• Tidak ada hasil yang ditemukan

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

SARIFUL ROHMAN

NIM: 111-12-033

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

dia tidak diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Solekhan dan Ibu Roviyani yang senantiasa

memberikan nasihat dan telah mendidik saya dari kecil sampai menikmati

kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk

menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.

2. Kakakku Nurwachid beserta istrinya yang telah membantu membimbing proses

perkuliahan saya.

3. Keluarga besar PAI A, Keluarga PPL SMK N 3 Salatiga dan Kelompok KKN

posko 41 yang telah memberikan saya pengalaman hidup yang luar biasa.

4. Seluruh teman-teman yang mengenal saya baik teman sekolah, kuliah, maupun

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafa‟atnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “REWARD DAN PUNISHMENT DALAM

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(9)

ix

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang

membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 22 Agustus 2016

Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Rohman, Sariful. 2016. “Reward dan Punishment dalam Perspektif Pendidikan

Islam” Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag.

Kata kunci: Reward, Punishment, Pendidikan Islam

Pendidikan sekarang ini banyak sekali hal yang dapat menimbulkan pro dan kontra. Sebagai contoh, kekerasan yang terjadi dalam pendidikan nyatanya bertentangan dengan Undang-undang perlindungan anak di Indonesia saat ini. Namun dalam pendidikan Islam, tindakan memukul diperbolehkan sesuai dengan hadits nabi Muhammad dan dengan beberapa ketentuan yang mengaturnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana reward dan

punishment dalam perspektif pendidikan Islam. Dan juga untuk mengetahui bagaimana relevansinya dalam pendidikan sekarang ini. Penelitian ini menggunakan kajian kepustakaan atau literatur. Yang mana sumber-sumber data diambil dari beberapa buku lalu dianalisis dan diambil kesimpulanya.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN BERLOGO...ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...v

MOTTO...vi

PERSEMBAHAN...vii

KATA PENGANTAR...viii

ABSTRAK...ix

DAFTAR ISI...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...5

E. Metodologi Penelitian...5

F. Penegasan Istilah...7

(12)

xii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Reward dan Punishment...12

1. Pengertian Reward dan Punishment...12

2. Tujuan Reward dan Punishment...15

3. Macam-macam Reward dan Punishment...17

4. Teori-teori Reward dan Punishment...24

5. Prinsip-prinsip Reward dan Punishment...28

B. Pendidikan Islam...31

1. Definisi Pendidikan Islam...31

2. Dasar Pendidikan Islam...32

3. Tujuan Pendidikan Islam...33

BAB III JANJI DAN ANCAMAN DALAM AJARAN ISLAM A. Janji dan Ancaman Allah...37

1. Konsep Janji dan Ancaman Allah...37

2. Bentuk-bentuk Janji dan Ancaman Allah...41

B. Hukuman Dalam Ajaran Islam...49

(13)

xiii

BAB IV REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN ISLAM

A. Reward dalam Pendidikan Islam...63

B. Punishment dalam Pendidikan Islam...70

1. Pendapat Para Tokoh Pendidikan Islam...70

2. Dasar Pmeberian Punishment dalam Islam...75

3. Penerapan Punishment dalam Lembaga Pendidikan Islam...82

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...98

B. Saran...98

DAFTAR PUSTAKA...100

RIWAYAT HIDUP PENULIS...103

LAMPIRAN LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Manusia hidup di dunia ini mengalami berbagai persoalan kehidupan

yang bermacam-macam. Ada kalanya merasakan kebahagiaan dan ada kalanya

juga merasakan kesedihan. Kebahagiaan dapat diperoleh dari hal-hal kecil

seperti mendapatkan sebuah hadiah dari orang terdekat. Semua orang pada

umumnya akan sangat senang apabila mendapatkan sebuah hadiah tertentu,

kalaupun ada yang tidak senang ketika diberikan sebuah hadiah, itu mungkin

karena suatu alasan tertentu. Sementara itu, kesedihan dapat diperoleh dari

hal-hal yang kecil juga seperti kehilangan suatu barang, atau karena dimarahi

oleh orang tuanya karena suatu kesalahan yang diperbuatnya dan bisa saja

orangtua memberikan hukuman kepada anaknya tersebut.

Mendidik anak memang tidaklah mudah, seorang pendidik tentu harus

mengetahui minat sang anak. Agar mampu memberikan dorongan motivasi

kepada anak. Dalam hal ini, pemberian hadiah (reward) dan pemberian

hukuman (punishment) menjadi sangat penting. Untuk mendidik anak,

hukuman hanyalah salah satu alat atau cara. Orang tua atau guru dapat

menggunakan cara lain dalam mendidik anak, misalnya memberikan teladan,

memberikan hadiah atau pujian terhadap tindakan yang baik, serta

menciptakan situasi dan kondisi yang tanpa disadari mengarahkan anak untuk

(15)

2

Ada surga, ada neraka. Allah SWT menjanjikan surga sebagai hadiah

bagi orang beriman dan diberikan-Nya neraka sebagai hukuman bagi orang

yang melanggar perintah-Nya. Janji pemberian hadiah dan hukuman itu

banyak difirmankan-Nya dalam Al-Qur‟an, untuk memotivasi manusia agar

mau beriman dan meninggalkan larangan-larangan-Nya (Istadi, 2005: 3).

