• Tidak ada hasil yang ditemukan

MABNI dan MU’ROB MABNI (TETAP) DAN MU’ROB (YANG BERUBAH)

Mabni adalah kalimat (kata) yang keadaan akhirnya tetap dan tidak berubah sekalipun dimasuki oleh amil (penyuruh). Contoh:

ملخخسأ

(masuk islam). Selamanya huruf mim (

م

) pada kata

ملخخسأ

berharokat fathah (

م

). Meskipun didahului oleh kalimat yang lain maka huruf mim (

م )

pada kata

ملسأ

tidak akan berubah harokat. Contoh:

سمأملسأدق

(dia telah masuk islam kemaren).

Mu’rob adalah kalimat yang keadaan akhirnya berubah karena ada amil (penyuruh), baik dalam keadaan rofa’, nashob, jer, atau jazm. Contoh: kata

رمقلا

pada

ليمج رمقلا

(bulan itu indah).

رمقلا تيأر

(saya melihat bulan).

رمقلاك كهجو

(wajahmu seperti bulan). Harokat ro’ (

ر

)selalu berubah pada tiga contoh tersebut. yang pertama berharokat dommah (

ر

), yang kedua berharokat fathah (

ر

), yang ketiga berharokat kasroh (

ر

). Kalimat yang akhirnya selalu berubah inilah yang disebut mu’rob.

Yang dimaksud Amil adalah kalimat yang memerintah kalimat lain agar berada dalam I’rob / keadaan tertentu. Sedangkan

ma’mul adalah kalimat yang diperintah oleh ‘amil agar berada

dalam I’rob / keadaan tertentu.

Contoh:

سمخخخشلاتخخخعلط

(matahari terbit).

تخخخعلط

adalah mil yang memerintah

سمشلا

beri’rob rofa’

ر

تخخخيأ

سمخخخشلا

(saya melihat matahari).

تخخخيأر

adalah amil yang memerintah

سمشلا

beri’rob nashob.

ريطي

ىلإ

سمشلا

(dia akan terbang ke matahari). ىلإ adalah amil yang memerintah

سمشلا

beri’rob jer.

Amil dibagi menjadi 2:

‘Amil lafdzi (amil secara lafadz). Yaitu amil yang lafaznya tampak / jelas. Seperti kalimat fi’il (kata kerja) yang merofa’kan fa’ilnya (pelaku). Contoh:

سمشلا تعلط

. Kalimat

تعلط

adalah fi’il yang merofa’kan

سمشلا

(fa’il)

‘Amil ma’nawi (amil secara makna). Yaitu amil yang lafaznya tidak tampak akan tetapi amil itu ada karena sebab-sebab tertentu. Amil ma’nawi ini dibagi 2:

Amil ma’nawi tajarrudi (sepi). Yaitu amil yang memerintah fi’il mudlori’ -yang tidak didahului (sepi) amil nashob atau amil jazm - agar beri’rob rofa’. Contoh:

ةلبقلا نوملسملا لبقتسي

(orang-orang muslim menghadap qiblat). Kalimat

لبقتخخسي

(sebagai ma’mul) I’robnya rofa’ karena ada amil yang memerintah. Amil tersebut disebut ma’nawi karena lafaznya tidak tampak.

Amil ma’nawi ibtida’i (permulaan). Yaitu amil yang memerintah mubtada’ untuk beri’rob rofa’. Contoh:

طورش

ةلخخصلا

غوخخلبلا

. (syaratny sholat adalah balig). Kalimat

طورخخش

(sebagai ma’mul) I’robnya rofa’ karena ada amil yang memerintah. Amil tersebut disebut ma’nawi karena lafaznya tidak tampak.

