• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pemerintahan Daerah

2.3.4 Macam-macam Pengawasan

Apabila ditinjau dari berbagai sudut pandang, maka pengawasan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Macam-macam pengawasan dapat dibedakan dalam beberapa jenis sesuai dengan aspek yang menjadi perhatian

43

utamanya. Lubis dalam buku Pengendalian dan Pengawasan dan Proyek dalam Manajemen menyebutkan macam-macam pengawasan sebagai berikut :

1. Dilihat dari segi bidang kerja atau objek yang diawasi pengawasan- pengawasan dibidang penjualan, produksi, pembiayaan, perbekalan, kualitas, anggaran belanja, pemasaran dan lain sebagainya.

2. Dilihat dari segi subjek atau petugas pengawasan. Pengawasan intern, ekstern, formal, informal dan lain sebagainya.

3. Dilihat dari segi waktu pengawasan. Pengawasan-pengawasan preventif, represif, tengah berprosesnya pengawasan dan sebagainya. 4. Dilihat dari segi lainnya, pengawasan-pengawasan umum, khusus,

langsung, tidak langsung, mendadak, teratur, terus menerus, menurut pengecualian dan sebagainya.

(Lubis, 1985:159)

Macam-macam pengawasan yang telah dikemukakan oleh Lubis dapat dijabarkan kembali dengan berdasarkan pada pendapat para ahli lain.

Dilihat dari segi bidang kerja atau objek yang diawasi, Hasibuan dalam bukunya Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, mengemukakan macam- macam pengawasan sebagai berikut :

1. Production Control (Pengawasan Produksi)

Yaitu untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan rencana yang ada.

2. Financial Control (Pengawasan Keuangan)

Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan pengeluaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengawasan anggaran.

3. Personal Control ( Pengawasan Pegawai)

Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan pegawai, apakah pegawai bekerja sesuai dengan perintah, rencana, tata kerja, absensi pegawai serta lain-lain.

4. Time Control (Pengawasan Waktu)

Pengawasan ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.

5. Policy Control (Pengawasan Kebijaksanaan)

Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan.

44

Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan teknis pelaksanaan.

7. Sales Control (pengawasan Penjualan)

Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan.

(Hasibuan, 1993:35)

Dilihat dari subjek/petugas pengawasan, Handayaningrat mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :

1. Pengawasan dari dalam (Internal control)

Pengawasan dari dalam berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat/unit pengawasan yang dibentuk di dalam organisasi itu sendiri. Aparat unit pengawasan ini bertindak atas nama pimpinan organisasi, dan bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan organisasi, yang diperlukan untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. Hasil pengawasan ini dapat pula dipergunakan untuk menilai kebijaksanaan pimpinan, untuk itu kadang-kadang pimpinan perlu meninjau kembali kebijakan yang telah dikeluarkan. Sebaliknya pimpinan dapat pula melakukan tindakan perbaikan (corrective) terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya.

2. Pengawasan dari luar organisasi (External control)

Pengawasan eksternal berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat/unit pengawasan dari luar organisasi itu. Aparat/unit pengawasan bertindak atas nama atasan dari organisasi tersebut, atau bertindak atas nama pimpinan organisasi itu karena permintaannya. Disamping itu, dapat pula pimpinan organisasi meminta bantuan pihak luar organisasinya, dengan maksud untuk mengetahui efisiensi kerja, untuk mengetahui jumlah keuntungan, untuk mengetahui jumlah pajak yang harus dibayar, dan sebagainya.

3. Pengawasan informal

Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui saluran formal atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini biasanya dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan melalui kunjungan yang tidak resmi (pribaadi atau dengan incagnio. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan kekakuan hubungan antara atasan dengan bawahan. Dengan cara demikian pimpinan menghendaki keterbukaan dalam memperoleh informasi dan sekaligus usul/saran perbaikan dalam penyempurnaannya dari bawahan. Dimana pimpinan dapat memberikan jalan keluar pemecahannya, sebaliknya bawahan merasa bangga karena diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya secara langsung terhadap pimpinan.

45

Sementara Bohari (1992:25) membagi macam teknik pengawasan sebagai berikut :

1. Pengawasan preventif, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan. Pengawasan preventif ini biasanya berbentuk prosedur yang harus ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan. Pengawasan preventif ini bertujuan:

1. Mencegah terjadinya tindakan yang menyimpang dari dasar yang telah ditentukan.

2. Memberi pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara efisien dan efektif.

3. Menentukan saran dan tujuan yang akan dicapai.

4. Menentukan kewenangan dan tanggung jawab sebagai instansi sehubungan dengan tugas yang harus dilaksanakan.

2. Pengawasan represif, ini dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan pengawasan represif dimaksud untuk mengetahui apakah kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah mengikuti kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Pengawasan represif ini biasa dilakukan dalam bentuk:

1. Pengawasan dari jauh, adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara pengujian dan penelitian terhadap surat?surat pertanggungan jawab disertai bukti?buktinya mengenai kegiatan?kegiatan yang dilaksanakan.

2. Pengawasan dari dekat, adalah pengawasan yang dilakukan di tempat kegiatan atau tempat penyelenggaraan administrasi.

Bohari (1992:25)

Jelasnya, pelaksanaan pengawasan ini dilakukan baik selama proses pelaksanaan pekerjaan maupun setelah pekerjaan tersebut selesai dan dapat diketahui hasilnya yang sudah ditetapkan maupun dengan peraturan yang berlaku sehingga apabila ada kesalahan atau penyimpangan dapat segera diketahui dan dicegah agar tidak meluas serta dapat mencari jalan keluar pemecahannya.

