PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
GALIH AJI PANUTO NPM. 0642010071
PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )
Disusun Oleh : GALIH AJI PANUTO
NPM. 0642010071
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui, PEMBIMBING
Drs. Nurhadi, MSi NIP. 030 227 930
Mengetahui, D E K A N
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. NIP. 030 175 349
PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ) Oleh :
GALIH AJI PANUTO NPM. 0642010071
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 20 Mei 2010
Pembimbing Tim Penguji :
1.
Drs. Nurhadi, M.Si. Dr. JOJOK D. S.Sos, M.Si. NIP. 030 227 930 NIP. 957 000 042
2.
Drs. Nurhadi, M.Si. NIP. 030 227 930
3.
Dra. Ety Dwi Susanti, M.Si. NIP. 030 227 786
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkah anugerah dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Tobacco Manufacture yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI )”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur, khususnya Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik guna
melengkapi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis.
Hasil skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud karena bantuan dan bimbingan dari Bapak Drs. Nurhadi, MSi selaku
sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional ”
Veteran ” Jawa Timur sekaligus dosen pembimbing skripsi. Selain itu, penulis
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.
2. Bapak Drs. Sadjudi, MSi selaku ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.
3. Bapak dan ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang telah
4. Kedua orang tua serta kakak saya yang senantiasa memberikan doa dan
motivasi agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Teman – teman Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan
Nasional ”Veteran” Jawa Timur angkatan 2006 yang sudah memberikan
semangat dan dukungan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dan banyak kekurangan. Oleh karena itu segala ide, kritik dan saran yang
konstruktif senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
dengan terselesainya skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, April 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...iii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR ...xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
ABSTRAKSI ...xiii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
1.1..Latar Belakang ... 1
1.2..Rumusan Masalah ... 6
1.3..Tujuan Penelitian ... 7
1.4..Manfaat Penelitian ... 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1Penelitian Terdahulu ... 9
2.2Landasan Teori... 11
2.2.1Manajemen Keuangan... 11
2.2.2.1Pengertian Laporan Keuangan... 12
2.2.2.2Macam-macam Laporan Keuangan... 13
2.2.2.3Tujuan Laporan Keuangan ... 14
2.2.2.4Keterbatasan Laporan Keuangan... 15
2.2.3Analisis Laporan Keuangan ... 16
2.2.3.1Pengertian Analisis Laporan Keuangan ... 16
2.2.3.2Tujuan dan Manfaat Analisis... 17
2.2.3.3Bentuk-bentuk dan Teknik Analisis ... 18
2.2.4Analisis Rasio Keuangan ... 20
2.2.4.1Pengertian Analisis Rasio Keuangan... 20
2.2.4.2Macam-macam Rasio Keuangan ... 21
2.2.5Rasio Aktivitas ... 31
2.2.5.1Pengertian Rasio Aktivitas ... 31
2.2.5.2Macam-macam Rasio Aktivitas... 32
2.2.6Laba... 35
2.2.6.1Pengertian Laba ... 35
2.2.6.2Pengertian Pertumbuhan Laba... 37
2.2.6.3Analisis Pertumbuhan Laba... 38
2.2.7Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba .... 39
2.3Kerangka Berpikir... 40
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 45
3.2.1 Populasi dan Sampel ... 45
3.2.2 Teknik Penarikan Sampel ... 46
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 47
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 47
3.4.1 Teknik Analisis ... 47
3.4.2 Uji Hipotesis ... 51
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 53
4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 53
4.1.1.1 Sejarah Perkembangan PT Bursa Efek Indonesia .. 53
4.1.1.2 Visi dan Misi PT Bursa Efek Indonesia ... 56
4.1.1.3 Gambaran Umum Perusahaan Rokok ... 57
4.1.2 Penyajian Data ... 64
4.1.2.1 Variabel Pertumbuhan Laba ... 64
4.1.2.2 Variabel Inventory Turn Over... 67
4.1.2.3 Variabel Average Collection Period... 69
4.1.2.4 Variabel Working Capital Turn Over... 70
4.1.2.5 Variabel Fixed Assets Turn Over... 72
4.1.2.6 Variabel Total Assets Turn Over... 73
4.2Analisis dan Pengujian Hipotesis... 75
4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 75
4.2.3 Pengujian Hipotesis... 82
4.2.3.1 Uji F... 82
4.2.3.2 Koefisien Determinasi ... 83
4.2.3.3 Uji t... 84
4.3Pembahasan Hasil Penelitian ... 85
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 92
5.1 Kesimpulan ... 92
5.2 Saran... 93
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Laporan Laba Rugi Perusahaan Rokok... 65
4.2 Hasil Perhitungan Pertumbuhan Laba... 67
4.3 Hasil Perhitungan Inventory Turn Over... 68
4.4 Hasil Perhitungan Average Collection Period... 69
4.5 Hasil Perhitungan Working Capital Turn Over... 71
4.6 Hasil Perhitungan Fixed Assets Turn Over... 73
4.7 Hasil Perhitungan Total Assets Turn Over... 74
4.8 Uji Multikolinieritas... 77
4.9 Nilai Durbin Watson Statistik ... 79
4.10 Tabel Durbin Watson ... 79
4.11 Regresi Linier Berganda Uji t ... 80
4.12 Hasil Perhitungan Uji F... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir... 40
4.1 Grafik Laporan Laba Rugi Perusahaan Rokok ... 66
4.2 Grafik Normal P-Plot ... 76
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Laporan Laba Rugi Perusahaan Rokok
Lampiran 2 : Data Penjualan Perusahaan Rokok
Lampiran 3 : Data Aktiva Tetap Perusahaan Rokok
Lampiran 4 : Data Total Aktiva Perusahaan Rokok
Lampiran 5 : Data Persediaan Perusahaan Rokok
Lampiran 6 : Data Piutang Usaha Perusahaan Rokok
Lampiran 7 : Data Hutang Lancar Perusahaan Rokok
Lampiran 8 : Data Aktiva Lancar Perusahaan Rokok
Lampiran 9 : Input SPSS
ABSTRAKSI
GALIH AJI PANUTO, 2010, PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDOESIA (BEI)
Pertumbuhan laba merupakan salah satu informasi prediksi yang sangat penting bagi para pengguna laporan keuangan yang menggambarkan prospek hasil usaha dan keadaan keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Pertumbuhan laba dapat dianalisis dengan analisis fundamental, yaitu dengan melihat rasio keuangan perusahaan. Salah satu rasio keuangan yang digunakan yaitu rasio aktivitas. Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio aktivitas terhadap pertumbuhan laba.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari perusahaan rokok yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai pada tahun 2008.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling sehingga data
yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan rokok yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama empat tahun, yaitu tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi : Inventory Turn Over
(X1), Average Collection Period (X2), Working Capital Turn Over (X3), Fixed
Assets Turn Over (X4) dan Total Assets Turn Over (X5) sedangkan variabel terikatnya adalah pertumbuhan laba (Y). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda.
