (fungi) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak mempunyai zat hijau (chlorophyl). Untuk hidupnya mereka berperan sebagai parasit atau

saprofit yang tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri (Tambunan dan Nandika, 1989).

Jamur merupakan organisme eukariota yang digolongkan kedalam kelompok cendawan sejati. Dinding sel jamur terdiri atas kitin, sel jamur tidakmengandung klorofil. Jamur mendapatkan makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan organik disekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul-molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa, jadi jamur tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan makanannya kemudian mencernanya sebelum diserap (Gunawan, 2000).

(24)

menyebabkan berkurangnya produksi hutan tanaman yang diusahakan (Semangun, 2001).

Konsep penyakit pada dasarnya akan lengkap apabila dapat memberikan penjelasan dan penekanan pada peran faktor lingkungan terhadap patogen, inang dan interaksi keduanya. Apabila dilakukan, maka penyakit sebenarnya merupakan hubungan segi empat antar faktor patogen, faktor inang, faktor lingkungan fisik/kimia dan lingkungan biologi, serta manusia sehingga disebut segi empat penyakit.

Gambar 1. Piramida Penyakit yang menghubungkan faktor-faktor patogen. Patogen

lingkungan Pohon inang

(25)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Singkat Pendirian PT. Toba Pulp Lestari, Tbk PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. yang dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama (IIU) Tbk didirikan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan kertas dalam negeri dan ekspor ke beberapa negara lain. Berdasarkan laporan hasil penelitian Food and Agriculture Organization (FAO) pada bulan Juli 1954, menemukan dan merekomendasikan daerah Sosor Ladang, Porsea sebagai salah satu lokasi strategis dan layak untuk tempat pendirian pabrik pulp di Indonesia, dan sekarang menjadi lokasi berdirinya Pabrik Pulp dan Rayon PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. (TPL).

PT. IIU berhenti beroperasi pada tahun 1998. Hal ini disebabkan limbah yang dihasilkan dari pembuatan pulp didapatkan merusak lingkungan hidup sekitar dan juga karena PT. IIU kurang melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatannya. PT. IIU berubah nama menjadi PT. TPL disebabkan produk yang dihasilkan sekarang hanya pulp saja sedangkan pada saat bernama PT. IIU, perusahaan ini juga memproduksi rayon. Produksi rayon dihentikan karena limbah hasil produksi rayon sangat merusak lingkungan hidup.

(26)

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. adalah sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang memiliki izin dan legalitas operasional bergerak di bidang produksi pulp. Status PMA PT. TPL yang dioperasikan berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi/Ketua BPPT dan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup SK/M/BPPT/XI/1986 dan No.KEP-43/MNKLH/11/1986 tertanggal 13 November 1986.

Berdasarkan surat Keputusan Menteri Investasi/Ketua Badan koordinasi penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi PMA. Saham perusahaan ini telah dijual di bursa saham Jakarta dan Surabaya sejak 1992 dan di New York Stock Exchange (NYSE). Kegiatan produksi pulp secara komersial dimulai tahun 1989.

Letak Geografis PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

PT. TPL, Tbk. terletak di desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir sekitar 220 km dari Kota Medan, Sumatera Utara. Areal konsesi PT. Toba Pulp Lestari Tbk terdiri dari 6 sektor yang masing-masing sektor berada pada wilayah geografis yang terpisah, yaitu:

1. Sektor Tele berada pada Kabupaten Samosir yang meliputi Kecamatan

Boho, Sumbul, Parbuluan, Kerajaan, Sidikalang dan Salak pada 2° 15’ 00” - 2° 50’ 00” LU dan 98° 20’ 00” BT - 98° 50’ 00” BT.

(27)

3. Sektor Aek Nauli berada pada Kabupaten Simalungun yang meliputi Kecamatan Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik dan Jorlang pada 2° 40’ 00” LU - 2° 50’ 00” LU dan 98° 50’ 00” BT - 99° 10’ 00” BT. 4. Sektor Habinsaran berada di Kabupaten Toba Samosir yang meliput i

kecamatan Siborong-borong, Sipahutar, Habinsaran, Silaen dan Laguboti pada 2° 7’ 00” LU - 2° 2’ 00” dan 99° 05’ 00” BT - 99° 18’ 00” BT.

5. Sektor Tarutung berada di Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi Kecamatan Dolok Sanggul, Sipaholon, Onan Gajang, Parmonangan, Adian Koting, Gaya Baru, Tarutung, Lintong Nihuta dan Sorkam pada 1° 54’ 00” LU - 2° 15’ 00” LU dan 98° 42’ 00” - 98° 58’ 00” BT. 6. Sektor Sarulia berada di Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Lumut, Batang Toru pada 1° 30’ 00” LU - 1° 55’ 00” LU dan 98° 20’ 00” BT - 99° 10’ 00” BT.

Topografi dan Ketinggian Tempat

Lokasi penelitian berada pada ketinggian 1.300-1.900 meter dari

permukaan laut dengan topografi datar sampai curam (Cabang Dinas Kehutanan - XII Toba samosir, 1998).

Iklim

(28)

dan Fergusson (1951) memiliki tipe iklim A (Sangat basah) dengan curah hujan (rata-rata) 150 mm, bulan tertinggi pada bulan Maret dan terendah pada bulan Februari.