Dalam hal ini maka jelas bahwa Allah SWT memberikan contoh kepada

manusia pada umumnya untuk memberikan hadiah dan hukuman apabila

seseorang melakukan kebaikan dan keburukan.

Reward dan punishment merupakan metode atau cara untuk mendidik seorang anak agar menimbulkan perilaku yang baik dari si anak. Hukuman

menunjukkan apa yang tak boleh dilakukan murid atau anak, sedangkan

reward atau hadiah menunjukkan apa yang mesti dilakukan anak (Soemanto, 1987: 204). Ketika melihat ini maka pemberian reward dan punishment itu

tentunya harus ditempatkan pada situasi dan kondisi yang benar dan tepat.

Alternatif bentuk hadiah yang terbaik ternyata bukan berupa materi,

tetapi berupa perhatian baik verbal maupun fisik. Perhatian verbal bisa berupa

komentar-komentar pujian seperti, Subhanallah, Alhamdulillah, dll. Sementara

hadiah perhatian fisik berupa pelukan, elusan di kepala, acungan jempol atau

sekadar terangkatnya alis mata karena ekspresi kagum (Istadi, 2005: 39).

Terkadang seseorang melihat hadiah atau reward hanya berupa barang ataupun

materi, padahal hadiah dapat berupa hal-hal kecil seperti diatas. Hadiah yang

baik adalah hadiah yang dapat menumbuhkan motivasi si anak dan mendorong

(16)

3

Mengenai punishment atau hukuman ini ternyata pada zaman dahulu

sekitar tahun 1908 di Negara Singapura ada sebuah madrasah yang bernama

Madrasah Al-Iqbal Al-Islamiyah mencantumkan punishment dalam kurikulum

pendidikanya. Madrasah tersebut memberikan hukuman bagi siswa yang

melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Hukuman yang diberikan

diantaranya, dicerca oleh seorang teman, dicerca oleh teman sekelas di depan

kelas, dikurung selama setengah hari, dan dibebani dengan tugas yang

menggunakan akal, ditahan selama satu hari, serta dibebani tugas yang

menggunakan akal, diberi makan dengan roti dan air saja, dikeluarkan dari

sekolah bila berbuat salah berulang kali. (Saerozi, 2013: 150)

Apabila dicermati, hukuman yang diberikan tidak nampak ada

kekerasan didalamnya. Berbeda dengan yang terjadi akhir-akhir ini, banyak

sekali berita di media cetak maupun elektronik yang memuat kabar kekerasan

terhadap siswa yang dilakukan oleh oknum guru atau orangtua yang

melakukan kekerasan kepada anaknya dalam mendidik. Seringkali, oknum

guru ataupun orangtua kurang memperhatikan dampak psikologis ataupun

psikis dari pemberian hukuman ini. Sehingga terkadang menimbulkan perilaku

anak yang malah lebih menyimpang sebelum kejadian itu.

Sebagai contoh, pada bulan Februari tahun 2015 seorang guru

berinisial W di SMP Negeri 1 Palasah Kabupaten Majalengka yang

memeberikan hukuman kepada murid-muridnya karena tidak mengerjakan PR

yang diberikan sebelumnya. Hukumanya adalah mengelilingi lapangan basket

(17)

4

mendapatkan hukuman tersebut. Di putaran kedua, gadis berusia 13 tahun

tersebut terkapar dan akhirnya meninggal dunia di puskesmas terdekat.

(http://m.kompasiana.com/sahrona.lumbanraja)

Kasus di atas tentunya menjadi perhatian yang lebih khususnya bagi

pendidik dan umumnya bagi para orangtua agar tidak melakukan hal-hal yang

dapat membahayakan diri anak. Menghukum seorang anak yang melakukan

sebuah kesalahan memang bentuk atau cara mendidik tanggungjawab anak,

namun yang perlu diperhatikan adalah hukuman tersebut tidak boleh

mengakibatkan dampak yang negatif bagi anak itu sendiri. Berawal dari latar

belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut melalui skripsi

yang berjudul “Reward dan Punishment dalam Persepektif Pendidikan Islam”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan skrisi ini

dapat kami rumuskan rumusan masalah sebagi berikut :

1. Bagaimana reward dan punishment dalam perspektif pendidikan Islam?

2. Bagaimana relevansi reward dan punishment dalam pendidikan saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa tujuan yang dapat

diambil oleh penulis sesuai dengan rumusan masalah diatas, diantaranya :

1. Untuk mengetahui bagaimana reward dan punishment dalam perspektif

pendidikan Islam.

2. Untuk mengetahui relevansi penggunaan reward dan punishment dalam

(18)

5

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan mempunyai kegunaan sebagi

berikut:

1. Manfaat teoritik

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran serta tambahan wawasan pengetahuan dalam pendidikan Islam

terkait dengan reward dan punishment.

2. Manfaat Praktik

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi inovasi kepada

guru ataupun orangtua dalam memberikan reward dan punishment kepada

anak dan juga agar para orangtua ataupun guru dapat lebih berhati-hati

dalam memberikan reward dan punishment sehingga tidak menimbulkan

efek negatif terhadap perkembangan anak.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini termasuk jenis penelitian kepustakaan

atau disebut library research. Yaitu penelitian yang dilakukan di

perpustakaan yang objek penelitianya dicari melalui beragam informasi

dari sumber-sumber seperti buku, koran, majalah dan lain sebagainya.

