• Tidak ada hasil yang ditemukan

LUKA BAKAR Anamnesis

Dalam dokumen PPK IGD (Halaman 41-50)

5. Dialisis :

Indikasi : Bila racun mencapai dosis lethal a. Metabolit zat racun bersifat lebih toksik b. Shock, kerusakan hati atau payah ginjal c. Kedaruratan bayi ( neonatus )

d. Kedaruratan obsgyn 1.

2.

Nama Penyakit /Diagnosis Kriteria Diagnosis

: :

LUKA BAKAR Anamnesis

- Riwayat trauma/terpapar pada sumber panas (api,air panas, minyak panas, zat kimia, listrik, radiasi).

- Riwayat terkurung dalam ruang tertutup - Riwayat terpapar pada suatu ledakan

- Riwayat terjatuh dari ketinggian tertentu setelah terpapar pada sumber panas

Pemeriksaan Fisik 1. Survai Primer

- Deteksi adanya tanda – tanda cedera inhalasi - Deteksi adanya eskar melingkar pada rongga

3. 4. Diagnosis Pemeriksaan Penunjang : :

torak dengan tanda – tanda distress pernafasan - Deteksi adanya tanda – tanda syok

2. Survai Sekunder

- Penentuan lokasi luka bakar - Penentuan luas dan kedalaman luka

* Luas luka dalam % luas permukaan tubuh terkena, ditentukan menurut rumus 9 (untuk dewasa) dan tabel Lund dan Browder (untuk anak-anak)

* Kedalaman luka ditentukan berdasarkan derajat kerusakan kulit/dan jaringan tubuh. - Derajat I, eritema superfisial

- Derajat II, kerusakan sebagian dermis o Derajat II dangkal, meliputi sepertiga

permukaan dermis.

o Derajat II dalam, meliputi lebih dari duapertiga ketebalan dermis.

o Derajat III, meliputi seluruh ketebalan dermis, disertai jaringan dibawah kulit, bahkan sampai mencapai tulang. - Khusus untuk luka bakar listrik, dintentukan

“luka masuk” arus listrik dan “ luka keluar arus listrik.

Dalam diagnosis dicantumkan derajat dan luas luka bakar, penyebab luka bakar serta masalah yang ada pada saat pemeriksaan pertama.

Contoh masalah : a. Cedera inhalasi

b. Eskar melingkar di dada c. Syok

a. Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis tidak diperlukan. b. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk

membantu memperjelas masalah yang ada.  Laboratorium

- Lab darah

* Pemeriksaan darah tepi o Kadar hemoglobin (Hb) o Kadar hematokrit ( Ht) o Jumlah leukosit o Jumlah trombosit * Analisa Gas darah * Fungsi sistem /organ

o Fungsi metabolisme : kadar glukosa darah sewaktu, kortisol, asam laktat

o Fungsi hati : serum transaminase, SGOT/SGPT, GT, Bilirubin.

5. 6. Konsultasi Terapi : :

o Fungsi ginjal : ureum dan kreatinin - Lab urin

* Berat jenis urin * Keasaman (pH) * Sedimen

- Mikrobiologi : kultur dan resistensi dengan bahan dari luka tempat masuk jalur intravena dan kateter urin.

 Radiologi

Foto torak AP posisi tegak atau setengah duduk, untuk evaluasi gambaran paru: * Deteksi adanya ARDS dan edema paru

(biasanya dikerjakan sesudah hari kelima)

*Cek ujung kanul Central Venous Pressure

- Dokter Spesialis Bedah

- Dokter Spesialis Penyakit Dalam Penatalaksanaan

1.Triage

2.Penatalaksanaan berdasarkan prioritas : a. Gangguan A :

Deteksi adanya tanda – tanda obstruksi saluran pernafasan dengan gejala distress pernafasan.

Kecurigaan adanya cedera inhalasi didasari adanya :

Riwayat terpapar pada sumber panas di ruangan tertutup.

