• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Enam Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Enam Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Eucalyptus sp.

Tanaman Eukaliptus termasuk famili Myrtaceae, genus Eukaliptus dengan

spesies Eucalyptus sp. Spesies-spesies yang sudah dikenal umum antara lain Eucalyptus alba (ampupu), Eucalyptus deglupta, Eucalyptus grandis, Eucalyptus

plathyhylla, Eucalyptus saligna, Eucalyptus umbellate, Eucalyptus camadulensis,

Eucalyptus pellita, Eucalyptus tereticornis, Eucalyptus torreliana

(Khaeruddin, 1999).

Klasifikasi ilmiah (Scientific Classification) dari tanaman Eukaliptus adalah sebagai berkut, kingdom Plantae, divisi Angiospermae, subdivisi Eudicots,

ordo Myrtales, famili Myrtaceae. Tanaman Eukaliptus terdiri dari kurang lebih 700 jenis dan yang dapat dimanfaatkan menjadi pulp sekitar 40% dari keseluruhan tanaman ini (Departemen Kehutanan, 1994).

Syarat Tumbuh Eucalyptus sp.

Jenis-jenis Eukaliptus teutama menghendaki iklim bermusim (daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Eukaliptus dapat tumbuh

pada tanah yang dangkal, berbatu-berbatu, lembab, berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah kurus gersang sampai pada tanah yang baik dan subur. Eukaliptus dapat tumbuh di

daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi

(2)

Penyebaran dan Morfologi Eucalyptus sp.

Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Wallace, mulai dai 7° LU sampai 43°39’LS meliputi Australia, New Britania, Papua, dan Tazmania. Beberapa spesies juga ditemukan di kepulauan Indonesia yaitu Irian

Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Timor-Timur. Genus Eukaliptus terdiri atas 500 spesies yang kebanyakan endemik Australia. Hanya ada dua spesies yang

tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Filipina) yaitu Eucalyptus urrophylla dan Eucalyptus deglupta. Beberapa spesies menyebar di Australia bagian Utara menuju bagian Timur. Spesies ini banyak tersebar di

daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian barat daya. Pada saat ini beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di benua

Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan dan Amerika Tengah (Latifah, 2004).

Pohon Eukaliptus pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan, dan

banyak meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas, jarang-jarang, dan daunnya tidak begitu lebat. Ciri khas lainnya adalah

sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk kulit bermacam-macam mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis, atau berlekuk-lekuk. Warna kulit batang mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu

sampai cokelat, merah, sawo matang sampai coklat. Eukaliptus merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat

(3)

bercabang. Sistem perakarannya yang masih muda cepat sekali memanjang

menembus ke dalam tanah (Departemen Kehutanan, 1994).

Penyakit Tanaman Hutan

Ilmu penyakit tanaman hutan merupakan ilmu yang mempelajari

karakteristik, penyebab, interaksi tanaman dan patogen (biotik), dan lingkungan (abiotik), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit dalam suatu

populasi atau individu tanaman, dan berbagai cara pengendalian penyakit. Ilmu penyakit tanaman juga memilliki aspek, yaitu dalam aplikasi pengetahuan yang diperoleh dari mempelajari ilmu tersebut (Sinaga, 2004).

Konsep penyakit pada dasarnya akan lengkap apabila dapat memberikan penjelasan dan penekanan terhadap peran faktor lingkungan terhadap patogen,

inang, lingkungan fisik dan lingkungan biologi, sehingga disebut piramid penyakit (Sumardi dan Widyastuti, 2004).

