IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AGAMA
ISLAM DALAM PEMBENTUKAN INSAN KAMIL BAGI
SISWA DI MTs MA’ARIF DAMARJATI KALIANGKRIK
MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MUHAMAD RIDLO
NIM 11111172
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Motto
Orang yang bahagia bukanlah orang yang berada pada lingkungan tertentu melainkan orang dengan sikap-sikap tertentu
Hugh Downs
Tugas saya adalah melakukan apa yang benar. Dan selanjutnya di tangan Tuhan
Persembahan
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada
1. Orang tuaku tercinta bapak Sunardi dan ibu Isnatun, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus
untuk putra-putrinya
2. Kakakku Muqodimah yang selalu mendukungku
3. Bapak Imam Mas Arum yang telah sabar membimbingku dalam
penyusunan skripsi ini
4. Teman-temanku PAI E angkatan 2011yang sama-sama berjuang dan
belajar di IAIN Salatiga
5. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya
kejalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah “Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama islam Dalam
Pembentukan Insan Kamil Bagi Siswa di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak
lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun
materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Imam Mas Arum M. Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal
pengetahuan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
7. Bapak Muh Mufti Kepala MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik Magelang
yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian dalam rangka
menyusun skripsi.
8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu
atas penyusunan skripsi.
9. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Salatiga, 07 Agustus 2015
Muhamad Ridlo
Abstrak
Ridlo, Muhamad. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dalam Pembentukan Insan bagi Siswa di MTs Ma’arif Damarjati,
Kaliangkrik. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Imam Mas Arum
Kata Kunci: model pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Insan Kamil
Model pembelajaran merupakan suatu acuan yang dijadikan pedoman untuk mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar suatu mata pelajaran di kelas. Begitu pula untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga menggunakan model pembelajaran untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan pendidikan Agama Islam secara umum adalah untuk membentuk insan kamil. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana model pembelajaran yang diterapkan di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik dalam membentuk insan kamil bagi peserta didik sesuai tingkatan jenjang pendidikannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Bagaimana implementasi model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik 2) Apa saja faktor pendukung implementasi model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik 3) Apa saja faktor penghambat implementasi model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik. Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara kepada kepala sekolah, guru PAI, dan peserta didik. Data dikumpulkan berdasarkan catatan lapangan, observasi, dan dokumentasi kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTO... vi
PERSEMBAHAN... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Kegunaan Penelitian ... 7
E. Penegasan Istilah ... 8
F. Metode Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran... 20
2. Macam-macam Model Pembelajaran... 22
a. Model Pembelajaran Inkuiri ... 22
b. Model Pembelajaran Kontekstual... 25
c. Model Pembelajaran Kooperatif... 28
d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 32
B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 34
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 35
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam... 38
C. Insan Kamil 1. Pengertian Insan Kamil... 39
2. Tahapan Menuju Insan Kamil ... 41
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Gambaran Umum MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik 1. Letak Geografis... 44
2. Identitas Sekolah ... 44
3. Visi dan Misi... ... 45
5. Keadaan Guru... 47
6. Keadaan Peserta Didik... 49
7. Sarana Prasarana... 50
B. Temuan Penelitian Deskripsi Kegiatan Belajar Mengajar di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik 1. Implementasi model pembelajaran agama Islam dalam pembentukan insan kamil a. Proses Kegiatan Belajar Mengajar ... 51
b. Kurikulum yang diterapkan ... 52
c. Model Pembelajaran yang Digunakan ... 53
d. Implementasi Model Pembelajaran PAI ... 60
2. Faktor Pendukung ... 65
3. Faktor Penmghambat... 66
BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi model pembelajaran agama Islam dalam pembentukan insan kamil 1. Proses Kegiatan Belajar Mengajar ... 68
2. Kurikulum yang diterapkan... 71
3. Model Pembelajaran yang Digunakan... 72
4. Implementasi Model Pembelajaran PAI... 77
B. Faktor Pendukung ... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 83
B. Saran... 84
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Bagan I Struktur Organisasi
Tabel I Daftar Pendidik
Tabel 2 Daftar Peserta Didik
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Nota Pembimbing
Lampiran 2 : Surat Keterangan Bukti Penelitian
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi
Lampiran 4 : Surat Keterangan Kegiatan (SKK)
Lampiran 5 : Pedoman Wawancara
Lampiran 6 : Verbatin wawancara
Lampiran 7 : Dokumentasi Foto
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan sangatlah penting bagi manusia. Dengan adanya pendidikan
akan menghindarkan manusia dari tindak kriminal, kebodohan dan akan
membentuk generasi muda Indonesia menjadi manusia yang berkepribadian.
Selain itu dengan pendidikan manusia akan mendapat ilmu yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan dan orang yang berilmu akan
mempunyai kedudukan yang berbeda dengan orang yang tidak menuntut ilmu.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Az-Zumar ayat 9:
Artinya : Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Ayat di atas mengandung makna bahwa betapa berbedanya antara orang
yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Dalam ayat tersebut tertulis
hanya orang yang berilmu yang dapat menerima pelajaran. Maksudnya adalah
dengan mempunyai ilmu orang akan dapat mengerti, memahami dan
mengamalkan ilmu yang diterimanya.
Dalam pendidikan formal Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berahlak mulia,
mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan
Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan
pengalaman (Ramayulis, 2008:21). Dalam penjelasan tersebut dapat diketahui
bahwa Pendidikan Agama Islam bukan hanya sebatas penyampaian materi,
tetapi lebih kepada pengamalan yang dapat membentuk manusia menjadi
insan kamil.
Dalam pelaksanaan pendidikan tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Untuk
mencapai tujuan pendidikan tentu melalui suatu pembelajaran yang diawali
dengan penyusunan model pembelajaran. Dewey mendefinisikan model
pembelajaran sebagai:
“ a plan or pattern that we can use to design face to face teaching in the
classroom or tutorial setting and to shape instructional material.” (suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas atau pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran (Majid, 2012:127).
