• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Gaya Kepemimpinan

2. Macam-macam Gaya Kepemimpinan

a. Menurut Edwin B. Flippo ( 1989 : 122 ) ada 5 gaya kepemimpinan, yaitu : 1) Otokratis Pemaksaan

Seorang pemimpin menggangap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan, mengarahkan, memberi semangat dan mengarahkan terpusat pada dirinya. Seorang pemimpin dengan gaya ini memutuskan bahwa ia yang berkompeten untuk memutuskan dan mempunyai anggapan bahwa bawahannya tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri. Pemimpin dengan cara ini mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimalkan penyimpangan dari arah yang diberikan.

2) Otokratis Kebaikan

Pemimpin dengan gaya ini hampir mirip dengan tipe pertama, tetapi ada sedikit perbedaan yaitu meskipun perhatian terhadap tugas masih sangat tinggi tetapi perhatiannya karyawan sudah mulai tampak.

xxxiii

Hal ini ditandai dengan bersedianya pemimpin memberikan penjelasanterhadap perintah yang diberikan dan memberikan reaksi positif kepada bawahan yang mau bertindak sesuai dengan rencana organisasi. Pada gaya ini komunikasi antara pemimpin dengan bawahan sudah mulai terjalin, meskipun masih sangat terbatas yang berakibat bawahan sangat berhati-hati jika mau berkomunikasi dengan pemimpin.

3) Otokratis Manipulatif

Pemimpin dengan gaya ini sangat pandai mengatur dan mengarahkan para bawannya, meskipun pemberian perintah masih secara instruktif, tetapi bawahan masih mau bekerja secara antusias tanpa merasa tertekan. Pada gaya ini hubungan antara atasan dengan bawahan berlangsung lebih leluasa dan baik.

4) Konsultatif

Seorang pemimpin dengan gaya konsultatif akan memberikan berbagai pendapat dan pemikiran pada bawahan mengenai keputusan yang akan diambil. Pemimpin akan mendengarkan pendapat bawahannya dan akan menerima apabila bermanfaat. Pemimpin akan bersikap suportif dalam kontak dengan bawahannya meskipun wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan terletak pada pemimpin.

xxxiv 5) Kebebasan(Laissez Faire)

Dalam gaya ini pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan pada bawahan Pemimpin akan memberitahukan tugas yang akan diberikan, sedangkan metodenya tergantung pada bawahan. Pemimpin menyerahkan tanggung jawab pelaksanaannya pada bawahan. Bawahan dituntut untuk bias mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan dan dituntut memiliki kemampuan yang tinggi.

b. Menurut studi Kepemimpinan Universitas Iowa

Menurut Ronald Lippit dan Ralph K. White berpendapat ada tiga macam gaya kepemimpinan ( Sutarto, 1989:73-79 ), yaitu :

1) Autocratic(otokratis)

Dalam gaya kepemimpinan otokratis ini pemimpin bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai yang dikuasai, sehingga pemimpin memegang kekuasaan mutlak. Hal ini mengakibatkan kreativitas karyawan terkunci dan segala kegiatan tergantung pemimpin.

Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis antara lain sebagai berikut :

2) Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin. 3) Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin. 4) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin..

xxxv

6) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat.

7) Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan.

8) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberi saran, petimbangan atau pendapat.

9) Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif. 10) Lebih banyak kritik daripada pujian.

11) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat. 12) Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat .

13) Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman. 14) Bertindak kasar.

15) Kaku dalam bersikap.

16) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.

Penerapan kepemimpinan gaya otokratis dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara produktivitas dapat naik. Tetapi kepemimpinan gaya otokratis dapat menimbulkan kerugian antara lain berupa suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut timbulnya ketidakpuasan. Dalam hal ini Agarwal ( Sutarto,1989 : 75 ) berpendapai bahwa “penerapan kepemimpinan gaya otokratis ternyata

xxxvi

mengakibatkan rusaknya moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan, agresivitas, keluhan, absent, pindah dan tidak puas”.

Kepemimpinan gaya otokratis hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi keadaan darurat karena kelangsungan hidup organisasi terancam, apabila keadaan darurat telah selesai gaya ini sebaiknya segera ditinggalkan, karena tidak akan mengembangkan karyawannya.