Luka bakar di daearah muka dengan bulu hidung terbakar dan adanya jelaga pada hidung dan atau rongga mulut.

b. Gangguan B :

Deteksi adanya distress pernafasan akibat adanya eskar melingkar pada dinding toraks. c. Gangguan C :

Deteksi adanya tanda – tanda syok (jenis hipovolemik), dengan gejala :

Penurunan tingkat kesadaran, gelisah Pernafasan cepat, dangkal

Takhikardi

Suhu akral dan core dingin

3.

Penatalakasaan lanjutan a. Penatalaksanaan Gangguan A

Pemantauan dan penatalaksanaan terhadap adanya dan atau kemungkinan adanya cedera inhalasi

Gejala :

bagian atas, kurang dari 8 jam.

- Manifestasi gangguan saluran nafas bagian bawah, antara 8 hingga 24 jam Tatalaksana bila dicurigai ada cedera

inhalasi :

- Pemberian oksigen dengan sungkup 8-10 liter per menit.

- Nebulizer - Bronkhodilator

- Posisi duduk atau setengah duduk Bila ada tanda – tanda obstruksi, lakukan:

- Krikotoroidotomi atau

- Pemasangan pipa Endotrakheal - Dilanjutkan :

1. Penghisapan lendir secara periodic

2.

Penberian O2 dengan sungkup 8-10

liter per menit. b. Penatalaksaan Gangguan B

Gangguan mekanisme bernafas

- Adanya eskar melingkar yang membatasi ekspansi dinding torak memerlukan eskarotomi.

- Adanya trauma tumpul yang menyebabkan hemato/pneumo torak, antara lain fraktur tulang iga multiple yang menyebabkan flail chest sehingga memerlukan tindakan. c. Penatalaksaaan Gangguan C

Kasus dibedakan :

- Berdasarkan kelompok usia : * Dewasa

* Anak-anak

- Berdasarkan ada/tidaknya syok * Dengan syok

* Tanpa syok

Penatalaksanaan resusitasi cairan * Dewasa dengan syok

1. Mengatasi syok dengan pemberian cairan dalam sesingkat-singkatnya. - Cairan Ringer’s lactate atau

ringer’s acetate

- Melalui 2 jalur intra vena - Jumlahnya 3 kali minimal 25 %

jumlah total cairan tubuh (70 % dari Berat badan penderita). 2.Dilanjutkan dengan regimen

resusitasi cairan. * Desawa tanpa syok

Regimen resusitasi cairan menurut Baxter /Parkland

Hari Pertama :

 Jumlah cairan yang diperlukan adalah 4 ml per kilogram untuk setiap presentasi luas luka bakar.  Separuh dari jumlah ini diberikan

dalam waktu 8 (delapan) jam pertama. Separuh sisanya diberikan dalam waktu 16 jam kemudian. Pemantauan

 Pemantauan tingkat kesadaran

 Pemantauan sirkulasi sentral dengan memperhatikan tekanan vena sentralis (Central Venous Pressure/CVP)

 Pemantauan sirkulasi perifer dengan memperhatikan

- Produksi dan Berat jenis urin setiap jam, mengambarkan glomerular filtration rate, dipantau jumlah urin yang ditampung dari kateter

- Retensi cairan yang diberikan melalui pipa nasaogastrik, menggambarkan gangguan sirkulasi splanikus.

- Suhu rectal

 Pemantauan konsentrasi darah melalui pemeriksaan darah tepi

 Pemantauan analisis gas darah

Tindakan yang diperlukan dalam tujuan memperbaiki sirkulasi :

 Pemberian glukosa 5-10 %

 Pemberian cairan hipertonik (Natrium Klorida 3 %)

 Pemberian Plasma ( Fresh Frozen Plasma/FFP)  Pemberian komponen darah lengkap (Whole

blood) untuk memperbaiki perfusi.