Keadaan Fisik Hutan

Areal HPHTI dan IPK Pinus PT. TPL, Tbk berada pada ketinggian 450-1900 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan kondisi topografi datar hingga areal hutan bertopografi curam. Areal tersebut dikategorikan ke dalam beberapa kelas kemiringan seperti terlihat pada Tabel 1.

Sektor 0-8% 9-15% 16-25% >25% Total

(Ha) (Ha (Ha) (Ha) (Ha)

Aek Nauli 5963.6 5458.1 7136.3 3975.0 22533.0 Tele 75568.0 12641.9 11792.0 3035.1 103037.0 Tarutung 6541.0 8720.0 17048.0 13870.0 46179.0 Habinsaran 8115.8 2177.9 11898.8 1887.5 24080.0 Sarulla 1044.0 5345.4 20659.0 17614.6 44663.0 P.sidempuan 6591.0 3832.0 13885.4 4259.4 28568.0 Total 103823.4 38175.3 82419.5 44641.6 269060.0 Sumber : RKT PT. TPL, Tbk 2014

(29)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi Pembibitan PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara,dan di Laboratorium Bioteknologi Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Desember 2013 sampai dengan Maret 2014.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dilapangan yaitu kamera digital, alat tulis label nama. Amplop warna coklat untuk tempat sampel daun. Bahan yang digunakan dilapangan pada penelitian ini yaitu daun bibit tanaman hasil persilangan daun Eucalyptus grandis x Eucalyptus urropylla.

Alat yang digunakan untuk identifikasi pada penelitian ini adalah autoklaf, oven, laminar air flow, inkubator, cawan petri, labu erlenmeyer, tabung reaksi, pinset, spatula, jarum ose, gunting, gelas ukur, mikroskop cahaya, kamera digital, kaca objek dan kaca penutup, pipet volume. Bahan yang digunakan untuk identifikasi yaitu PDA (Potatoe Dextrose Agar), alkohol 70% dan aquades, bunsen, tisu dan kapas, aluminium foil, selotip dan kertas label.

Prosedur penelitian

1. Pelaksanaan Penelitian

(30)

pembibitan. Sampel diambil 20 % dari total bibit pada masing-masing klon nya. Penentuan sampling dilakukan dengan perpusip sampling dengan cara menentukan gejala daun tanaman yang terserang penyakit.

2. Pengamatan yang dilakukan dilapangan

Pengamatan dilakukan pada 4 jenis klon Eucalyptus grandis x Eucalyptus urropylla. yang mempunyai gejala serangan penyakit yang berbeda pada setiap klonnya pada daun bibit Eucalyptus grandis x Eucalyptus urropylla yang berumur 2 bulan di lokasi Pembibitan PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara. Yang di amati yaitu luas serangan dan intensitas seragan penyakit pada daun Eucalyptus grandis x Eucalyptus urropylla. Dan pengamatan gejala penyakit daun serta pengamatan bentuk warna daun yang terserang penyakit.

b. Pengamatan Gejala Penyakit Daun

Pengamatan gejala dilakukan pada setiap tanaman Eucalyptus grandis x Eucalyptus urropylla Pengamatan dilakukan pada daun yang terserang penyakit.ada

beberapa gejala serangan penyakit daun yang sering di jumpai pada tanaman

Eucaliptus urrophylla. Diantaranya : bintik-bintik, bercak-bercak, hawar daun.

Embun hitam (Black mildew). dan gejala yang muncul di permukaan, bentuk warna dan lain-lain.

c. Pengamatan Bentuk warna daun

Pengamatan bentuk warna daun dilakukan pada tanaman Eucalyptus grandis

x Eucalyptus urropylla. yang terserang penyakit atau gejala penyakit yaitu melihat perubahan bentuk warna pada daun yang terserang penyakit dengan membandingkan

(31)

yang berbeda yang di timbulkan pada daun. Seperti perubahan bentuk daun berubah

warna kekuning-kuningan, bintik-bintik merah, bintik-bintik kecoklatan dan lain-lain.

3. Perhitungan Intensitas Penyakit dan Luas Serangan

Gejala yang diamati adalah beberapa gejala yang di timbulkan pada tanaman tersebut, intensitas penyakit dan luas serangan, Pengamatan dilakukan terhadap bibit daun tanaman Eucalyptus grandis x Eucalyptus urropylla yang berumur 2 bulan.

a. Intensitas serangan

Menurut Sinaga (2003), bahwa intensitas serangan dapat diamati berdasarkan tingkat kerusakan, yang ditentukan dengan rumus :

I=

Σ (n x v)

Z x N

100%

Dengan Keterangan : I = Intensitas serangan

n = Jumlah daun dari setiap kategori serangan

v = Nilai skala dari tiap kategori serangan tertinggi (nilai skala terbesar 4) Z = Harga numerik dari kategori serangan tertinggi (nilai skala terbesar 4) N = Jumlah daun tanaman yang diamati.

