• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Fokus Penelitian

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran antara lain:

a. Model Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Khanifatul, 2013:21). Definisi lain dari pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang merangsang, mengajarkan dan mengajak siswa untuk berfikir kritis, analitis, dan sistematis dalam rangka menemukan jawaban secara mandiri dari berbagai permasalahan yang diutarakan. Strategi merupakan pembelajaran yang menuntut keterlibatan aktif para siswa untuk menyelidiki dan mencari melalui proses berfikir aktif. Pihak yang mempunyai banyak aktivitas dalam pembelajaran ini adalah siswa (Hartono, 2013:61). Dari kedua uraian di atas tentang pembelajaran inkuiri dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah proses belajar mengajar untuk mengajak siswa kepada cara berfikir kritis, analitis dan sistematis untuk mencari dan menemukan sendiri permasalahan yang ada.

Pembelajaran inkuiri pada prinsipnya tidak hanya mengajarkan siswa untuk memahami dan mendalami materi pembelajaran, tetapi juga melatih kemampuan berfikir siswa dengan baik. Siswa yang mempunyai kemampuan untuk menguasai materi pembelajaran dengan baik belum tentu dapat mengembangkan proses berfikir dengan benar, tetapi siswa yang

sudah mempunyai kemampuan berfikir dengan benar akan mudah memahami materi pembelajaran (Hartono, 2013:62). Dengan begitu pembelajaran inkuri tujuan utamanya adalah mengajarkan pada siswa untuk dapat berfikir dengan benar dahulu.

Dalam pembelajaran inkuiri ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru, antara lain:

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual. Orientasi pada pembelajaran inkuiri tidak hanya pada hasil belajar tetapi juga berorientasi pada proses belajar.

2) Prinsip bertanya. Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai penanya. Selain itu perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang dipelajari.

3) Prinsip interaksi. Belajar adalah proses interaksi, antara guru dan siswa, guru dengan lingkungan, dan siswa dengan lingkungannya. Sebagai sebuah proses interaksi, guru mempunyai peran penting untuk mengatur proses interaksi tersebut agar siswa mampu terangsang untuk meningkatkan kualitas berfikirnya.

4) Belajar untuk berfikir. Pada proses pembelajaran ini belajar tidak hanya mengingat dan menghafal. Namun harus melibatkan semua potensi dari siswa.

5) Prinsip keterbukaan. Pembelajaran yang baik akan selalu membuka ruang bagi anak untuk mencoba sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Namun guru tetap harus mengawasi dan mengontrol siswa (Hartono, 2013:67).

Itulah prinsip yang harus diperhatikan oleh guru sebelum menggunakan model pembelajaran tersebut. Adapun langkah- langkah dalam model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Orientasi. Pada tahap ini guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir dalam memecahkan suatu masalah (Hartono, 2013:68).

2) Merumuskan masalah. Pada tahap ini siswa diajak memecahkan masalah dengan proses berfikir. Siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat dengan melibatkan kemampuan berfikir (Hartono, 2013:69)

3) Merumuskan hipotesis. Guru harus melontarkan pertanyaan yang mampu merangsang siswa agar mencari dan menemukan jawban sementara (Hartono, 2013:70).

4) Mengumpulkan data. Dalam mengumpulkan data ketekunan dan kegigihan siswa mencari informasi diuji. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertanyan guru (Hartono, 2013:71).

5) Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai informasi yangdidapat siswa (Hartono, 2013:71).

6) Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berlandaskan pada hasil pengujian hipotesis (Hartono, 2013:71-72).

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran inkuiri, tidak hanya berorientasi pada hasil pembelajaran yang baik. Akan tetapi lebih menekankan pada proses agar siswa dapat berfikir kritis, analitis dan sistematis terhadap suatu permasalahan. Dengan begitu, hasil akhir dalam pelaksanaan pembelajaran bukan hanya sebatas nilai pengetahuan yang baik tetapi juga cara berfikir yang baik. b. Model Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning)

Model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh dalam rangka menemukan materi dan hubungannya dengan realitas kehidupan sosial. Sedangkan menurut Mulyasa, CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Hartono, 2013:83). Dengan menekankan keterkaitan antara pengetahuan dan kehidupan nyata peserta didik, maka ilmu yang

didapat akan sangat bermanfaat. Karena materi atau pengetahuan yang diperoleh dari sekolah melalui proses pembelajaran benar- benar dapat diimplementasikan dalam kehidupannya.