Penyakit hutan merupakan penggabungan antara empat komponen yaitu :

patogen, pohon inang, lingkungan dan manusia. Komponen-komponen saling berinteraksi sebagai berikut : (1) Patogen berinteraksi dengan inang melalui

proses-proses parasitisme dan patogenesis, dan sebaliknya inang berinteraksi dengan patogen dalam hal penyediaan unsur hara dan ketahanan, (2) Lingkungan fisik berinteraksi dengan tumbuhan dalam proses penyakit abiotik dan

pradisposisi, sebaliknya inang memberikan pengaruh terhadap lingkungan fisik berupa naungan, eksudat, pengurasan unsur hara dan air, (3) Inang berperan

(4)

toksin, pengeluaran unsur hara, sebaliknya lingkungan fisik memberikan fasilitas

kelembaban, suhu, unsur hara, tetapi juga racun, (5) Patogen berinteraksi dengan lingkungan biologi melalui parastisme (alternatif), sebaliknya lingkungan biologi dapat memparasit patogen, (6) Lingkungan fisik memberikan fasilitas suhu,

kelembaban, unsur hara, dan juga racun kepada lingkungan biologi, sebaliknya lingkungan biologi menguras unsur hara dan mengeluarkan antibiotik ke dalam

lingkungan fisik (Tainter dan Baker, 1996).

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Patogen

Jamur patogen dapat masuk ke dalam badan tumbuhan berupa (a) luka, (b) lubang alami seperti mulut kulit dan hidatoda, maka dengan langsung menebus

permukaan tumbuhan yang utuh. Beberapa patogen hanya dapat masuk dengan satu cara, sedangkan lainnya dengan dua cara atau lebih. Luka dapat terjadi karena penyebab anorganik maupun organik (Djafaruddin, 2001).

Tidak seperti jamur, umumnya bakteri patogen tidak dapat mengakibatkan infeksi dengan langsung menembus permukaan tumbuhan yang ada. Bakteri

patogen ada yang masuk ke dalam badan tanaman melalui luka-luka. Karena tekanan negatif di dalam pembuluh-pembuluh akibat pemotongan, bakteri terhisap masuk ke dalam pembuluh, sehingga terlindungi terhadap faktor-faktor

lingkungan yang kurang baik. Patogen bakteri membuat infeksi melalui beberapa lubang alami, misalnya mulut kulit (Semangun, 2003).

(5)

anorganik adalah hewan dan manusia sendiri. Manusia dengan sengaja atau tidak

selalu menimbulkan luka pada tanaman misalnya pada penyadapan, pemangkasan, pemotongan setek, pendangiran, dan sebagainya (Semangun, 2003).

Tanaman Inang

Tanaman Eukaliptus pada habitat aslinya (native habitate) merupakan tanaman inang yang sangat luas jangkauan serangan patogen jamurnya, terutama

patogen yang menyerang bagian daun, tunas serta batang. Pada umumnya bawaan genetika dari jens individu dan peranannya dalam komunitas yang heterogen, bagaimanapun dilengkapi dengan perlindungan yang kuat dalam melawan wabah

penyakit. Secara kontras, industri tanaman Eukaliptus di Asia Tenggara membudidayakan satu spesies khas atau tanaman hybrid (hibrid). Seringkali

berasal dari beberapa klon yang mana asal usulnya biasanya sama (Old, et al., 2003).

Teknik perkembangan secara modern, seperti perbanyakan tunas atau

kultur jaringan, membuatnya mungkin untuk area-area tanaman yang luas dengan klon-klon yang sama. Dengan pengharapan adanya laju pertumbuhan yang

seragam, dan kualitas produk yang tinggi. Seperti pengerjaan ini, sangat berbahaya dari serangan penyakit, seperti patogen termasuk fungi endemik, pengenalan yang baru ini pada suatu daerah penanaman, dapat menyebabkan

wabah penyakit tersebar luas. Resiko ini dipertinggi oleh pergerakan dari perbaikan plasma basil di antara daerah pertumbuhan eukaliptus, dan bahkan

(6)

Faktor Lingkungan

Pada umumnya jika dipandang dari faktor lingkungan dapat kita ketahui ada banyak hal yang mempengeruhi perkembangan penyakit pada tanaman.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut : Struktur Tanah

Struktur fisik tanah dapat langsung memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, misalnya ada lapisan padat yang menghalangi perkembangan akar tumbuhan. Tanah yang mempunyai tekstur kasar biasanya tidak dapat menahan

air, sehingga tumbuhan mudah menderita dan kekeringan (Semangun, 2003). Keadaan Tanah

Kelembaban tanah atau lengas tanah dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap tumbuhan. Tumbuhan membutuhkan kelembaban tanah yang cukup. Pada umumnya kekurangan air menyebabkan hambatan

pertumbuhan, warna daun pucat, tumbuhan cepat masak (tua) atau rusak. Sedangkan pengaruh terlalau banyak air pada umumnya bersifat tidak langsung.