Menurut Sinaga (2003), untuk menentukan skala dari tiap kategori serangan ditentukan dengan mengetahui kedudukan kerapatan bercak pada daun yang dapat diamati secara makroskopik:

(32)
[image:32.595.108.489.124.207.2]

Tabel 1. Penilaian Tingkat Intensitas Serangan Penyakit dan Reaksi Tanaman

Berdasarkan Intensitas Serangan

Intensitas serangan % Skor Reaksi tanaman

0 0 Imun

1-25 1 Resisten (R)

26-50 2 Agak resisten (AR)

51-73 3 Agak Rentan (Ar)

76-100 4 Rentan (r)

b. Luas serangan

Menurut Sinaga (2003), penentuan luasan serangan penyakit ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

A = �

� x 100 %

Dengan Keterangan : A = Luasan serangan

n = Jumlah tanaman yang terserang spesies penyakit ke-i N = Jumlah seluruh tanaman yang diamati

4. Sampel penyakit daun dan identifikasi patogen

(33)

5. Penyiapan Media Biakan

Penyiapan media biakan yaitu timbang 19,5 gr sebuk media PDA, masukan ke dalam Erlenmeyer 500 ml kemudian timbang aquades kedalamnya sampai mencapai 500 ml, tutup dengan mengunakan kapas dan aluminium foil. Panaskan diatas kompor gas sampai serbuk media PDA larut dan homogen. Kemudian sterilkan kedalam autoclave pada suhu 1210C selama 30 menit, pada saat akan dipakai media PDA yang telah di autoclave tersebut dapat dipanaskan kembali diatas kompor gas. Dinginkan dalam suhu kamar hingga suhunya mencapai ± 400

6. Isolasi dan pemurnian fungi

C, segera tuang secara aseptis ke dalam cawan petri sebanyak ± 10 ml. Biarkan media PDA dalam cawan petri menjadi digin dan memadat sebelum digunakan.

Daun bibit Eucalyptus grandis x Eucalyptus urropylla dari 4 klon, daun yang terserang yang akan diisolasi diperoleh dari Persemaian PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Pengambilan sampel bibit tanaman yang akan diteliti dilakukan dengan cara melihat gejala penyakit daun yang terdapat pada daun. Pelaksanaan isolasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: daun yang menunjukkan gejala penyakit dipotong persegi 2 x 2 cm meliputi bagian yang sakit dan sehat. Potongan daun tersebut dicelupkan ke dalam larutan Alkohol 70 %, lalu dibilas tiga kali dengan air steril atau aguades kemudian dikering anginkan pada kertas saring steril. Potongan daun tersebut ditanam dalam media PDA untuk mendapatkan biakan fungi.

(34)

menggunakan pinset ke dalam cawan petri lain yang berisi media PDA. Setelah di dapat pada pemurnian. Biakan yang telah murni ditanamkan kembali untuk mendapatkan inokulum yang banyak. kemudian diinkubasikan pada ruangan kultur 25-28 0

7. Identifikasi fungi

C. Pemurnian ini bertujuan untuk memisahkan fungi biakan dengan morfologi berbeda untuk dijadikan isolat sendiri. Pengamatan morfologi dilakukan kembali setelah inkubasi selama 5-7 hari, dan apabila masih di temukan pertumbuhan koloni yang berbedasecara makroskopik maka harus dipisahkan kembali sampai diperoleh isolat murni.

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

[image:35.595.161.459.485.696.2]

Jenis hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urropylla di PT. Toba Pulp Lestari terdiri dari 4 jenis klon yaitu klon 47, klon 61, klon 65 dan klon 66. Pada setiap klon dilakukan pengamatan secara visual terhadap gejala serangan penyakit yang menunjukan gejala serangan penyakit yang berbeda-beda pada setiap klonnya, katagori penilaian di lapangan yaitu gejala serangan pada setiap masing-masing klon, jumlah daun yang terserang, jumlah tanaman yang terserang, jumlah tanaman yang diamati dan jumlah bercak pada daun yang terserang. Menurut Djafaruddin (2001) bahwa gejala pokok, tanda-tanda maupun gejala lapangan sangat perlu diketahui guna menetapkan jenis penyakit, penyebab, serta jenis tanaman inangnya, dan jenis hasil tanaman inang yang diharapkan. Gejala serangan yang paling banyak yaitu pada klon 47 yaitu terdapat 3 jenis gejala serangan yaitu bintik-bintik bulat kemerahan, bintik-bintik kehitaman, dan bercak ungu kemerahan. Sedangkan pada klon yang lain hanya terdapat 1 jenis gejala serangan saja

Gambar 1. Areal pembibitan tanaman Eucaliptus sp.

(36)

Gejala serangan penyakit daun pada hasil persilangan Eucalyptus grandis x

Eucalyptus urrophylla.

[image:36.595.106.516.377.561.2]

Gejala serangan yang di dapat di lapangan pada 4 jenis klon Eucalyptus grandis x Eucalyptus urropylla pada masing-masing klon memiliki gejala yang berbeda-beda yaitu ada 6 gejala serangan yang berbeda pada setiap klonnya namun dapat disebabkan oleh patogen yang sama. Menurut Siregar (2005) penyakit bercak pada daun (leaf spot disease) merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi di persemaian, pada tanaman muda, dan pada tanaman dilapangan, penyakit tersebut banyak menimbulkan kerugian pada tanaman Eucalyptus sp.