Melalui analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel bebas terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
laba. Sedangkan secara parsialdiketahui bahwa Fixed Assets Turn Over dan Total
Assets Turn Over berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Sedangkan Inventory Turn Over, Average Collection Period, Working Capital
Turn Over tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia, di Indonesia juga
terus mengalami peningkatan. Pada kondisi ini maka industrialisasi di Indonesia
juga mengalami perkembangan. Dalam era pasar modal yang semakin besar,
persaingan antara perusahaan-perusahaan akan semakin ketat pula sehingga
perusahaan-perusahaan yang dihadapi bukan terbatas pada lingkup nasional saja
tapi juga internasional. Disamping itu perkembangan pasar modal yang pesat
menciptakan berbagai peluang atau alternatif investasi bagi para investor. Di sisi
lain perusahaan pencari dana harus bersaing dalam mendapatkan laba dalam pasar modal. Oleh karena itu perusahaan semakin dituntut agar lebih tanggap dalam
menghadapi segala permasalahan yang timbul baik pada saat ini maupun pada saat
yang akan datang.
Laba merupakan salah satu informasi keuangan yang menarik perhatian
bagi para investor karena lebih berkepentingan untuk prospek perusahaan di masa
yang akan datang. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba pada masa
yang akan datang merupakan salah satu indikasi kinerja dan prospek perusahaan
sehingga keandalan informasi laba suatu perusahaan di masa yang akan datang
sangat menarik investor.
Kemampuan menghasilkan laba yang maksimal pada suatu perusahaan
investor dan kreditur mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan kemampuan
perusahaan yang terlihat dari kinerja manajemen dalam menghasilkan laba di
masa (Suprihatmi, 2005:02). Untuk dapat menilai kinerja perusahaan maka
pihak-pihak yang berkepentingan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang
dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi
para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.
Dengan mengelolah lebih lanjut laporan keuangan akan diperoleh prediksi tentang
apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang (Prastowo, 2005:56).
Pada perkembangannya perusahaan rokok di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup bagus. Produksi rokok pada lima tahun terakhir telah
mengalami peningkatan produksi dari 223 miliar batang pada tahun 2004 menjadi 240 miliar batang pada tahun 2008. Peningkatan rata-rata 4,78 % per tahun.
Penerimaan cukai untuk tahun yang sama meningkat dari Rp 29,1 triliun menjadi
Rp 49 triliun, atau meningkat rata-rata 13,64 % per tahun. Pertumbuhan produksi
pada skala mikro menjadi pemicunya (www.tempo.com).
Ibarat dua sisi mata uang, industri rokok dibutuhkan tetapi di sisi lain
ruang geraknya dibatasi. Bagaimana tidak, industri rokok selama ini memberikan
pemasukan cukai yang sangat besar bagi pemerintah. Industri rokok, pada 2008,
menyumbang cukai sebesar Rp 57 triliun. Jumlah produksi rokoknya pun
dan yang terbaru adalah pengesahan Rancangan Undang-Undang Retribusi
Daerah dan Pajak Daerah yang memberi hak kepada pemerintah daerah untuk
memungut pajak peredaran rokok 10% - 15%. Belum lagi pemerintah pun
memasukkan sektor rokok dalam Daftar Negatif Investasi. Artinya, investor tak
bisa lagi mendirikan pabrik rokok di republik ini. Tak hanya itu, sekarang terdapat
suatu paradigma atau concern di masyarakat modern bahwa konsumsi rokok akan
sangat merugikan kesehatan.
Dampak yang ditimbulkan dari kebijakan yang dilakukan pemerintah
mengenai cukai dan pembelian pita rokok sangat berpengaruh terhadap industri
rokok. Sebut saja PT Bentoel Internasional Investama yang harus melakukan
akuisisi dengan PT British American Tobacco karena PT Bentoel Internasional
Invesatama mengalami penurunan baik dalam penjualan maupun laba. Tidak saja PT Bentoel Internasional Investama yang mengalami penurunan, namun PT
Gudang Garam juga mengalami penurunan laba bersih sebesar 46,69 % pada
tahun 2006 (www.tempo.co.id).