Kalimat yang Mabni dan Mu’rab

Mu’rob dan mabni ini merupakan hukum dari tiga kalimat (isim, fi’il, huruf). Rinciannya sebagi berikut:

Fi’il (kata kerja). Rinciannya sebagai berikut: Fi’il

mad}i (kata kerja lampau). Hukum dari fi’il mad}i adalah mabni (tetap). Artinya akhir kalimat fi’il mad}i selamanya tidak akan berubah sekalipun ada amil (penyuruh) atau bersambung dengan kalimat lain. Kemabnian fi’il mad}i ada 3:

Fi’il mad}i yang bersambung dengan wawu jama’ (

و

: wawu yang menunjukkan bahwa pelakunya adalah laki-laki banyak), maka hukumnya adalah mabni dlommah ( ). Contoh:

اولعف

(mereka laki-laki telah bekerja).

Jadi,

ل

pada contoh diatas tetap berharokat dlommah (

ل

) dan tidak akan berubah sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain.

Fi’il mad}i yang bersambung dengan dlomir rofa’ mutaharrik [dlomir yang berharokat yang berada dalam keadaan I’rob rofa’ sebab menjadi fail (subyek/pelaku) atau naibul fa’il (pengganti subjek)], maka hukumnya mabni sukun ( ْ ). Contoh:

نلعف

(mereka perempuan telah bekerja)

تلعف

(kamu satu laki-laki telah bekerja)

امتلعف

(kamu dua laki-laki telah bekerja)

متلعف

(kamu banyak laki-laki telah bekerja)

تلعف

(kamu satu perempuan telah bekerja)

امتلعف

(kamu dua perempuan telah bekerja)

نتلعف

(kamu banyak perempuan telah bekerja)

تلعف

(saya telah bekerja)

انلعف

(kami telah bekerja)

Jadi,

ل

pada contoh diatas tetap berharokat sukun (

ل

) dan tidak akan berubah sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain.

Fi’il mad}i yang tidak bersambung dengan wawu jama’

( و

) atau dlomir rofa’ mutaharrik (

ت

dan lainnya), maka hukumnya mabni fathah ( َ ). Contoh:

لعف

(dia satu laki-laki telah bekerja)

لعف

(dia dua laki-laki telah bekerja)

تلعف

(dia satu perempuan telah bekerja)

اتلعف

(dia dua perempuan telah bekerja)

Jadi

ل

pada contoh diatas tetap berharokat fathah (

ل)

dan tidak akan berubah sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain.

Fi’il

amr (kata kerja perintah). Fi’il amr hukumnya mabni. Kemabnian fi’il amr ada 3:

Fi’il amr yang bersambung dengan alif tasniah (

ا

: alif yang menunjukkan arti dua), wawu jama (

و

: wawu yang menunjukkan arti banyak), atau ya’ muannas mukhotobah (

ي

: ya’ yang menunjukkan arti perempuan yang diajak bicara), maka hukumnya adalah mabni membuang nun (

ن

). Contoh:

لعفأ

(bekerjalah kamu dua orang laki-laki) asalnya

نلعفأ

نولعفأ

يلعفأ (

bekerjalah kamu satu perempuan

)

asalnnya

نيلعفأ

لعفأ

(bekerjalah kamu dua orang laki-laki / perempuan) asalnya

لعفأ

ن

Jadi,

ن

pada contoh diatas tetap dibuang selamanya (

ن

) dan tidak mungkin berubah (nunnya kembali lagi) sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain.

Fi’il amr yang berupa fi’il amar shohih akhir (huruf akhir tidak berupa huruf illat yang 3, alif, wawu, ya’ / ,

و

,

ا\ ى

ي

) dan tidak bersambung dengan alif tasniyah

ا

) ), wawu jama(

و)

, dan ya’ muannas mukhotobah

(ي)

, maka hukumnya mabni sukun (ْ ). Contoh:

لعفأ

(bekerjalah kamu satu orang laki-laki)

نلعفأ

(bekerjalah kamu banyak perempuan)