Tabel 2. Luas serangan dan intensitas serangan pada bibit hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla

Jenis klon Gejala serangan pada daun Luas serangan ( %) Intensitas serangan (%)

Klon 47 -Bintik-bintik bulat kemerahan

29.96 14.98

- bintik-bintik kehitaman 19.85 9.92 - Bercak ungu kemerahan 26.28 1.72 Klon 65 bercak kecoklatan dibawah

permukaan daun

3.67 1.03

Klon 61 bercak kecoklatan pada permukaan daun

3.12 0.87

Klon 66 bercak kemerahan pada daun

(37)
[image:37.595.146.478.84.377.2]

Gambar 2. Grafik persentase luas serangan pada empat klon hasil persilangan

Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla.

Dari data grafik diatas diketahui luas serangan gejala ke-1 yang terdapat pada klon 47 adalah luas serangan yang paling besar yaitu dengan luas persentase 29.96%, dengan gejala serangan terdapat bintik-bintik bulat kemerahan pada permukaan daun yang menyebar pada sebagian daun. Dan luas serangan tinggi juga terdapat pada klon 47 dengan gejala yang berbeda yaitu terdapat bercak ungu agak kemerahan yang terdapat sebagian di permukaan daun dan dan terdapat bintik-bintik kehitaman yang hampir terdapat pada permukaan daun dengan gejala serangan 26.28% dan 19.85%. sedangkan persentase luas serangan terendah terdapat pada klon 61 yaitu dengan luas persentase 3.12% dengan gejala serangan bercak kecoklatan pada permukaan daun. Menurut penelitian Siahan (2010) ada beberapa gejala serangan yang menyerang Eucalyptus sp di PT. Toba Pulp Lestari

Luas Serangan

1

2

3

4

5

6

26.28%

19.85%

29.96% 9,92%

3.97%3.12%

Keterangan:

(38)

diantara: gejala serangan berupa bercak warna unggu tua pada permukaan daun, serangan berupa bercak warna ungu dan daun gosong, bercak berwarna unggu dan ukuran bercak tidak besar dan gejala berupa daun gosong dengan bintik berwarna merah kecoklatan.

[image:38.595.143.455.363.554.2]

Pada saat melakukan pengamatan dilapangan, pengambilan gejala serangan hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla berbeda-beda pada setiap tanaman yang diamati. Pada saat melakukan pengamatan setiap bentuk gejala serangan yang ditemukan diamati ciri-ciri gejala serangan yang terdapat pada bibit hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla.

Gambar 3. Gejala serangan pada klon 65, dengan gejala bercak kecoklatan dibawah permukaan daun.

(39)
[image:39.595.144.447.103.279.2]

Gambar 4. Gejala serangan pada klon 47, dengan gejala bintik-bintik bulat kemerahan yang meyebar di permukaan daun.

Hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla. Pada klon 47 terdapat tiga gejala serangan yang berbeda, salah satunya gejala serangan berupa bintik-bintik bulat kemerahan yang terdapat pada permukaan daun, dan hampir tersebar ke seluruh permukaan daun. Luas serangan pada gejala tersebut cukup tinggi yaitu 29.96% dan intensitas serangan 14.98% ini merupakan angka tertinggi dari gejala serangan yang ada pada beberapa klon yang lainnya.

[image:39.595.151.466.527.709.2]
(40)
[image:40.595.140.480.278.463.2]

Gejala ini terdapat pada klon 47 dengan gejala yang berbeda. Gejala serangan berupa bintik-bintik hitam pada permukaan daun dan pada permukaan bawah daun. Daun yang terserang terlihat berwarna hitam pekat seperti terbakar atau gosong, dan gejala ini hampir tersebar di permukaan maupun dibawah permukaan daun. Luas serangan pada gejala ini yaitu 19.85% dan intensitas serangan 9.92% (resisten).

Gambar 6. Gejala serangan pada klon 47, dengan gejala serangan bercak ungu kemerahan.

(41)
[image:41.595.133.475.104.285.2]

Gambar 7. Gejala serangan pada klon 61, dengan gejala serangan bercak kecoklatan pada permukaan daun.

Hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla. Pada klon 61 terdapat gejala serangan penyakit berupa bercak kecoklatan pada permukaan daun yang hampir menyebar pada permukaan daun. Pada daun yang telah terserang terlihat daun berwarna coklat keputihan dan mati jaringan. gejala serngan ini memiliki luas serangan 3.12% dan intensitas serngan 0.87% (imun) yaitu memiliki luas dan intensitas serangan terendah.

(42)
[image:42.595.137.465.72.255.2]

Gambar 8. Gejala serangan pada klon 66, dengan gejala serangan bercak kemerahan pada permukaan daun.

Gejala ini terdapat pada klon 66 dengan gejala serangan penyakit berupa bercak kemerahan yang hampir menyerang seluruh permukaan daun. Gejala serangan terlihat juga bintik-bintik kehitaman yang terdapat pada bercak kemerahan pada daun. Luas serangan pada gejala ini yaitu luas serangan 9.92% dan intensitas serangan3.6% (resisten).

Tabel 3. Gejala serangan dan jenis patogen yang terdapat pada bibit hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla.

Jenis klon Gejala serangan Jenis pathogen Klon 47 -bintik-bintik bulat kemerahan

-bintik bulat kehitaman pada permukaan -Bercak unggu kemerahan

- Cryptosporiopsis sp.

- Cryptosporiopsis sp.

- Cladosporium sp.

Klon 65 bercak kecoklatan dibawah permukaan daun

Phaeophleospora sp.