 Pemberian obat-obatan yang diberikan untuk memperbaiki sirkulasi

- Vasodilator perifer (Dopamin® atau Dolbutamin ® ).

- Diuretikum (Furosemide) 4. Penatalaksanaan Lanjutan

1. Penatalaksaaan perawatan di ruangan (UPKLB), terdiri dari :

a. Perawatan Luka  Pencucian luka

 Dikerjakan setelah masalah gangguan pernafasan dan syok teratasi; menggunakan air mengalir dan sabun

mengandung antiseptikum.

 Perawatan luka tertutup dengan kasa absorben setelah aplikasi vaselin atau krim silversulfadiazin

 Pengantian balutan disesuaikan dengan kondisi luka, bila kotor (jenuh/penuh dengan eksudat) diperlukan penggantian sesering mungkin (2-4 kali dalam 24 jam); bila bersih tidak diganti selama 2-3 hari.

 Perawatan luka dikerjakan sampai dengan saat dilakukan eksisi (debridement) dan penutupan luka (skin grafting).

b. Pemberian Nutrisi

 Regimen Pemberian Nutrisi Enteral Dini dalam 8 jam pertama pasca trauma melalui pipa nasogastrik, dalam bentuk makanan saring melalui tekanan kontinu.

 Dimulai dengan 200 kal yang kemudian ditingkatkan secara bertahap setiap harinya.

c. Tindakan Operatif  Eksisi

-Dikerjakan sebagai upaya memutuskan rantai perkembangan Sindrom Res-pons Inflamasi Sistemik (SRIS) dan Sindrom Disfungsi Organ Multipel (SDOM) - Eksisi dini dikerjakan dalam waktu

3-7 hari pertama

- Tindakan eksisi dikerjakan dengan prosedur eksisi tangensial, maksimal 15% dari luas luka, mengingat komplikasi perdarahan yang mungkin terjadi.

- Dikerjakan dalam narkose

 Skin Grafting

- Dikerjakan sebagai upaya

* Mengatasi proses penguapan disertai “Kebocoran” energi melalui luka terbuka (evaporative heta loss).

* Mengantisipasi infeksi * Mempercepat fase inflamasi - Dengan metode split thickness skin

grafting (stsg)

- Tindakan ini dikerjakan dalam narkose

7. Penyulit :

d. Tindakan rehabilitatif

 Tindakan rehabilitatif untuk tujuan optimalisasi fungsi pernafasan

Prosedur chest fisiotherapy, dikerjakan dalam 2-3 hari pertama pasca cedera, khususnya pada kasus dengan gejala dan tanda distress pernafasan.

 Tindakan rehabilitatif untuk tujuan prevemtif terhadap kekakuan dan kontraktur sendi-sendi.

- Latihan gerak sendi-sendi terkena -Penggunaan splint/brace dengan

posisi fungsional

- Dikerjakan dalam waktu 2-3 hari pertama pasca trauma, 2 minggu setelah tindakan operatif (skin grafting)

 Tindakan rehabilitatif untuk kejiwaan dan sosial

2. Penatalaksanaan di ruangan perawatan bedah/IRNA

Perawatan lanjutan dimana tidak diperlukan perawatan intensif, sampai dengan fase dimana pasien/keluarga dapat menolong dirinya sendiri.

Penyulit yang timbul dibedakan menurut fasenya . 1. Fase awal, fase akut, fase syok

a. Distress pernafasan menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Distress pernafasan ini dapat disebabkan oleh adanya :

 Obstruksi saluran pernafasan bagian atas maupun bawah, yang disebabkan cedera inhalasi

 Adanya hambatan ekspansi dinding dada karena eskar melingkar.

b. Syok menyebabkan gangguan sirkulasi dan perfusi organ sistemik menyebabkan kerusakan pada :

 Sistem susunan saraf pusat  Sirkulasi perifer, dengan akibat : - Nekrosis tubuler akut

- Iskemi splanikus, disintegrasi mukosa usus translokasi bakteri sepsis

2. Fase kedua

8. 9. Informed Consent Standar Tenaga : : a. Stres metabolisme b. Infeksi

c. Sindrom Respon Inflamasi Sistemik (SRIS), Sindrom Disfungsi Organ Multipel (SDOM) dan Sepsis, berakhir dengan kematian

ii.

