• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN INSAN KAMIL BAGI SISWA DI MTs MA’ARIF DAMARJATI KALIANGKRIK MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN INSAN KAMIL BAGI SISWA DI MTs MA’ARIF DAMARJATI KALIANGKRIK MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AGAMA

ISLAM DALAM PEMBENTUKAN INSAN KAMIL BAGI

SISWA DI MTs MA’ARIF DAMARJATI KALIANGKRIK

MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

MUHAMAD RIDLO

NIM 11111172

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Motto

Orang yang bahagia bukanlah orang yang berada pada lingkungan tertentu melainkan orang dengan sikap-sikap tertentu

Hugh Downs

Tugas saya adalah melakukan apa yang benar. Dan selanjutnya di tangan Tuhan

(7)

Persembahan

Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada

1. Orang tuaku tercinta bapak Sunardi dan ibu Isnatun, yang senantiasa

mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus

untuk putra-putrinya

2. Kakakku Muqodimah yang selalu mendukungku

3. Bapak Imam Mas Arum yang telah sabar membimbingku dalam

penyusunan skripsi ini

4. Teman-temanku PAI E angkatan 2011yang sama-sama berjuang dan

belajar di IAIN Salatiga

5. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada

junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya

kejalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini

adalah “Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama islam Dalam

Pembentukan Insan Kamil Bagi Siswa di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik

Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak

lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun

materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Imam Mas Arum M. Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penyusunan

skripsi ini.

(9)

6. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal

pengetahuan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

7. Bapak Muh Mufti Kepala MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik Magelang

yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian dalam rangka

menyusun skripsi.

8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu

atas penyusunan skripsi.

9. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam

penulisan skripsi.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga

bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Salatiga, 07 Agustus 2015

Muhamad Ridlo

(10)

Abstrak

Ridlo, Muhamad. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dalam Pembentukan Insan bagi Siswa di MTs Ma’arif Damarjati,

Kaliangkrik. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Imam Mas Arum

Kata Kunci: model pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Insan Kamil

Model pembelajaran merupakan suatu acuan yang dijadikan pedoman untuk mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar suatu mata pelajaran di kelas. Begitu pula untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga menggunakan model pembelajaran untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan pendidikan Agama Islam secara umum adalah untuk membentuk insan kamil. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana model pembelajaran yang diterapkan di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik dalam membentuk insan kamil bagi peserta didik sesuai tingkatan jenjang pendidikannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Bagaimana implementasi model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik 2) Apa saja faktor pendukung implementasi model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik 3) Apa saja faktor penghambat implementasi model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik. Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara kepada kepala sekolah, guru PAI, dan peserta didik. Data dikumpulkan berdasarkan catatan lapangan, observasi, dan dokumentasi kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran... 20

2. Macam-macam Model Pembelajaran... 22

a. Model Pembelajaran Inkuiri ... 22

b. Model Pembelajaran Kontekstual... 25

c. Model Pembelajaran Kooperatif... 28

d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 32

B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 34

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 35

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam... 38

C. Insan Kamil 1. Pengertian Insan Kamil... 39

2. Tahapan Menuju Insan Kamil ... 41

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Gambaran Umum MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik 1. Letak Geografis... 44

2. Identitas Sekolah ... 44

3. Visi dan Misi... ... 45

(13)

5. Keadaan Guru... 47

6. Keadaan Peserta Didik... 49

7. Sarana Prasarana... 50

B. Temuan Penelitian Deskripsi Kegiatan Belajar Mengajar di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik 1. Implementasi model pembelajaran agama Islam dalam pembentukan insan kamil a. Proses Kegiatan Belajar Mengajar ... 51

b. Kurikulum yang diterapkan ... 52

c. Model Pembelajaran yang Digunakan ... 53

d. Implementasi Model Pembelajaran PAI ... 60

2. Faktor Pendukung ... 65

3. Faktor Penmghambat... 66

BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi model pembelajaran agama Islam dalam pembentukan insan kamil 1. Proses Kegiatan Belajar Mengajar ... 68

2. Kurikulum yang diterapkan... 71

3. Model Pembelajaran yang Digunakan... 72

4. Implementasi Model Pembelajaran PAI... 77

B. Faktor Pendukung ... 80

(14)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 83

B. Saran... 84

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Bagan I Struktur Organisasi

Tabel I Daftar Pendidik

Tabel 2 Daftar Peserta Didik

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Nota Pembimbing

Lampiran 2 : Surat Keterangan Bukti Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi

Lampiran 4 : Surat Keterangan Kegiatan (SKK)

Lampiran 5 : Pedoman Wawancara

Lampiran 6 : Verbatin wawancara

Lampiran 7 : Dokumentasi Foto

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pendidikan sangatlah penting bagi manusia. Dengan adanya pendidikan

akan menghindarkan manusia dari tindak kriminal, kebodohan dan akan

membentuk generasi muda Indonesia menjadi manusia yang berkepribadian.

Selain itu dengan pendidikan manusia akan mendapat ilmu yang dapat

digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan dan orang yang berilmu akan

mempunyai kedudukan yang berbeda dengan orang yang tidak menuntut ilmu.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Az-Zumar ayat 9:

















Artinya : Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Ayat di atas mengandung makna bahwa betapa berbedanya antara orang

yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Dalam ayat tersebut tertulis

hanya orang yang berilmu yang dapat menerima pelajaran. Maksudnya adalah

dengan mempunyai ilmu orang akan dapat mengerti, memahami dan

mengamalkan ilmu yang diterimanya.

Dalam pendidikan formal Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran

(18)

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berahlak mulia,

mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan

Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan

pengalaman (Ramayulis, 2008:21). Dalam penjelasan tersebut dapat diketahui

bahwa Pendidikan Agama Islam bukan hanya sebatas penyampaian materi,

tetapi lebih kepada pengamalan yang dapat membentuk manusia menjadi

insan kamil.

Dalam pelaksanaan pendidikan tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Untuk

mencapai tujuan pendidikan tentu melalui suatu pembelajaran yang diawali

dengan penyusunan model pembelajaran. Dewey mendefinisikan model

pembelajaran sebagai:

“ a plan or pattern that we can use to design face to face teaching in the

classroom or tutorial setting and to shape instructional material.” (suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas atau pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran (Majid, 2012:127).

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa sebelum melaksanakan

pembelajaran harus ada model pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman pelaksanaan pembelajaran.

Ada berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses

belajar mengajar pendidikan agama Islam. Diantaranya adalah model

pembelajaran kontekstual, Model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran

kooperatif dan model pembelajaran berbasis masalah dan lain-lain.

(19)

disampaikan agar proses pembelajaran lebih bervariasi dan meciptakan

suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Akan tetapi realitas

yang ada,berbagai model pembelajaran yang ada belum tentu setiap

sekolah/madrasah dapat menggunakannya dalam pelajaran PAI.