Meskipun dampak dari aturan pembatasan merokok terus bermunculan
dan cukai serta pita rokok terus dinaikkan, produsen rokok nasional terus berusaha
untuk mencetak laba. Hal ini pun menjadi alasan investor asing masih terus
me-ngincar pabrik-pabrik rokok di Indonesia. Tengok saja, pada semester I/2009,
Gudang Garam dan HM Sampoerna sama-sama membukukan kenaikan laba
bersih cukup tinggi. Laba Gudang Garam bahkan melonjak hingga 60%, dipicu
turunnya beban pokok penjualan. Prestasi pabrik rokok kebanggaan warga Kediri,
yang meraih kanaikan laba bersih 28% yang didorong peningkatan penjualan
(www.swa.co.id).
Saat ini terdapat empat perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI), yakni Gudang Garam dengan kode saham GGRM, HM
Sampoerna (HMSP), PT Bentoel International Investama (RMBA) dan British
American Tobacco Indonesia (BATI).
Laba yang dicapai oleh PT Gudang Garam Tbk mengalami fluktuasi yaitu
: pada tahun 2005 naik sebesar 5,55 %, pada tahun 2006 turun sebesar -46,67 %,
pada tahun 2007 naik sebesar 43,24 %, dan pada tahun 2008 naik sebesar 30,27
%.
Laba yang dicapai PT HM Sampoerna Tbk secara berturut-turut yaitu :
pada tahun 2005 naik sebesar 19,64 %, tahun 2006 naik sebesar 48,15 %, tahun 2007 naik sebesar 2,65 %, dan pada tahun 2008 naik sebesar 7,49 %.
Laba yang dicapai PT Bentoel International Investama (RMBA) Tbk juga
mengalami fluktuasi yaitu : tahun 2005 naik sebesar 33,64 %, tahun 2006 naik
sebesar 25,64 %, tahun 2007 naik sebesar 66,94 %, dan pada tahun 2008 turun
sebesar -1,56 %.
Laba yang dicapai British American Tobacco Indonesia (BATI) juga
mengalami fluktuasi yaitu : tahun 2005 turun sebesar – 193,53 %, tahun 2006
turun sebesar - 425,56 %, tahun 2007 turun sebesar – 44,92 %, dan pada tahun
Dalam kondisi seperti ini informasi mengenai laba di masa yang akan datang akan
sangat penting tidak hanya bagi para investor melainkan perusahaan untuk
mengetahui kondisi perusahaan dimasa yang akan datang sehingga perusahaan
dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil untuk meminimalisasi
terjadinya penurunan laba.
Dalam kondisi seperti ini, Interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu
perusahaan sangat diperlukan. Ukuran yang sering digunakan untuk menganalisis
laporan keuangan adalah rasio. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang
dinyatakan dalam “arithmatical terms”, yang dapat digunkan untuk menjelaskan
hubungan antara dua macam data finansiil (Riyanto, 2001:329).
Salah satu rasio keungan yang digunakan adalah rasio aktivitas. Menurut
Harahap (2002:308) Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian dan kegiatan lainnya. Sedangkan Menurut Kasmir (2008:172) rasio
aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.
jika piutang dan perputaran persediaan cepat maka arus kas dari customer
dapat diinvestasikan untuk pengembalian yang akan meningkatkan pendapatan
bersih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas memiliki
hubungan positif dengan perubahan laba (Shim dan Siegel 1987:27).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Alasan dipilih perusahaan rokok adalah karena perusahaan ini
dari pajak cukai. Selain itu perusahaan rokok juga merupakan salah satu industri
yang menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Pertumbuhan
Laba Pada Tobacco Manufacture Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah :
1. Apakah Inventory Turnover Ratio, Average Collection Period, Working
Capital Turnover,Fixed Asset Turnover dan Total Assets Turnover secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
2. Apakah Inventory Turnover Ratio secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) ?
3. Apakah Average Collection Period secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) ?
5. Apakah Fixed Asset Turnover secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) ?
6. Apakah Total Assets Turnover secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Inventory Turnover Ratio,Average Collection
Period,Working Capital Turnover,Fixed Asset Turnover dan Total Assets
Turnover secara simultan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
2. Untuk mengetahui pengaruh Inventory Turn Over Ratio secara parsial
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) ?
3. Untuk mengetahui pengaruh Average Collection Period secara parsial
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) ?
4. Untuk mengetahui pengaruh Working Capital Turn Over secara parsial
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa
5. Untuk mengetahui pengaruh Fixed Asset Turnover secara parsial terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) ?
6. Untuk mengetahui pengaruh Total Asset Turnover secara parsial terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) ?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Dapat digunakan sebagai pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan
atau teori khususnya teori keuangan yang selama ini sudah didapatkan
pada waktu kuliah.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi manajer untuk
pengambilan keputusan atau membuat kebijakan perusahaan khususnya
dalam bidang manajemen keuangan.
3. Dapat digunakan sebagai bahan atau informasi dalam pengambilan
keputusan investasi dan memberikan gambaran kepada investor dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Iwan Kristantyo (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada
Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”.