Klon 61 bercak kecoklatan di permukaan daun Cladosporium sp. Klon 66 bercak kemerahan pada permukaan

daun

[image:42.595.112.510.491.753.2]
(43)

Identifikasi Fungi pada bibit Eucalyptus hybrid hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla.

Dari hasil isolasi fungi yang tumbuh pada media PDA di cawan perti dilakukan identifikasi mikroskopik fungi mengunakan mikroskop, hasil identifikasi ada beberapa fungi mepunyai ciri mikroskopik sama tetapi pada pengamatan secara visual makroskopik gejala serangan penyakit pada daun tidak sama, bahkan jenis klon Eucalyptus yang berbeda. Berdasarkan penelitian sebelumnya di PT.Toba Pulp Lestari Tbk. Siahan (2010) ada beberapa jenis fungi yang menyerang daun Eucalyptus sp. di PT.Toba Pulp Lestari diantaranya (1) Fungi Cryptosporiopsis sp. gejala serangan berupa bercak berwarna ungu tua pada permukaan daun, (2) Fungi Cladosporium sp. gejala serangan berupa bercak warna ungu dan daun gosong, (3) Fungi Teratosphaeria sp. gejala serangan penyakitnya di lapangan terlihat berupa bercak berwarna ungu, dan ukuran bercak tidak besar. (4) Fungi Cylindrocladium sp. dengan gejala serangan berupa daun gosong dengan bintik berwarna merah kecoklatan dan bercak-bercak berwarna ungu.

(44)

Fungi pada Eucalyptus urrophylla klon 66

Gambar 9. (A) Koloni Cladosporium sp1. setelah berumur 5 hari pada media PDA

dan (B) bentuk miksoskopik, (a) konidiofor (b) spora.

Koloni Cladosporium sp1. yang terlihat pada gambar 9 (A) ini berwarna putih yang memiliki penampakan seperti beludru dan seperti tepung karena banyaknya konidia yang terbentuk. Koloni ini tumbuh baik pada media PDA meski tidak terlalu cepat, memiliki penampakan seperti beludru dan dapat juga seperti tepung karena banyaknya konidia yang terbentuk, dan berwarna putih hingga hijau tua redup (tergantung pada koloni). konodiofor umumnya berbentuk lateral atau terminal pada hifa, memiliki panjang hingga 250 µ m dan lebar 3-6 µ m. Pada konodiofor dapat timbul pembengkakan yang letaknya interkalar atau terminal (diameter 7-9 µm) dan perpanjangan yang genikulate, berwarna pucat atau coklat atau coklat kehijauan, dan berdinding halus. Konidia berbentuk elips sampai silindris dengan ujung yang membulat, membentuk rantai panjang yang dapat juga bercabang, dapat mempunyai satu septum, bila bessel tunggal berukuran (5,5-1,3) x (4-6) µm, berwarna coklat keemasan, jelas tampak kasar, dan memiliki tempat bekas duduk konidia yang mencolok sebagai tonjolan.

A

b

B

[image:44.595.117.510.123.300.2]
(45)

Gambar 10. (A) Koloni Cladosporium sp2. setelah berumur 7 hari pada media PDA

dan (B) bentuk mikroskopik, (a) Konidiofor (b) Spora.

Koloni pada Cladosporium sp2. ini terlihat pada gambar 10 (A) berwarna hijau tua redup yang memiliki penampakan seperti beludru. Koloni tumbuh lambat pada medium MEA (20ºC), yaitu dalam 10 hari baru mencapai diameter 3-4 cm. Penampakan koloni mula-mula seperti beludru, kemudian seperti tepung halus karena pembentukan konidia yang lebat. Koloni berwarna hijau tua kecoklatan atau hijau keabu-abuan, dan sebalik koloni berwarna hujau kehitaman. Konidiofor berbentuk lateral atau terminal pada hifa, dan panjangnya dapat mecapai 350 µm dan lebar 2-6 µm tanpa perpanjangan atau pembengkakan yang simpodial. Konidia berbentuk rantai, berwarna pucat sampai coklat kehijauan, dan berdinding halus atau sedikit kasar. Romokonidia terdapat pada basis dari rantai, bersepta 1 hingga 2, berbentuk silindris, berukuran 30 x (3-5) µm, berwarna coklat atau hijau kecoklatan, dan berdinding halus atau sedikit kasar. Konidia terdapat pada rantai yang bercabang yang akropetal, umumnya bersel satu, berbentuk elips atau mirip buah jeruk lemon, berukuran 3-7 (-11) x 2-4 (5) µm,

A

B

[image:45.595.114.513.88.267.2]
(46)

berwarna coklat atau coklat kehijauan, dan berdinding halus atau kadang-kadang kasar.

Fungi Cladosporium sp. berkembang karena faktor cuaca yang cukup lembab dan hari hujan yang sering terjadi. Namun dipengaruhi juga oleh sinar matahari yang sangat besar pada siang hari. Menurut Peternel (2004) dari hari ke hari variasi pada konsentrasi spora Altenaria dan spora Cladosporium disebabkan terutama juga karena efek dari terjadinya hujan. Perbedaan yang sangat tampak pada konsentrasi spora telah tercatat sebelum dan sesudah terjadi presipitasi. Perkembangan fungi ini semakin cepat menyebar ke seluruh hutan tanaman, karena kondisi pertumbuhan dan tempat tumbuhnya yang sama rata, dan juga kondisi yang tidak memiliki naungan.