Dimana data-data yang penulis ambil merupakan data yang bersumber dari

buku-buku ilmiah yang masih berhubungan dengan tema skripsi yang

(19)

6 2. Sumber data

Sumber-sumber yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah berbagi tulisan yang temanya sama dengan judul yang penulis

angkat. Adapun sumber data yang digunakan penulis adalah sebagai

berikut:

a. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan objek

penelitian skripsi ini. Diantara buku-buku itu adalah sebagai berikut :

1) Buku “Agar Hadiah dan Hukuman Efektif” , penulis Irawati Istadi. 2) Buku “Mempertimbangkan Hukuman pada Anak”, penulis Tim

Pustaka Familia.

3) Buku “Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh” ,

penulis Heri Gunawan.

4) Dan buku-buku lain yang menunjang penulisan skripsi ini dan

berkenaan langsung dengan judul.

b. Sumber data sekunder

Yaitu suber data yang mengandung dan melengkapi

sumber-sumber data primer. Buku-bukunya diantara lain :

1) Buku “Ilmu Pendidikan Islam“ , penulis Zakiah Daradjat dkk. 2) Buku “Pembaruan Pendidikan Islam“ , penulis Muh Saerozi. 3) Buku “Manajemen Pengajaran secara Manusiawi” , penulis

(20)

7

4) Buku “Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, penulis Mohd.

Athiyah Al-Abrasyi.

5) Dan buku-buku lain yang menunjang penulisan skripsi ini.

6) Serta buku-buku ilmiah lain yang mendukung dalam penulisan

skrisi ini.

c. Metode Analisis Data

Dari data yang diperoleh penulis, maka untuk menganalisis

dipakai metode analisis isi (content analysis). Yaitu menganalisis

semua data yang telah didapatkan sehingga nantinya akan

mendapatkan data yang akurat untuk ditulis dan dapat dikombinasikan

sesuai dengan materi data yang dibutuhkan.

F. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran dan pengertian

dalam memahami judul diatas, serta untuk membatasi ruang lingkup

pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan dalam

beberapa pengertian yang terkait dalam judul skripsi ini yaitu :

1. Reward

Reward dalam kamus bahasa Inggris artinya adalah ganjaran, hadiah (Echols, Shadily, 2010 : 485) . Hadiah adalah sesuatu yang

menyenangkan yang diberikan setelah seseorang melakukan tingkah

laku yang diinginkan (Arikunto, 1980 : 182).

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai salah satu motivasi.

(21)

8

untuk meningkatkan belajarnya ataupun kedisiplinannya. Tujuan

pemberian hadiah hanyalah untuk pembiasaan semata, ketika

pembiasaan telah dicapai maka pemberian hadiah pun harus dikurangi

(Istadi, 2005: 34).

2. Punishment

Dalam bahasa Inggris punishment artinya adalah hukuman atau

siksaan (Echols, Shadily, 2010:456). Hukuman adalah sanksi fisik

maupun psikis atas kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan anak.

Hukuman mengajarkan anak tentang apa yang tidak boleh dilakukan,

bukan apa yang harus dilakukan di masa berikutnya (Tim Pustaka

Familia, 2007: 99).

2. Perspektif

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kontemporer, perspektif

diartikan dengan sudut pandang atau pandangan (Depdikbud,

1995:1060).

4. Pendidikan Islam

Menurut bahasa seperti yang dikemukakan Zakiah Daradjat

(2011:25-28) kata pendidikan yang umum digunakan sekarang, dalam

bahasa Arabnya adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba. Kata

pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah ta‟lim dengan kata kerjanya

allama. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya tarbiyah wa ta‟lim sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya adalah

(22)

9

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami pada zaman

sekarang belum terdapat di zaman Nabi.Tetapi usaha dan kegiatan yang

dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan

berdakwah,menyampaikan ajaran, memberi contoh dll itu berarti Nabi

telah mendidik. Apa yang beliau lakukan dalam membentuk manusia,

kita rumuskan sekarang dengan pendidikan Islam. Jadi dapat

disimpulkan bahwa Pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian

muslim.

Adapun pengertian pendidikan Islam menurut sumber yang lain

adalah suatu proses yang edukatif yang mengarah kepada pembentukan

akhlak atau kepribadian secara utuh dan menyeluruh, menyangkut

aspek jasmani dan rohani. Secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk

membentuk peserta didik agar memiliki keseimbangan jasmani dan

rohani, serta memiliki iman, ilmu, dan amal sekaligus (Gunawan,

2014:9-10 )

G Sistematika Penulisan Skripsi BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini, Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi yang

mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang

diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan.oleh karena itu,

(23)

10

masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat Penelitian, (5) metodologi

penelitian, (6) penegasan Istilah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi pembahasan mengenai pengertian reward dan

punishment, tujuan reward dan punishment., macam-macam reward dan punishment, teori-teori reward dan punishment, prinsip-prinsip reward dan punishment. Pengertian pendidikan Islam, dasar pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam.

