A. Reward dan Punishment
3. Macam-macam Reward dan Punishment
a. Macam-macam reward
Banyak orang beranggapan bahwa reward identik dengan
pemberian sesuatu yang berbentuk barang. Akan tetapi, sebenarnya reward sangatlah banyak bentuk-bentuknya. Berikut macam-macam reward yang dapat diberikan kepada anak :
1) Pujian
Pujian memiliki pengaruh yang besar pada seseorang apabila pujian tersebut memperhatikan porsi yang proporsional. Terlebih pujian kepada anak dan para pemuda, sebab mereka membutuhkan penghargaan, penghormatan dan penerimaan sosial (Al-Qahthani, 2013: 216)
2) Pemberian Hadiah
Suharsimi Arikunto membagi hadiah menjadi beberapa bagian yaitu:
18
Bentuk hadiah yang paling lazim digunakan adalah peringkat huruf atau angka. Meskipun simbul-simbul lain seperti tanda bintang, centang, tanda benar, dan lain-lain. Kadang-kadang juga digunakan untuk siswa-siswi sekolah dasar dan menengah. Pemberian peringkat dengan cara yang betul dan adil akan merupakan hadiah yang paling tepat jika dikaitkan langsung dengan usaha siswa, prestasi dan kemampuan (Arikunto, 1993:160).
b) Penghargaan
Hadiah ini dapat berupa berbagai hal yang mempunyai arti
adanya “perhatian” kepada siswa. Misalnya saja siswa berhasil
membuat pekerjaan tangan atau hasil karya yang lain. Karena hasil tersebut sangat menonjol dibandingkan dengan hasil karya siswa lain, maka hasil tersebut dipamerkan di depan kelas atau dipertontonkan kepada siswa-siswa lain (Arikunto, 1993:161) Dengan begitu maka siswa akan merasa bahwa kerja keranya membuahkan hail yang baik dan dapat dibanggakan. Dan untuk siswa lain, harapanya adalah mampu termotivasi untuk meraih hasil yang lebih baik lagi.
c) Hadiah berupa kegiatan
Hadiah berupa kegiatan adalah bahwa jika guru memberikan kegiatan kepada siswa sebagai hadiah, ia harus memberikan petunjuk secara jelas dan rinci bagaimana siswa telah diberi
19
“sesuatu yang istimewa” sebagai ganjaran atas keistimewaan
yang telah dilakukan. Sebelum melakukan kegiatan yang dihadiahkan kepadanya, siswa harus tahu betul apa yang harus diperbuat sehingga anak-anak lain dapat menghargai apa yang diperbuat sehingga anak-anak lain dapat menghargai apa yang diperoleh temanya sebagai keistimewaan (Arikunto, 1993:164).
d) Hadiah berupa benda
Dalam memberikan hadiah yang berupa benda ini, guru dituntut pertimbangan yang lebih cermat dibandingkan dengan pemberian hadiah dalam bentuk-bentuk lain. Hadiah tersebut antara lain berupa: makanan, uang, alat-alat tulis, buku-buku dan lain sebagainya (Arikunto, 1993:164).
Reward sangat bermacam-macam bentuknya seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun menurut Irawati Istadi, alternatif bentuk hadiah yang terbaik ternyata bukan berupa materi, tetapi berupa perhatian baik verbal maupun fisik. Perhatian verbal bisa berupa komentar-komentar pujian seperti, Subhanallah, Alhamdulillah, dll. Sementara hadiah perhatian fisik berupa pelukan, elusan di kepala, acungan jempol atau sekadar terangkatnya alis mata karena ekspresi
kagum (Istadi, 2005: 39). Pemberian reward yang berbentuk barang
20
kebiasaan bagi anak maupun siswa untuk mengharapkan hadiah. Perhatian dan menghargai anak akan jauh lebih baik akibatnya.
b. Macam-macam punishment
Punishment atau hukuman sangat banyak bentuk-bentuknya. Orangtua ataupun pendidik seringkali menggunakan hukuman dengan alasan memperbaiki anak, tidak jarang mereka menggunakan cara yang sedikit keras. Namun, Suharsimi Arikunto memberikan beberapa bentuk hukuman yang bisa digunakan pendidik dalam menghukum anak. Dan berikut diantaranya:
1) Penurunan Skor atau Penurunan Peringkat
Hukuman jenis ini merupakan hukuman yang paling banyak diterapkan di sekolah. Terutama ketika diterapkan ketika siswa terlambat datang, tidak ataupun terlambat mengumpulkan tugas. (Arikunto, 1993: 174)
2) Pengurangan Hak
Hukuman jenis ini merupakan hukuman yang paling efektif karena dapat digunakan sesuai selera siswa. Dengan demikian, guru dituntut mengamati dengan teliti supaya dapat dengan tepat memilihkan pengurangan hak yang tepat bagi setiap siswa (Arikunto, 1993: 174).
3) Hukuman Berupa denda
Jenis hukuman yang berupa denda ini di Indonesia merupakan sesuatu yang masih kurang atau tidak lazim. Yang dimaksud
21
dengan “denda” dalam hal ini memnag tidak berupa uang,
tetapi lebih banyak mempunyai makna “pembayaran” dalam
bentuk pada umumnya berupa pengulangan pekerjaan (Arikunto, 1993: 175).