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa sebelum melaksanakan
pembelajaran harus ada model pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran.
Ada berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar pendidikan agama Islam. Diantaranya adalah model
pembelajaran kontekstual, Model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran
kooperatif dan model pembelajaran berbasis masalah dan lain-lain.
disampaikan agar proses pembelajaran lebih bervariasi dan meciptakan
suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Akan tetapi realitas
yang ada,berbagai model pembelajaran yang ada belum tentu setiap
sekolah/madrasah dapat menggunakannya dalam pelajaran PAI.
Dalam hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik, Magelang. Madrasah ini mempunyai visi terwujudnya
generasi yang cerdas, berakhlakul karimah, berilmu amaliah, dan beramal
ilmiah. MTs Ma’arif Damarjati ini juga berada di lingkungan pondok
pesantren. Madrasah yang berada di lingkungan pondok pesantren tentu
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan lainnya. Oleh karena itu
peneliti akan meneliti MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik karena beberapa
permasalahan yang ada di sana dilihat dari proses pembelajaran, prestasi
akademik, latar belakang pendidik dan peserta didik, dan sarana prasarana.
Pertama, proses pembelajaran. Proses pembelajaran berperan penting
dalam pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya persiapan
sebelum dilaksanakannya pembelajaran agar materi yang disampaikan
pendidik dapat diterima dan tujuan kompetensi yang akan dicapai dapat
terwujud. Persiapan awal tersebut diantaranya dengan mempersiapkan model
pembelajaran yang tepat sesuai materi yang akan diajarkan. Di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik, dalam proses pembelajaran PAI lebih banyak hanya
menggunakan ceramah dan pemberian tugas dalam penyampaian materi
selama pelaksanaan proses pembelajaran. Padahal setiap materi bisa
pembelajaran tidak membosankan. Kurangnya variasi penggunaan model-
model pembelajaran itu dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah
kurangnya media pembelajaran yang dapat digunakan.
Kedua, prestasi akademik. Prestasi akademik suatu sekolah/madrasah
sering dijadikan sebagai tolok ukur maju atau tidaknya suatu lembaga
pendidikan yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat oleh masyarakat umum
dari tingkat keberhasilan kelulusan setiap tahunnya dan KKM pada mata
pelajarannya. Di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik ini, setiap tahun dapat
meluluskan seratus persen peserta didiknya. Selain prestasi akademik ada
prestasi non akademik. Diantaranya adalah juara 2 karya ilmiah Pergamanas
tk. Nasional, juara I Pencak Silat kelas C se kab/kota Magelang, juara 2 MTQ
kab. Magelang, juara 2 Hafidz kab. Magelang, dan juara 2 tartil Al- Qur’an
kab Magelang.
Ketiga, latar belakang pendidik. Dalam suatu sekolah/madrasah seorang
pendidik mempunyai peran penting terlaksananya suatu pendidikan. Sumber
daya/ potensi guru yang profesional inilah yang diperlukan untuk mewujudkan
tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Guru profesional adalah guru
yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya.
Guru di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik lebih banyak yang mengampu
mata pelajaran sesuai dengan bidang studi yang menjadi keahliannya,
walaupun masih ada beberapa pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan
Keempat, latar belakang peserta didik. Keberhasilan suatu lembaga
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kualitas pendidik saja. Akan tetapi
kualitas peserta didik juga mempunyai peran yang sangat besar dalam
pencapaian tujuan pendidikan. Dalam hal ini harus ada kesadaran, kerjasama
dan disiplin yang tinggi dari peserta didik. Jika hal itu tidak dapat terwujud
maka kemajuan lembaga pendidikan tersebut akan terhambat. Seperti halnya
di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, di mana sekolah tersebut berada di
lingkungan pesantren. Sekolah yang berada di lingkungan pesantren tentu
peserta didiknya berasal dari berbagai daerah yang mempunyai adat, tradisi
dan budaya yang berbeda sehingga akan memunculkan suatu sikap yang
berbeda pula. Dilihat sepintas peserta didik di MTs tersebut masih ada yang
belum memiliki kesadaran akan pentingnya pembelajaran. Hal ini dibuktikan
dengan masih adanya peserta didik yang ada di luar sekolah, ketika proses
belajar mengajar berlangsung.
Kelima, sarana prasarana. Sarana dan prasarana juga merupakan faktor
pendukung keberhasilan pendidikan. Gedung MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik menjadi satu dengan gedung MI. Hal ini tentu akan mempunyai
efek kurang baik terutama dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif
karena jam pelajaran antara peserta didik diantara dua jenjang pendidikan
tersebut berbeda. Selain itu, penyediaan media pembelajaran yang mendukung
juga kurang memadahi.
MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik output yang dihasilkan juga baik.
sekolah lain. Banyak lulusan MTs Ma’arif yang diterima di berbagai sekolah
negeri baik di SMA, SMK, ataupun MA. Hal ini menunjukan bahwa sekolah
tersebut bukanlah sekolah yang mempunyai kualitas rendah.
Dari uraian di atas muncul permasalahan tentang bagaimana model
pembelajaran yang diterapkan di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik dalam
mewujudkan tujuan pembelajaran PAI yaitu pembentukan insan kamil. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN INSAN KAMIL BAGI SISWAMADRASAH
TSANAWIYAH MA’ARIF DAMARJATI KALIANGKRIK
MAGELANG. B. Fokus penelitian
1. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran pendidikan Agama
Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif
Kaliangkrik?
2. Apakah faktor pendukung implementasi model pembelajaran Agama
Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik?
3. Apakah hambatan implementasi model pembelajaran Agama Islam dalam
pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik?