Fungi pada Euclyptus urrophylla klon 65

Gambar 11. (A) Koloni Phaeophleospora sp1. setelah berumur 4 hari pada media PDA

dan( B) bentuk miksoskopik, (a) Konidiopor, (b) Spora.

Koloni Phaeopphleospora sp1. seperti yang terlihat pada gambar 11 (A) terlihat berwarna putih yang memiliki penampakan seperti tepung dan halus dan

A

B

a

[image:46.595.116.509.443.625.2]
(47)

pada gambar 3 (B) terlihat Konidianya berbentuk batang agak melengkung dan memiliki sekat. Menurut Old (2003) bahwa fungi Phaeophleospora sp. biasa berada di bawah tajuk pohon dan dapat menyebabkan kerusakan yang terlihat nyata pada semai di pembibitan. Fungi Phaeophleospora sp. adalah patogen penyakit yang biasanya terdapat pada pembibitan dan menyerang jenis tanaman tertentu. Spora dari fungi Phaeophleospora sp. bervariasi dalam ukurannya, biasanya memiliki satu buah sekat pada tiap sporanya, dan menyerang bagian permukaan atas daun dan bagian bawah daun. Phaeophleospora sp. mempunyai hifa dengan panjang antara 30-150 µm dan diameternya 2 µ m. Sedangkan konidianya dengan panjang antara 20-120 µm dan diameternya dan diameternya 2-5 µm. Konidianya berbentuk batang agak melengkung dan memiliki sekat rata-rata diatas 4. Menurut Old (2003) spora-spora fungi Phaeophleospora sp. berbentuk silindris ataupun berbentuk batang ramping spora secara berkelompok. Pada setiap spora terdapat berupa dinding-dinding kasar yang terdiri dari beberapa buah sekat.

Fungi pada Euclyptus urrophylla klon 61

Gambar 12. (A) Koloni Cladosporium sp3. setelah berumur 6 hari pada media PDA

dan (B) bentuk miksoskopik, (a) Konodiofor, (b) Spora

B

A

a

[image:47.595.115.486.540.702.2]
(48)

Koloni cladosporium sp3. Seperti yang terlihat pada gambar 12. (A) koloni ini berwarna putih yang memiliki penampakan seperti tepung karena banyaknya konidia yang terbentuk. Bentuk mikroskopik terlihat pada gambar 12 (B) Konidia berbentuk elips sampai silindris dengan ujung yang membulat, membentuk rantai panjang yang dapat juga bercabang, Nonodiofor umumnya berbentuk lateral atau terminal pada hifa, memiliki panjang hingga 250 µ m dan lebar 3-6 µm. Pada konodiofor dapat timbul pembengkakan yang letaknya interkalar atau terminal (diameter 7-9 µm) dan perpanjangan yang genikulate, berwarna pucat atau coklat atau coklat kehijauan, dan berdinding halus. Fungi Cladosporium sp. merupakan fungi yang berasal dari kelas Deutromycetes.

Gambar 13. (A) Koloni Rhizopus sp setelah berumur 4 hari pada media PDA dan( B)

bentuk miksoskopik, (a) Konodiofor, (b) Spora.

Rhizopus sp (Gambar 13) menurut Gandjar (1999) koloni Rhizopus sp. semula berwarna keputihan kemudian berubah menjadi coklat keabu-abuan hal ini disebabkan karena warna coklat dari sporangiofor dan coklat kehitaman dari sporangia Rhizopus sp. Pada umur 4 hari koloni Rhizopus sp sudah membesar, pertumbuhan koloni Rhizopus sp sangat cepat. Sporangiumnya berbentuk bulat

A

b

[image:48.595.117.501.372.529.2]
(49)

hingga semibulat, dan berwarna coklat kehitaman saat matang. Bentuk spora Rhizopus sp. pada umumnya tidak teratur, bulat, elips dan memiliki garis pada permukaannya. Sporangiofornya tidak berwarna hingga berwarna coklat gelap, dan berdinding halus.

Rhizopus sp. merupakan anggota famili Mucoraceae dan termasuk filum Zygomycota yang mempunyai ciri-ciri koloni semula berwarna keputihan, kemudian menjadi cokelat keabu-abuan disebabkan karena warna cokelat dari sporangiofor dan warna kehitaman dari sporangia.. Sporangia berbentuk bulat hungga semi bulat, berdiameter 150-360 µm, dan berwarna cokelat kehitaman saat matang. Kolumela berbentuk bulat, semibulat, atau ovoid, dan berdiameter (40) 70-160 (250) µm.

Rhizopus sp. bersifat heterotalik. Zigospora berwarna hitam kecokelatan, memiliki tonjolan-tonjolan kasar, ukuran suspensor tidak sama besar, dan berdiameter (75) 150-200 µm. Spesies ini memiliki suhu pertumbuhan optimum 25º-26ºC, minimum 10ºC, dan maksimum 35º-37ºC (Rubert, 1999).