3. Fase lanjut

iii. a. Parut hipertrofik iv. b. Kontraktur

v. - Desmogen vi. - Arthrogen

Diperlukan penjelasan kondisi pasien dan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi dalam setiap fase, rencana tindakan dan maksud serta tujuan perawatan /tindakan/dsb.

Tenaga yang menyelenggarakan penatalaksanaan pada kasus ini adalah :

1. Tenaga spesialis atau asisten bedah (umum)  Tindakan triage

 Tindakan penyelamatan (ABC traumatologi) termasuk krikotiroidotomi, tindakan vena seksi

 Tindakan resusistasi cairan

 Tindakan perawatan lanjut (temasuk melakukan debridement, eksisi dini dan skin grafting).

2. Tenaga spesialis atau asisten bedah plastik  Tindakan triage

 Tindakan penyelamatan (ABC traumatologi), termasuk krikotiroidotomi, tindakan vena seksi

 Tindakan resusitasi cairan

 Tindakan perawatan lanjut (termasuk melakukan debridement, eksisi dini dan skin grafting)

3. Tenaga spesialis atau asisten bedah anak  Tindakan triage

 Tindakan penyelamatan (ABC traumatologi), termasuk krikotiroidotomi, tindakan vena seksi.

 Tindakan resusitasi cairan

 Tindakan perawatan lanjut (termasuk melakukan debridement, eksisi dini dan skin grafting).

4. Tenaga spesialis atau asisten anestesi dan perawatan intensif.

10 11 12 13 Lama Perawatan Masa Pemulihan Luaran Autopsi : : : :

 Tindakan penyelamatan (ABC traumatologi)

 Tindakan resusitasi cairan dan perawatan lanjut, termasuk tindakan-tindakan: o Pemasangan Central Venous Pressure set o Pemasangan Pipa Endotrakheal

o Pembiusan untuk tindakan operatif o Perawatan intensif

5. Tenaga spesialis atau asisten dalam bidang ilmu penyakit dalam ginjal dan hipertensi  Penilaian dan pengendalian fungsi system

dan organ – organ vital seperti paru, hepar, ginjal.

6. Tenaga spesialis atau asisten dalam bidang ilmu gizi

 Penilaian dan pengendalian kebutuhan gizi  Melaksanakan tindakan untuk pemberian

nutrisi enteral.

7. Tenaga spesialis atau asisten dalam ilmu rehabilitasi medik

 Penilaian dan pengendalian fungsi pernafasan, fungsi gerak dan sendi

 Melaksanakan tindakan pemeliharaan fungsi pernafasan, fungsi gerak dan sendi 8. Tenaga spesialis atau asisten dalam bidang

ilmu jiwa.

 Penilaian dan pengendalian fungsi kejiwaan

9. Tenaga perawat intensif

 Sebagai pelaksana tugas perawatan intensif 10. Tenaga perawat bedah

 Sebagai pelaksana tugas perawatan bedah 11. Tenaga peñata gizi

 Sebagai pelaksana tugas perawatan gizi 12. Tenaga peñata anestesi

 Sebagai pelaksana tugas perawatan intensif dan anestesi

13. Petugas sosial

 Sebagai pelaksana tugas rehabilitasi sosial Sangat bervariasi, tergantung masa pemulihan Sangat bervariasi , tergantung dari kondisi umum, luka, gizi, kejiwaan

Kembalinya fungsi sosial, fungsi gerak dan sendi sebagaimana keadaan sebelum terjadinya trauma. Diperlukan untuk mengetahui kematian untuk tujuan ilmiah

Dalam dokumen PPK IGD (Halaman 41-50)

Dokumen terkait