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada
permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran Agama Islam dalam
pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung implementasi model pembelajaran
agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa Madrasah
Tsanawiyah Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat implementasi model pembelajaran
agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa Madrasah
Tsanawiyah Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang
penerapan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan
insan kamil bagi siswa sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan keilmuan dalam
ilmu pendidikan dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya
di fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kaum akademis yang mengadakan
penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang penerapan
model pembelajaran Agama Islam dalam pembentukan insan kamil
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
penerapan model pembelajaran Agama Islam dalam pembentukan
insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
Magelang.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran, sumbangan
pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengimplementasikan model pembelajaran Agama Islam dalam
pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik Magelang.
E. Penegasan Istilah
Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda
dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah didalam
judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Implementasi model pembelajaran
Implementasi merupakan kata asing dalam bahasa indonesia yang
beranonim dengan kata penerapan, begitupun dalam (KBBI, 2007:427),
implementasi berarti “pelaksanaan atau penerapan”. Pengertian lain dari
implementasi dikemukakan oleh Schubert (1986) bahwa implementasi
merupakan sistem rekayasa.
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan konseptual (Majid, 2014:125). Model
peserta didik yang menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur
terkait dalam pembelajaran yakni guru, peserta didik dan media termasuk
bahan ajar atau materi subyeknya (Poedjiadi, 2010:120).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi model
pembelajaran adalah penerapan suatu rencana atau pengaturan dalam
kegiatan pembelajaran yang melibatkan unsur-unsur terkait dalam
pembelajaran meliputi guru, peserta didik, media dan materi yang
menunjukan adanya interaksi antara beberapa unsur tersebut.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam
dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman
(Ramayulis, 2008: 21).
Jadi yang dimaksud implementasi model pembelajaran Agama Islam
adalah penerapan suatu rencana atau pola dalam proses pembelajaran yang
melibatkan unsur-unsur pembelajaran yaitu guru, peserta didik, media dan
materi untuk mengenal, memahami, dan mengamalkan ajaran islam yang
bersumber al=Qur’an dan al-Hadis.
3. Insan kamil
memiliki akal, fikiran, dan rasio.Al-kamil yang berarti sempurna. Sehingga setiap manusia yang diciptakan di dunia ini sangatlah berbeda dari
makhluk yang lain, yang mampu dalam mewujudkan pemikiran yang
bertakwa untuk menuju pada tingkatan insan kamil.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2009:3). Data yang berasal dari
naskah, wawancara, catatan, dokumentasi dideskripsikan sehingga dapat
memberikan kejelasan terhadap keadaan atau realitas.
Sedangkan, penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari
suatu variabel, dalam hal ini variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain (Hasan, 2006:7). Oleh karena itu peneliti
mendeskripsikan dan menginterpretasi problematika implementasi model
pembelajaran agama islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai
pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi
tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Moleong, 2009: 77). Peneliti ikut
berperan serta menjadi pengamat dalam metode pembelajaran dan
mengikuti secara pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian
berlangsung di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan objek kajian dalam penyusunan
skripsi ini adalah di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik. Peneliti memilih
lokasi tersebut karena ingin mengetahui secara langsung sejauh mana
proses pembelajaran dengan menerapkan berbagai model-model
pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut.
4. Sumber Data
Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari objek yang
diteliti. Menurut Lofland (1984: 47) dalam Moleong, (2007: 157) sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber dat
tertulis, foto, dan statistik).
Sumber data dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Data Primer
Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata
dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman
dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi
data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari
bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan
untuk pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan,
bantuan foto atau apabila memungkinkan dengan bantuan rekaman
suara handphone. Sementara itu observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung segala proses pembelajaran di
MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari
sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya buku-buku
literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi,
dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian
ini. Data tersebut diantaranya buku-buku referensi. Menurut Mestika
Zed (2004: 10) buku-buku referensi ialah koleksi buku yang memuat
informasi yang spesifik, paling umum serta paling banyak dirujuk
untuk keperluan cepat. Yang termasuk buku-buku referensi
diantaranya kamus baik umum atau biografi, buku indeks, buku
bibliografi yang berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu,
dan sebagainya.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode wawancara (interview)
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk
mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan orang yang diwawancarai (interviewee) (Bungin, 2011:155).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang
diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah
dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara
yang digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti
tidak melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada
informan agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang
cukup tentang berbagai aspek dalam penelitian ini.
b. Metode obsrvasi atau pengamatan
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan
pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994:
164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi
lingkungan MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik serta para guru yang
ada. Pengamatan di sini termasuk juga di dalamnya peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan
proporsional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007:
174).
Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian
pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan
pendengaran secara langsug terhadap objek yang diteliti. Dalam
dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung.
c. Metode dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2006:158-159), menyatakan bahwa
“dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, prasasti,
notulen rapat, agenda”.
Dokumen- dokumen yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini
antara lain: data peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, dan
data- data lain yang menunjang penelitian ini.
6. Analisis Data
Pengertian analisis data menurut Patton (1980) adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan
satuan uraian dasar (dalam Hasan, 2006:29). Berdasarkan hasil
pengumpulan data, selanjutnya penulis akan melakukan analisa dan
pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh
disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara runtut.
Karena data yang diperoleh itu merupakan data kualitatif maka
penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif analisis non statistikal.
Yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis
yang telah dibuat peneliti (Arikunto, 2006: 239). Artinya peneliti mencari
uraian yang menyeluruh dan cermat tentang implementasi model
pembelajaran Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di
MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik Magelang.
