• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.4 Analisis Rasio Keuangan

2.2.4.2 Macam-macam Rasio Keuangan

Menurut Agnes Sawir (2005:7) rasio keuangan dikelompokkan ke dalam lima kelompok dasar, yaitu : likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian.

1. Rasio Likuiditas

Menurut Agnes Sawir (2005:8) Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo. Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah :

a. Current Ratio (rasio lancar)

Menurut Agnes Sawir (2005:10) current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.

Current Assets

Current Ratio =

Current Liabilities

Sumber : Sawir (2005) b. Quick Ratio (rasio cepat)

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik (Harahap 2002:302).

Current Assets -Inventory

Quick Ratio =

Sumber : Sawir (2005) c. Cash Ratio (rasio kas)

Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Cash + Marketable Securities

Cash Ratio =

Current Liabilities

Sumber : Sawir (2005) 2. Rasio Leverage

Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (Harahap 2002:306). Rasio-rasio leverage yang umum digunakan adalah :

a. Debt to Total Asset Ratio (rasio utang atau debt ratio)

Menurut Agnes Sawir (2005:13) Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham.

Total Debt

Debt Ratio =

Total assets

b. Debt to Equity Ratio atau DER(Rasio utang terhadap ekuitas)

Menurut Agnes Sawir (2005:13) Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memnuhi seluruh kewajibannya.

Total Debt

DER =

Total Equity

Sumber : Sawir (2005)

c. Time Interest Earned TIE (rasio laba terhadap beban bunga)

Rasio ini disebut juga rasio penutupan (Coverage Ratio), mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT), sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dalam pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman (Agnes Sawir 2005:14).

EBIT

TIE =

Interest Charge

Sumber : Sawir (2005)

d. Fixed Charge Coverage FCC (rasio penutupan beban tetap)

Menurut Agnes Sawir (2005:14) Rasio ini mirip denga rasio TIE, namun rasio ini lebih lengkap karena dalam rasio ini diperhitungkan kewajiban perusahaan seandainya perusahaan melakukan leasing (sewa beli) aktiva dan memperoleh utang jangka panjang berdasarkan kontrak sewa beli.

Earning Before Taxes + Interest Charge + Lease

Obligation

FCC =

Interset Charge + Lease Obligation

3. Rasio Aktivitas

Menurut Agnes Sawir (2005:14) Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain. Rasio aktivitas yang umum digunakan adalah :

a. Inventory Turn over (rasio perputaran persediaan)

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan (Agnes Sawir 2005:15).

Sales Inventory Turn over Ratio =

Inventory

Sumber : Sawir (2005)

b. Average Collection Period (periode penagihan rata-rata)

Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Sumber : Sawir (2005)

c. Working Capital Turnover (rasio perputaran modal kerja) Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Sales

Working Capital Turnover =

Net Working Capital

Sumber : Sawir (2005)

Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

d. Fixed Asset Turnover (rasio perputaran aktiva tetap)

Menurut Agnes Sawir (2005:17) Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap.

Sales

Fixed Assets Turnover =

Fixed Assets

Sumber : Sawir (2005)

e. Total Assets Turnover (rasio perputaran total aktiva)

Menurut Agnes Sawir (2005:17) Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya

lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.

Sales Total Assets Turn over =

Total Assets

Sumber : Sawir (2005)

4. Rasio profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Agnes Sawir 2005:17).

Menurut Kasmir (2008:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan prusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah :

a. Gross Profit Margin (marjin laba kotor)

Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atas biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Dalam mengevaluasi dapat dilihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut sensitif terhadap pesaingnya (Agnes Sawir 2005:18).

Sales – Cost of Good Sold Gross Profit Margin =

b. Net Profit Margin (marjin laba bersih)

Menurut Agnes Sawir (2005:18) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.

Net Income

Net Profit Margin =

Sales

Sumber : Sawir (2005)

Menurut kasmir (2008:200) margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.

c. Basic Earning Power (daya laba dasar atau rentabilitas ekonomi)

Menurut Agnes Sawir (2005:19) Daya dasar laba mencoba mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang menunjukkan rentabilitas ekonomis perusahaan.

EBIT Basic Earning Power =

Total Assets

Sumber : Sawir (2005)

d. Return on Assets (hasil pengembalian atas investasi atau ROI)

Menurut Weston & Copeland (1995:240) rasio ini mencoba mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan.

Net Income

Return on Assets =

Total Assets

Menurut Kasmir (2008:202) rasio ini menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

e. Return on Equity (hasil pengembalian atas ekuitas atau ROE)

Menurut Agnes Sawir (2005:20) Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelolah modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha.

Net Income

Return on Equity =

Equity

Sumber : Sawir (2005)

Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir 2008:204).

5. Market Value Ratio ( Rasio Nilai Pasar )

Rasio nilai pasar memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang akan dipikirkan investor mengenai kinerja perusahaan pada suatu periode serta prospek perusahaan tersebut pada periode yang akan datang. Jika rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan rasio profitabilitas perusahaan baik, maka rasio nilai

setinggi nilai yang diharapkan. Rasio penilaian yang umum digunakan antara lain, adalah :

a. Price to Earning Ratio ( Rasio Harga terhadap Laba )

Investor biasanya menghubungakn laba tahun berjalan terhadap current price dengan menggunakan hubungan rasio harga terhadap laba. PER adalah suatu rasio sederhana yang diperoleh dengan membagi harga pasar suatu saham dengan EPS. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Price Price to Earning Ratio =

Earning

Sumber : Sawir (2005)

b. Market to Book Ratio ( Rasio harga pasar terhadap nilai buku)

Rasio ini menggambarkan penilaian pasar keuangan terhadap manajemen dan organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan. Nilai buku menggambarkan biaya pendirian historis dan aktiva fisik perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Market Value

Market to Book Ratio =

Book Value

Dokumen terkait