Dalam model pembelajaran kontekstual ada juga Prinsip- prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:

1) Kontruktivisme adalah landasan berfikir filosofi dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (Rusman, 2011:193).

2) Inkuiri merupakan kegiatan inti dalam CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan lain yang diperlukan bukan hasil dari mengingat seperangkat fakta tetapi merupakan hasil menemukan diri sendiri (Rusman, 2011:194).

3) Bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Kebiasaan siswa bertanya atau kemampuan guru untuk menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran (Rusman, 2011:195).

4) Masyarakat belajar maksudnya adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya (Rusman, 2011:196).

5) Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memeragakan sesuatu sebagai contoh yang dapat b ditiru siswa (Hartono, 2013:94).

6) Refleksi adalah proses internalisasi pengalaman dengan cara mengurutkan kembali kejadian sebelumnya dengan penuh makna (Hartono, 2013:95).

7) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa (Hartono, 2013::95).

Untuk mencapai hasil akhir/tujuan suatu pembelajaran, harus melalui langkah demi langkah suatu model pembelajaran yang diterapkan. Adapun langkah-langkah yang ada dalam model pembelajaran kontekstual sebagai berikut

1) Pendahuluan

 Guru menjelaskan kompetensi yang mesti dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi yang akan dipelajari

 Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan ditugaskan untuk observasi.

 Guru melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus dikerjakan siswa

2) Inti pembelajaran

 Siswa melakukan observasi

 Siswa mencatat hal-hal yang ditemukan waktu observasi

 Ketika selesai di lapangan, tugas siswa di dalam kelas adalah mendiskusikan hasil temuan mereka, melaporkan, dan setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.

3) Penutup

 Siswa menyumpulkan hsil observasi dibantu oleh guru  Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis

pengalaman belajarnya (Hartono, 2013:96-98).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa model pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Hal ini sangat berguna bagi kehidupan siswa karena dengan begitu apa yang didapat di sekolah bukan hanya sebatas teori tetapi dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

c. Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning adalah pembelajaran yang menekankan pada proses kerja sama dalam suatu kelompok untuk

mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. Melalui cooperative learning, siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya.

Komponen yang penting dalam pembelajaran ini adalah kooperatif dalam mengerjakan tugas dan memberikan dorongan atau motivasi. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya (Khanifatul, 2013:19-20). Selain itu setiap anggota kelompok juga mempunyai tanggung jawab pada tugas yang diberikan.

Dalam model pembelajaran kooperatif ini pendidik harus membuat aturan tersendiri dalam sebuah kelompok agar semua peserta didik dapat terlibat aktif dalam kelompok,seperti setiap peserta didik harus berpendapat dan memberi masukan terhadap tugas yang sedang dikerjakan. Ini menjadi penting dalam sebuah belajar kelompok mengingat banyak belajar kelompok hanya sekedar nama, sedangkan keterlibatan aktif untuk urun rembuk dalam memecahkan atau mengerjakan tugas sama sekali tidak berperan (Hartono, 2013:100). Dengan adanya aturan yang dibuat pendidik tersebut akan lebih memaksimalkan kinerja dan tanggung jawab dari setiap peserta didik dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang harus dikerjakan.

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model pembelajaran koperatif, diantaranya adalah: 1) Prinsip ketergantungan positif yaitu dalam pembelajaran

kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

2) Tanggung jawab perseorangan yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. 3) Interaksi tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas

kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4) Partisipasi dan komunikasi yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok yaitu menyediakan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih baik (Rusman, 2011:212).