Dalam hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di MTs Ma’arif

Damarjati Kaliangkrik, Magelang. Madrasah ini mempunyai visi terwujudnya

generasi yang cerdas, berakhlakul karimah, berilmu amaliah, dan beramal

ilmiah. MTs Ma’arif Damarjati ini juga berada di lingkungan pondok

pesantren. Madrasah yang berada di lingkungan pondok pesantren tentu

mempunyai karakteristik yang berbeda dengan lainnya. Oleh karena itu

peneliti akan meneliti MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik karena beberapa

permasalahan yang ada di sana dilihat dari proses pembelajaran, prestasi

akademik, latar belakang pendidik dan peserta didik, dan sarana prasarana.

Pertama, proses pembelajaran. Proses pembelajaran berperan penting

dalam pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya persiapan

sebelum dilaksanakannya pembelajaran agar materi yang disampaikan

pendidik dapat diterima dan tujuan kompetensi yang akan dicapai dapat

terwujud. Persiapan awal tersebut diantaranya dengan mempersiapkan model

pembelajaran yang tepat sesuai materi yang akan diajarkan. Di MTs Ma’arif

Damarjati Kaliangkrik, dalam proses pembelajaran PAI lebih banyak hanya

menggunakan ceramah dan pemberian tugas dalam penyampaian materi

selama pelaksanaan proses pembelajaran. Padahal setiap materi bisa

(20)

pembelajaran tidak membosankan. Kurangnya variasi penggunaan model-

model pembelajaran itu dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah

kurangnya media pembelajaran yang dapat digunakan.

Kedua, prestasi akademik. Prestasi akademik suatu sekolah/madrasah

sering dijadikan sebagai tolok ukur maju atau tidaknya suatu lembaga

pendidikan yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat oleh masyarakat umum

dari tingkat keberhasilan kelulusan setiap tahunnya dan KKM pada mata

pelajarannya. Di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik ini, setiap tahun dapat

meluluskan seratus persen peserta didiknya. Selain prestasi akademik ada

prestasi non akademik. Diantaranya adalah juara 2 karya ilmiah Pergamanas

tk. Nasional, juara I Pencak Silat kelas C se kab/kota Magelang, juara 2 MTQ

kab. Magelang, juara 2 Hafidz kab. Magelang, dan juara 2 tartil Al- Qur’an

kab Magelang.

Ketiga, latar belakang pendidik. Dalam suatu sekolah/madrasah seorang

pendidik mempunyai peran penting terlaksananya suatu pendidikan. Sumber

daya/ potensi guru yang profesional inilah yang diperlukan untuk mewujudkan

tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Guru profesional adalah guru

yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya.

Guru di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik lebih banyak yang mengampu

mata pelajaran sesuai dengan bidang studi yang menjadi keahliannya,

walaupun masih ada beberapa pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan

(21)

Keempat, latar belakang peserta didik. Keberhasilan suatu lembaga

pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kualitas pendidik saja. Akan tetapi

kualitas peserta didik juga mempunyai peran yang sangat besar dalam

pencapaian tujuan pendidikan. Dalam hal ini harus ada kesadaran, kerjasama

dan disiplin yang tinggi dari peserta didik. Jika hal itu tidak dapat terwujud

maka kemajuan lembaga pendidikan tersebut akan terhambat. Seperti halnya

di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, di mana sekolah tersebut berada di

lingkungan pesantren. Sekolah yang berada di lingkungan pesantren tentu

peserta didiknya berasal dari berbagai daerah yang mempunyai adat, tradisi

dan budaya yang berbeda sehingga akan memunculkan suatu sikap yang

berbeda pula. Dilihat sepintas peserta didik di MTs tersebut masih ada yang

belum memiliki kesadaran akan pentingnya pembelajaran. Hal ini dibuktikan

dengan masih adanya peserta didik yang ada di luar sekolah, ketika proses

belajar mengajar berlangsung.

Kelima, sarana prasarana. Sarana dan prasarana juga merupakan faktor

pendukung keberhasilan pendidikan. Gedung MTs Ma’arif Damarjati

Kaliangkrik menjadi satu dengan gedung MI. Hal ini tentu akan mempunyai

efek kurang baik terutama dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif

karena jam pelajaran antara peserta didik diantara dua jenjang pendidikan

tersebut berbeda. Selain itu, penyediaan media pembelajaran yang mendukung

juga kurang memadahi.

MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik output yang dihasilkan juga baik.

(22)

sekolah lain. Banyak lulusan MTs Ma’arif yang diterima di berbagai sekolah

negeri baik di SMA, SMK, ataupun MA. Hal ini menunjukan bahwa sekolah

tersebut bukanlah sekolah yang mempunyai kualitas rendah.

Dari uraian di atas muncul permasalahan tentang bagaimana model

pembelajaran yang diterapkan di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik dalam

mewujudkan tujuan pembelajaran PAI yaitu pembentukan insan kamil. Oleh

karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN INSAN KAMIL BAGI SISWAMADRASAH

TSANAWIYAH MA’ARIF DAMARJATI KALIANGKRIK

MAGELANG. B. Fokus penelitian

1. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran pendidikan Agama

Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif

Kaliangkrik?

2. Apakah faktor pendukung implementasi model pembelajaran Agama

Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati

Kaliangkrik?

3. Apakah hambatan implementasi model pembelajaran Agama Islam dalam

pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik?

(23)

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada

permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran Agama Islam dalam

pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung implementasi model pembelajaran

agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa Madrasah

Tsanawiyah Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat implementasi model pembelajaran

agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa Madrasah

Tsanawiyah Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang

penerapan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan

insan kamil bagi siswa sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan keilmuan dalam

ilmu pendidikan dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya

di fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga

b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kaum akademis yang mengadakan

penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang penerapan

model pembelajaran Agama Islam dalam pembentukan insan kamil

(24)

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang

penerapan model pembelajaran Agama Islam dalam pembentukan

insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik

Magelang.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran, sumbangan

pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam

mengimplementasikan model pembelajaran Agama Islam dalam

pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati

Kaliangkrik Magelang.

E. Penegasan Istilah

Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda

dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah didalam

judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Implementasi model pembelajaran

Implementasi merupakan kata asing dalam bahasa indonesia yang

beranonim dengan kata penerapan, begitupun dalam (KBBI, 2007:427),

implementasi berarti “pelaksanaan atau penerapan”. Pengertian lain dari

implementasi dikemukakan oleh Schubert (1986) bahwa implementasi

merupakan sistem rekayasa.

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan konseptual (Majid, 2014:125). Model

(25)

peserta didik yang menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur

terkait dalam pembelajaran yakni guru, peserta didik dan media termasuk

bahan ajar atau materi subyeknya (Poedjiadi, 2010:120).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi model

pembelajaran adalah penerapan suatu rencana atau pengaturan dalam

kegiatan pembelajaran yang melibatkan unsur-unsur terkait dalam

pembelajaran meliputi guru, peserta didik, media dan materi yang

menunjukan adanya interaksi antara beberapa unsur tersebut.

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam

dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman

(Ramayulis, 2008: 21).

