• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Teori Potensi Manusia

2. Macam-Macam Potensi Manusia

Kalau membahas potensi maka erat kaitannya dengan tiga kecerdasan dalam ranah psikis, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Karena kecerdasan merupakan anugerah yang luar biasa yang diberikan Tuhan kepada manusia. Dan menjadikan sebagai salah satu kelebihan mnusia dibandingkan dengan

13 Abin Syamsuddin Makmum, Psikologi Pendidikan...Hal. 32

14 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru...Hal.7

22

makhluk lainnya. Dengan kecerdasan manusia maka dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin komplek, melalui proses berfikir dan belajar terus menerus.15

a. Kecerdasan Intelektual Atau Intelegent Quotient (IQ)

Kecerdasan intelektual ialah bentuk kemampuan individu untuk berfikir, mengolah, dan berusaha untuk menguasai lingkungannya secara maksimal dan terarah. Menurut istilah lain yaitu kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah belajar, memahami gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya.

Ini dapat dikembangkan secara optimal dengan memahami bagaimana sistem lapisan otak dan seperangkat latihan praktis.

Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa otak manusia terdiri dari bermilyar-milyar sel aktif. Minimal terdiri dari 100 milyar sel otak aktif sejak lahir. Yang masing-masing sel otak membuat jaringan sampai 20.000 sambungan setiap detiknya.

Jadi otak manusia berkembang melalui proses belajar alamiah dengan kecepatan 3 milyar sambungan perdetik yang inilah kunci dari kekuatan otak.16

Jadi kecerdasan intelektual adalah kadar kemampuan seseorang dalam menyerap pada hal-hal yang sifatnya fenomenal, faktual, data

15 Abin Syamsuddin Makmum, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pt. Rosdakarya Remaja, 2003) Hal. 32

16 Agus Nggeemanto, Quantum Quantient, Kecerdasan Quantum, Cara Praktis Melejitkan Iq, Eq, Dan Sq Yang Harmonis, (Bandung: Nuansa, 2005) Hal. 37

23

dan berhubungan (matematika) dan itu semua tercermin dalam alam semesta.17

b. Kecerdasan Emosi Atau Emosional Quotient (EQ)

Kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan ketika berhubungan dengan orang lain.18

Ada tujuh kerangka kerja dalam kecakapan kecerdasan emosial ini, yaitu:

1) Kecakapan pribadi adalah kecakapan dalam mengelola diri sendiri.

2) Kesadaran diri adalah bentuk kecakapan untuk mengetahui kondisi diri sendiri serta rasa percaya diri yang tinggi.

3) Pengaturan diri adalah bentuk kecakapan dalam mengendalikan diri dan mengembangkan sifat. Contohnya dipercaya, inovasi, kewaspadaan dan adaptabilitas.

c. Kecerdasan Spiritual Atau Spiritual Quotient (SQ)

Ini merupakan pengembangan berikutnya dalam usaha menguak rahasia kecerdasan manusia yaitu berkaitan dengan fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan. Kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) dipandang masih berdimensi horisontal-materialistik belaka (manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial) dan belum menyentuh persoalan inti kehidupan yang menyangkut fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (Dimensi vertikal-spiritual).

17 Ahmad Surya, Intelektual, Ummi, Edisi Spesial 2, 2006, Hal. 38

18 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional Untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1999) Hal. 512

24

Menurut zakiyah Drajat, Sehebat apapun manusia dengan kecerdasan intelektual maupun emosionalnya, pada saat-saat tertentu, melalui pertimbangan afektif, kofnitif dan konatifnya manusia mengetahui bahwa diluar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha agung yang melebihi apapun, termasuk dirinya.dan penghayatan seperti ini disebut sebagai pengalaman keagamaan (religius experience).19

Ruang lingkup dan makna pribadi dari spriritual luas. Namun spritualitas dapat dimengerti dengan membahas kata kunci yang sering muncul ketika menggambarkan arti spiritual. Ini dapat ditunjukkan dari hasil penelitian Martsolf Dan Mickley pertimbangan berbagai kata kunci, seperti makna (meaning), nilai-nilai (values), transendensi (transendence), dan menjadi (becoming).