Prinsip-prinsip di atas perlu diperhatikan agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat sesuai rancangan yang diharapkan. Adapun langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Penjelasan Materi

Dalam tahap ini, guru menjelaskan pokok-pokok materi pembelajaran. Tujuannya agar guru mempunyai gambaran tentang materi pelajaran sebelum masuk dalam tahap mengelompokan siswa menjadi sebuah tim (Hartono, 2013:110). Penyampaian materi hanya sebatas memberikan inti pandangan tentang pokok materi yang akan didiskusikan. 2. Mengorganisasi Siswa dalam Beberapa Kelompok

Pembentukan kelompok didasarkan atas perbedaan setiap anggota. Hal ini bertujuan agar siswa dapat saling mendukung dan terjadi pola peningkatan realasi dan interaksi dengan beragamnya latar belakang. Guru memantau diskusi dari beberapa kelompok (Hartono, 2013:111). Di sini guru harus dapat membagi perhatiannya secara adil agar proses diskusi dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

3. Evaluasi. Untuk mengevaluasi guru dapat melakukannya dengan tes, kuis atau bisa pula dengan presentasi dari tiap kelompok.

4. Memberikan Penghargaan. Pemberian penghargaan untuk memberi motivasi pada siswa agar bersaing secara sehat untuk mendapat prestasi yang terbaik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif ini sangat mendidik siswa.

Dengan model ini, selain untuk menyelesaikan atau membahas materi secara tuntas, juga mengajarkan kepada siswa tentang kerjasama, saling menerima antar anggota kelompok, serta tanggung jawabnya. Akan tetapi, semua itu dapat terwujud jika seorang guru memperhatikan dan membuat peraturan agar tujuan pembelajaran dapat berhasil.

d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Strategi pembelajaran ini merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Khanifatul, 2013:21). Pembelajaran berbasis masalah sangat berkaitan dengan realitas kehidupan nyata siswa, sehingga siswa belajar tidak hanya pada wilayah pengetahuan, tetapi juga mengalami dan merasakan (Hartono, 2013:114). Dengan begitu hasil dari proses pembelajaran tersebut bukan hanya pengetahuan saja tetapi juga cara untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata yang dialami.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1. Mencari dan menyadari masalah

Pada tahap pertama ini guru harus mencari permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru bisa mencari permasalahan sebanyak mungkin dan siswa bebas berfikir untuk belajarmengamati, menangkap dan peka terhadap

lingkungan (Hartono, 2013:121). Akan tetapi guru harus menyeleksi permasalahan yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan dibahas agar tujuan pelaksanaan pembelajaran pada waktu tersebut tercapai.

2. Mengkaji dan merumuskan masalah. Dalam tahap ini guru mesti memberikan gambaran pada siswa tentang sudut pandangan yang akan menjadi pusat kajian (Hartono, 2013:122). Dengan begitu, arah pencarian informasi akan terfokus dan didapatkan kesimpulan yang sesuai.

3. Merumuskan hipotesis. Dengan adanya hipotesis berbagai kemungkinan dari penyelesaian masalah bisa terbaca. Siswa mencari informasi dan data yang sekiranya dapat mendukung terhadap hipotesis awal (Hartono, 2013:122-123).

4. Investigasi dan pengumpulan data. Pada tahap ini, siswa diharapkan mempunyai kemampuan untuk mencari data, mengolah, menganalisis serta mampu menyajikannya dengan menarik serta gampang dimengerti (Hartono, 2013:123).

5. Pembuktian hipotesis. Pada tahap ini, hipotesis bisa diterima atau ditolak. Semua itu tergantung pada sejauh mana tingkat validitas data yang telah dikumpulkan oleh siswa, dan sejauh mana siswa mampu menelaah serta menghubungkan dengan masalah yang terkait.

Ini adalah tahap terakhir dalam pembelajaran berbasis masalah. Pada tahap ini siswa mesti mengambil kesimpulan dari semua hasil kerja kerasnya. Guru pada bagian terakhir ini membantu siswa untuk melakukan refleksi dari sekian banyak data dan proses yang telah dilalui (Hartono, 2013:124).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada kegiatan penyelesaian suatu masalah yang ditemui atau dialami siswa secara nyata. Dengan pembelajaran seperti ini sangat bermanfaat bagi siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang didapat di sekolah bukan hanya sebatas materi tetapi pengalaman untuk menyelesaikan permasalahan dalam realita kehidupannya.

Dokumen terkait