Penelitian ini mengambil sampel yang digunakan sebanyak 8 perusahaan makanan
dan minuman yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Penelitian dilakukan selama
periode 2001 – 2004. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan.
Dalam penelitian ini digunakan analisis uji regresi linier berganda dengan uji F
dan uji t.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa rasio profitabilitas dan
rasio aktivitas yang terdiri dari rasio perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran
total aktiva berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan makanan
dan minuman yang go publik di Bursa Efek Jakarta teruji kebenarannya.
Yessieca Diamanta (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Rasio Aktivitas dan Rasio Profitabilitas Dalam Memprediksi Perubahan Laba
Pada Perusahaan Metal and Allied Products yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Sampel penelitian ini menggunakan 11 perusahaan mulai tahun 2005
sampai dengan tahun 2007. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier
Penelitian ini menyimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
rasio aktivitas dan rasio profitabilitas berpengaruh dalam memprediksi perubahan
laba pada perusahaan metal and allied product yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tidak teruji kebenarannya.
Anita Rahmawati (2002) mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh
Rasio Solvabilitas dan Rasio Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada
Perusahaan Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek Surabaya”. Penelitian ini
dilakukan pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya selama
periode 1999 sampai 2001. Alat uji statisitik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan rasio solvabilitas dan
rasio aktivitas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya dengan nilai Fhit (4,762)
> Ftab (2,849). Secara parsial rasio solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya
dengan nilai Fhit (3,696) > Ftab (2,179). Secara parsial rasio aktivitas berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di
Bursa Efek Surabaya dengan nilai Fhit (2,904) > Ftab (2,179).
2.2 Landasan Teori
kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang
melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut dengan manajer keuangan.
Keputusan-keputusan keuangan yang harus diambil oleh manajer
keuangan yaitu :
1. Keputusan investasi yaitu keputusan dalam penggunaan dana
2. Keputusan pendanaan yaitu keputusan untuk memperoleh dana
3. Keputusan pembagian laba yang juga disebut sebagai kebijakan deviden
Data keuangan yang diperlukan untuk analisis keuangan yaitu diambil dari
laporan-laporan keuangan yang pokok seperti neraca dan laporan laba rugi.
Neraca merupakan laporan keuangan yang melaporkan jumlah kekayaan,
kewajiban keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Jumlah
kekayaan disajikan pada sisi aktiva sedangkan jumlah kewajiban dan miodal
sendiri disajikan pada sisi pasiva.
Sedangkan laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan
pendapatan dari penjualan, berbagai biaya dan laba yang diperoleh perusahaan
selama periode tertentu.
2.2.2 Laporan Keuangan
2.2.2.1 Pengertian laporan Keuangan
Menurut Agnes Sawir (2005:2) Media yang dapat dipakai untuk meneliti
kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca,
perhitungan laba rugi, ikhtisr laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan.
diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhirpun
disajikan dalam nilai uang.
Menurut Weston & Copeland (1995:24) laporan keuangan melaporkan
prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan
analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa
depan.
Menurut Kasmir (2008:7) laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini
adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu
(untuk laporan laba rugi).
Menurut Harahap (2002:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi
keuangandan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu.
2.2.2.2 Macam-macam Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2008:28) laporan keuangan menggambarkan pos-pos
keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam prakteknya
dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti :
4. Laporan catatan atas laporan keuangan
5. Laporan kas
Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan
dimaksudkan adalah posisi jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal
perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu.
Laporan laba rugi merupakan laporan yang memberikan informasi tentang
hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan. Laporan laba rugi juga berisi jumlah
pendapatan yang diperoleh dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain
laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau
penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam
suatu periode tertentu.
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan
jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga
menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan
dengan laporan keuanga yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi
tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga
menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya adalah agar pengguna laporan
keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan.
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk
dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapata atau
telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat
untuk periode tertentu.
2.2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan
Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam
pembuatan laporan keuangan, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen
perusahaan. Laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan beberapa
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Menurut Kasmir (2008:10) beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan
laporan keuangan yaitu :
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva yang dimiliki
perusahaan pada saat ini
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewjiban dan modal
yang dimiliki perusahaan pada saat ini
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan
8. Informasi keuangan lainnya
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan
keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan
dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan
melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang biasa
dilakukan.
2.2.2.4 Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2008:16) beberapa keterbatasan laporan keuangan yang
dimiliki perusahaan yaitu :
1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis),
dimana data-data yang diambil dari data masa lalu
2. Laporan keuangan dibuat umum artinya untuk semua orang bukan
hanya untuk pihak tertentu saja
3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi
ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak
menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan
5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang
ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan
pada sifat formalnya.
2.2.3 Analisis Laporan Keuangan
2.2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu kata analisis dan
laporan keuangan. Kata analisis berarti memecahkan atau menguraikan sesuatu
unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah neraca,
laba/rugi, dan arus kas (dana).
Kalau dua pengertian ini digabungkan maka analisis laporan keuangan
berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai
makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap
2002:189).
Menurut Kasmir (2008:66) agar laporan keuangan menjadi lebih berarti
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, maka perlu
dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan
analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan
dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak.
Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang
kelemahan dan kekuatan yang dimilki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan
ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut.