BAB III JANJI DAN ANCAMAN DALAM AJARAN ISLAM

Dalam bab ini nantinya akan berisi tentang : Konsep janji dan

ancaman Allah (al-wa‟d wa al-wa‟id), bentuk-bentuk janji dan ancaman

Allah yang ada di dunia dan di akhirat. Bentuk-bentuk hukuman dalam

ajaran Islam serta konsep targhib dan tarhib dalam pendidikan Islam.

BAB IV REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Dalam bab ini nantinya akan berisi tentang : reward dan

punishment dalam pendidikan Islam serta penerapanya dalam

pembelajaran. Pendapat para tokoh Pendidikan Islam mengenai reward

dan punishment. Dan yang terakhir berisi tentang relevansi penggunaan reward dan punishment dalam pendidikan saat ini.

(24)

11

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari skripsi ini, juga berisi saran

dari penulis kepada semua orang mengenai reward dan punishment, dan

juga berisi kata-kata penutup untuk mengakhiri penulisan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

(25)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Reward dan Punishment

1. Pengertian Reward dan Punishment

Reward dalam kamus bahasa Inggris mempunyai arti ganjaran, hadiah (Echols, Shadily, 2010 : 485). Menurut Suharsimi Arikunto, hadiah

adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain karena sudah bertingkah

laku sesuai dengan yang dikehendaki yakni peraturan sekolah dan tata

tertib yang telah ditentukan (Arikunto, 1980: 182). Dalam bahasa arab,

hadiah berasal dari kata

اَياَدَى ج َةَّيِدَى

yang berarti hadiah atau pemberian

(Yunus, 2010: 480).

Ketika membahas teori-teori pembelajaran dikenal efek yang

dirasakan oleh seseorang sebagai sesuatu yang menyenangkan, maka efek

tersebut dikenal sebagai reward atau hadiah (Sriyanti, dkk, 2009:72).

Sementara itu, Abdurrahman Mas‟ud mendefinisikan reward adalah suatu pemberian penghargaan dalam arti luas dan fleksibel karena prestasi

seseorang (Mas‟ud, 2002: 172). Dengan begitu maka dapat disimpulkan

bahwa reward adalah pemberian ganjaran atau hadiah kepada seseorang

atas prestasinya yang sifatnya menyenangkan.

(26)

13

dari kata

ةَبٌُقُع ج

با

َق

ِع

yang berarti siksa (Yunus, 2010: 274).Hukuman

adalah sanksi fisik maupun psikis atas kesalahan atau pelanggaran yang

dilakukan anak. Hukuman mengajarkan anak tentang apa yang tidak boleh

dilakukan, bukan apa yang harus dilakukan di masa berikutnya (Susana

dkk, 2007: 99). Hukuman diberikan ketika seseorang telah melakukan

kesalahan ataupun melanggar peraturan yang telah ditetapkan.

Punishment banyak digunakan oleh orangtua ataupun guru ketika mendidik anak. Orangtua terkadang memberi hukuman seperti,

mengurangi uang saku, memukul anak dan hukuman-hukuman lainya

yang membuat anak merasa kesakitan baik fisik maupun psikis. Hal ini

sejalan dengan pendapat Ngalim Purwanto, bahwa hukuman adalah

penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh

seseorang (orangtua, guru dan sebagainya) sesudah terjadi suatu

pelanggaran, kejahatan atau kesalahan (Purwanto, 2007: 186). Ketika anak

menerima hukuman tersebut, anak akan merasa bahwa dia menyesal

ataupun menderita. Harapanya adalah anak menjadi menurut kepada

orangtuanya.

Punishment dalam istilah psikologi, terjadi tatkala muncul situasi deprivation (kehilangan) atau pengalaman tidak enak yang ditimbulkan oleh satu kelompok atau individu secara sengaja dengan merugikan

kelompok lain yang disebabkan oleh misdeed, pelanggaran atau kejahatan

(27)

14

merupakan salah satu metode dalam pendidikan yang dapat digunakan

sebagai salah satu alat dalam mendidik tanggung jawab anak. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa punishment adalah sanksi fisik maupun psikis

kepada seseorang, yang mengakibatkan penderitaan sehingga

memunculkan pengalaman yang tidak mengenakkan.

Hukuman dalam pendidikan menurut Ahmad tafsir memiliki

pengertian yang luas, mulai dari hukuman ringan sampai pada hukuman

berat, sejak kerlingan yang menyengat sampai pukulan yang agak

menyakitkan. Sebenarnya, tidak ada ahli pendidikan yang menghendaki

digunakanya hukuman dalam pendidikan kecuali bila terpaksa. Hadiah

atau pujian jauh lebih dipentingkan ketimbang hukuman (Tafsir, 2008:

186)

Ketika menggunakan metode reward perlu dipahami beberapa

strategi agar pemberian reward bisa efektif dan tepat sasaran. Asmaun

Sahlan (2010:60) menjelaskan beberapa strategi dalam memberikan

reward diantaranya yaitu :

a. Menetapkan prosedur pemberian hadiah.

b. Mencari tahu hadiah apa yang menarik.

c. Sesuaikan dengan standar perilaku yang telah dicapai.

d. Mendistribusikan hadiah dengan adil.

(28)

15

Sementara itu penggunaan punishment juga harus dilakukan

dengan hati-hati dan mempertimbangkan beberapa hal. Hal-hal yang harus

diperhatikan ketika memberikan hukuman menurut Ahmad Tafsir sebagai

berikut :

1) Hukuman itu harus adil sesuai dengan kesalahan.