Jadi yang dimaksud implementasi model pembelajaran Agama Islam

adalah penerapan suatu rencana atau pola dalam proses pembelajaran yang

melibatkan unsur-unsur pembelajaran yaitu guru, peserta didik, media dan

materi untuk mengenal, memahami, dan mengamalkan ajaran islam yang

bersumber al=Qur’an dan al-Hadis.

3. Insan kamil

(26)

memiliki akal, fikiran, dan rasio.Al-kamil yang berarti sempurna. Sehingga setiap manusia yang diciptakan di dunia ini sangatlah berbeda dari

makhluk yang lain, yang mampu dalam mewujudkan pemikiran yang

bertakwa untuk menuju pada tingkatan insan kamil.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2009:3). Data yang berasal dari

naskah, wawancara, catatan, dokumentasi dideskripsikan sehingga dapat

memberikan kejelasan terhadap keadaan atau realitas.

Sedangkan, penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari

suatu variabel, dalam hal ini variabel mandiri, baik satu variabel atau

lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain (Hasan, 2006:7). Oleh karena itu peneliti

mendeskripsikan dan menginterpretasi problematika implementasi model

pembelajaran agama islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa.

2. Kehadiran peneliti

Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai

pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi

(27)

tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Moleong, 2009: 77). Peneliti ikut

berperan serta menjadi pengamat dalam metode pembelajaran dan

mengikuti secara pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian

berlangsung di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dijadikan objek kajian dalam penyusunan

skripsi ini adalah di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik. Peneliti memilih

lokasi tersebut karena ingin mengetahui secara langsung sejauh mana

proses pembelajaran dengan menerapkan berbagai model-model

pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut.

4. Sumber Data

Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari objek yang

diteliti. Menurut Lofland (1984: 47) dalam Moleong, (2007: 157) sumber

data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber dat

tertulis, foto, dan statistik).

Sumber data dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Data Primer

Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata

dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman

dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi

data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari

(28)

bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan

untuk pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan,

bantuan foto atau apabila memungkinkan dengan bantuan rekaman

suara handphone. Sementara itu observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung segala proses pembelajaran di

MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari

sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya buku-buku

literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi,

dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian

ini. Data tersebut diantaranya buku-buku referensi. Menurut Mestika

Zed (2004: 10) buku-buku referensi ialah koleksi buku yang memuat

informasi yang spesifik, paling umum serta paling banyak dirujuk

untuk keperluan cepat. Yang termasuk buku-buku referensi

diantaranya kamus baik umum atau biografi, buku indeks, buku

bibliografi yang berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu,

dan sebagainya.

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode wawancara (interview)

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk

mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

(29)

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan orang yang diwawancarai (interviewee) (Bungin, 2011:155).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang

diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah

dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara

yang digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti

tidak melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada

informan agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang

cukup tentang berbagai aspek dalam penelitian ini.

b. Metode obsrvasi atau pengamatan

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan

pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994:

164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi

lingkungan MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik serta para guru yang

ada. Pengamatan di sini termasuk juga di dalamnya peneliti mencatat

peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan

proporsional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007:

174).

Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian

pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan

pendengaran secara langsug terhadap objek yang diteliti. Dalam

(30)

dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung.

c. Metode dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2006:158-159), menyatakan bahwa

“dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mencari data

mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, prasasti,

notulen rapat, agenda”.

Dokumen- dokumen yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini

antara lain: data peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, dan

data- data lain yang menunjang penelitian ini.

6. Analisis Data

Pengertian analisis data menurut Patton (1980) adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan

satuan uraian dasar (dalam Hasan, 2006:29). Berdasarkan hasil

pengumpulan data, selanjutnya penulis akan melakukan analisa dan

pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh

disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara runtut.

Karena data yang diperoleh itu merupakan data kualitatif maka

penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif analisis non statistikal.

Yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis

(31)

yang telah dibuat peneliti (Arikunto, 2006: 239). Artinya peneliti mencari

uraian yang menyeluruh dan cermat tentang implementasi model

pembelajaran Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di

MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik Magelang.

Ada 3 kegiatan dalam analisis data yaitu

a. Reduksi data diperlukan karena banyaknya data dari masing- masing

informan yang dianggap tidak relevan dengan fokus penelitian

sehingga perlu dibuang atau dikurangi. Reduksi data dilakukan

dengan memilih hal- hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian

maka akan memberi gambaran yang lebih tajam.

b. Penyajian data adalah deskripsi dari hasil pengamatan di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif penyajian data dengan teks yang bersifat

naratif.

c. Verifikasi atau menarik kesimpulan merupakan kegiatan untuk

menyimpulkan berbagai hal dari data yang diperoleh selama penelitian

yang dapat diuji kebenarannya.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti

melakukan beberapa upaya, di samping menanyakan langsung kepada

obyek, peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan

Bungin (2004: 99) menyatakan bahwa: “Keabsahan data dilakukan untuk

(32)

lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa

sumber, metode, peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat melalui

diskusi, melacak kesesuaian hasil dan pengecekan anggota”.

Untuk memperoleh keabsahan data tersebut maka tehnik yang

digunakan adalalah:

a. Triagulasi

Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong, 2002:178).

Hal itu dapat dicapai dengan membandingkan data yang diperoleh dari

mengamati dengan hasil wawancara.

b. Menggunakan Bahan Referensi

Penggunaan bahan referensi sangat membantu memudahkan

peneliti dalam pengecekan keabsahan data, karena dari referensi yang

ada dapat digunakan sebagai pendukung hasil observasi yang

dilakukan peneliti.

c. Tehnik Member Check

Tehnik member check , menurut Lincoln dalam (Moleong, 2002:221) yaitu dengan mendatangi kembali informasi sambil

memperlihatkan data yang sudah diketik pada lembar catatan lapangan

yang sudah disusun menjadi paparan data dan temuan penelitian. Serta

dikonfirmasikan pada informan apakah maksud informan sudah sesuai

(33)

apabila ada kesalahan data bisa diluruskan baik isi maupun

bahasannya.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahap yang perlu

dilakukan, yaitu:

a. Tahap pra lapangan (mempersiapkan rencana penelitian dan memilih

objek yang akan diteliti, mengurus permintaan izin, mengamati

keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi,

mempersiapkan kelengkapan penelitian, memperhatikan etika

penelitian).

b. Tahap pekerjaan lapangan (tahap penelitian dilakukan yaitu dengan

berperan aktif dalam mengumpulkan data)

c. Tahap analisis data (menyusun data secara sistematis dari data hasil

observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga dapat dengan

mudah diinformasikan kepada orang lain).

d. Tahap pelaporan data (tahap penelitian yang sudah diselesaikan. Pada

tahap ini data yang diperoleh disusun dalam bentuk laporan)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah di dalam memperlajari dan memahami

pokok bahasan skripsi maka dalam menyusun skripsi ini penulis membagi

(34)

BAB I: Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan: Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metodologi Penelitian

yang terdiri dari: Pendekatan dan jenis penelitian Waktu

penelitian/kehadiran penelitian, Tempat/lokasi penelitian, Sumber data ,

Prosedur pengumpulan data, Teknik analisis data, Pengecekan keabsahan

data, Tahap-tahap penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Kajian Pustaka. Dalam bab ini dibahas tentang, Model

pembelajaran yang meliputi: Pengertian model pembelajaran,

Model-model. Pendidikan Agama Islam yang meliputi: Pengertian Pendidikan

Agama Islam, Ajaran dalam Pembelajaran PAI. Insan Kamil yang

meliputi: Pengertian insan kamil, Konsep insan kamil menurut Al-Qur’an

dan Hadist, Ciri-ciri insan kamil. Hubungan pembelajaran PAI dalam

pembentukan karakter siswa.