2) Democratic (demokratis)

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagi kegiatan yang akan dilakukan, ditetapkan bersama antara pimpinan dan bawahan.

Adapun ciri-ciri dari gaya demokratis adalah : 1. Wewenang pimpinan tidak mutlak.

2. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan.

3. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan. 4. Kebijaksanaan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan. 5. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara

pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan.

6. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar.

xxxvii

8. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan dan pendapatan.

9. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif.

10. Pujian dan kritik seimbang.

11. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas kemampuan masing-masing.

12. Pimpinan meminta kesetiaan para bawahan secara wajar.

13. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak. 14. Terdapat suasana saling percaya, saling hormat-menghormati dan

saling harga-menghargai.

15. Tanggung jawab keberhasialan organisasi dipikul secara bersama baik pimpinan maupun bawahan.

Penerapan kepemimpinan gaya demokratis dapat memberikan keuntungan antara lain berupa keputusan serta tindakan yang lebih objektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan kelemahannya adalah keputusan serta tindakan kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan terbaik.

3) Laissez-faire (kebebasan)

Kepemimpinan gaya kebebasan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai

xxxviii

tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.

Pimpinan kebebasan ini berpandangan bahwa pada umumnya perusahaan akan berjalan dengan sendirinya, karena para karyawan terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa, yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisai, sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus dikerjakan oleh masing-masing karyawan dan seorang pimpinan tidak perlu sering melakukan intervensi dalam organisasi. Adapun ciri-ciri dari kepemimpinan gaya kebebasan ini antara lain sebagai berikut :

1. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan. 2. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan.

3. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan.

4. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya.

5. Hampir tidak ada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan para bawahan.

6. Prakarsa selalu datang dari bawahan.

7. Hampir tidak ada pengarahan dari pemimpin.

8. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok. 9. Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok. 10. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per

xxxix

Para anggota menentukan tujuan dan kebanyakan membiarkan sendiri untuk memutuskan bagaimana cara mencapainnya. Fungsi pimpinan sebagian besar sebagai anggota kelompok, hanya memberikan nasehat atau penghargaan sejauh diminta.

Penerapan pemimpin gaya liberal dapat mendatangkan keuntungan antara lain para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Tetapi kepemimpinan jenis ini membawa kerugian bagi organisasi antara lain berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera masing-masing.

c. Menurut studi Universitas Michigan ( Sutarto, 1989 : 85 ) gaya kepemimpinan ada 2 yaitu :

1) Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (a task oriented style) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

- Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan - Mengadakan pengawasan terhadap bawahan

- Lebih menekankan pada tugas daripada pengembangan karyawan - Pemimpin yakin bahwa tugas-tugasnya dilaksanakan sesuai dengan

keinginannya.

2) Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan (an employee oriented style) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

- Pemimpin banyak memberikan informasi pada bawahan - Bawahan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan - Pemimpin bersikap kekeluargaan pada bawahan

xl

d. Menurut Robert House (Sujak 1990; 18) ada 4 gaya kepemimpinan, yaitu :

1) Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi(Achievement Oriented Leadership)

Seorang manajer menetapkan tujuan-tujuan yang bersifat menantang dan pemimpin mengharapkan agar bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut seoptimal mungkin. Seorang pemimpin harus menunjukkan rasa percaya kepada bawahannya bahwa mereka akan dapat memenuhi tuntutan pemimpinnya.

2) Kepemimpinan Direktif(Directive Leadership)

Seorang pemimpin memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengetahui apa yang menjadi harapan pemimpinnya dan pemimpin tersebut mengatakan kepada bawahannya tentang bagaimana dapat melaksanakan suatu tugas dengan kata lain gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin berorientasi pada hasil.

3) Kepemimpinan Partisipatif(Partisipative Leadership)

Seorang pemimpin berkonsultasi dengan para bawahannya dan bertanya untuk mendapatkan masukan dan saran-saran dalam rangka pengambilan keputusan.

4) Kepemimpinan Suportif(Supportive Leadership)

Usaha seorang pemimpin untuk mendekatkan diri dan bersikap ramah serta menyenangkan perasaan bawahannya.

xli

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Gaya Kepemimpinan

Dokumen terkait