Ada 3 kegiatan dalam analisis data yaitu
a. Reduksi data diperlukan karena banyaknya data dari masing- masing
informan yang dianggap tidak relevan dengan fokus penelitian
sehingga perlu dibuang atau dikurangi. Reduksi data dilakukan
dengan memilih hal- hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian
maka akan memberi gambaran yang lebih tajam.
b. Penyajian data adalah deskripsi dari hasil pengamatan di lapangan.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dengan teks yang bersifat
naratif.
c. Verifikasi atau menarik kesimpulan merupakan kegiatan untuk
menyimpulkan berbagai hal dari data yang diperoleh selama penelitian
yang dapat diuji kebenarannya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti
melakukan beberapa upaya, di samping menanyakan langsung kepada
obyek, peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan
Bungin (2004: 99) menyatakan bahwa: “Keabsahan data dilakukan untuk
lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa
sumber, metode, peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat melalui
diskusi, melacak kesesuaian hasil dan pengecekan anggota”.
Untuk memperoleh keabsahan data tersebut maka tehnik yang
digunakan adalalah:
a. Triagulasi
Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong, 2002:178).
Hal itu dapat dicapai dengan membandingkan data yang diperoleh dari
mengamati dengan hasil wawancara.
b. Menggunakan Bahan Referensi
Penggunaan bahan referensi sangat membantu memudahkan
peneliti dalam pengecekan keabsahan data, karena dari referensi yang
ada dapat digunakan sebagai pendukung hasil observasi yang
dilakukan peneliti.
c. Tehnik Member Check
Tehnik member check , menurut Lincoln dalam (Moleong, 2002:221) yaitu dengan mendatangi kembali informasi sambil
memperlihatkan data yang sudah diketik pada lembar catatan lapangan
yang sudah disusun menjadi paparan data dan temuan penelitian. Serta
dikonfirmasikan pada informan apakah maksud informan sudah sesuai
apabila ada kesalahan data bisa diluruskan baik isi maupun
bahasannya.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahap yang perlu
dilakukan, yaitu:
a. Tahap pra lapangan (mempersiapkan rencana penelitian dan memilih
objek yang akan diteliti, mengurus permintaan izin, mengamati
keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi,
mempersiapkan kelengkapan penelitian, memperhatikan etika
penelitian).
b. Tahap pekerjaan lapangan (tahap penelitian dilakukan yaitu dengan
berperan aktif dalam mengumpulkan data)
c. Tahap analisis data (menyusun data secara sistematis dari data hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga dapat dengan
mudah diinformasikan kepada orang lain).
d. Tahap pelaporan data (tahap penelitian yang sudah diselesaikan. Pada
tahap ini data yang diperoleh disusun dalam bentuk laporan)
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah di dalam memperlajari dan memahami
pokok bahasan skripsi maka dalam menyusun skripsi ini penulis membagi
BAB I: Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan: Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metodologi Penelitian
yang terdiri dari: Pendekatan dan jenis penelitian Waktu
penelitian/kehadiran penelitian, Tempat/lokasi penelitian, Sumber data ,
Prosedur pengumpulan data, Teknik analisis data, Pengecekan keabsahan
data, Tahap-tahap penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Kajian Pustaka. Dalam bab ini dibahas tentang, Model
pembelajaran yang meliputi: Pengertian model pembelajaran,
Model-model. Pendidikan Agama Islam yang meliputi: Pengertian Pendidikan
Agama Islam, Ajaran dalam Pembelajaran PAI. Insan Kamil yang
meliputi: Pengertian insan kamil, Konsep insan kamil menurut Al-Qur’an
dan Hadist, Ciri-ciri insan kamil. Hubungan pembelajaran PAI dalam
pembentukan karakter siswa.
BAB III: Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek
penelitian, terdiri dari : Sejarah singkat MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik, Visi dan Misi MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, Struktur
organisasi di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, Daftar guru MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, dan hasil penelitian.
BAB IV: Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil
temuan-temuan mengenai implementasi model pembelajaran PAI di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik, Faktor pendukung implementasi model
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, faktor penghambat implementasi model
pembelajaran PAI dalam pembentukan insan kamil bagi siswa MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
BAB V: Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari
penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis
mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran
ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran di
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, pendidik mempunyai
peran penting di dalamnya. Seorang pendidik harus dapat
memaksimalkan potensi yang ada pada peserta didik. Oleh karena itu
perlu adanya model pembelajaran sebelum diadakanya proses tersebut
agar potensi yang ada dapat berkembang. Model dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai pola ( contoh, acuan, ragam) dari
sesuatu yang akan di buat atau dihasilkan (KBBI, ). Pengertian lain
dari model adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan (Majid, 2014:127). Dari
pengertian tentang model di atas dapat disimpulkan bahwa model
adalah suatu pola atau kerangka konseptual yang dijadikan pedoman
terhadap sesuatu yang akan dihasilkan.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan terencana yang
mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik
agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini
akan bermuara pada dua kegiatan pokok yaitu bagaimana orang
dan bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu
pengetahuan melalui kegiatan mengajar (Majid, 2014:110). Pengertian
lain dari pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
proses, cara, perbuatan, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar
(Khanifatul, 2013:14). Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat
dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses, cara, dan perbuatan
terencana agar seseorang dapat belajar dengan baik dan tujuan dari
pelaksanaanya dapat tercapai. Sedangkan pengertian dari model
pembelajaran, Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain (Rusman, 2011:133).
Dari beberapa pengertian tentang model, pembelajaran dan model
pembelajaran yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola atau acuan terencana yang digunakan
sebagai pedoman untuk mengkondisikan peserta didik dalam
pembelajaran di dalam kelas atau di luar kelas. Selain itu model
pembelajaran juga dijadikan untuk membentuk kurikulum (rencana
jangka panjang dan merancang bahan-bahan pembelajaran.
2. Macam-macam Model Pembelajaran
Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan
a. Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis
dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan (Khanifatul, 2013:21). Definisi
lain dari pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang
merangsang, mengajarkan dan mengajak siswa untuk berfikir
kritis, analitis, dan sistematis dalam rangka menemukan jawaban
secara mandiri dari berbagai permasalahan yang diutarakan.