Kelebihan air dalam tanah menghambat perkecambahan biji dan memperlemah tumbuhan dalam semua tingkat pertumbuhan. Sebenarnya air sendiri tidak merugikan, tetapi ini dapat mengurangi jumlah oksigen dalam tanah yang

diperlukan oleh akar-akar (Semangun, 2003). Kahat (Kekurangan) Unsur-unsur Hara

(7)

unsur-unsur hara dapat terjadi pada daun dan jaringan bahkan pada

daun-daun dan jaringan muda. Gejala pertama yang terjadi karena kahat unsur yang mobil, yang dapat diangkut dari jaringan ke jaringan muda, seperti nitrogen, fosfor, dan kalsium. Sebaliknya unsur-unsur yang sukar terangkut, seperti kalsium

(Ca), seng (Zn) menyebabkan gejala pada jaringan muda (Semangun, 2003).

Kelebihan Kemikalia

Kelebihan kemikalia secara langsung dapat menyebabkan keracunan dan

merusak tumbuhan. Secara tidak langsung dapat mempengaruhi pelarutan dan penyerapan unsur-unsur lain. Kelebihan kemikalia ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang abnormal. Kelebihan besi menyebabkan nekrosis, hambatan

pertumbuhan dan rusaknya pertanaman. Kelebihan tembaga di tanah dapat menghambat pertumbuhan yang dapat mematikan (Semangun, 2003).

Suhu

Suhu yang terlalu tinggi dan rendah dapat merusak tumbuhan. Kelembaban rendah dan angin kering dapat meningkatkan kekeringan karena suhu

tinggi. Pohon-pohon yang belum rimbun atau pohon-pohon yang habis dipangkas pangkal batangnya seperti gosong matahari “Sun scorch” (terbakar matahari), ini

disebabkan oleh sinar matahari yang dipantulkan tanah. Pada siang hari yang cerah suhu lapisan atas tanah dapat mencapai 60-65°C, sehingga dapat merusak jaringan tanaman (Semangun, 2003).

Angin, Hujan, dan Petir

(8)

terjadi cukup mempengaruhi adanya kerusakan jaringan tanaman, terutama di

kawasan beriklim tropis (Semangun, 2003).

Keadaaan Cuaca (Sinar Matahari)

Seringkali kekurangan sinar tidak dapat dipisahkan dari pengaruh faktor-faktor lain dari lingkungan. Pada tanaman atau daun yang biasanya terlindung,

intensitas matahari yang berlebihan dapat merangsang terjadinya reaksi fotokimia yang menyimpang yang dapat juga menginaktifkan beberapa enzim dan

mengoksidasi klorofil. Proses fotooksidasi seperti itu dapat menyebabkan terjadinya klorosis, bahkan dapat mematikan daun. Kekurangan sinar matahari menyebabkan etiolasi. Tumbuhan menjadi pucat, lemah, tumbuh memanjang dan

mudah diserang oleh bermacam-macam patogen (Semangun, 2003).