BAB III: Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek

penelitian, terdiri dari : Sejarah singkat MTs Ma’arif Damarjati

Kaliangkrik, Visi dan Misi MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, Struktur

organisasi di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, Daftar guru MTs

Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, dan hasil penelitian.

BAB IV: Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil

temuan-temuan mengenai implementasi model pembelajaran PAI di MTs Ma’arif

Damarjati Kaliangkrik, Faktor pendukung implementasi model

(35)

Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, faktor penghambat implementasi model

pembelajaran PAI dalam pembentukan insan kamil bagi siswa MTs

Ma’arif Damarjati Kaliangkrik

BAB V: Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari

penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis

mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran

ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran di

(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, pendidik mempunyai

peran penting di dalamnya. Seorang pendidik harus dapat

memaksimalkan potensi yang ada pada peserta didik. Oleh karena itu

perlu adanya model pembelajaran sebelum diadakanya proses tersebut

agar potensi yang ada dapat berkembang. Model dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia diartikan sebagai pola ( contoh, acuan, ragam) dari

sesuatu yang akan di buat atau dihasilkan (KBBI, ). Pengertian lain

dari model adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan suatu kegiatan (Majid, 2014:127). Dari

pengertian tentang model di atas dapat disimpulkan bahwa model

adalah suatu pola atau kerangka konseptual yang dijadikan pedoman

terhadap sesuatu yang akan dihasilkan.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan terencana yang

mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik

agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini

akan bermuara pada dua kegiatan pokok yaitu bagaimana orang

(37)

dan bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu

pengetahuan melalui kegiatan mengajar (Majid, 2014:110). Pengertian

lain dari pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

proses, cara, perbuatan, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar

(Khanifatul, 2013:14). Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat

dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses, cara, dan perbuatan

terencana agar seseorang dapat belajar dengan baik dan tujuan dari

pelaksanaanya dapat tercapai. Sedangkan pengertian dari model

pembelajaran, Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran

adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),

merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran

di kelas atau yang lain (Rusman, 2011:133).

Dari beberapa pengertian tentang model, pembelajaran dan model

pembelajaran yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu pola atau acuan terencana yang digunakan

sebagai pedoman untuk mengkondisikan peserta didik dalam

pembelajaran di dalam kelas atau di luar kelas. Selain itu model

pembelajaran juga dijadikan untuk membentuk kurikulum (rencana

jangka panjang dan merancang bahan-bahan pembelajaran.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan

(38)

a. Model Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis

dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari

suatu masalah yang dipertanyakan (Khanifatul, 2013:21). Definisi

lain dari pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang

merangsang, mengajarkan dan mengajak siswa untuk berfikir

kritis, analitis, dan sistematis dalam rangka menemukan jawaban

secara mandiri dari berbagai permasalahan yang diutarakan.

Strategi merupakan pembelajaran yang menuntut keterlibatan aktif

para siswa untuk menyelidiki dan mencari melalui proses berfikir

aktif. Pihak yang mempunyai banyak aktivitas dalam pembelajaran

ini adalah siswa (Hartono, 2013:61). Dari kedua uraian di atas

tentang pembelajaran inkuiri dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran inkuiri adalah proses belajar mengajar untuk

mengajak siswa kepada cara berfikir kritis, analitis dan sistematis

untuk mencari dan menemukan sendiri permasalahan yang ada.

Pembelajaran inkuiri pada prinsipnya tidak hanya

mengajarkan siswa untuk memahami dan mendalami materi

pembelajaran, tetapi juga melatih kemampuan berfikir siswa

dengan baik. Siswa yang mempunyai kemampuan untuk

menguasai materi pembelajaran dengan baik belum tentu dapat

(39)

sudah mempunyai kemampuan berfikir dengan benar akan mudah

memahami materi pembelajaran (Hartono, 2013:62). Dengan

begitu pembelajaran inkuri tujuan utamanya adalah mengajarkan

pada siswa untuk dapat berfikir dengan benar dahulu.

Dalam pembelajaran inkuiri ada beberapa prinsip yang

harus diperhatikan oleh guru, antara lain:

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual. Orientasi pada

pembelajaran inkuiri tidak hanya pada hasil belajar tetapi juga

berorientasi pada proses belajar.

2) Prinsip bertanya. Dalam pembelajaran ini guru berperan

sebagai penanya. Selain itu perlu dikembangkan sikap kritis

siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai

fenomena yang sedang dipelajari.

3) Prinsip interaksi. Belajar adalah proses interaksi, antara guru

dan siswa, guru dengan lingkungan, dan siswa dengan

lingkungannya. Sebagai sebuah proses interaksi, guru

mempunyai peran penting untuk mengatur proses interaksi

tersebut agar siswa mampu terangsang untuk meningkatkan

kualitas berfikirnya.

4) Belajar untuk berfikir. Pada proses pembelajaran ini belajar

tidak hanya mengingat dan menghafal. Namun harus

(40)

5) Prinsip keterbukaan. Pembelajaran yang baik akan selalu

membuka ruang bagi anak untuk mencoba sesuai dengan

tingkat perkembangan pemikirannya. Namun guru tetap harus

mengawasi dan mengontrol siswa (Hartono, 2013:67).

Itulah prinsip yang harus diperhatikan oleh guru sebelum

menggunakan model pembelajaran tersebut. Adapun

langkah-langkah dalam model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Orientasi. Pada tahap ini guru merangsang dan mengajak siswa

untuk berfikir dalam memecahkan suatu masalah (Hartono,

2013:68).

2) Merumuskan masalah. Pada tahap ini siswa diajak

memecahkan masalah dengan proses berfikir. Siswa didorong

untuk mencari jawaban yang tepat dengan melibatkan

kemampuan berfikir (Hartono, 2013:69)

3) Merumuskan hipotesis. Guru harus melontarkan pertanyaan

yang mampu merangsang siswa agar mencari dan menemukan

jawban sementara (Hartono, 2013:70).

4) Mengumpulkan data. Dalam mengumpulkan data ketekunan

dan kegigihan siswa mencari informasi diuji. Hal ini juga

dipengaruhi oleh pertanyan guru (Hartono, 2013:71).

5) Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai informasi yangdidapat siswa

(41)

6) Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan

temuan yang diperoleh berlandaskan pada hasil pengujian

hipotesis (Hartono, 2013:71-72).