2.2.3.2 Tujuan dan Manfaat Analisis
Menurut Kasmir (2008:68) tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan
adalah :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini
5. Untuk melakukan penelitian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis
2.2.3.3 Bentuk-bentuk dan Teknik Analisis
Menurut Harahap (2002:216) terdapat beberapa jenis-jenis teknik dalam
analisis laporan keuangan yaitu :
1. Metode komparatif
Melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya yang relevan dan
bermakna untuk mengetahui perbedaan, besaran, maupun hubungannya
- Intra perusahaan
- Inter perusahaan
- Industrial norm
- Budget
2. Trend analysis – horizontal
Analisa ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan beberapa
tahun dan dari sini digambarkan trendnya. Trend analisis ini biasanya dibuat
melalui grafik. Dan untuk itu perlu dibantu oleh pengetahuan statistik misalnya
menggunakan linier programming, rumus chi square, rumus y = a + bx
a. Indeks
b. Numbers
3. Common size financial statement (laporan bentuk awam), metode ini adalah
merupakan metoda analisa yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk
presentasi. Presentasi itu biasa dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilai
4. Metode index time series
Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk mengkonversikan
angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100.
5. Analisa rasio
a. Likuiditas
b. Profitabilitas/Rentabilitas
c. Solvabilitas
d. Leverage
e. Aktivitas
f. Market Based Ratio
6. Teknik Analisa lain
a. Analisa sumber dan penggunaan dana
b. Analisa break event
c. Analisa gross profit
d. Dupont analysis
Analisis du pont adalah analisis yang mempertajam analisis rasio dengan
memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset.
7. Analitycal review/transactional analysis
8. Model analisa
a. Bond rating
b. Bankruptcy model
c. Net cash flow prediction model
2.2.4 Analisis Rasio Keuangan
2.2.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Menurut Agnes Sawir (2005:6) analisis rasio keuangan, yang
menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan
lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian
posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan
memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan memberikan pandangan ke
dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh.
Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan. Pertama, analis
dapat membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang
untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal). Kedua, perbandingan
meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis
atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama (perbandingan eksternal).
Menurut Harahap (2002:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan
sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Menurut Kasmir (2008:122) analisis rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan. Perbandingan
dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan
2.2.4.2 Macam-macam Rasio Keuangan
Menurut Agnes Sawir (2005:7) rasio keuangan dikelompokkan ke dalam
lima kelompok dasar, yaitu : likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan
penilaian.
1. Rasio Likuiditas
Menurut Agnes Sawir (2005:8) Rasio likuiditas merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan
jatuh tempo. Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah :
a. Current Ratio (rasio lancar)
Menurut Agnes Sawir (2005:10) current ratio merupakan ukuran yang
paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban
jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor
jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam
periode yang sama dengan jatuh tempo utang.
Current Assets
Current Ratio =
Current Liabilities
Sumber : Sawir (2005)
b. Quick Ratio (rasio cepat)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid
mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik (Harahap
2002:302).
Current Assets -Inventory
Quick Ratio =
Sumber : Sawir (2005)
c. Cash Ratio (rasio kas)
Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi
perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.
Cash + Marketable Securities
Cash Ratio =
Current Liabilities
Sumber : Sawir (2005)
2. Rasio Leverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap
modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai
oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan
oleh modal (Harahap 2002:306). Rasio-rasio leverage yang umum digunakan
adalah :
a. Debt to Total Asset Ratio (rasio utang atau debt ratio)
Menurut Agnes Sawir (2005:13) Rasio ini memperlihatkan proporsi antara
kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil
persentasenya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor
maupun pemegang saham.
Total Debt
Debt Ratio =
Total assets
b. Debt to Equity Ratio atau DER(Rasio utang terhadap ekuitas)
Menurut Agnes Sawir (2005:13) Rasio ini menggambarkan perbandingan
utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan
modal sendiri perusahaan tersebut untuk memnuhi seluruh kewajibannya.
Total Debt
DER =
Total Equity
Sumber : Sawir (2005)
c. Time Interest Earned TIE (rasio laba terhadap beban bunga)
Rasio ini disebut juga rasio penutupan (Coverage Ratio), mengukur
kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT),
sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dalam
pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman (Agnes Sawir 2005:14).
EBIT
TIE =
Interest Charge
Sumber : Sawir (2005)
d. Fixed Charge Coverage FCC (rasio penutupan beban tetap)
Menurut Agnes Sawir (2005:14) Rasio ini mirip denga rasio TIE, namun
rasio ini lebih lengkap karena dalam rasio ini diperhitungkan kewajiban
perusahaan seandainya perusahaan melakukan leasing (sewa beli) aktiva dan
memperoleh utang jangka panjang berdasarkan kontrak sewa beli.
Earning Before Taxes + Interest Charge + Lease
Obligation
FCC =
Interset Charge + Lease Obligation
3. Rasio Aktivitas
Menurut Agnes Sawir (2005:14) Rasio aktivitas mengukur seberapa
efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada
pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara
tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas
menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara
penjualan dan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan
aktiva lain. Rasio aktivitas yang umum digunakan adalah :
a. Inventory Turn over (rasio perputaran persediaan)
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan
barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai
efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen
mengontrol modal yang ada pada persediaan (Agnes Sawir 2005:15).
Sales Inventory Turn over Ratio =
Inventory
Sumber : Sawir (2005)
b. Average Collection Period (periode penagihan rata-rata)
Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata
jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus
menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Rasio ini dapat dihitung
Sumber : Sawir (2005)
c. Working Capital Turnover (rasio perputaran modal kerja)
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :
Sales
Working Capital Turnover =
Net Working Capital
Sumber : Sawir (2005)
Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini
mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar.
Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
d. Fixed Asset Turnover (rasio perputaran aktiva tetap)
Menurut Agnes Sawir (2005:17) Rasio ini mengukur efektivitas
penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan,
dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang
dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap.
Sales
Fixed Assets Turnover =
Fixed Assets
Sumber : Sawir (2005)
e. Total Assets Turnover (rasio perputaran total aktiva)
Menurut Agnes Sawir (2005:17) Rasio ini menunjukkan efektivitas
penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau
menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap
lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan
dengan kemampuan untuk menjual.
Sales Total Assets Turn over =
Total Assets
Sumber : Sawir (2005)
4. Rasio profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan
keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir
tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberikan gambaran
tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Agnes Sawir 2005:17).
Menurut Kasmir (2008:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan prusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas
yang umum digunakan adalah :
a. Gross Profit Margin (marjin laba kotor)
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atas biaya
produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara
efisien. Dalam mengevaluasi dapat dilihat margin per unit produk, bila rendah
maka perusahaan tersebut sensitif terhadap pesaingnya (Agnes Sawir 2005:18).
Sales – Cost of Good Sold Gross Profit Margin =
b. Net Profit Margin (marjin laba bersih)
Menurut Agnes Sawir (2005:18) Rasio ini mengukur laba bersih setelah
pajak terhadap penjualan.
Net Income
Net Profit Margin =
Sales
Sumber : Sawir (2005)
Menurut kasmir (2008:200) margin laba bersih merupakan ukuran
keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak
dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih
perusahaan atas penjualan.
c. Basic Earning Power (daya laba dasar atau rentabilitas ekonomi)
Menurut Agnes Sawir (2005:19) Daya dasar laba mencoba mengukur
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang
menunjukkan rentabilitas ekonomis perusahaan.
EBIT Basic Earning Power =
Total Assets
Sumber : Sawir (2005)
d. Return on Assets (hasil pengembalian atas investasi atau ROI)
Menurut Weston & Copeland (1995:240) rasio ini mencoba mengukur
efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan.
Net Income
Return on Assets =
Total Assets
Menurut Kasmir (2008:202) rasio ini menunjukkan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu
ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
e. Return on Equity (hasil pengembalian atas ekuitas atau ROE)
Menurut Agnes Sawir (2005:20) Rasio ini memperlihatkan sejauh
manakah perusahaan mengelolah modal sendiri (net worth) secara efektif,
mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal
sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal
sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha.
Net Income
Return on Equity =
Equity
Sumber : Sawir (2005)
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
demikian pula sebaliknya (Kasmir 2008:204).
5. Market Value Ratio ( Rasio Nilai Pasar )
Rasio nilai pasar memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang
akan dipikirkan investor mengenai kinerja perusahaan pada suatu periode serta
prospek perusahaan tersebut pada periode yang akan datang. Jika rasio likuiditas,
setinggi nilai yang diharapkan. Rasio penilaian yang umum digunakan antara lain,
adalah :
a. Price to Earning Ratio ( Rasio Harga terhadap Laba )
Investor biasanya menghubungakn laba tahun berjalan terhadap current
price dengan menggunakan hubungan rasio harga terhadap laba. PER adalah suatu
rasio sederhana yang diperoleh dengan membagi harga pasar suatu saham dengan
EPS. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :
Price Price to Earning Ratio =
Earning
Sumber : Sawir (2005)
b. Market to Book Ratio ( Rasio harga pasar terhadap nilai buku)
Rasio ini menggambarkan penilaian pasar keuangan terhadap manajemen
dan organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan. Nilai buku menggambarkan
biaya pendirian historis dan aktiva fisik perusahaan. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus, yaitu :
Market Value
Market to Book Ratio =
Book Value
2.2.5 Rasio Aktivitas
2.2.5.1 Pengertian Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan
lainnya (Harahap 2002:308).
Menurut Kasmir (2008:172) rasio aktivitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva
yang dimilikinya.
Menurut Agnes Sawir (2005:14) Rasio aktivitas mengukur seberapa
efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada
pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara
tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas
menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara
penjualan dan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan
aktiva lain.
2.2.5.2 Macam-macam Rasio Aktivitas
Menurut Agnes Sawir (2005) Rasio aktivitas yang umum digunakan
adalah :
a. Inventory Turn over (rasio perputaran persediaan)
efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen
mengontrol modal yang ada pada persediaan (Agnes Sawir 2005:15).
Sales Inventory Turn over Ratio =
Inventory
Sumber : Sawir (2005)
Semakin kecil rasio ini, semakin jelek begitu juga sebaliknya. Cara
menghitung rasio perputaran persediaan dilakukan denga dua cara yaitu : pertama
membandingkan antara harga pokok barang yang dijual dengan nilai persediaan
dan kedua membandingkan antara penjualan nilai persediaan.
Apabila rasio yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja
secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila
perputaran persediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau
tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk (Kasmir
2008:180).
b. Average Collection Period (periode penagihan rata-rata)
Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata
jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus
menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus, yaitu :
Receivables
Average Collection Period =
Sales per Day
Rasio ini dapat dibandingkan dengan persyaratan penjualan. Karena sering
sulit mendapatkan data penjualan kredit maka digunakan total penjualan, tidak
adanya persamaan persentase penjualan kredit pada perusahaan-perusahaan dapat
menyebabkan rata-rata jangka waktu penagihan kurang tepat. Satu tahun dapat
diasumsikan 360 hari atau 365 hari, kedua angka ini digunakan dalam lingkup
keuangan dan perbedaannya tidak akan mempengaruhi keputusan yang dihasilkan.
c. Working Capital Turnover (rasio perputaran modal kerja)
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :
Sales
Working Capital Turnover =
Net Working Capital
Sumber : Sawir (2005)
Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini
mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar.
Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Dari hasil penelitian, apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat
diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini mungkin disebabkan
karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu
besar. Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal kerja tinggi, mungkin
disebabkan tingginya perputaran persediaan atau perputaran piutang atau saldo
d. Fixed Asset Turnover (rasio perputaran aktiva tetap)
Menurut Agnes Sawir (2005:17) Rasio ini mengukur efektivitas
penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan,
dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang
dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap.
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau
perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau
ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan oleh
hal-hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan
dengan nilai output yang akan diperoleh.
Sales
Fixed Assets Turnover =
Fixed Assets
Sumber : Sawir (2005)
e. Total Assets Turnover (rasio perputaran total aktiva)
Menurut Agnes Sawir (2005:17) Rasio ini menunjukkan efektivitas
penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau
menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap
rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya
lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan
dengan kemampuan untuk menjual.
Sales Total Assets Turn over =
Total Assets
2.2.6 Laba
2.2.6.1 Pengertian Laba
Menurut Baridwan (2000:31) pengertian laba adalah kenaikan modal
aktiva bersih yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi
dari suatu badan usaha, dan semua transaksi atau kejadian lain yang
mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.
Sedangkan menurut harahap (2002:115) laba adalah naiknya nilai equity
dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari
transaksi atau kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode
tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi pemilik.
Sedangkan pengertian laba menurut IAI dalam Chariri dan Ghozali
(2003:213) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi peranan
modal.
Belkaoui dalam Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba
memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi
2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi
3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan
pendapatan
4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan
tertentu
5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara
pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut
2.2.6.2 Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang
diperoleh perusahaan (Simorangkir, 1993). Berkaitan dengan pertumbuhan laba
ini Downes dalam Budhidarmo (1994) menjelaskan bahwa perusahaan yang
mempunyai pertumbuhan yang cepat dalam jangka panjang cenderung
mempunyai kinerja lebih baik dari pada perusahaan yang mempunyai
pertumbuhan lambat.
Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan
mempunyai kinerja yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Untuk mengukur pertumbuhan laba, dapat dilakukan dengan menghitung
persentase kenaikan atau penurunan laba tiap tahun selama periode penelitian
EAT (periode terakhir) - EAT (periode awal)
EAT (periode awal)
2.2.6.3 Analisis Pertumbuhan Laba
Menurut Anoraga dan Pakarti dalam Angkoso (2006) ada dua macam
analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan
analisis teknikal.
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor
akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi
milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan
sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang
akan diperoleh dari investasi dan resiko yang harus ditanggung. Analisis
fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu
perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan
adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan
keuangan yang sebenarnya pada saat analisis. Dalam company analysis para analis
akan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan rasio
keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar
yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi
pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di
masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan
perusahaan.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahawa untuk
menentukan pertumbuhan laba dapat dilakukan dua analisis, yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah
analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan
dengan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui melalui rasio
keuangan.
2.2.7 Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba
Weston dan Brigham (1997:296) mengatakan jika perusahaan memiliki
terlalu banyak aktiva, beban bunga akan terlalu tinggi dan karenanya laba akan
sangat rendah. Semakin banyak jumlah aktiva akan memperbesar rasio perputaran
aktiva suatau perusahaan. Shim dan Siegel (1987:27) mengatakan jika piutang dan
perputaran persediaan cepat maka arus kas dari customer dapat diinvestasikan
untuk pengembalian yang akan meningkatkan pendapatan bersih. Harahap
(2002:308) Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
Jika aktivitas dari perusahaan tinggi maka profitabilitas juga akan tinggi dan jika
profitabilitas tinggi maka akan mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas memiliki hubungan
positif dengan pertumbuhan laba.
2.3 Kerangka Berpikir
Laporan Keuangan
Neraca Laporan Laba Rugi
Rasio Aktivitas
ITO ACP WCTO FATO TATO
Analisis Regresi Linier Berganda
Pertumbuhan Laba
Ada Pengaruh Tidak Ada Pengaruh
Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir
Keterangan :
ITO : Inventory Turnover
TATO : Total Assets Turnover
Penjelasan :
Setiap perusahaan wajib menerbitkan laporan keuangan setiap tahunnya karena
laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara rasio aktivitas terhadap
pertumbuhan laba. Oleh karena itu dilakukan perhitungan terhadap laporan
keuangan perusahaan yang berupa neraca dan laporan laba rugi dengan
menggunakan rasio aktivitas.
