• Tidak ada hasil yang ditemukan

LUKA BAKAR

Dalam dokumen Modul Diklatama 2015 (Kota) (Halaman 34-40)

Penyebab : Terpeleset, gerakan yang salah Gejala dan Tanda

1. Bengkak 2. Nyeri Gerak 3. Nyeri Tekan

4. Warna kulit merah kebiruan Penanganan Terkilir :

- Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian yang cedera - Tinggikan bagian yang cedera

- Beri kompres dingin maksimum 3 menit, ulangi setiap jam bila perlu - Balut tekan dan tetap tinggikan

- Rawat sebagai patah tulang - Rujuk ke fasilitas kesehatan

LUKA BAKAR

1. Pengertian

Semua cedera yang terjadi akibat paparan suhu yang tinggi. 2. Penyebab Luka Bakar :

a. Panas ( Suhu Diatas 60º ), contoh : Api, Uap panas, Benda panas b. Listrik, Contoh : Listrik Rumah tangga, Petir

c. Kimia, Contoh : Soda Api, Air aki (Zuur)

d. Radiasi, Contoh : Sinar Matahari (Ultra Violet), Bahan Radioaktif 3. Penggolongan

Berdasarkan luas lapisan kulit yang mengalami cedera, luka bakar dikelompokkan menjadi :

2. Luka Bakar Derajat Dua. Sedikit lebih dalam

3. Luka Bakar Derajat Tiga. Lapisan yang terkena tidak terbatas bahkan sampai kedalam tulang dan rongga dalam.

4. Penangangan Luka Bakar :

a. Alirkan air biasa ke daerah yang luka, bila ada bahan kimia alirkan air terus b. menerus selama 20 menit atau lebih

c. Lepaskan pakaian dan perhiasan, jika pakaian melekat pada luka bakar gunting d. sekitarnya jangan memaksa untuk melepasnya

e. Tutup luka bakar, gunakan penutup luka steril ( kassa Steril ), jangan memecahkan f. gelembung.

g. Jangan gunakan mentega, odol, oli, kecap, kopi, air es. h. Rujuk ke fasilitas kesehatan

S A R (Search And Rescue) Oleh : BPBD Kab. Kudus

I. Pengertian

SAR adalah suatu pengerjaan dari persinil yang terlatih dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menolong dengan cara effective dan seefisien mungkin terhadap jiwa manusia atau sesuatu yang berharga, yang ada dalam keadaan mengkhawatirkan atau hilang.

II. Perkembangan Organisasi SAR

Pada Keppres No. 11 Tahun 1972 disebut BASARI (Badan SAR Indonesia) dengan susunan organisasi terdiri dari Pimpinan Pusat Koordinasi SAR Nasional (PUSARNAS), Pusat Koordinasi Rescue, Sub – sub Pusat Koordinasi serta unsur – unsur SAR.

Pada Keppres No. 44 dan 45 Tahun 1974 dijelaskan antara lain PUSARNAS sebagai singkatan dari Pusat SAR Nasional berada dibawah Departemen Perhubungan.

Pada Keppres No. 47 Tahun 1979 PUSARNAS diganti menjadi BASARNAS (Badan SAR Nasional). Keppres 28 Tahun 1979 dijelaskan bahwa anggota BASARI termasuk anggota BAKORNAS PBA (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam)

Perubahan PUSARNAS menjadi BASARNAS ini disertai pula dengan perubahan eselon, semula eselon II, sekarang PUSARNAS eselon I atau setingkat Direktorat Jendral, dan untuk kelancaran tugas – tugas dilapangan telah dikeluarkan pula Instruksi Mentri Perhubungan bahwa Kepala BASARNAS ditunjuk sebagai KUASA Ketua Basari untuk tugas – tugas dilapangan.

III. Tugas Pokok Basarnas

Basarnas mempunyai tugas pokok membina dan mengkordinasikan semua usaha dan kegiatan pencarian, pemberian pertolongan pertama dan penyelamatan sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional terhadap orang dan material yang hilang atau menghadapi bahaya dalam penerbangan, pelayaran, dan bencana alam.