2) Berikan hukuman yang mendidik, tidak menyakiti badan dan jiwa.

3) Anak harus mengetahui mengapa ia dihukum.

4) Hukuman itu harus membawa anak kepada kesadaran akan

kesalahanya.

5) Hukuman jangan sampai meninggalkan dendam pada anak. (Tafsir,

2008: 186)

2. Tujuan Reward dan Punishment

Reward dan punishment tidak dilakukan sembarangan. Perlu

diketahui bahwa Reward dan punishment memiliki tujuan yang ingin

dicapai dengan digunakanya metode ini. Reward adalah pemberian hadiah

ataupun ganjaran yang diberikan kepada anak atau siswa karena telah

melakukan sesuatu yang baik. Pada dasarnya, tujuan pemberian hadiah

hanyalah untuk pembiasaan semata, ketika pembiasaan telah dicapai maka

pemberian hadiah pun harus dikurangi (Istadi, 2005: 34).

Menurut Idris dan Marno (2008:133) ada beberapa tujuan

pemberian reward diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar mengajar.

(29)

16

c. Mengarahkan perkembangan berfikir siswa ke arah berfikir divergen.

d. Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang

positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.

Sedangkan tujuan pemberian hukuman adalah seperti yang

dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (2007:189) , tujuan orang memberi

hukuman itu bermacam-macam. Hal ini sangat bertalian erat dengan

pendapat orang tentang teori-teori hukuman sebagai berikut :

1) Teori pembalasan. Teori inilah yang tertua. Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelainan dan

pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak

boleh dipakai dalam pendidikan di sekolah.

2) Teori perbaikan. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan. Jadi, tujuan hukuman itu ialah memperbaiki si

pelanggar agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi.

3) Teori perlindungan. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar.

Dengan adanya hukuman ini, masyarakat dapat dilindungi dari

kejahatan-kejahatanyang telah dilakukan oleh si pelanggar.

4) Teori ganti kerugian. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian (boete) yag telah diderita akibat dari

kejahatan atau pelanggaran itu. Dalam proses pendidikan, teori ini

(30)

17

mungkin menjadi tidak merasa bersalah karena kesalahanya itu terbayar

denagn hukuman.

5) Teori menakut-nakuti. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat

perbuatanya yang melanggar itu sehingga ia akan selalau takut

melakukan perbuatan itu dan mau meninggalkanya.

3. Macam-macam reward dan punishment

a. Macam-macam reward

Banyak orang beranggapan bahwa reward identik dengan

pemberian sesuatu yang berbentuk barang. Akan tetapi, sebenarnya

reward sangatlah banyak bentuk-bentuknya. Berikut macam-macam reward yang dapat diberikan kepada anak :

1) Pujian

Pujian memiliki pengaruh yang besar pada seseorang

apabila pujian tersebut memperhatikan porsi yang proporsional.

Terlebih pujian kepada anak dan para pemuda, sebab mereka

membutuhkan penghargaan, penghormatan dan penerimaan sosial

(Al-Qahthani, 2013: 216)

2) Pemberian Hadiah

Suharsimi Arikunto membagi hadiah menjadi beberapa

bagian yaitu:

(31)

18

Bentuk hadiah yang paling lazim digunakan adalah peringkat

huruf atau angka. Meskipun simbul-simbul lain seperti tanda

bintang, centang, tanda benar, dan lain-lain. Kadang-kadang

juga digunakan untuk siswa-siswi sekolah dasar dan

menengah. Pemberian peringkat dengan cara yang betul dan

adil akan merupakan hadiah yang paling tepat jika dikaitkan

langsung dengan usaha siswa, prestasi dan kemampuan

(Arikunto, 1993:160).

b) Penghargaan

Hadiah ini dapat berupa berbagai hal yang mempunyai arti

adanya “perhatian” kepada siswa. Misalnya saja siswa berhasil

membuat pekerjaan tangan atau hasil karya yang lain. Karena

hasil tersebut sangat menonjol dibandingkan dengan hasil

karya siswa lain, maka hasil tersebut dipamerkan di depan

kelas atau dipertontonkan kepada siswa-siswa lain (Arikunto,

1993:161) Dengan begitu maka siswa akan merasa bahwa

kerja keranya membuahkan hail yang baik dan dapat

dibanggakan. Dan untuk siswa lain, harapanya adalah mampu

termotivasi untuk meraih hasil yang lebih baik lagi.

c) Hadiah berupa kegiatan

Hadiah berupa kegiatan adalah bahwa jika guru memberikan

kegiatan kepada siswa sebagai hadiah, ia harus memberikan

(32)

19

“sesuatu yang istimewa” sebagai ganjaran atas keistimewaan

yang telah dilakukan. Sebelum melakukan kegiatan yang

dihadiahkan kepadanya, siswa harus tahu betul apa yang harus

diperbuat sehingga anak-anak lain dapat menghargai apa yang

diperbuat sehingga anak-anak lain dapat menghargai apa yang

diperoleh temanya sebagai keistimewaan (Arikunto,

1993:164).

d) Hadiah berupa benda

Dalam memberikan hadiah yang berupa benda ini, guru

dituntut pertimbangan yang lebih cermat dibandingkan dengan

pemberian hadiah dalam bentuk-bentuk lain. Hadiah tersebut

antara lain berupa: makanan, uang, alat-alat tulis, buku-buku

dan lain sebagainya (Arikunto, 1993:164).