Gejala Serangan Penyakit

Tanda-tanda maupun gejala lapangan sangat perlu diketahui guna menetapkan jenis penyakit, penyebab serta jenis tanaman inangnya dan jenis tanaman inangnya dan jenis hasil tanaman inang yang diharapkan, berkaitan

dengan tindakan pengendaliannya. Dalam ilmu penyakit tanaman umum (General plant pathology) perlu dipelajari a) Symptomatic yaitu melukiskan, mempelajari,

mengenal, dan membandingkan gejala lapangan yang ada pada setiap jenis tanaman yang sakit. b) Diagnostic yaitu mempelajari, mengenal, mengenal, dan menentukan penyebabnya sesuatu jenis penyakit. c) Pathogenesis yaitu

menyelidiki dan mempelajari peristiwa-peristiwa serta proses yang terjadi di dalam sel dan jaringan tanaman yang sakit, serta kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit d) Etiology yaitu mempelajari dan menyelidiki proses fisiologis yang

(9)

menyebabkan sakitnya tanaman oleh senyawa penyakit. e) Ecology yaitu

mempelajari dan menyelidiki hubugan faktor lingkungan/ekosistem yang menyebabkan meluas menghambat perkembangan penyakit, dan timbulnya suatu epidemi penyakit (Djafaruddin, 2001).

Penyakit yang menyerang bagian daun pada tanaman Eukaliptus cukup banyak, diantaranya jamur embun hitam (Black mildow) yang tumbuh pada

permukaan daun dan batang, berwarna hitam, menyebar dan membentuk koloni seperti beludru dengan diameter 1 cm, kadang-kadang menyerang batang dan ranting muda, jamur yang menyerang adalah yang berasal dari spesies Meliola.

Cryptosporiosis leaf dan Shoot blight, penyakit ini menyerang bagian batang dan

daun tanaman, biasanya tersebar secara menyeluruh, lembut dan berwarna coklat,

luka nekrotik yang menjalar dan dikenal sebagai gejala jamur hitam, bentuknya bundar berukuran 1-2 cm (Old, et al., 2003).

Khususnya penyakit ini menyerang tanaman muda Eukaliptus.

Cylindrocalium foliar spot dan foliar blight penyakit ini disebabkan oleh Cylindrocladium sp. yang menyebabkan penyakit pada pembibitan, pada bagian

akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun, dan bercak daun. Penyebaran penyakit dengan konidia dalam jumlah sangat besar terjadi di atas permukaan daun. Penyakit daun Mycosphaerella, gejala penyakit ini berupa bintik daun,

bisul, dan kerut daun disebabkan oleh jamur Mycosphaerella. Banyak variasi gejala yang ditimbulkan oleh serangan jamur ini. Daun yang terinfeksi oleh jamur

ini akan berkembang menjadi bintik dan bisul (Old, et al.,2003).

(10)

kemerahan pada permukaan atas daun dan adanya spora berwarna hitam pada

permukaan daun (Old, et al.,2003).

Penyakit pada Eucalyptus sp.

Pada pembibitan semai tanaman Eukaliptus sering diserang penyakit rebah kecambah (dumping off) yang disebabkan oleh Phytum sp. dan Fusarium sp.

penyakit busuk akar disebabkan oleh serangan Phytium sp.,Phytoptora sp. dan Batryodiplodia sp. menyebabkan penyakit kanker batang. Aulographina eucalypti

menyebabkan bercak daun (leaf spot). Pada eukaliptus fungi ini telah ditemukan d

berbagai negara-negara beriklim sedang yang menanam eukaliptus secara luas

secara luas, sedang di negara beriklim tropis belum begitu banyak

(Old, et al.,2003).

Penyakit dapat dikendalikan dengan teknik pembibitan yang tepat

(pengontrolan kualitas tanah, kadar air dan kondisi lingkungan sekitar persemaian) dan pemberian fungisida pada saat dibutuhkan. Pada tingkatan bibit dan pancang penyakit bercak daun dapat disebabkan oleh berbagai macam fungi.

Penyakit kanker batang yang parah dan serangan yang cukup luas telah ditemukan di Sumatera. Penyakit ini disebabkan oleh serangan Corticium salminicolor.