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa model

pembelajaran inkuiri, tidak hanya berorientasi pada hasil

pembelajaran yang baik. Akan tetapi lebih menekankan pada

proses agar siswa dapat berfikir kritis, analitis dan sistematis

terhadap suatu permasalahan. Dengan begitu, hasil akhir dalam

pelaksanaan pembelajaran bukan hanya sebatas nilai

pengetahuan yang baik tetapi juga cara berfikir yang baik.

b. Model Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Model pembelajaran kontekstual merupakan model

pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa

secara penuh dalam rangka menemukan materi dan hubungannya

dengan realitas kehidupan sosial. Sedangkan menurut Mulyasa,

CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi

pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata

sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan

menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari

(Hartono, 2013:83). Dengan menekankan keterkaitan antara

(42)

didapat akan sangat bermanfaat. Karena materi atau pengetahuan

yang diperoleh dari sekolah melalui proses pembelajaran

benar-benar dapat diimplementasikan dalam kehidupannya.

Dalam model pembelajaran kontekstual ada juga

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:

1) Kontruktivisme adalah landasan berfikir filosofi dalam CTL,

yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas

(Rusman, 2011:193).

2) Inkuiri merupakan kegiatan inti dalam CTL, melalui upaya

menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan

dan keterampilan serta kemampuan lain yang diperlukan bukan

hasil dari mengingat seperangkat fakta tetapi merupakan hasil

menemukan diri sendiri (Rusman, 2011:194).

3) Bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Kebiasaan

siswa bertanya atau kemampuan guru untuk menggunakan

pertanyaan yang baik akan mendorong peningkatan kualitas

dan produktivitas pembelajaran (Rusman, 2011:195).

4) Masyarakat belajar maksudnya adalah membiasakan siswa

untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar

(43)

5) Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memeragakan

sesuatu sebagai contoh yang dapat b ditiru siswa (Hartono,

2013:94).

6) Refleksi adalah proses internalisasi pengalaman dengan cara

mengurutkan kembali kejadian sebelumnya dengan penuh

makna (Hartono, 2013:95).

7) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang

dilakukan siswa (Hartono, 2013::95).

Untuk mencapai hasil akhir/tujuan suatu pembelajaran,

harus melalui langkah demi langkah suatu model pembelajaran

yang diterapkan. Adapun langkah-langkah yang ada dalam model

pembelajaran kontekstual sebagai berikut

1) Pendahuluan

 Guru menjelaskan kompetensi yang mesti dicapai serta

manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi

yang akan dipelajari

 Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL. Siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok dan ditugaskan untuk

observasi.

 Guru melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus

(44)

2) Inti pembelajaran

 Siswa melakukan observasi

 Siswa mencatat hal-hal yang ditemukan waktu

observasi

 Ketika selesai di lapangan, tugas siswa di dalam kelas

adalah mendiskusikan hasil temuan mereka,

melaporkan, dan setiap kelompok menjawab setiap

pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.

3) Penutup

 Siswa menyumpulkan hsil observasi dibantu oleh guru

 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis

pengalaman belajarnya (Hartono, 2013:96-98).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa model

pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada

keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan

nyata siswa. Hal ini sangat berguna bagi kehidupan

siswa karena dengan begitu apa yang didapat di sekolah

bukan hanya sebatas teori tetapi dikaitkan dengan

kehidupan nyata. Hal ini dapat dijadikan pedoman

dalam kehidupan sehari-hari.

c. Model Pembelajaran Kooperatif

(45)

mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas.

Melalui cooperative learning, siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya.

Komponen yang penting dalam pembelajaran ini adalah

kooperatif dalam mengerjakan tugas dan memberikan dorongan

atau motivasi. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada

dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan

mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan

keberhasilan kelompoknya (Khanifatul, 2013:19-20). Selain itu

setiap anggota kelompok juga mempunyai tanggung jawab pada

tugas yang diberikan.

Dalam model pembelajaran kooperatif ini pendidik harus

membuat aturan tersendiri dalam sebuah kelompok agar semua

peserta didik dapat terlibat aktif dalam kelompok,seperti setiap

peserta didik harus berpendapat dan memberi masukan terhadap

tugas yang sedang dikerjakan. Ini menjadi penting dalam sebuah

belajar kelompok mengingat banyak belajar kelompok hanya

sekedar nama, sedangkan keterlibatan aktif untuk urun rembuk

dalam memecahkan atau mengerjakan tugas sama sekali tidak

berperan (Hartono, 2013:100). Dengan adanya aturan yang dibuat

pendidik tersebut akan lebih memaksimalkan kinerja dan tanggung

jawab dari setiap peserta didik dalam suatu kelompok untuk

(46)

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam

menerapkan model pembelajaran koperatif, diantaranya adalah:

1) Prinsip ketergantungan positif yaitu dalam pembelajaran

kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tergantung pada

usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

2) Tanggung jawab perseorangan yaitu keberhasilan kelompok

sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.

3) Interaksi tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas

kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka

melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan

menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4) Partisipasi dan komunikasi yaitu melatih siswa untuk dapat

berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan

pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok yaitu menyediakan waktu khusus

bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan

hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama

lebih baik (Rusman, 2011:212).

Prinsip-prinsip di atas perlu diperhatikan agar pembelajaran

yang dilaksanakan dapat sesuai rancangan yang diharapkan.

Adapun langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran

(47)

1. Penjelasan Materi

Dalam tahap ini, guru menjelaskan pokok-pokok materi

pembelajaran. Tujuannya agar guru mempunyai gambaran

tentang materi pelajaran sebelum masuk dalam tahap

mengelompokan siswa menjadi sebuah tim (Hartono,

2013:110). Penyampaian materi hanya sebatas memberikan inti

pandangan tentang pokok materi yang akan didiskusikan.

2. Mengorganisasi Siswa dalam Beberapa Kelompok

Pembentukan kelompok didasarkan atas perbedaan setiap

anggota. Hal ini bertujuan agar siswa dapat saling mendukung

dan terjadi pola peningkatan realasi dan interaksi dengan

beragamnya latar belakang. Guru memantau diskusi dari

beberapa kelompok (Hartono, 2013:111). Di sini guru harus

dapat membagi perhatiannya secara adil agar proses diskusi

dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

3. Evaluasi. Untuk mengevaluasi guru dapat melakukannya

dengan tes, kuis atau bisa pula dengan presentasi dari tiap

kelompok.

4. Memberikan Penghargaan. Pemberian penghargaan untuk

memberi motivasi pada siswa agar bersaing secara sehat untuk

mendapat prestasi yang terbaik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

(48)

Dengan model ini, selain untuk menyelesaikan atau membahas

materi secara tuntas, juga mengajarkan kepada siswa tentang

kerjasama, saling menerima antar anggota kelompok, serta

tanggung jawabnya. Akan tetapi, semua itu dapat terwujud jika

seorang guru memperhatikan dan membuat peraturan agar

tujuan pembelajaran dapat berhasil.

d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Strategi pembelajaran ini merupakan rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian

masalah yang dihadapi secara ilmiah (Khanifatul, 2013:21).