Strategi merupakan pembelajaran yang menuntut keterlibatan aktif
para siswa untuk menyelidiki dan mencari melalui proses berfikir
aktif. Pihak yang mempunyai banyak aktivitas dalam pembelajaran
ini adalah siswa (Hartono, 2013:61). Dari kedua uraian di atas
tentang pembelajaran inkuiri dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran inkuiri adalah proses belajar mengajar untuk
mengajak siswa kepada cara berfikir kritis, analitis dan sistematis
untuk mencari dan menemukan sendiri permasalahan yang ada.
Pembelajaran inkuiri pada prinsipnya tidak hanya
mengajarkan siswa untuk memahami dan mendalami materi
pembelajaran, tetapi juga melatih kemampuan berfikir siswa
dengan baik. Siswa yang mempunyai kemampuan untuk
menguasai materi pembelajaran dengan baik belum tentu dapat
sudah mempunyai kemampuan berfikir dengan benar akan mudah
memahami materi pembelajaran (Hartono, 2013:62). Dengan
begitu pembelajaran inkuri tujuan utamanya adalah mengajarkan
pada siswa untuk dapat berfikir dengan benar dahulu.
Dalam pembelajaran inkuiri ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan oleh guru, antara lain:
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual. Orientasi pada
pembelajaran inkuiri tidak hanya pada hasil belajar tetapi juga
berorientasi pada proses belajar.
2) Prinsip bertanya. Dalam pembelajaran ini guru berperan
sebagai penanya. Selain itu perlu dikembangkan sikap kritis
siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai
fenomena yang sedang dipelajari.
3) Prinsip interaksi. Belajar adalah proses interaksi, antara guru
dan siswa, guru dengan lingkungan, dan siswa dengan
lingkungannya. Sebagai sebuah proses interaksi, guru
mempunyai peran penting untuk mengatur proses interaksi
tersebut agar siswa mampu terangsang untuk meningkatkan
kualitas berfikirnya.
4) Belajar untuk berfikir. Pada proses pembelajaran ini belajar
tidak hanya mengingat dan menghafal. Namun harus
5) Prinsip keterbukaan. Pembelajaran yang baik akan selalu
membuka ruang bagi anak untuk mencoba sesuai dengan
tingkat perkembangan pemikirannya. Namun guru tetap harus
mengawasi dan mengontrol siswa (Hartono, 2013:67).
Itulah prinsip yang harus diperhatikan oleh guru sebelum
menggunakan model pembelajaran tersebut. Adapun
langkah-langkah dalam model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1) Orientasi. Pada tahap ini guru merangsang dan mengajak siswa
untuk berfikir dalam memecahkan suatu masalah (Hartono,
2013:68).
2) Merumuskan masalah. Pada tahap ini siswa diajak
memecahkan masalah dengan proses berfikir. Siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat dengan melibatkan
kemampuan berfikir (Hartono, 2013:69)
3) Merumuskan hipotesis. Guru harus melontarkan pertanyaan
yang mampu merangsang siswa agar mencari dan menemukan
jawban sementara (Hartono, 2013:70).
4) Mengumpulkan data. Dalam mengumpulkan data ketekunan
dan kegigihan siswa mencari informasi diuji. Hal ini juga
dipengaruhi oleh pertanyan guru (Hartono, 2013:71).
5) Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai informasi yangdidapat siswa
6) Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berlandaskan pada hasil pengujian
hipotesis (Hartono, 2013:71-72).
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran inkuiri, tidak hanya berorientasi pada hasil
pembelajaran yang baik. Akan tetapi lebih menekankan pada
proses agar siswa dapat berfikir kritis, analitis dan sistematis
terhadap suatu permasalahan. Dengan begitu, hasil akhir dalam
pelaksanaan pembelajaran bukan hanya sebatas nilai
pengetahuan yang baik tetapi juga cara berfikir yang baik.
b. Model Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Model pembelajaran kontekstual merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa
secara penuh dalam rangka menemukan materi dan hubungannya
dengan realitas kehidupan sosial. Sedangkan menurut Mulyasa,
CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata
sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari
(Hartono, 2013:83). Dengan menekankan keterkaitan antara
didapat akan sangat bermanfaat. Karena materi atau pengetahuan
yang diperoleh dari sekolah melalui proses pembelajaran
benar-benar dapat diimplementasikan dalam kehidupannya.
Dalam model pembelajaran kontekstual ada juga
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
1) Kontruktivisme adalah landasan berfikir filosofi dalam CTL,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
(Rusman, 2011:193).
2) Inkuiri merupakan kegiatan inti dalam CTL, melalui upaya
menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan
dan keterampilan serta kemampuan lain yang diperlukan bukan
hasil dari mengingat seperangkat fakta tetapi merupakan hasil
menemukan diri sendiri (Rusman, 2011:194).
3) Bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Kebiasaan
siswa bertanya atau kemampuan guru untuk menggunakan
pertanyaan yang baik akan mendorong peningkatan kualitas
dan produktivitas pembelajaran (Rusman, 2011:195).
4) Masyarakat belajar maksudnya adalah membiasakan siswa
untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar
5) Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memeragakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat b ditiru siswa (Hartono,
2013:94).
6) Refleksi adalah proses internalisasi pengalaman dengan cara
mengurutkan kembali kejadian sebelumnya dengan penuh
makna (Hartono, 2013:95).
7) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa (Hartono, 2013::95).
Untuk mencapai hasil akhir/tujuan suatu pembelajaran,
harus melalui langkah demi langkah suatu model pembelajaran
yang diterapkan. Adapun langkah-langkah yang ada dalam model
pembelajaran kontekstual sebagai berikut
1) Pendahuluan
Guru menjelaskan kompetensi yang mesti dicapai serta
manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi
yang akan dipelajari
Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL. Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok dan ditugaskan untuk
observasi.