Kematian pohon-pohon disebabkan oleh busuk akar telah sering terjadi dan patogen yang menyebabkan penyakit ini adalah Phytium sp.,Phytoptora sp. dan Batryodiplodia sp. (Anggraeni dan Suharti, 1997 dalam Nair, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di lokasi pembibitan PT. Toba Pulp Lestari Porsea diperoleh gejala penyakit pada

(11)

dan berwarna merah dan dapat menyebar pada daun sekitarnya sehingga daun

akan kering, mati dan gugur. Fungi penyebab gejala penyakit yang ditemukan di lokasi pembibitan PT.Toba Pulp Lestari Porsea adalah Cylindrocladium reteaudii, Mycosphaerella sp.,Cryptosporiopsis sp. dan ada dua spesies dari

Phaeophleospora sp. (Silalahi, 2008).

Identifikasi Penyakit Tanaman

Diagnosis merupakan proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas, termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses pembentukan penyakit tersebut. Diagnosis

penyakit yang benar diperlukan untuk merekomendasikan cara pengendalian yang tepat dan harus dilakukan dalam suatu survei penyakit tanaman (Sinaga, 2003).

Gejala dapat terlihat karena adanya perubahan, bau, rasa, atau rabaan. Gejala dalam, penting artinya untuk penelitian anatomi patologi, sedangkan gejala luar bersifat morfologis. Gejala ini adalah keadaan penyakit yang ditunjukkan

oleh bagian tubuh tanaman atau seluruh tubuh tanaman. Gejala adalah keadaan patologi dan fisiologi yang merupakan respon tanaman terhadap aktivitas patogen

atau faktor yang lain (Satrahidayat, 1990).

Tanda penyakit adalah struktur dari suatu patogen yang berasosiasi dengan tanaman yang terinfeksi. Beberapa tipe struktur patogen tidak harus selalu

ada pada tanaman yang sakit karena pembentukannya berdasarkan kondisi lingkungan. Kebanyakan tanda penyakit dapat dilihat dan dibedakan dengan

(12)

(Sklerotial bodies), nematoda dengan berbagai fase telur, juveni dan imago serta

berbagai bagian tumbuhan parasit (Sinaga, 2003).

Menurut Sinaga (2003) agar hasil diagnosa akurat, diperlukan pembuktian dengan menggunakan Postulat Koch. Kaidah-kaidah Postulat Koch adalah sebagai

berikut : 1) patogen yang diduga harus selalu berasosiasi dengan tanaman yang sakit. 2) patogen tersebut harus dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan

murni. 3) biakan murni tersebut jika diinokulasi ke tanaman sehat harus menghasilkan gejala dan tanda penyakit yang sama. 4) bila penyebab penyakit direisolasi dari tanaman yang diinokulasi tersebut, akan dihasilkan biakan murni

yang sama dengan penyebab yang diisolasi dari tanaman sakit yang didiagnosis. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur busuk daun yang

disebabkan oleh Phytophtora infentans (Mont) busuk daun kentang (lite blight) yang sering juga disebut sebagai hawar daun adalah penyakit yang terpenting pada tanaman kentang. Adapun gejala dari penyakit ini adalah daun-daun yang

sakit mempunyai bercak-bercak nekrotis pada tepi dan ujungnya. Kalau suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi, bercak tadi akan meluas

dengan cepat dan mematikan daun. Bahkan kalau cuaca sepert ini berlangsung lama, seluruh tanaman diatas tanah akan mati. Dalam cuaca yang kering, jumlah bercak terbatas, segera mengering, dan tidak meluas. Umumnya gejala baru

tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan. Pada cuaca yang lembab pada sisi bawah bagian daun yang sakit terdapat lapisan kelabu tipis yang terdiri

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan lain yang dapat diharapkan oleh produsen dari perantara ini adalah : • Membantu dalam pencarian konsumen.. • Membantu dalam

Berdasarkan hasil evaluasi Dokumen Penawaran yang dilanjutkan dengan klarifikasi dan pembuktian kualifikasi yang dilaksanakan pada tanggal 11 s/d 13 Oktober 2011

26 Tahun 1999 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada. Departemen Kehakiman sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir

• Be familiar with the main SDLC approaches—the traditional waterfall cycle, prototyping, rapid application development, phased development, and business process redesign.. •

Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang- undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang perlu

[r]

(1) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IIA Angka (10) Peraturan

[r]