Pembelajaran berbasis masalah sangat berkaitan dengan realitas

kehidupan nyata siswa, sehingga siswa belajar tidak hanya pada

wilayah pengetahuan, tetapi juga mengalami dan merasakan

(Hartono, 2013:114). Dengan begitu hasil dari proses pembelajaran

tersebut bukan hanya pengetahuan saja tetapi juga cara untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan nyata yang dialami.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis

masalah adalah sebagai berikut:

1. Mencari dan menyadari masalah

Pada tahap pertama ini guru harus mencari permasalahan

yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru bisa mencari

permasalahan sebanyak mungkin dan siswa bebas berfikir

(49)

lingkungan (Hartono, 2013:121). Akan tetapi guru harus

menyeleksi permasalahan yang tepat dan sesuai dengan materi

yang akan dibahas agar tujuan pelaksanaan pembelajaran pada

waktu tersebut tercapai.

2. Mengkaji dan merumuskan masalah. Dalam tahap ini guru

mesti memberikan gambaran pada siswa tentang sudut

pandangan yang akan menjadi pusat kajian (Hartono,

2013:122). Dengan begitu, arah pencarian informasi akan

terfokus dan didapatkan kesimpulan yang sesuai.

3. Merumuskan hipotesis. Dengan adanya hipotesis berbagai

kemungkinan dari penyelesaian masalah bisa terbaca. Siswa

mencari informasi dan data yang sekiranya dapat mendukung

terhadap hipotesis awal (Hartono, 2013:122-123).

4. Investigasi dan pengumpulan data. Pada tahap ini, siswa

diharapkan mempunyai kemampuan untuk mencari data,

mengolah, menganalisis serta mampu menyajikannya dengan

menarik serta gampang dimengerti (Hartono, 2013:123).

5. Pembuktian hipotesis. Pada tahap ini, hipotesis bisa diterima

atau ditolak. Semua itu tergantung pada sejauh mana tingkat

validitas data yang telah dikumpulkan oleh siswa, dan sejauh

mana siswa mampu menelaah serta menghubungkan dengan

masalah yang terkait.

(50)

Ini adalah tahap terakhir dalam pembelajaran berbasis

masalah. Pada tahap ini siswa mesti mengambil kesimpulan

dari semua hasil kerja kerasnya. Guru pada bagian terakhir ini

membantu siswa untuk melakukan refleksi dari sekian banyak

data dan proses yang telah dilalui (Hartono, 2013:124).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang

menekankan pada kegiatan penyelesaian suatu masalah yang

ditemui atau dialami siswa secara nyata. Dengan pembelajaran

seperti ini sangat bermanfaat bagi siswa. Hal ini dikarenakan

pembelajaran yang didapat di sekolah bukan hanya sebatas

materi tetapi pengalaman untuk menyelesaikan permasalahan

dalam realita kehidupannya.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam merupakan pelajaran wajib yang pasti ada

disetiap jenjang pendidikan baik tingkat SD/MI, SMP/MTs, maupun

SMA/SMK/MA. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan

melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia

dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama

islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan

(51)

keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak

(Daradjat, 2011:86). Pengertian lain dari pendidikan agama Islam

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,

bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama

islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al- Hadis,

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan

pengalaman (Majid, 2014:11).

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

agama Islam adalah suatu usaha sadar dan terencana yang berupa

bimbingan dan asuhan yang diharapkan dapat menyiapkan peserta

didik menjadi seseorang yang mampu mengenal, memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang diyakininya sesuai

al-Qur’an dan Hadis.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dalam pelaksanaan pendidikan tentu ada tujuan yang ingin dicapai.

Begitu juga dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Ada

beberapa tujuan tujuan dalam pendidikan agama Islam.

a. Tujuan umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan

semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan

cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang

(52)

pandangan. Namun dalam tujuan umum pendidikan agama islam

harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara

tempat pendidikan islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula

dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan itu (Daradjat, 2011:30). Jadi tujuan pendidikan agama

Islam secara umum ini, dari tiap lembaga pendidikan akan berbeda

karena disesuaikan dengan tempat dan institusi yang

menyelenggarakan pendidikan. Akan tetapi semuanya untuk

terbentuk manusia yang sempurna (insan kamil).

b. Tujuan akhir

Tujuan umum dari pendidikan agama Islam adalah terbentuknya

insan kamil dengan pola takwa yang dapat mengalami naik turun,

bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.

Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya.

Karena itulah pendidikan islam diperlukan untuk menumbuhkan,

memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan

tujuan pendidikan yang telah dicapai (Daradjat, 2011:31).

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai

muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses

hidup jelas berisi tentang pendidikan. Inilah akhir dari proses

pendidikan yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan

kamil yang mati dan akan menghadap Allah merupakan tujuan

(53)

akhirnya adalah terbentuknya insan kamil yang tetap terjaga

sampai akhir hayatnya.

c. Tujuan sementara

Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola

takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana,

sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada

pribadi anak didik. tujuan pendidikan islam seolah-olah merupakan

suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin

merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan

pendidikannya lingkaran tersebut semakin besar (Daradjat,

2011:32). Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan sementaranya adalah

terbentuk insan kamil mulai dari tingkatan rendah, dan menjadi

bertambah sesuai jenjang pendidikan yang telah dilaluinya.

d. Tujuan operasional

Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik

suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasional

lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.

Kemampuan dan keterampilan yang dituntut bagi anak didik

merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan insan kamil

dalam ukuran anak, yang menuju kepada bentuk insan kamil yang

semakin sempurna (meningkat) (Daradjat, 2011:33). Jadi

operasional adanya pendidikan agama Islam adalah aplikasi dari

(54)

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai

berikut.

a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan

peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam

lingkungan keluarga.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan

dapat mengubah lingkungannya sesuai ajaran agama islam.

d. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik

dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatifdari

lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya

dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia

seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,

sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki

(55)

berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan bagi orang lain (Majid, 2014:15-16).

Fungsi diadakannya pendidikan agama Islam sangat besar

manfaatnya. Seperti dalam uraian di atas bahwa PAI berfungsi

sebagai pengembangan, penanaman nilai, penyesuaian, perbaikan,

pencegahan, pengajaran, dan penyaluran. Hal ini merupakan bukti

nyata bahwa diadakannya pelajaran PAI untuk memberi bekal

tentang keagamaan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam

kehidupan peserta didik.

C. Insan Kamil

1. Pengertian Insan Kamil

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian insan adalah

manusia (KBBI, 2007:435) sedangkan kamil adalah sempurna (KBBI,

2007:497). Dari kedua definisi tentang insan dan kamil tersebut dapat

dikatakan bahwa insan kamil adalah manusia sempurna. Pengertian

lain dari insan kamil menurut Zakiyah Daradjat adalah manusia utuh

jasmani dan rohani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan

normal karena takwanya kepada Allah (Daradjat, 2012:29).