Guru melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus
2) Inti pembelajaran
Siswa melakukan observasi
Siswa mencatat hal-hal yang ditemukan waktu
observasi
Ketika selesai di lapangan, tugas siswa di dalam kelas
adalah mendiskusikan hasil temuan mereka,
melaporkan, dan setiap kelompok menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
3) Penutup
Siswa menyumpulkan hsil observasi dibantu oleh guru
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
pengalaman belajarnya (Hartono, 2013:96-98).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa model
pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada
keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan
nyata siswa. Hal ini sangat berguna bagi kehidupan
siswa karena dengan begitu apa yang didapat di sekolah
bukan hanya sebatas teori tetapi dikaitkan dengan
kehidupan nyata. Hal ini dapat dijadikan pedoman
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas.
Melalui cooperative learning, siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya.
Komponen yang penting dalam pembelajaran ini adalah
kooperatif dalam mengerjakan tugas dan memberikan dorongan
atau motivasi. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada
dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan
mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan
keberhasilan kelompoknya (Khanifatul, 2013:19-20). Selain itu
setiap anggota kelompok juga mempunyai tanggung jawab pada
tugas yang diberikan.
Dalam model pembelajaran kooperatif ini pendidik harus
membuat aturan tersendiri dalam sebuah kelompok agar semua
peserta didik dapat terlibat aktif dalam kelompok,seperti setiap
peserta didik harus berpendapat dan memberi masukan terhadap
tugas yang sedang dikerjakan. Ini menjadi penting dalam sebuah
belajar kelompok mengingat banyak belajar kelompok hanya
sekedar nama, sedangkan keterlibatan aktif untuk urun rembuk
dalam memecahkan atau mengerjakan tugas sama sekali tidak
berperan (Hartono, 2013:100). Dengan adanya aturan yang dibuat
pendidik tersebut akan lebih memaksimalkan kinerja dan tanggung
jawab dari setiap peserta didik dalam suatu kelompok untuk
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan model pembelajaran koperatif, diantaranya adalah:
1) Prinsip ketergantungan positif yaitu dalam pembelajaran
kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tergantung pada
usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
2) Tanggung jawab perseorangan yaitu keberhasilan kelompok
sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.
3) Interaksi tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan
menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4) Partisipasi dan komunikasi yaitu melatih siswa untuk dapat
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok yaitu menyediakan waktu khusus
bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama
lebih baik (Rusman, 2011:212).
Prinsip-prinsip di atas perlu diperhatikan agar pembelajaran
yang dilaksanakan dapat sesuai rancangan yang diharapkan.
Adapun langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran
1. Penjelasan Materi
Dalam tahap ini, guru menjelaskan pokok-pokok materi
pembelajaran. Tujuannya agar guru mempunyai gambaran
tentang materi pelajaran sebelum masuk dalam tahap
mengelompokan siswa menjadi sebuah tim (Hartono,
2013:110). Penyampaian materi hanya sebatas memberikan inti
pandangan tentang pokok materi yang akan didiskusikan.
2. Mengorganisasi Siswa dalam Beberapa Kelompok
Pembentukan kelompok didasarkan atas perbedaan setiap
anggota. Hal ini bertujuan agar siswa dapat saling mendukung
dan terjadi pola peningkatan realasi dan interaksi dengan
beragamnya latar belakang. Guru memantau diskusi dari
beberapa kelompok (Hartono, 2013:111). Di sini guru harus
dapat membagi perhatiannya secara adil agar proses diskusi
dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
3. Evaluasi. Untuk mengevaluasi guru dapat melakukannya
dengan tes, kuis atau bisa pula dengan presentasi dari tiap
kelompok.
4. Memberikan Penghargaan. Pemberian penghargaan untuk
memberi motivasi pada siswa agar bersaing secara sehat untuk
mendapat prestasi yang terbaik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
Dengan model ini, selain untuk menyelesaikan atau membahas
materi secara tuntas, juga mengajarkan kepada siswa tentang
kerjasama, saling menerima antar anggota kelompok, serta
tanggung jawabnya. Akan tetapi, semua itu dapat terwujud jika
seorang guru memperhatikan dan membuat peraturan agar
tujuan pembelajaran dapat berhasil.
d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi pembelajaran ini merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah (Khanifatul, 2013:21).
Pembelajaran berbasis masalah sangat berkaitan dengan realitas
kehidupan nyata siswa, sehingga siswa belajar tidak hanya pada
wilayah pengetahuan, tetapi juga mengalami dan merasakan
(Hartono, 2013:114). Dengan begitu hasil dari proses pembelajaran
tersebut bukan hanya pengetahuan saja tetapi juga cara untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan nyata yang dialami.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut:
1. Mencari dan menyadari masalah
Pada tahap pertama ini guru harus mencari permasalahan
yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru bisa mencari
permasalahan sebanyak mungkin dan siswa bebas berfikir
lingkungan (Hartono, 2013:121). Akan tetapi guru harus
menyeleksi permasalahan yang tepat dan sesuai dengan materi
yang akan dibahas agar tujuan pelaksanaan pembelajaran pada
waktu tersebut tercapai.
2. Mengkaji dan merumuskan masalah. Dalam tahap ini guru
mesti memberikan gambaran pada siswa tentang sudut
pandangan yang akan menjadi pusat kajian (Hartono,
2013:122). Dengan begitu, arah pencarian informasi akan
terfokus dan didapatkan kesimpulan yang sesuai.
3. Merumuskan hipotesis. Dengan adanya hipotesis berbagai
kemungkinan dari penyelesaian masalah bisa terbaca. Siswa
mencari informasi dan data yang sekiranya dapat mendukung
terhadap hipotesis awal (Hartono, 2013:122-123).
4. Investigasi dan pengumpulan data. Pada tahap ini, siswa
diharapkan mempunyai kemampuan untuk mencari data,
mengolah, menganalisis serta mampu menyajikannya dengan
menarik serta gampang dimengerti (Hartono, 2013:123).