Fungi pada Euclyptus Urrophylla klon 47

Gambar 14. (A) Koloni Cryptosporiopsis sp1 setelah berumur 8 hari pada media PDA

dan ( B) bentuk miksoskopik, (a) Konodiofor, (b) Spora

a

A

[image:49.595.114.507.550.714.2]
(50)

Bila dilihat secara makroskopis gambar 14 (A), koloni dari Cryprosporiopsis sp1. Ini terlihat memiliki koloni berwana puting bening seperti agar dan sangat tipis seperti menyatu dengan media PDA. Koloni ini tumbuh lambat pada media PDA, pada gambar 6 (B) terlihat berwarna gelap kehitaman dan bercabang dan terlihat bergerombol atau menyatu.

Fungi Cryptosporiopsis sp. mempunyai makrokonida dengan panjang antara 5-8 µm dan diameternya 2-3 µm. Bentuk konidia fungi berbentuk lonjong memanjang dengan ukuran yang berbeda-beda. Menurut Old, dkk (2003) makrokonidia fungi berdinding tebal dan berbentuk lonjong sampai lonjong memanjang, dengan ukuran yang berbeda-beda. Gejala dari Cryptosporiopsis sp. berkembang pada daun dan tunas tanaman eukaliptus, bercak daun terlihat pada kedua permukaan daun dan banyak terlihat dalam banyak ukuran, bentuk dan warna hingga antar spesies Eucalyptus.

Gambar 15. (A) Koloni Cryptosporiopsis sp2 setelah berumur 8 hari pada media PDA

dan (B) bentuk miksoskopik, (a) Konodiofor, (b) Spora

Koloni Cryptosporiopsis sp. Seperti yang terlihat pada gambar 15 (A) yang memiliki koloni yang berwarna putih berupa kapas putih pada

b

A

[image:50.595.113.500.467.624.2]
(51)

permukaannya terlihat seperti kapas tebal dan lama-kelamaan berubah menjadi putih kecoklatan, kononi telihat seperti tepung dan bergerombol. Sedangkan terlihat pada gambar 15 (B) spora yang dihasilkan berbentuk bulat menyebar sebagian bergerombol dan berwarna agak kemerah-merahan dengan ukuran yang berbeda-beda. Dan Koloni ini tumbuh cepat pada media PDA.

Menurut Old (2003), Cryptosporiopsisleaf dan Shoot blight, penyakit ini menyerang bagian batang dan daun tanaman. Penyakit ini biasanya tersebar secara

menyeluruh, lembut dan berwarna coklat, luka nekrotik yang menjalar dan dikenal

sebagai gejala jamur hitam, bentuknya bundar berukuran 1-2 cm.

Gambar 16. (A) Koloni Cladosporium sp4 setelah berumur 6 hari pada media PDA dan

( B) bentuk miksoskopik, (a) Konodiofor, (b) Spora

Pada gambar 16 (A) terlihat bahwa Cladosporium sp. Ini memiliki warna koloni putih dan dan agak putih kecoklatan, koloni terlihat seperti kapas dan tidak terlalu tebal tumbuh pada media PDA. Koloni ini tergolong cepat tumbuh sekitar 2-2,5 cm dalam 5 hari, dan terlihat pada gambar 16 (B) konidia yang terlihat yang

a

A

[image:51.595.115.498.375.552.2]
(52)
(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil pengamatan terdapat enam gejala yang berbeda yang didapat dilapangan dan luas serangan tertinggi terdapat pada klon 47 yaitu 29.96%. sedangan luas serangan terendah terdapat pada klon 61 yaitu 3.12%.

2. Jenis klon yang paling banyak terdapat gejala serangan yaitu klon 47 diantaranya terdapat gejala serangan berupa bintik-bintik bulat kemerahan, bintik-bintik kehitaman dan bercak unggu kemerahan.

3. Fungi yang di isolasi yang terdapat pada bibit hasil persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla. dari 4 jenis klon yang berumur 2 bulan terdapat 4 genus yaitu Cladosporium sp, Cryptosporiopsis sp, Phaeophleospora sp dan Rhizopus sp .

Saran

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah Mada University Press

Basuki, R.B. 2007. Pendugaan Biomassa Hutan Tanaman Eucalyptus grandis W.Hill ex Maiden di IUPHHK PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Sumatera Utara.[Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Departemen Kehutanan, 1994. Eucalyptus. Pedoman Teknis Penanaman Jenis-jenis Kayu Komersial. Badan Litbang Departemen Kehutanan.

Djafaruddin. 2001. Dasar- dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. Gandjar, I., R. A. Samson, Karin van den Tweel-Vermeulen dan A. Oetari. 1999.

Pengenalan Kapang Tropik Umum.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Gunawan, A. W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Khaerudin. 1993. Pembibitan Tanaman Hutan Tanman Industri. Penebar Swadaya. Jakarta.

Latifah, S. 2004. Pertanaman dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman Industri. Medan

Lestari, E. G. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan Tanaman melalui Kultur Jaringan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.

Mindawati, N., A. Indrawan, I. Mansur, dan O. Rusdiana. 2010. Kajian Pertumbuhan Hybrid Eucalyptus urograndis di Sumatera Utara. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Nair, K. S.S. 2000. Insects Pest and Disease in Indonesia Forest an Assessment of the Major Threaths, Research Efforte and Literature. Center for International Forestry Research. Bogor.