Dari berbagai macam rasio aktivitas seperti Inventory Turn over Ratio, Average
Collection Period, Working Capital Turn Over, Fixed Asset Turn over, Total
Assets Turn over kemudian akan dilakukan analisis dengan menggunakan teknik
analisis regresi linier berganda untuk mengetahui apakah ada pengaruh atau tidak
ada pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji (Nazir, 1999:182). Hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
- Secara simultan Inventory Turn Over Ratio, Average Collection Period,
Turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
- Secara parsial Inventory Turn Over Ratio berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
- Secara parsial Average Collection Period berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
- Secara parsial Working Capital Turn Over berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
- Secara parsial Fixed Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
- Secara parsial Total Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel yang dapat membantu
menyelesaikan permasalahan. Dimana variabel-variabel tersebut adalah variabel
terikat (dependen) dan variabel bebas (independen), diantaranya yatiu :
a.Variabel Dependen ( Y )
Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan laba. Ukuran pertumbuhan laba menunjukkan berapa persen laba
yang dapat dihasilkan perusahaan dalam bentuk laba bersih dalam triwulanan,
yaitu dengan membandingkan laba bersih periode terakhir dengan periode awal.
Variabel ini diukur dengan satuan persen (%) dan skala pengukuran variabel
diukur dengan menggunakan skala rasio. Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan
melihat rumus sebagai berikut :
EAT (periode terakhir) - EAT (periode awal)
EAT (periode awal)
b.Variabel Independen ( X )
Variabel bebas atau independen dalam penelitian ini adalah rasio keuangan
perusahaan, yaitu : Inventory Turn over Ratio, Average Collection Period,
1. Inventory Turn over Ratio (X1)
Sales Inventory Turn over Ratio =
Inventory
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan
barang dagang atau mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan
untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Skala pengukuran variabel diukur
dengan menggunakan skala rasio.
2. Average Collection Period (X2)
Receivables
Average Collection Period =
Sales per Day
Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata
jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus
menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Skala pengukuran variabel
diukur dengan menggunakan skala rasio.
3. Working Capital Turnover (X3)
Sales
Working Capital Turn over =
Net Working Capital
Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini
menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Skala pengukuran variabel diukur
4. Fixed Asset Turnover (X4)
Sales
Fixed Assets Turnover =
Fixed Assets
Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta
tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan. Skala
pengukuran variabel diukur dengan menggunakan skala rasio.
5. Total Assets Turnover (X5)
Sales
Total Assets Turn over =
Total Assets
Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan
dalam rangka menghasilkan penjualan. Skala pengukuran variabel diukur dengan
menggunakan skala rasio.
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72). Dalam penelitian
ini populasinya adalah laporan keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
Indonesia. Perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak
empat perusahaan. Yaitu :
1. PT Gudang Garam Tbk
2. PT HM Sampoerna Tbk
3. PT Bentoel International Investama Tbk
4. British American Tobacco Indonesia Tbk
3.2.2 Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel merupakan teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 1999:77).
Dalam penelitian ini teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling.
Di dalam purposive sampling populasi yang akan dijadikan sampel adalah
populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu yang dikehendaki oleh peneliti.
Kriteria tersebut adalah laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan dari tahun
2005 - tahun 2008, yang dikeluarkan oleh perusahaan rokok yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yaitu : PT Gudang Garam Tbk, PT HM Sampoerna Tbk, PT
Bentoel International Investama Tbk, British American Tobacco Indonesia Tbk.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis data
berupa laporan keuangan perusahaan triwulanan, yaitu neraca dan laporan laba
rugi dari tahun 2005 sampai 2008.
b. Sumber data
Sumber data yang diambil untuk penelitian ini berasal dari laporan keuangan
triwulanan perusahaan yang ada di Indonesia Stock Exchange, (www.idx.co.id)
c. Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan dokumen atau
laporan tertulis yang tersedia pada Bursa Efek Indonesia berupa neraca dan
laporan laba rugi perusahaan rokok.
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis
Dalam penelitian ini, model analisis data menggunakan teknik analisis
regresi linier berganda. Untuk analisis pengaruh dari variable independent
terhadap variable dependent. Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang
untuk menentukan variable independent yang mempunyai pengaruh terhadap
variable dependent.
Rumus regresi linier berganda adalah:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 . . . βp Xp + ei
Dimana :
Y = Pertumbuhan Laba
X2 = Average Collection Period
X3 = Working capital turn over
X4 = Fixed Assets Turn Over
X5 = Total Assets Turn Over
β0 = Intersep atau Konstanta
β1 β2 β3 β4 β5 = Koefisien regresi atau kecenderungan marginal antara variabel
bebas
ei = Variabel Pengganggu
merupakan wakil dari semua faktor lain yang dapat mempengaruhi namun tidak
dapat dimasukkan dalam model.
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat (Best Linear Unbiased Estimator),
artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan t tidak boleh bias. Untuk
menguji model tersebut telah termasuk (Best Linear Unbiased Estimator) atau
tidak, maka dapat dilakukan beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi oleh
regresi linier berganda, diantaranya adalah (Sudrajat, 1988:163) :
1. Melakukan uji multikolineritas
Persamaan regresi linier berganda diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar
variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh antar variabel bebas maka asumsi
tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias). Jadi multikolinearitas berarti hubungan
Identifikasi secara statistik ada tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilakukan
dengan menghitung VIF (variance inflation factor) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
1
VIF =
1 – Ri2
VIF (variance inflation factor) menyatakan pembengkakan varians. Apabila VIF
lebih besar dari 10, berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi tersebut.
2. Melakukan uji Heteroskedastisitas
Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas bahwa variabel bebas adalah tidak
konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu variabel bebas. Pada regresi linier
berganda residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas.
Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman adalah
sebagai berikut :
∑
di
2rs = 1 - 6
N (N2 - 1)
Sumber : Gujarati (1995:188)
Keterangan :
di : perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-1