5. Pembuktian hipotesis. Pada tahap ini, hipotesis bisa diterima
atau ditolak. Semua itu tergantung pada sejauh mana tingkat
validitas data yang telah dikumpulkan oleh siswa, dan sejauh
mana siswa mampu menelaah serta menghubungkan dengan
masalah yang terkait.
Ini adalah tahap terakhir dalam pembelajaran berbasis
masalah. Pada tahap ini siswa mesti mengambil kesimpulan
dari semua hasil kerja kerasnya. Guru pada bagian terakhir ini
membantu siswa untuk melakukan refleksi dari sekian banyak
data dan proses yang telah dilalui (Hartono, 2013:124).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang
menekankan pada kegiatan penyelesaian suatu masalah yang
ditemui atau dialami siswa secara nyata. Dengan pembelajaran
seperti ini sangat bermanfaat bagi siswa. Hal ini dikarenakan
pembelajaran yang didapat di sekolah bukan hanya sebatas
materi tetapi pengalaman untuk menyelesaikan permasalahan
dalam realita kehidupannya.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan pelajaran wajib yang pasti ada
disetiap jenjang pendidikan baik tingkat SD/MI, SMP/MTs, maupun
SMA/SMK/MA. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan
melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia
dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama
islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak
(Daradjat, 2011:86). Pengertian lain dari pendidikan agama Islam
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,
bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al- Hadis,
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman (Majid, 2014:11).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam adalah suatu usaha sadar dan terencana yang berupa
bimbingan dan asuhan yang diharapkan dapat menyiapkan peserta
didik menjadi seseorang yang mampu mengenal, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang diyakininya sesuai
al-Qur’an dan Hadis.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam pelaksanaan pendidikan tentu ada tujuan yang ingin dicapai.
Begitu juga dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Ada
beberapa tujuan tujuan dalam pendidikan agama Islam.
a. Tujuan umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan
semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan
cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang
pandangan. Namun dalam tujuan umum pendidikan agama islam
harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara
tempat pendidikan islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula
dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan itu (Daradjat, 2011:30). Jadi tujuan pendidikan agama
Islam secara umum ini, dari tiap lembaga pendidikan akan berbeda
karena disesuaikan dengan tempat dan institusi yang
menyelenggarakan pendidikan. Akan tetapi semuanya untuk
terbentuk manusia yang sempurna (insan kamil).
b. Tujuan akhir
Tujuan umum dari pendidikan agama Islam adalah terbentuknya
insan kamil dengan pola takwa yang dapat mengalami naik turun,
bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.
Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya.
Karena itulah pendidikan islam diperlukan untuk menumbuhkan,
memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan
tujuan pendidikan yang telah dicapai (Daradjat, 2011:31).
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai
muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses
hidup jelas berisi tentang pendidikan. Inilah akhir dari proses
pendidikan yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan
kamil yang mati dan akan menghadap Allah merupakan tujuan
akhirnya adalah terbentuknya insan kamil yang tetap terjaga
sampai akhir hayatnya.
c. Tujuan sementara
Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola
takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana,
sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada
pribadi anak didik. tujuan pendidikan islam seolah-olah merupakan
suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin
merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan
pendidikannya lingkaran tersebut semakin besar (Daradjat,
2011:32). Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan sementaranya adalah
terbentuk insan kamil mulai dari tingkatan rendah, dan menjadi
bertambah sesuai jenjang pendidikan yang telah dilaluinya.
d. Tujuan operasional
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik
suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasional
lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.
Kemampuan dan keterampilan yang dituntut bagi anak didik
merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan insan kamil
dalam ukuran anak, yang menuju kepada bentuk insan kamil yang
semakin sempurna (meningkat) (Daradjat, 2011:33). Jadi
operasional adanya pendidikan agama Islam adalah aplikasi dari
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai
berikut.
a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai ajaran agama islam.
d. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatifdari
lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya
dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain (Majid, 2014:15-16).
Fungsi diadakannya pendidikan agama Islam sangat besar
manfaatnya. Seperti dalam uraian di atas bahwa PAI berfungsi
sebagai pengembangan, penanaman nilai, penyesuaian, perbaikan,
pencegahan, pengajaran, dan penyaluran. Hal ini merupakan bukti
nyata bahwa diadakannya pelajaran PAI untuk memberi bekal
tentang keagamaan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
kehidupan peserta didik.
C. Insan Kamil
1. Pengertian Insan Kamil
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian insan adalah
manusia (KBBI, 2007:435) sedangkan kamil adalah sempurna (KBBI,
2007:497). Dari kedua definisi tentang insan dan kamil tersebut dapat
dikatakan bahwa insan kamil adalah manusia sempurna. Pengertian
lain dari insan kamil menurut Zakiyah Daradjat adalah manusia utuh
jasmani dan rohani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan
normal karena takwanya kepada Allah (Daradjat, 2012:29).
Konsep tentang insan kamil dikemukakan oleh dua tokoh yaitu Ibn
Arabi dan al-Jilli. Menurut Ibn Arabi manusia sempurna adalah alam
seluruhnya. Karena Allah ingin melihat substansi-Nya dalam alam
seluruhnya, yang meliputi seluruh hal yang ada, yaitu karena hal ini
maka kemunculan manusia sempurna (insan kamil) menurut Ibn Arabi
adalah esensi kecemerlangan cermin alam. Ibn Arabi membedakan
manusia sempurna menjadi dua bagian. Pertama, manusia sempurna
dengan kedudukannya sebagai manusia baru. Kedua, manusia
sempurna dengan kedudukannya sebagai manusia abadi. Karena itu
manusia sempurna adalah manusia baru yang abadi, yang muncul,
bertahan dan abadi (http://file.upi.edu/ Direktori/FPIPS/ M_K_D_U/
196509171990011 ACENG_KOSASIH/ KONSEP_INSAN_KAML.
pdf, diakses Hari Rabu, 08/07/2015 pukul 09.43).