Makna merupakan sesuatu yang signifikan dalam kehidupan, merasakan situasi, memiliki dan mengarah pada suatu tujuan. Nilai-nilai adalah kepercayaan, standar etika yang dihargai. Transendensi merupakan pengalaman, kesadaran dan penghargaan terhadap dimensi kehidupan seseorang. Menjadi adalah membuka kehidupan menuntut refleksi dan pengalaman, termasuk siapa seseorang dan bagaimana seseorang mengetahui.20

Ciri-ciri orang yang memiliki SQ yang tinggi adalah sebagai berikut:

1) Ia memiliki prinsip dan visi yang kuat

19 Abin Syamsuddin Makmum, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pt. Rosdakarya Remaja, 2003), Hal. 43

20Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2008), Hal. 299

25

2) Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman 3) Mampu memaknai setiap sisi kehidupan

4) Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.21

Potensi manusia juga dapat dibedakan dalam dua pendekatan, yaitu potensi fitrah dan potensi basyari. Untuk lebih jelas penulis akan kupas satu persatu sebagai berikut:

a) Potensi fitrah atau potensi yang didasarkan pada hakekat penciptaannya, bahwa:

Pertama, manusia memiliki kesanggupan besar untuk mengurus alam dengan memikul amanah yang besar setelah teruji lebih hebat dari seluruh makhluk, langit, bumi, gunung (Qs. al-Ahzab: 72) bahkan malaikat dan jin (Qs. al-Baqarah: 30-33).

Kedua, dengan potensi besar tersebut manusia diberikan kedudukan yang tertinggi yang belum pernah dinyatakan oleh siapapun selain Allah swt, yakni khalifah fi al-ardh (Qs. al-Baqarah: 30-33).

Ketiga, kedudukan tersebut dimotivasikan dengan dasar yang amat kuat, yakni melayani Allah berupa kewajiban beribadah (Qs. al-Dzariyat: 56) dan melayani manusia serta pemakmur bumi.

Keempat, untuk mendukung hal tersebut, manusia diberikan perangkat yang paling canggih, yakni ruhani, akal, jasad, fitrah, dan nafsu, sebagai makhluk fi ahsani taqwim (Qs. al-Tin: 4).

Kelima, seluruh tugas tersebut diberikan fasilitas yang memadai yakni bumi sebagai warisan dan rezeki untuk hidup layak serta al-huda

21 Agus Nggermanto, Quantum Quotient, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Hal. 47

26

sebagai pedoman dan Nabi Muhammad saw, sebagai teladan (Qs. al-Ahzab: 21).

Keenam, manusia memiliki kelemahan umum seperti: tergesa-gesa, mudah keluh kesah, lemah, mudah merasa puas, dan takabur.

Ketujuh, manusia memiliki sifat-sifat utama, yaitu: sabar, tawakal, bersyukur, iman, taqwa, adil, dan ihsan.

b) Potensi basyari, yakni potensi yang dimiliki oleh seseorang yang membedakannya dari orang lain. Potensi ini menjadikan seseorang unik dan memiliki keutamaan-keutamaan tertentu. Hal ini terjadi karena empat hal: pertama, bakat atau kecenderungan, kedua: usaha, hasil belajar dan pengembangan diri, ketiga: adanya kesempatan atau peluang yang tersedia, dan yang keempat: takdir (faktor eksternal yang ghaib).

Ada empat potensi basyari, yakni:

(1). Potensi aktual atau kasat mata yaitu potensi yang secara mudah dapat dikenali melalui pengamatan sekilas berdasarkan ciri-ciri fisik ataupun perbuatan yang tampak. Potensi ini bisa langsung dimanfaatkan seketika, tanpa harus sulit memunculkannya.

(2). Potensi laten yaitu potensi yang kadang muncul apabila ada kesempatan yang merangsangnya, tetapi tidak juga muncul apabila dibiarkan. Untuk memperlihatkannya perlu latihan dan peluang yang cukup.

(3). Potensi tersamar yaitu potensi yang tertutup karena adanya kelemahan tertentu, adanya salah tempat atau tersia-siakan karena

27

mengerjakan hal lainnya, yang akan merusak potensi utamanya.

Untuk memunculkannya perlu penelusuran secara lebih mendalam oleh spesialis tertentu, serta perlu memperoleh proses pengajaran dan pengaktifan yang khusus.

(4). Potensi rahasia yaitu potensi yang kita tidak akan pernah tahu kecuali sesuatu hal yang istimewa terjadi atau adanya pertilongan Allah, untuk memunculkannya memerlukan kedekatan dengan Allah dan menyerahkannya kepada izin Allah.

Begitu tinggi derajat manusia, maka dalam pandangan Islam, manusia harus menggunakan potensi yang diberikan Allah kepadanya untuk mengembangkan dirinya baik dengan pancaindra, akal, maupun hatinya, sehingga benar-benar menjadi manusia yang seutuhnya.22

Dokumen terkait