Konsep tentang insan kamil dikemukakan oleh dua tokoh yaitu Ibn

Arabi dan al-Jilli. Menurut Ibn Arabi manusia sempurna adalah alam

seluruhnya. Karena Allah ingin melihat substansi-Nya dalam alam

seluruhnya, yang meliputi seluruh hal yang ada, yaitu karena hal ini

(56)

maka kemunculan manusia sempurna (insan kamil) menurut Ibn Arabi

adalah esensi kecemerlangan cermin alam. Ibn Arabi membedakan

manusia sempurna menjadi dua bagian. Pertama, manusia sempurna

dengan kedudukannya sebagai manusia baru. Kedua, manusia

sempurna dengan kedudukannya sebagai manusia abadi. Karena itu

manusia sempurna adalah manusia baru yang abadi, yang muncul,

bertahan dan abadi (http://file.upi.edu/ Direktori/FPIPS/ M_K_D_U/

196509171990011 ACENG_KOSASIH/ KONSEP_INSAN_KAML.

pdf, diakses Hari Rabu, 08/07/2015 pukul 09.43).

Gagasan insan kamil al-Jili merupakan penerus dari gagasan Ibn

Arabi. Al-Jilli berpendapat bahwa wakil Tuhan yang sebenarnya

adalah insan kamil (manusia sempurna). Manusia sempurna adalah

manusia yang mengaplikasikan Nur Muhammad dalam kehidupannya.

Kesempurnaan insan kamil tidak lain ialah karena ia merupakan

identifikasi dari hakikat Muhammad. Hakikat Muhammad atau biasa

disebut “logos” dalam istilah filsafat, pada dasarnya merupakan

arketipe kosmos. Makhluk memperoleh kesejahteraan pada hakikat ini

dan mendapat rejeki dari wujudnya. Ia merupakan arketipe dari Bani

Adam, yang semuanya secara potensial adalah insan kamil, meski

hanya di kalangan para Nabi dan wali saja potensi itu menjadi aktual

(Alba, 2012:89).

Menurut Al-Jili, insan kamil adalah dia yang berhadapan dengan

(57)

atau manusia sempurna adalah quib atau axis, tempat segala sesuatu

berkeliling dari mula hingga akhir. Oleh karena itu segala sesuatu

menjadi ada, maka dia adalah satu untuk selamanya. Yang memiliki

berbagai bentuk dan yang muncul dalam kana’is atau rupa yang

bermacam-macam. Untuk menghormati hal yang demikian maka

namanya dipanggil secara berbeda dan untuk menghormati selain

daripadanya, maka panggilan nama yang demikian tidak dipergunakan

pada mereka. Siapakah dia? Nama sebenarnya adalah Muhamad, nama

untuk kehormatannya adalah Abdul Qosim, dan gelarnya Syamsudin/

Sang Menteri Agama (http://file.upi.edu/ Direktori/FPIPS/M_K_D_U/

196509171990011ACENG_KOSASIH/KONSEP_INSAN_KAML.pdf

, diakses Hari Rabu, 08/07/2015 pukul 09.43).

Dari uraian di atas, insan kamil adalah manusia sempurna yang

bertakwa kepada Allah, utuh jasmani dan rohani serta dapat hidup dan

berkembang dengan wajar dan segala yang ada pada dirinya

merupakan cermin nama-nama dan sifat-sifat Allah.

2. Tahapan Menuju Insan Kamil

Manusia dapat dikatakan sebagai manusia sempurna apabila telah

sampai pada kriteria tertentu sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan

acuan manusia disebut insan kamil. Namun insan kamil pada manusis

biasa tentu tidak bisa sempurna seperti Nabi Muhamad SAW. insan

(58)

tersebut merupakan salah satu ciri manusia sempurna. Diantara

sifat-sifat manusia sempurna adalah sebagai berikut:

a. Keimanan

b. Ketaqwaan

c. Keadaban

d. Keilmuan

e. Kemahiran

f. Ketertiban

g. Kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran

h. Persaudaraan

i. Persepakatan dalam hidup

j. Perpaduan dalam umah (https://fixguy.wordpress.com/insan-kamil/

diakses pada hari sabtu, 26 September 2015 pukul 12.15).

Adapun cara untuk mencapai sifat-sifat tersebut diantaranya adalah

a. Ilmu taubat dengan syarat – syaratnya menghindari dari yang

menyebabkan nafsu dengan mengawalnya dengan mendisiplinkan

pergaulan dan harta serta mengambilkan yang halal dan

membelanjakan dalam perkara halal, kemudian disertai dengan

berhemat.

b. Berjaga – jaga supaya amalan tidak binasa oleh niat-niat yang

merobohkannya seperti ria digantikan dengan ikhlas.

(59)

d. Tidak cermat digantikan dengan sifat cermat menyelamatkan diri

daripada kelesuan.

e. Dengan mengamalkan sifat harap dan takut, maksudnya harap

bahwa Allah akan menerima amalan dan menyelamatkan kita,

takut kalau-kalau Allah tidak mengampuni kita dan menerima

amalan kita.

f. Mengamalkan sifat terpuji dan syukur dalam hidup terhadap

Allah juga terhadap makhluk yang menjadi wasilah atau perantara

sampainya nikmat Allah kepada kita. Puji dan syukur itu dapat

berupa rasa gembira dan syukur terhadap nikmat Allah dan lidah

mengucapkan kesyukuran, al-hamdulillah, serta dengan

melakukan perbuatan – perbuatan yang diridhoi Allah SWT

(https://fixguy.wordpress.com/insan-kamil/ diakses pada hari

sabtu, 26 September 2015 pukul 12.15).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk mencapai

derajat insan kamil diantaranya dengan menjalankan/ belajar

mengamalkan sifat-sifat tersebut. Karena sebagai manusia biasa

tidak mungkin dapat mencapai derajat insan kamil seperti

Rosulullah. Di dunia ini yang benar-benar menjadi insan kamil

hanya Nabi Muhamad SAW. Akan tetapi sebagai manusia biasa

dapat mencoba meneladani sifat-sifat insan kamil yang diajarkan

Nabi dengan menjalankan apa yang telah dicontohkan melalui

(60)

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data Gambaran Umum MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik 1. Letak Geografis

MTs Damarjati berlokasi di dusun Damarjati desa Damarjati di

kecamatan Kaliangkrik kabupaten Magelang Kode Pos 56153. Gedung

MTs Damarjati didirikan di atas tanah seluas 745 m2, sedangkan luas

bangunan 258 m2 dengan status gedung milik sendiri dan bersifat

permanen. Adapun batas-batas MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik

adalah sebagai berikut:

a. Sebelah utara Desa Ngendrokilo

b. Sebelah barat Desa Ngawonggo

c. Sebelah selatan Desa Girirejo

d. Sebelah timur Desa Maduretno

2. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik

Magelang

Status : Swasta

Alamat : Jalan : Kauman

Desa/Kecamatan : Kaliangkrik / Kaliangkrik

Kabupaten : Magelang

Gambar

Tabel 2 Data Peserta Didik Tahun 2014/2015
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM) Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PDGK 4209) S1 PGSD Universitas Terbuka DISUSUN OLEH : NAMA : .....................NIM : .....................SEMESTER: IV (EMPAT) UPBJJ : UT PANGKAL PINANG POKJAR : MUNTOK MASA REGISTRASI : 2015.1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PANGKAL PINANG TAHUN 2015 2 / 9 ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSNAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PDGK 4209) Oleh ..................... telah diketahui dan disahkan oleh Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok sebagai salah satu tugas akhir semester IV (Empat). Tempat : Muntok Hari : Minggu Tanggal : Mei 2015 Pembimbing Mahasiswa Sarbudiono, S.Pd ..................... NIP. 19680528 199103 1 005 NIM. ..................... 3 / 9 iii KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini dengan baik. Melalui mata kuliah ini, penulis berlatih untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari dalam kegiatan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga penulis dapat mengoreksi diri agar menjadi seorang guru yang profesional. Penyusunan laporan tugas akhir semester IV ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya : 1.Bapak Drs. Syarif Fadillah, M.Si, selaku kepala UPBJJ UT Pangkal Pinang; 2.Bapak Hermansyah selaku pengelolah UT pangkal Pinang Pokjar Muntok; 3.Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok; 4.Bapak Mulkan selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Jebus; 5.Bapak Sarmin selaku Kepala sekolah Dasar Negeri 5 Simpang Teritip; 6.Bapak Jhoni Darma Putra, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Parittiga; 7.Bapak Parjana, S.Pd.SD selaku Supervisor 2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar; 8.Kedua orang tua dan teman Mahasiswa yang telah memberi bantuan baik moral, maupun materi dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis telah bekerja dengan maksimal. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penulis berharap Laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini akan memberi manfaat bagi pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan. Muntok, Mei 2015 Penulis, 4 / 9 iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN......................................................................1 A.Latar Belakang ...........................................................................1 B.Deskripsi Profil Mahasiswa .............................................................2 BAB II. PELAKSANAAN PKM.......................................................................... 3 A.Manfaat Mengikuti PKM ...............................................................3 B.Tempat Pelaksanaan PKM ..............................................................3 C.Waktu Pelaksanaan PKM ...............................................................3 BAB III. ULASAN PROSES SELAMA PELAKSANAAN PKM .....................5 A.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta ........................5 B.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta ..................5 BAB IV. PENUTUP.............................................................................6 A.Kesimpulan ................................................................................. 6 B.Saran ......................................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................. oLembar Kelengkapan Berkas Laporan Praktek PKM ...............................oSurat Rekomendasi Kepaka Sekolah ...................................................oSurat Kesediaan Teman Sejawat .......................................................o10 (Sepuluh) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... o3 (Tiga) APKG 1 dan APKG 2 .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Refleksi .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Observasi .......................................................oJurnal Pembimbingan .................................................................... 5 / 9 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Mengajar pada hakekatnya ialah membelajarkan siswa, dalam arti mendorong dan membimbing siswa belajar. Membelajarkan siswa mengandung maksud agar guru berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran guru menggunakan berbagai strategi dan media semata-mata supaya siswa belajar (Sri Anitah W, dkk, 2009:1.3). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ketegasan di atas menjelaskan bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme yang harus dimiliki. Profesional sendiri adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) yang telah dilaksanakan, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemammpuan Mengajar (PKM) maka perlu disusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut guna dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Kegiatan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar dilaksanakan di SD Negeri 4 Jebus yang beralamat di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. SD Negeri 4 Jebus dikepalai oleh bapak Mulkan memiliki 7 tenaga pendidik dan 2 tenaga kependidikan. Sekolah ini memiliki 6 rombel dengan jumlah siswa 108 orang yang kebanyakan merupakan penduduk setempat.

dfLAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM) Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PDGK 4209) S1 PGSD Universitas Terbuka DISUSUN OLEH : NAMA : .....................NIM : .....................SEMESTER: IV (EMPAT) UPBJJ : UT PANGKAL PINANG POKJAR : MUNTOK MASA REGISTRASI : 2015.1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PANGKAL PINANG TAHUN 2015 2 / 9 ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSNAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PDGK 4209) Oleh ..................... telah diketahui dan disahkan oleh Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok sebagai salah satu tugas akhir semester IV (Empat). Tempat : Muntok Hari : Minggu Tanggal : Mei 2015 Pembimbing Mahasiswa Sarbudiono, S.Pd ..................... NIP. 19680528 199103 1 005 NIM. ..................... 3 / 9 iii KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini dengan baik. Melalui mata kuliah ini, penulis berlatih untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari dalam kegiatan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga penulis dapat mengoreksi diri agar menjadi seorang guru yang profesional. Penyusunan laporan tugas akhir semester IV ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya : 1.Bapak Drs. Syarif Fadillah, M.Si, selaku kepala UPBJJ UT Pangkal Pinang; 2.Bapak Hermansyah selaku pengelolah UT pangkal Pinang Pokjar Muntok; 3.Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok; 4.Bapak Mulkan selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Jebus; 5.Bapak Sarmin selaku Kepala sekolah Dasar Negeri 5 Simpang Teritip; 6.Bapak Jhoni Darma Putra, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Parittiga; 7.Bapak Parjana, S.Pd.SD selaku Supervisor 2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar; 8.Kedua orang tua dan teman Mahasiswa yang telah memberi bantuan baik moral, maupun materi dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis telah bekerja dengan maksimal. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penulis berharap Laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini akan memberi manfaat bagi pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan. Muntok, Mei 2015 Penulis, 4 / 9 iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN......................................................................1 A.Latar Belakang ...........................................................................1 B.Deskripsi Profil Mahasiswa .............................................................2 BAB II. PELAKSANAAN PKM.......................................................................... 3 A.Manfaat Mengikuti PKM ...............................................................3 B.Tempat Pelaksanaan PKM ..............................................................3 C.Waktu Pelaksanaan PKM ...............................................................3 BAB III. ULASAN PROSES SELAMA PELAKSANAAN PKM .....................5 A.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta ........................5 B.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta ..................5 BAB IV. PENUTUP.............................................................................6 A.Kesimpulan ................................................................................. 6 B.Saran ......................................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................. oLembar Kelengkapan Berkas Laporan Praktek PKM ...............................oSurat Rekomendasi Kepaka Sekolah ...................................................oSurat Kesediaan Teman Sejawat .......................................................o10 (Sepuluh) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... o3 (Tiga) APKG 1 dan APKG 2 .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Refleksi .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Observasi .......................................................oJurnal Pembimbingan .................................................................... 5 / 9 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Mengajar pada hakekatnya ialah membelajarkan siswa, dalam arti mendorong dan membimbing siswa belajar. Membelajarkan siswa mengandung maksud agar guru berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran guru menggunakan berbagai strategi dan media semata-mata supaya siswa belajar (Sri Anitah W, dkk, 2009:1.3). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ketegasan di atas menjelaskan bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme yang harus dimiliki. Profesional sendiri adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) yang telah dilaksanakan, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemammpuan Mengajar (PKM) maka perlu disusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut guna dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Kegiatan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar dilaksanakan di SD Negeri 4 Jebus yang beralamat di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. SD Negeri 4 Jebus dikepalai oleh bapak Mulkan memiliki 7 tenaga pendidik dan 2 tenaga kependidikan. Sekolah ini memiliki 6 rombel dengan jumlah siswa 108 orang yang kebanyakan merupakan penduduk setempat.