Gagasan insan kamil al-Jili merupakan penerus dari gagasan Ibn
Arabi. Al-Jilli berpendapat bahwa wakil Tuhan yang sebenarnya
adalah insan kamil (manusia sempurna). Manusia sempurna adalah
manusia yang mengaplikasikan Nur Muhammad dalam kehidupannya.
Kesempurnaan insan kamil tidak lain ialah karena ia merupakan
identifikasi dari hakikat Muhammad. Hakikat Muhammad atau biasa
disebut “logos” dalam istilah filsafat, pada dasarnya merupakan
arketipe kosmos. Makhluk memperoleh kesejahteraan pada hakikat ini
dan mendapat rejeki dari wujudnya. Ia merupakan arketipe dari Bani
Adam, yang semuanya secara potensial adalah insan kamil, meski
hanya di kalangan para Nabi dan wali saja potensi itu menjadi aktual
(Alba, 2012:89).
Menurut Al-Jili, insan kamil adalah dia yang berhadapan dengan
atau manusia sempurna adalah quib atau axis, tempat segala sesuatu
berkeliling dari mula hingga akhir. Oleh karena itu segala sesuatu
menjadi ada, maka dia adalah satu untuk selamanya. Yang memiliki
berbagai bentuk dan yang muncul dalam kana’is atau rupa yang
bermacam-macam. Untuk menghormati hal yang demikian maka
namanya dipanggil secara berbeda dan untuk menghormati selain
daripadanya, maka panggilan nama yang demikian tidak dipergunakan
pada mereka. Siapakah dia? Nama sebenarnya adalah Muhamad, nama
untuk kehormatannya adalah Abdul Qosim, dan gelarnya Syamsudin/
Sang Menteri Agama (http://file.upi.edu/ Direktori/FPIPS/M_K_D_U/
196509171990011ACENG_KOSASIH/KONSEP_INSAN_KAML.pdf
, diakses Hari Rabu, 08/07/2015 pukul 09.43).
Dari uraian di atas, insan kamil adalah manusia sempurna yang
bertakwa kepada Allah, utuh jasmani dan rohani serta dapat hidup dan
berkembang dengan wajar dan segala yang ada pada dirinya
merupakan cermin nama-nama dan sifat-sifat Allah.
2. Tahapan Menuju Insan Kamil
Manusia dapat dikatakan sebagai manusia sempurna apabila telah
sampai pada kriteria tertentu sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan
acuan manusia disebut insan kamil. Namun insan kamil pada manusis
biasa tentu tidak bisa sempurna seperti Nabi Muhamad SAW. insan
tersebut merupakan salah satu ciri manusia sempurna. Diantara
sifat-sifat manusia sempurna adalah sebagai berikut:
a. Keimanan
b. Ketaqwaan
c. Keadaban
d. Keilmuan
e. Kemahiran
f. Ketertiban
g. Kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran
h. Persaudaraan
i. Persepakatan dalam hidup
j. Perpaduan dalam umah (https://fixguy.wordpress.com/insan-kamil/
diakses pada hari sabtu, 26 September 2015 pukul 12.15).
Adapun cara untuk mencapai sifat-sifat tersebut diantaranya adalah
a. Ilmu taubat dengan syarat – syaratnya menghindari dari yang
menyebabkan nafsu dengan mengawalnya dengan mendisiplinkan
pergaulan dan harta serta mengambilkan yang halal dan
membelanjakan dalam perkara halal, kemudian disertai dengan
berhemat.
b. Berjaga – jaga supaya amalan tidak binasa oleh niat-niat yang
merobohkannya seperti ria digantikan dengan ikhlas.
d. Tidak cermat digantikan dengan sifat cermat menyelamatkan diri
daripada kelesuan.
e. Dengan mengamalkan sifat harap dan takut, maksudnya harap
bahwa Allah akan menerima amalan dan menyelamatkan kita,
takut kalau-kalau Allah tidak mengampuni kita dan menerima
amalan kita.
f. Mengamalkan sifat terpuji dan syukur dalam hidup terhadap
Allah juga terhadap makhluk yang menjadi wasilah atau perantara
sampainya nikmat Allah kepada kita. Puji dan syukur itu dapat
berupa rasa gembira dan syukur terhadap nikmat Allah dan lidah
mengucapkan kesyukuran, al-hamdulillah, serta dengan
melakukan perbuatan – perbuatan yang diridhoi Allah SWT
(https://fixguy.wordpress.com/insan-kamil/ diakses pada hari
sabtu, 26 September 2015 pukul 12.15).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk mencapai
derajat insan kamil diantaranya dengan menjalankan/ belajar
mengamalkan sifat-sifat tersebut. Karena sebagai manusia biasa
tidak mungkin dapat mencapai derajat insan kamil seperti
Rosulullah. Di dunia ini yang benar-benar menjadi insan kamil
hanya Nabi Muhamad SAW. Akan tetapi sebagai manusia biasa
dapat mencoba meneladani sifat-sifat insan kamil yang diajarkan
Nabi dengan menjalankan apa yang telah dicontohkan melalui
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data Gambaran Umum MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik 1. Letak Geografis
MTs Damarjati berlokasi di dusun Damarjati desa Damarjati di
kecamatan Kaliangkrik kabupaten Magelang Kode Pos 56153. Gedung
MTs Damarjati didirikan di atas tanah seluas 745 m2, sedangkan luas
bangunan 258 m2 dengan status gedung milik sendiri dan bersifat
permanen. Adapun batas-batas MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara Desa Ngendrokilo
b. Sebelah barat Desa Ngawonggo
c. Sebelah selatan Desa Girirejo
d. Sebelah timur Desa Maduretno
2. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
Magelang
Status : Swasta
Alamat : Jalan : Kauman
Desa/Kecamatan : Kaliangkrik / Kaliangkrik
Kabupaten : Magelang