Jadi,

ل

pada contoh diatas tetap berharokat sukun (

ل

) dan tidak mungkin berubah sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain Fi’il amr yang berupa fi’il amar mu’tal akhir (huruf akhir

berupa salah satu huruf illat yang tiga, alif, wawu, ya’ /

ى

ا\

,

و

,

ي

) dan tidak bersambung dengan alif tasniyah

ا

) ), wawu jama (

و)

, dan ya’ muannas mukhotobah

(ي)

, maka hukumnya mabni membuang huruf illat. Contoh:

عسإ

(berjalanlah) asalnya

ىعسإ

عدأ

(ajaklah) asalnya

وعدأ

مرإ

(lemparlah) asalnya

يمرإ

Jadi ketiga huruf illat (alif, wawu, ya’ /

ي

,

و

,

ا\ ى)

pada tiga contoh diatas tetap dibuang dan tidak bisa berubah (ditampakkan kembali) sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain.

Fi’il

mudlori’ (kata kerja yang bermakna sedang/akan). Hukum asal dan hukum fi’il mudlori secara umum adalah mu’rob. Akan tetapi dalam keadaan tertentu hukumnya menjadi mabni. Rinciannya sebagi berikut:

Fi’il mudlori’ yang bersambung dengan nun taukid (ن :nun yang bermakna kesungguhan/penguat), maka hukumnya mabni fathah ( َ ). Contoh:

نلعفت

(kamu benar-benar akan bekerja), I’rob rofa’

نل

نلعفت

(kamu benar-benar tidak akan bekerja), I’rob nashob

مل

I’rob jazm

jadi,

ل

pada ketiga contoh diatas tetap berharokat fathah (

ل

) dan tidak bisa berubah sekalipun sudah dimasuki amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain.

Fi’il mudlori’ yang bersambung dengan nun jama’ inas (

ن :

nun yang menunjukkan arti perempuan banyak), maka hukumnya menjadi mabni sukun ( ْ ). Contoh:

نلعفي

(dia perempuan akan bekerja), I’rob rofa’

نل

نلعفي

(dia perempuan tidak akan bekerja), I’rob nashob

مل

نلعفي

(dia perempuan akan bekerja), I’rob jazm

Jadi,

ل

pada ketiga contoh diatas tetap berharokat sukun

(ل)

dan tidak bisa berubah sekalipun sudah dimasuki amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain.

Fi’il mudlori’ yang tidak bersambung dengan nun taukid atau nun niswah, maka hukumnya adalah mu’rob. Contoh:

لعفي

(dia satu laki-laki sedang bekerja), I’rob rofa’

نل

لعفي

(dia satu laki-laki tidak akan bekerja), I’rob nashob

مل

لعفي

(dia satu laki-laki tidak bekerja), I’rob jazm

Jadi,

ل

pada ketiga contoh diatas tidak tetap dan selalu berubah sesuai dengan tuntutan amil (penyuruh). Ketika tidak ada

نل

dan

مل

, harokat

ل

adalah dlommah (

ل

). Tapi ketika didahului

نل

maka harokat lam adalah fathah (

ل

). Ketika didahului مل, maka harokat lam adalah sukun (

ل

). Huruf (kata sambung). Hukum huruf adalah mabni selamanya.

contoh:

نع

(dari). Harokat

ن

selamanya tetap sukun (

ن

) dan tidak akan berubah sekalipun dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain.

Isim (kata benda). Hukum asal dan hukum isim secara umum adalah mu’rob. Akan tetapi dalam keadaan tertentu hukium isim menjadi mabni. rinciannya sebagi berikut:

Isim yang menyerupai huruf hukumnya mabni. Keserupaan isim dengan huruf (yang menyebabkan isim menjadi mabni) ada dalam 4 hal:

Dari segi bentuknya. Jumlah huruf hujaiyah pada kalimat huruf paling banyak adalah 2 huruf. Sedangkan jumlah huruf hijaiyah pada kalimat isim paling sedikitnya

adalah 3 huruf. Jika ada kalimat isim yang jumlah huruf asalnya kurang dari 3 huruf (1 atau 2 huruf), maka kalimat isim itu hukumnya mabni, karena menyerupai huruf. Contoh:

ت

(saya).