Reward sangat bermacam-macam bentuknya seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun menurut Irawati Istadi, alternatif bentuk

hadiah yang terbaik ternyata bukan berupa materi, tetapi berupa

perhatian baik verbal maupun fisik. Perhatian verbal bisa berupa

komentar-komentar pujian seperti, Subhanallah, Alhamdulillah, dll.

Sementara hadiah perhatian fisik berupa pelukan, elusan di kepala,

acungan jempol atau sekadar terangkatnya alis mata karena ekspresi

kagum (Istadi, 2005: 39). Pemberian reward yang berbentuk barang

(33)

20

kebiasaan bagi anak maupun siswa untuk mengharapkan hadiah.

Perhatian dan menghargai anak akan jauh lebih baik akibatnya.

b. Macam-macam punishment

Punishment atau hukuman sangat banyak bentuk-bentuknya. Orangtua ataupun pendidik seringkali menggunakan hukuman

dengan alasan memperbaiki anak, tidak jarang mereka

menggunakan cara yang sedikit keras. Namun, Suharsimi Arikunto

memberikan beberapa bentuk hukuman yang bisa digunakan

pendidik dalam menghukum anak. Dan berikut diantaranya:

1) Penurunan Skor atau Penurunan Peringkat

Hukuman jenis ini merupakan hukuman yang paling banyak

diterapkan di sekolah. Terutama ketika diterapkan ketika siswa

terlambat datang, tidak ataupun terlambat mengumpulkan

tugas. (Arikunto, 1993: 174)

2) Pengurangan Hak

Hukuman jenis ini merupakan hukuman yang paling efektif

karena dapat digunakan sesuai selera siswa. Dengan demikian,

guru dituntut mengamati dengan teliti supaya dapat dengan

tepat memilihkan pengurangan hak yang tepat bagi setiap siswa

(Arikunto, 1993: 174).

3) Hukuman Berupa denda

Jenis hukuman yang berupa denda ini di Indonesia merupakan

(34)

21

dengan “denda” dalam hal ini memnag tidak berupa uang,

tetapi lebih banyak mempunyai makna “pembayaran” dalam

bentuk pada umumnya berupa pengulangan pekerjaan

(Arikunto, 1993: 175).

4) Pemberian Celaan

Pemberian hukuman ini biasanya digabungkan dengan

hukuman lainya. Siswa yang melanggar peraturan penting yang

diperuntukan bagi siswa akan mendapat celaan. Hukuman ini

guru menuliskan kesalahan siswa dalam buku catatan khusus.

Umumnya pemberian hukuman ini hanya untuk siswa yang

melanggar peraturan beberapa kali (Arikunto, 1993: 175).

5) Penahanan Sesudah Sekolah

Hukuman ini hanya dapat diberikan apabila siswa disuruh

tinggal di sekolah setelah jam usai dan ditemani oleh guru.

Hukuman jenis ini biasanya diberikan kepada siswa yang

terlambat datang, absen yang tidak dimaafkan atau melanggar

peraturan sekolah yang dianggap penting atau tata tertib kelas

(Arikunto, 1993: 175).

6) Penyekoresan

Hukuman jenis ini merupakan hukuman yang “berat”, terutama

karena menyangkut aspek administratif siswa. Penyekoresan

merupakan pencabutan hak sebagai siswa untuk sementara

(35)

22

sebagaimana siswa lain. Penyekoresan ini sifatnya berat, oleh

karena itu hukuman ini hanya dilakukan apabila memang ada

kesalahan yang sifatnya berat (Arikunto, 1993: 176)

7) Referal

Istilah “referal” ini terkenal dalam bidang bimbingan dan penyuluhan. Apabila pembimbing tidak mampu, atau merasa

bahwa ia memerlukan bantuan dari pihak lain untuk menangani

klienya, maka pembimbing tersebut dapat “mengirim” klien

yang sedang ditangani orang lain, misalnya dokter, polisi dan

sebagainya (Arikunto, 1993: 176).

Meskipun hukuman bisa saja kehilangan efektifitasnya,

pengalaman dalam penelitian dan dalam pengajaran sama-sama

menyatakan bahwa terkadang bisa saja membantu mengelola beberapa

perilaku bermasalah tertentu. Untuk meminimalisasikan pengaruh negatif

dari hukuman, para guru harus mengikuti beberapa panduan seperti yang

dikemukakan oleh Kelvin Seifert (2010: 256-257) berikut :

a) Gunakan hukuman dengan hemat. Hukuman akan mengalami peningkatan efektifitas ketika ia mengalami peningkatan frekuensi,

dan dalam berbagai kasus, tidak selalu bersifat etis.

b) Jelaskan alasan mengapa anda memberikan hukuman. Tanpa sebuah alasan yang rasional, para siswa sangat mungkin akan mengarah pada

(36)

23

contoh, mereka bisa jadi menyimpulkan bahwa mereka, dan bukan

perilaku mereka yang buruk.