Selanjutnya mengenai jenis-jenis pengawasan di lingkungan pemerintahan menurut Siagian, memberikan pendapatnya sebagai berikut :

1. Pengawasan melekat

Bahwa efektivitas manajerial seseorang yang menduduki jabatan pimpinan, tanpa mempersoalkan tingkatannya dalam jajaran

46

kepemimpinan itu sangat bergantung pada kemampuannya melakukan pengawasan melekat disamping kemampuannya menyelenggarakan berbagai fungsi organik manajerial lainnya.

2. Pengawasan fungsional

Pengawasan ini bisa dilakukan oleh aparat pengawasan yang terdapat dalam satu instansi tertentu, tetapi dapat pula dilakukan oleh aparat pengawasan yang berada di luar suatu instansi meskipun masih dalam lingkungan pemerintahan.

3. Pengawasan oleh lembaga Konstitusional

Dalam Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia terdapat dua lembaga konstitusional yang turut melakukan pengawasan yang dapat dikatakan politis. Pertama adalah Badan Pemeriksa Keuangan negara yang dikelola oleh semua aparat yang terdapat dalam lingkungan negara Republik Indonesia. Kedua adalah Dewan Perwakilan Rakyat yang melalui berbagai kegiatannya. Dewan ini dalam arti seluas- luasnya juga melakukan kegiatan pengawasan.

4. Pengawasan Sosial

Dalam masyarakat yang menganut paham demokrasi, partisipasi masyarakat dalam mengawasi jalannya roda pemerintahan bukan saja dibenarkan tetapi juga didorong. Salah satu bentuknya adalah dengan turut serta mengamati pelaksanaan kegiatan tugas-tugas umum pemerintahan seperti dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat dan penyelenggaraan berbagai kegiatan pengaturan dan juga dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembangunan dalam segi kehidupan bangsa dan negara.

(Siagian, 1996:198-204)

Dari pendapat Siagian mengenai jenis-jenis pengawasan dilingkungan pemerintah tadi, dapat diambil pengertian bahwa jenis pengawasan yang pertama yaitu pengawasan melekat adalah fungsi inhern atau sudah dengan sendirinya ada pada setiap pimpinan dalam semua jenjang untuk melakukan pengawasan terhadap pegawai atau bawahannya. Tiga jenis pengawasan yang pertama adalah pengawasan di dalam tubuh badan-badan pemerintahan sendiri, sedangkan jenis pengawasan yang keempat adalah pengawasan dari masyarakat (kontrol sosial) terhadap aparatur pemerintah ataupun jalannya roda pemerintahan yang dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dan media.

47 2.4 Investasi

Menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul “Akutansi Manajemen” Investasi adalah sebagai pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang (Mulyadi, 1997:248).

Sedangkan menurut Eduardus Tandelilin dalam buku yang berjudul “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio” Investasi adalah Komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. (Tandelilin, 2001:3)

Pengertian lain dikemukakan oleh Sunariyah dalam buku yang berjudul “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapat keuntungan dimasa-masa yang akan datang. (Sunariyah, 2006:4)

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari capital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa investasi yang dilakukan memiliki alasan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya demi berjalannya operasional.

48 2.5 Penanam Modal Asing (PMA)

Definisi Penanam Modal Asing (PMA) berdasarkan Undang-undang No. 11 Tahun 1970 tentang Penanam Modal Asing, adalah sebagai berikut:

“Penanam Modal Asing adalah penanaman modal asing secara langsung yang dilangsungkan atau berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanam Modal Asing dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko di penanaman modal tersebut”. Sedangkan berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, adalah sebagai berikut:

“Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”

Berdasarkan definisi Penanaman Modal Asing di atas, maka pengertian Penanaman Modal Asing (PMA) adalah :

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia,yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

2. Alat-alat untuk perusahaan, untuk penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiyai dari kekayaan devisa Indonesia. 3. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang

diperkenankan transfer, tetapi dipergunakan tetapi digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

49

Adapun Penanaman Modal Asing (PMA) dalam Undang-undang ini tidak hanya berbentuk valuta asing, tetapi meliputi alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, penemuan-penemuan milik orang atau badan asing yang dipergunakan dalam perusahaan yang boleh ditransfer ke luar negeri tetapi dipergunakan kembali di Indonesia.

Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan kerja.

Berikut ini adalah Fungsi Penanaman Modal Asing (PMA) bagi Indonesia diantaranya adalah :

1) Sumber dana modal asing dapat dimanfaatkan untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

2) Modal asing dapat berperan penting dalam penggunaan dana untuk perbaikan struktural agar menjadi lebih baik lagi.

3) Membantu dalam proses industrilialisasi yang sedang dilaksanakan.

4) Membantu dalam penyerapan tenaga kerja lebih banyak sehingga mampu mengurangi pengangguran.

5) Mampu meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat.

6) Menjadi acuan agar ekonomi Indonesia semakin lebih baik lagi dari sebelumnya.

50

7) Menambah cadangan devisa negara dengan pajak yang diberikan oleh penanam modal.

Sedangkan Tujuan dari Penanaman Modal Asing (PMA) bagi Indonesia diantaranya adalah :

1) Untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang rendah, manfaat pajak lokal dan lain-lain.

2) Untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-perusahaan lain 3) Untuk mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara sendiri

melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sistem perpajakkan yang lebih menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik. 4) Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu negara

Dokumen terkait