Adapun tugas – tugas pokok BASARNAS dijabarkan dalam struktur Intern BASARNAS sebagai berikut :

a. Sekretariat Badan

Bertugas memberi pelayanan teknis dan administratif bagi seluruh satuan organisasi dilingkungan BASARNAS dalam rangka pelaksnaan tugasnya.

b. Pusat Pembinaan Fasilitas

Bertugas membina, memberi pengarahan serta mengkoordinasikan potensi – potensi SAR baik tenaga maupun peralatan dalam persiapan menghadapi setiap kemungkinan terjadi musibah penerbangan, pelayaran, atau bencana alam.

c. Pusat Operasi SAR

Bertugas membina dan melaksanakan pengendalian oprasi komunikasi dan elektronika. Maka pusat operasi SAR terdiri dari Bidang Pengendalian dan Bidang Komunikasi Elektronika.

IV. KANTOR KOORDINASI RESCUE (KKR)

Tugas KKR menyelenggarakan suatu koodinasi rescue guna mengkoordinir semua unsur Sar untuk kegiatan di wilayah tanggungjawabnya. Dan dalam organisasi Intern KKR, tugas ini dijabar sebagai berikut : a. Seksi Perencanaan (Sie. Perencanaan)

Bertugas membantu kepala KKR dibidang perencanaan dan program serta mempersiapkan perjanjian dengan instansi lainnya.

b. Seksi Operasi

Bertugas melaksanakan sistim dan SAR dalam wilayah tanggung jawabnya. c. Seksi Umum

Bertugas menyelenggarakan pelayanan teknis dan administratif.

Berarti kepala KKR bertanggungjawab atas terselenggaranya operasi SAR yang efektif dan waktu sesingkat – singkatnya pada wilayah yang ditetapkan.

Sub Koordinasi Rescue (KKR)

 Sub koordinasi rescue mempunyai tugas sebagai perangkat pelaksana SAR , menkoordinasikan dan mengarahkan penggunaan fasilitas, sarana, personil diwilayah tanggungjawab, SKR mempunyai fungsi melaksanakan peningkatan kesiagaan dan kemampuan teknis operasional.

 Menghubungi instansi pemerintah dan swasta di wilayah tanggungjawab sebagai koordinator SAR.

 Merencanakan dan mengendalikan pelaksanaan – pelaksanaan SAR dalam wilayahnya. Mengumpulkan data – data keterangan fasilitas, sarana personil dan materil dalam wilayahnya yang dilakukan untuk tugas SAR.

 Menyusun laporan hasil pelaksanaan.

V. TINGKAT KEADAAN DARURAT

Dikenal ada 3 tingkat keadaan darurat yaitu INCERFA - ALERFA - DETRESFA

INCERFA (Ucertainiti/fase tidak menentu/fase meragukan) adalah suatu keadaan emergensy yang

ditunjukkan atau ditandai dengan adanya keraguan mengenai keselamatan penumpang pesawat / kapal karena diketahui kemungkinan mereka menghadapi kesulitan atau karena pesawat / kapal itu tidak memberikan tentang informasi posisi sebenarnya (Loss Contact).

ALERTFA (Alertphase/fase menghawatirkan/fase siaga) adalah suatu keadaan emergency yang

ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran, kecemasan mengenai kehidupan/keselamatan orang-orang/penumpang pesawat karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka mengahdapi kesulitan serius yang mengarah pada kesengsaraan (Distress) atau karena pesawat/kapal tidak memberikan informasi lanjutan perkembangan posisi atau keadaannya.

DETRESFA (Distress Frase/Fase darurat bahaya) adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan

bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh pesawat/kapal yang tertimpa musibah karena terjadi ancaman serius atau keadaan darurat, bahaya atau kurang/hilangnya informasi perkembangan posisi/keadaan setelah prosedur Alert Phase dilalui.

VI. TAHAPAN OPERASI SAR

Untuk memudahkan Opeasi SAR, maka kegiatan operasionil dibagi dalam kelompok tahapan-tahapan : 1. Awareness Stage (Tahapan Kekhawatiran)

Kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat mungkin akan muncul. Termasuk di dalamnya penerimaan informasi keadaan darurat dari seseorang atau organisasi.

2. Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan)

Aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk di dalamnya :

 Mengevaluasi dan mengklasifikasikan informasi yang didapat.  Menyiapkan fasilitas SAR.

Pencarian awal dengan komunikasi (Preliminary communication check)

Perluasan pencarian dengan komunikasi (extended communication check excom).

 Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan.

3. Planning Stage (Tahap Perencanaa)

Yaitu suatu pengembangan perencanaan yang efektif, termasuk di dalamnya :  Penunjukan SMC (SAR Mission Coordinator)

 Perencanaan pencarian dan di mana seaptutnya dilaksanakan

Menentukan posisi paling mungkin (Most Probable Possition/MPP) dari koran yang keadaannya darurat.  Luas dari Search Area

 Tipel pola pencarian

 Perencanaan pencarian yang dapat dipakai  Memilih metode pertolongan yang terbaik

Memilih titik pembebasan / Delivery Point yang aman bagi korban. 4. Operation Stage (Tahap Operasi)

Yaitu tahap operasi, termasuk di dalamnya :  Fasilitas SAR bergerak menuju lokasi.  Melakukan pencarian.

 Menolong/menyelamatkan korban.

 Memberi peralatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan pertolongan.  Memberikan briefing kepada pasukan pelaksana.

5. Mission Conclution Stage (Tahap Akhir Misi)

Tahap konklusi ini adalah gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula darinya (Regular Location), termasuk di dalamnya :

Mengembalikan pasukan ke pangkalan (Base Camp) pencarian.

 Penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu bisa terjadi.  Membuat dokumetasi misi SAR itu.

 Mengembalikan SAR Unit ke instansi masing-masing.

VII. KOMPONEN SAR

Sebelum diaktifkannya suatu penyelenggaraan operasi SAR tentu harus didahului adanya suatu keadaan (situasi) yang memerlukan pelayanan jasa SAR. Berarti harus ada informasi adanya suatu musibah yang mengkhawatirkan atau dikhawatirkan akan terjadi atau musibah yang sedang terjadi.

Penyelenggaraan operasi SAR ini akan berlangsung bila didukung oleh 5 kompoen, yaitu : Organisasi –

Fasilitas – Komunikasi – Pelayanan Darurat Medik – Dokumentasi 1. Organisasi

Organisasi dalam penyelenggaraan operasi SAR ini merupakan organisasi khusus yang dibentuk untuk jangka waktu tertentu (operasi SAR) agar dapat dilakukan koordinasi dan pengendalian unsur-unsur SAR yang ada sehingga kegiatan menjadi efektif dan hasil yang optimal. Untuk itu, perlu dikenal tugas-tugas, tanggung jawab serta hubungan koordinasi atau pengendalian antara SC (SAR Coordinator), SMC (SAR Mission Coordinator), OSC (On Scene Commander) dan SRU (Search Rescue Unit).

1. SC (SAR Coordinator)

Adalah pejabat yang mampu memberikan dukungan kepada KKR/SKR dalam menggerakkan unsur-unsur operasi SAR karena jabatan dan wewenang yang dimilikinya. Kemudian unsur ini diserahkan kepada SMC untuk digunakan dalam operasi SAR.

2. SMC (SAR Mission Coordinator)

Adalah pejabat yang ditunjuk kepala BASARNAS/KKR/SKR karena memiliki kualifikasi yang ditentukan atau telah melalui pendidikan sebagai seorang SMC yang diakui. SMC ini yang akan mengkoordinasikan dan mengendalikan operasi SAR dari awal sampai selesai. SMC ini mempunyai tugas dan tanggung jawab mengenai :

 Mendapatkan informasi musibah.

 Informasi mengenai keadaa cuaca dan laut.

 Menentukan daerah pencarian dan cara serta fasilitas yang akan digunakan.  Membagi-bagi daerah pencarian.

 Mengadaakan briefing terhadap unsur SAR yang dilibatkan.