c) Persiapkan sebuah cara alternatif dalam meraih penguat motivasi yang positif. Mengingat penguat motivasi positif memiliki pengaruh negatif yang lebih sedikit, para siswa harus selalu mendapatkan

kesempatan untuk menerima penguat motivasi yang demikian.

d) Jika memungkinkan, anjurkan perilaku yang berkebalikan dari perilaku buruk yang dilakukan para siswa. Misalnya, jika seorang anak berlari kesana dalam ruang kelas, temukan sebuah alternatif

konstruktif yang lebih berprluang menghalangi perilaku tersebut

(seperti, membaca dengan tenang), ketimbang perilaku yang mungkin

bisa berkombinasi dengan perilaku buruk sebelumnya.

e) Jika memungkinkan, hindari hukuman fisik. Mengingat para guru hanya memberikan hukuman dengan hemat (poin a diatas), maka

beberapa bentuk hukuman seharusnya tidak perlu digunakan.

Termasuk hukuman secara fisik.

f) Berikan hukuman pada saat sebuah perilaku buruk dimulai dan bukan pada saat perilaku tersebut selasai. Secara umum, penelitian terhadap anak-anak menunjukkan fakta bahwa hukuman akan bekerja lebih

efektif pada saat perilaku tersebut sudah dimulai.

Hukuman pada dasarnya bertindak sebagai pencegah perilaku yang

kurang baik dari anak ataupun kesalahan yang dilakukan oleh anak.

(37)

24

akibat yang kurang baik dari hukuman tersebut. Menurut Ngalim

Purwanto (2007: 189) ada beberapa efek yang diakibatkan oleh hukuman,

dan berikut diantaranya :

a.Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum.ini adalah akibat dari

hukuman yang sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab. Akibat

semacam inilah yang harus dihindari oleh pendidik.

b.Menyebabkan anak menjadi lebih pandai menyembunyikan

pelanggaran. Ini pun akibat yang tidak baik, bukan yang diharapkanoleh

pendidik.

c.Memperbaiki tingkah laku si pelanggar. Misalnya yang suka

bercakap-cakap di dalam kelas, karena mendapat hukuman, mungkin pada

akhirnya berubah juga kelakuanya.

d.Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah. Oleh

karena kesalahanya dianggap telah dibayar dengan hukuman yang telah

dideritanya.

e.Memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan kebaikan.

Biasanya ini adalah akibat dari hukuman normatif. Sering hukuman

yang demikian tidak memperlihatkan akibat yang nyata kelihatan.

4. Teori-teori Reward dan Punishment

a. Teori koneksionisme

Teori ini adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara

stimulus dan respons. Hubungan stimulus dan respons ini mempunyai

(38)

25 a) Law of readness

1) Bila sudah ada “kecenderungan bertindak” lalu bertindak akan membawa kepuasan, dan tidak akan ada tindakan-tindakan lain

untuk mengubah kondisi itu.

2) Bila sudah ada “kecenderungan bertindak” tetapi tidak bertindak akan menimbulkan ketidakpuasan. Hal ini akan menimbulkan

response-response lain untuk mengurangi atau meniadakan

ketidakpuasan.

3) Apabila belum ada “kecenderungan bertindak” dipaksa bertindak maka akan menimbulkan ketidakpuasan untuk

menghilangkan atau mengurangi ketidakpuasan tersebut akan

muncul tindakan-tindakan lain.

b) Law of exercise atau Law of use Law of disuse

Hubungan antara S dan R akan bertambah kuat atau erat

bila sering digunakan (use) atau sering dilatih (exercise) dan akan

berkurang, bahkan lenyap sama sekali jika jarang digunakan atau

(39)

26

sebaliknya. Oleh karenanya sebaiknya hadiah lebih diutamakan

daripada hukuman.

b. Teori Operant Conditioning

Teori ini dirintis oleh seorang tokoh terkenal yang bernama

Skinner. Ia membuat rincian lebih dalam tentang Stimulus dan Respon.

a) Respondent response/ refleksive response.

Response jenis pertama ini ditimbulkan oleh

perangsang-perangsang tertentu, perangsang-perangsang tersebut pada

umumnya mendahului response. Sedangkan response-response

timbul secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan

air liur.

b) Operant responsive/ instrumental response.

Response jenis kedua ini timbul dan berkembang diikuti

oleh perangsang-perangsang tertentu, perangsang-perangsang

umumnya lebih kemudian atau setelah timbulnya response, ia

bersifat memperkuat. Misalnya, anak melakukan perbuatan belajar

menyanyi setelah selesai lalu diberi hadiah, maka saat-saat

berikutnya ia akan lebih giat menyanyi.

c. Teori Medan

Tokoh teori ini semula adalah penganut aliran psikologi

Gestalt Mazhab Berlin, kemudian menempuh jalur lain terutama

penelitianya tentang motivasi. Tokoh yang nama aslinya Kurt Lewin

(40)

27

Beberapa hasil penelitianya adalah meliputi hasil belajar

hukuman dan hadiah, berhasil dan gagal, energi cadangan. Menurut

teori ini, situasi yang mengandung hukuman dapat diilustrasikan

sebagai berikut : Individu dimasukkan dalam lingkaran kanan ditutup

dengan tugas, kiri ditutup dengan ancaman hukuman, atas bawah

ditutup dengan barier (pengawasan). Dalam keadaan seperti ini

individu harus memilih alternatif yang sma-sama tidak disenangi.