Old, K.M, Wingfield, M.J, Yuan, Z.Q. 2003. A Manual of Disease of Eucalyptus in South-East Asia. Center For International Forestry Research. Bogor. Peternel, R., C. Josip and H. Ivana , 2004. Atmospheric Concetrations of

(55)

Rahayu, S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia: Gejala, Penyebab dan Teknik Pengendaliannya. Kanisisus. Yogyakarta.

Rubert, B. 1999. Diagnosis Penyakit Tanaman. Diterjemahkan oleh Imam Santoso. The university of Arizona press. United States.

Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Siahan, L.A. 2010. Studi Terhadap Penyakit Daun Eucalyptus di Kebun Percobaan PT. Toba Pulp Lestari SEktor Aek Nauli. Departemen Kehutanan. Universitas Sumatra Utara.

Silalahi, N.R. 2008. Inventarisasi Fungi Patogen pada Daun Bibit Tanaman Eucalyptus spp. (Studi Kasus Di Pembibitan PT. Toba Pulp Lestari Porsea Sumatera Utara). Departemen Ilmu Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.

Sinaga, S. N. 2003. Ilmu Penyakit Hutan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, E. B. M. 2005. Perlindungan Hutan (Bagian Penyakit Pohon). Buku Ajar Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan

Sumardi dan S. M Widyastuti. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Madja University Press. Yogyakarta.

(56)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur pembuatan media PDA ( potatoe Dextose Agar )

Timbang media PDA serbuk 19.5 gr dan masukkan kedalam erlenmeyer 500 ml

Kemudian tambahkan akuades hingga 500 ml, tutup erlenmeyer dengan kapas dan aluminium foil.

Panaskan diatas kompor sampai serbuk media PDA larut

Sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 30 menit

(57)

Lampiran 2. Perhitungan luas serangan dan intensitas serangan (%)

Penentuan luasan serangan penyakit ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

A = �

� x 100 %

Dengan Keterangan : A = Luasan serangan

n = Jumlah tanaman yang terserang spesies penyakit ke-i N = Jumlah seluruh tanaman yang diamati

Eucaliptus Urrophylla Klon 47a

A= 163

544 x 100% = 29.96%

Eucaliptus Urrophylla Klon 47b

A= 108

544 x 100% = 19. 85%

Eucaliptus Urrophylla Klon 47c

A= 143

544 x 100% = 26.28%

(58)

A= 20

544 x 100% = 29.96%

Eucaliptus Urrophylla Klon 61

A= 17

544 x 100% = 29.96%

Eucaliptus Urrophylla Klon 66

A= 54

544 x 100% = 9.92%

Intensitas serangan dapat diamati berdasarkan tingkat kerusakan, yang ditentukan dengan rumus :

I= Σ (n x v)

Z x N 100% Dengan Keterangan : I = Intensitas serangan

n = Jumlah daun dari setiap kategori serangan

v = Nilai skala dari tiap kategori serangan tertinggi (nilai skala terbesar 4) Z = Harga numerik dari kategori serangan tertinggi (nilai skala terbesar 4) N = Jumlah daun tanaman yang diamati.

Eucaliptus Urrophylla Klon 47a

A= ∑(625�4)

4� 4352 x 100% =

2608

(59)

Eucaliptus Urrophylla Klon 47b

A= ∑(432�4)

4� 4352 x 100% =

1728

17408 = 9.92 % (resisten)

Eucaliptus Urrophylla Klon 47c

A= ∑(75 � 4)

4� 4352 x 100% =

300

17408 = 1.72 % (resisten)

Eucaliptus Urrophylla Klon 65

A= ∑(45 � 3)

3 � 4352 x 100% = 135

13056 = 1.03 % (resisten)

Eucaliptus Urrophylla Klon 61

A= ∑(38 � 4)

4� 4352 x 100% = 152

17408 = 0.87 % (imun)

Eucaliptus Urrophylla Klon 66

A= ∑(160 � 2)

2 � 4352 x 100% = 320

(60)

Gambar

Gambar 1. Piramida Penyakit yang menghubungkan faktor-faktor patogen.
Tabel 1. Penilaian Tingkat Intensitas Serangan Penyakit dan Reaksi Tanaman
Gambar 1. Areal pembibitan tanaman Eucaliptus sp.
Tabel 2. Luas serangan dan intensitas serangan pada bibit hasil persilangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data Perhitungan Tingkat Intensitas Serangan pada Lokasi Persemaian PT... Data Perhitungan Luas Serangan pada Lokasi

Uji Infeksi Puccinia psidii Penyebab Penyakit Karat Daun Pada Klon Hibrid Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla di PT.. Toba Pulp Lestari, Tbk Kabupaten Toba

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi gejala penyakit daun, mengukur tingkat intensitas serangan, luas serangan, serta reaksi tanaman (resistensi) terhadap

Gejala diawali timbulnya bercak kekuningan pada permukaan daun dan semakin melebar hingga timbulnya bercak kemerahan yang menandakan serangan penyakit sudah

seperti jenis Eucalyptus urophylla , Eucalyptus grandis Eucalyptus saligna , Eucalyptus deglupta dan Eucalyptus pelita merupakan jenis cepat tumbuh yang dikembangkan

Tetapi marga ini belumlah pasti ditemukan pada tanaman Eucalyptus sp., karena banyak variasi gejala yang ditunjukkan oleh infeksi Mycosphaerella dengan hasil yang berbeda

Pertanaman dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman Industri.. A Manual of Diseases of Eucalyptus in South-

[r]