 Mengevaluasi setiap perkembangan (berdasarkan data-data yang diterima).  Melaporkan kegiatan operasi secara teratur ke BASARNAS/KKR/SKR.  Mengatur dropping pembekalan.

 Mengadakan koordinasi dengan KKR/SKR tetangga apabila pencarian tidak terbatas pada suatu wilayah SAR saja.

 Menyarankan penghentian usaha pencarian bila dipandang perlu.

 Membebaskan unsur SAR dan menghentikan kegiatan hanya karena bantuan mereka tidak diperlukan.

 Membuat laporan terakhir perihal keadaan hasil operasi SAR yang telah dilaksanakan.

Pada umumnya operasi SAR dapat dikendalikan dari KKR/SKR, meski pun demikian bila tidak mungkin maka SMC dapat memutuskan untuk pindah sementara waktu ke tempat yang lebih dekat dengan tempat terjadinya kecelakaan dan mengendalikan jalannya operasi SAR dari tempat tersebut. 3. OSC (On Scene Commander)

Adalah seorang pejabat yang ditunjuk oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan mengandalikan unur-unsur SAR di lapangan. Berarti OSC ini melaksanakan sebagian tugas-tugasnya SMC yang didelegasikan kepadanya. OSC ini baru ada/ditunjuk bilas SMC merasa perlu adanya, untuk membantu kelacaran tugas-tugasnya. Dan persyaratan sebagai OSC sama dengan persyaratan yang diperlukan SMC.

Di Indonesia saat ini adanya seorang OSC dalam operasi SAR dirasakan perlu karena belum lancarnya komunikasi yang ada dan luasnya area pencarian.

4. SRU (Search Rescue Unit)

Adalah unsur SAR yang dioperasikan pada kegiatan SAR dan mengikuti pentahapan penyelenggaraan operasi, SRU ini bisa berupa unsur SAR dari berbagai organisasi/instansi yang diperlukan dan diperbantukan/ ditugaskan oleh instansi induknya atau merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam operasi SAR.

2. Fasilitas

Yang dimaksud fasilitas SAR adalah pendukung dari seluruh penyelenggaraan operasi SAR, dapat berupa fasilitas milik pemerintah, swasta, perusahaan, kelompok masyarakat maupun perorangan yang digunakan dalam operasi SAR. Jenisnya dapat berupa personil, pesawat, kapal laut, fasilitas komunikasi, tenaga-tenaga khusus terlatih, peralatan emergency, dll

3. Komukasi

Komunikasi ini akan berperan :  Peyampaian keadaan emergency.

 Untuk menanggapi atau memberi respondan melanjutkan informasi pada berbagai pihak yang terkait dalam operasi SAR

 Untuk mengendalikan suatu operasi.

Di dalam komunikasi SAR ini termasuk juga sinyal-sinyal darurat, komunikasi operasi SAR, penyampaian informasi SAR, fasilitas komunikasi yang dapat digunakan dan jaringan komunikasinya.

Tanpa adanya komunikasi maka pelaksanaan operasi tidak dapat berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan hasil yang diharapkan.

4. Pelayanan Darurat Medik

Memberikan perawatan gawat darurat semampu mungkin kepada korban yang cidera, agar korban bertahan hidup dalam usaha pertolongan. Termasuk di dalamnya penerapan keahlian-keahlian pertolongan pertama darurat kepada korban di lokasi kejadian serta evaluasi dan transportasi korban ke Rumah Sakit atau pihak lain yang menangani lebih lanjut.

5. Dokumentasi

Memberikan semua data dan analisa dari informasi yang berhubungan dengan misi SAR termasuk semua data yang diterima pada tahap kekhawatiran sampai tahap terakhir konklusi misi, khususnya dimasukkan cerita/catatan baik secara tertulis atau visual (gambar/foto). Dan ini merupakan bahan untuk evaluasi kegiatan dan merupakan pedoman bagi kegiatan selanjutnya

Dalam dokumen Modul Diklatama 2015 (Kota) (Halaman 34-40)

Dokumen terkait