ت

adalah isim dlomir yang bentuknya menyerupai bentuk huruf (seperti

ب

(dengan), yaitu kalimat huruf yang hanya satu huruf).

ت

selamanya tidak akan berubah. Tapi jika ada kalimat isim yang huruf asalnya adalah 3 huruf, lalu dibuang 1 huruf karena alasan tertentu sehingga menjadi 2 huruf, maka isim tersebut hukumnya I’rob. Contoh:

دي

(tangan). Asalnya

يدي

Dari segi artinya. Setiap huruf memiliki maknanya masing-masing, seperti hal

له

(apakah) yang bermakna istifham (pertanyaan). Jika ada kalimat isim yang mempunyai makna sama dengan huruf, maka isim tersebut hukumnya mabni. Seperti isim syarat (kata syarat), isim istifham (kata pertanyaan), isim isyaroh (kata petunjuk). Contoh:

مك

(berapa).

مخخك

adalah isim istifham yang menyerupai huruf istifham yaitu

أ /

hamzah (apakah). Oleh karena itu

مخخك

selamanya tidak akan berubah.

Dari segi butuh pada kalimat yang lain, seperti isim maushul (kata sambung) dan isim dzorof (kata keterangan waktu/tempat). Contoh:

يذخخلا

(yang).

يذخخلا

adalah isim maushul yang butuh pada shilah dan ‘aid.

يذلا

ini menyerupai huruf yang butuh pada kalimat lain agar bisa dipahami secara sempurna. Kata

يذخخخلا

selamanya tidak akan berubah

Dari segi penggunaanya, yaitu bisa memerintah (menjadi amil) atapi tidak bias diperintah (menjadi ma’mul), seperti isim fi’il (isim yang bermakna fi’il). Contoh:

هص

. (diamlah).

هخخخخخص

ini adalah isim fi’il.

هخخخخخص

bisa mempengaruhi keadaan I’rob kalimat isim,sedangkan kalimat lain tidak bisa mempengaruhi kalimat

هص

.

هص

ini sama dengan huruf seperti kalimat

ىلإ yang

bisa menjadikan kalimat isim setelahnya beri’rob jer. Sedamgkan kalimat lain tidakbisa merubah kaliamt

ىلإ

.

Macam Isim Mabni

Kesimpulannya adalah bahwa isim-isim yang mabni ada 6 macam:

Isim dlomir (kata ganti). Contoh:

ت

Isim isyaroh (kata petunjuk). Contoh:

كلذ

Isim syarat (kata syarat). Contoh:

نم

Isim fi’il (kata benda bermakna kerja). Contoh:

هص

Isim maushul (kata sambung). Contoh:

يذلا

Isim istifham (kata tanya). Contoh:

مك

Isim yang tidak menyerupai huruf hukumnya mu’rob. Selain 6 macam isim mabni diatas hukumnya adalah mu’rob. Contoh:

ماق

ديز

(zaid berdiri) : i’rob rofa’

تيأر

اديز

(saya melihat zaid) : i’rob nashob

تررم

ديزب

(saya bertemu zaid) : i’rob jer

Jadi, harokat

د

pada

ديز

di 3 contoh diatas selalu berubah sesuai amil yang memerintah. Dalam keadaan I’rob rofa’ berharokat dlommah (

د

), dalam keadaan I’rob nashob berharokat fathah (

د

), dalam keadaan I’rob jer berharokat kasroh (

د

).

Tabel kalimat yang mabni dan mu’rab sebagai berikut:

N

O KALIMAT RINCIAN HUKUM CONTOH

1 Fi’il Mad}i Bersambung dengan wawu jama’ (

و

)

mabni dlommah

( ُ )

اولعف