4) Pemberian Celaan
Pemberian hukuman ini biasanya digabungkan dengan hukuman lainya. Siswa yang melanggar peraturan penting yang diperuntukan bagi siswa akan mendapat celaan. Hukuman ini guru menuliskan kesalahan siswa dalam buku catatan khusus. Umumnya pemberian hukuman ini hanya untuk siswa yang melanggar peraturan beberapa kali (Arikunto, 1993: 175).
5) Penahanan Sesudah Sekolah
Hukuman ini hanya dapat diberikan apabila siswa disuruh tinggal di sekolah setelah jam usai dan ditemani oleh guru. Hukuman jenis ini biasanya diberikan kepada siswa yang terlambat datang, absen yang tidak dimaafkan atau melanggar peraturan sekolah yang dianggap penting atau tata tertib kelas (Arikunto, 1993: 175).
6) Penyekoresan
Hukuman jenis ini merupakan hukuman yang “berat”, terutama
karena menyangkut aspek administratif siswa. Penyekoresan merupakan pencabutan hak sebagai siswa untuk sementara kepada siswa sehingga ia tidak mempunyai hak dan kewajiban
22
sebagaimana siswa lain. Penyekoresan ini sifatnya berat, oleh karena itu hukuman ini hanya dilakukan apabila memang ada kesalahan yang sifatnya berat (Arikunto, 1993: 176)
7) Referal
Istilah “referal” ini terkenal dalam bidang bimbingan dan penyuluhan. Apabila pembimbing tidak mampu, atau merasa bahwa ia memerlukan bantuan dari pihak lain untuk menangani
klienya, maka pembimbing tersebut dapat “mengirim” klien
yang sedang ditangani orang lain, misalnya dokter, polisi dan sebagainya (Arikunto, 1993: 176).
Meskipun hukuman bisa saja kehilangan efektifitasnya,
pengalaman dalam penelitian dan dalam pengajaran sama-sama menyatakan bahwa terkadang bisa saja membantu mengelola beberapa perilaku bermasalah tertentu. Untuk meminimalisasikan pengaruh negatif dari hukuman, para guru harus mengikuti beberapa panduan seperti yang dikemukakan oleh Kelvin Seifert (2010: 256-257) berikut :
a) Gunakan hukuman dengan hemat. Hukuman akan mengalami peningkatan efektifitas ketika ia mengalami peningkatan frekuensi, dan dalam berbagai kasus, tidak selalu bersifat etis.
b) Jelaskan alasan mengapa anda memberikan hukuman. Tanpa sebuah alasan yang rasional, para siswa sangat mungkin akan mengarah pada kesimpulan yang salah tentang situasi yang mereka alami. Sebagai
23
contoh, mereka bisa jadi menyimpulkan bahwa mereka, dan bukan perilaku mereka yang buruk.
c) Persiapkan sebuah cara alternatif dalam meraih penguat motivasi yang positif. Mengingat penguat motivasi positif memiliki pengaruh negatif yang lebih sedikit, para siswa harus selalu mendapatkan kesempatan untuk menerima penguat motivasi yang demikian.
d) Jika memungkinkan, anjurkan perilaku yang berkebalikan dari perilaku buruk yang dilakukan para siswa. Misalnya, jika seorang anak berlari kesana dalam ruang kelas, temukan sebuah alternatif konstruktif yang lebih berprluang menghalangi perilaku tersebut (seperti, membaca dengan tenang), ketimbang perilaku yang mungkin bisa berkombinasi dengan perilaku buruk sebelumnya.
e) Jika memungkinkan, hindari hukuman fisik. Mengingat para guru hanya memberikan hukuman dengan hemat (poin a diatas), maka beberapa bentuk hukuman seharusnya tidak perlu digunakan. Termasuk hukuman secara fisik.
f) Berikan hukuman pada saat sebuah perilaku buruk dimulai dan bukan pada saat perilaku tersebut selasai. Secara umum, penelitian terhadap anak-anak menunjukkan fakta bahwa hukuman akan bekerja lebih efektif pada saat perilaku tersebut sudah dimulai.
Hukuman pada dasarnya bertindak sebagai pencegah perilaku yang kurang baik dari anak ataupun kesalahan yang dilakukan oleh anak. Namun tidak jarang hukuman juga dapat menimbulkan efek negatif atau
24
akibat yang kurang baik dari hukuman tersebut. Menurut Ngalim Purwanto (2007: 189) ada beberapa efek yang diakibatkan oleh hukuman, dan berikut diantaranya :
a.Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum.ini adalah akibat dari
hukuman yang sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab. Akibat semacam inilah yang harus dihindari oleh pendidik.
b.Menyebabkan anak menjadi lebih pandai menyembunyikan
pelanggaran. Ini pun akibat yang tidak baik, bukan yang diharapkanoleh pendidik.
c.Memperbaiki tingkah laku si pelanggar. Misalnya yang suka bercakap-
cakap di dalam kelas, karena mendapat hukuman, mungkin pada akhirnya berubah juga kelakuanya.
d.Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah. Oleh
karena kesalahanya dianggap telah dibayar dengan hukuman yang telah dideritanya.
e.Memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan kebaikan.
Biasanya ini adalah akibat dari hukuman normatif. Sering hukuman yang demikian tidak memperlihatkan akibat yang nyata kelihatan.