Sedangkan situasi yang mengandung hadiah adalah individu lebih

masuk dalam medan terbukasatu sisi, sebelah kanan ada tugas sebagai

pra syarat untuk mencapai hadiah sehingga tidak ada tegangan

(Mustaqim, 2001: 59-60)

Banyak diantara para ahli psikologi diantaranya Good dan Brophy

yang tertarik untuk mempelajari dan mengadakan penelitian mengenai

hal-hal yang berhubungan dengan hukuman. dari penelitian-penelitian tersebut

dilahirkan berbagai teori tentang hukuman sebagai berikut:

a. Teori Kerenggangan

Teori ini mengatakan bahwa dengan diberikanya hukuman

kepada subjek yang melakukan kesalahan tindakan akan menyebabkan

hubungan rangsang-reaksi (S.R bond) antara tindakan salah dengan

hukuman menjadi renggang. Demikian juga individu tersebut akan

menjadi renggang dengan tindakan menyimpang itu (Arikunto, 1993:

168).

(41)

28

Teori ini mengatakan bahwa dengan diberikanya hukuman

kepada subjek yang melakukan kesalahan tindakan, subjek tersebut

akan mengurangi atau menurunkan frekuensi tindakan negatif tersebut

(Arikunto, 1993: 169).

c. Teori penjeraan

Teori ini mengatakan bahwa jika subjek mendapat hukuman,

maka subjek tidak akan mengulangi lagi perbuatan yang menyebabkan

timbulnya hukuman semula (Arikunto, 1993: 170).

d. Teori sistem motivasi

Teori ini mengatakan bahwa jika individu mendapat hukuman

maka akan terjadi perubahan dalam sistem motivasi dalam diri individu.

Perubahan yang terjadi dalam sistem motivasi tersebut mengakibatkan

penurunan pada individu untuk mengurangi atau menurunkan frekuensi

perilaku yang berhubungan dengan timbulnya hukuman yang

bersangkutan (Arikunto, 1993: 170).

e. Teori hukuman alam

Teori ini dikenal juga dengan hukuman model Rousseau karena

diteorikan oleh Rousseau. Rousseau adalah seorang ahli pendidikan

sebelum abad pertengahan. Dia berpendapat bahwa apabila anak

melakukan kesalahan tingkah laku, pendidik tidak perlu memberikan

hukuman, karena alam sendirilah yang akan menghukumnya (Arikunto,

(42)

29

5. Prinsip-prinsip Reward dan Punishment

a. Prinsip-prinsip Pemberian Reward

1) Penilaian didasarkan pada perilaku bukanya pelaku

Bagi yang belum terbiasa, tentunya masih sulit untuk

membedakan antara pelaku dengan perilaku. Perbedaanya adalah.

Perilaku bisa baik dan dan bisa salah, tetapi pelaku senantiasa tetap

baik. (Istadi, 2005: 29)

2) Hadiah harus ada batasanya.

Pemberian hadiah tidak bisa menjadi metode yang

dipergunakan selamanya. Proses ini cukup difungsikan hingga

tahapan menumbuhkan kebiasaan saja. Hal terpenting yang harus

dilakukan adalah memberikan pengertian sedini mungkin kepada

anak tentang pembatasan ini. Sampaikan dalam berbagai

kesempatan, bahwa tujuan pemberian hadiah hanyalah untuk

menumbuhkan pembiasaan semata. Pengertian ini harus disampaikan

seawal mungkin, untuk menghindari tumbuhnya harapan anak yang

terlalu besar terhadap perolehan hadiah ini. (Istadi, 2005: 33)

3) Distandarkan pada proses bukan hasil

Begitu banyak orang lupa, bahwa proses jauh lebih penting

daripada hasil. Proses pembelajaran, yaitu usaha yang dilakukan

anak, adalah merupakan lahan perjuangan yang sebenernya.

Sedangkan hasil yang akan diperoleh nantinya tidak bisa dijadikan

(43)

30

mempengaruhi selain dari pengaruh proses atau usaha anak saja.

Jadi, ketika memberikan hadiah harus memperhatikan proses anak

dalam mendapatkan hasil tersebut. (Istadi, 2005: 45)

4) Dimusyawarahkan kesepakatanya

Jangan takut untuk bermusyawarah dengan anak, karena

sesungguhnya anak memiliki kemampuan berdialog yang baik.

Tetapi yang lebih penting dari semua itu, jika pendidik berhasil

melibatkan anak dalam keputusan-keputusan yang berkaitan dengan

diri mereka, maka mereka akan lebih termotivasi untuk

melakukanya, dan lebih mudah menjaga serta mematuhinya. (Istadi,

2005: 47)

b. Prinsip-prinsip Pemberian Punishment

1) Menjaga kesetimbangan antara hukuman dan hadiah

Orang tua atupun pendidik terkadang hanya terfokus untuk

memperbaiki perilaku anak yang salah dengan cara memberikan

hukuman. Sebaliknya perbuatan baik anak dibiarkan saja, tidak

diperhatikan, tidak diberikan perhatian positif maupun hadiah,

pujian ataupun yang lainya. Hal inilah yang harus jadi bahan

pertimbangan dan diperhatikan. Bahwasanya, hadiah dan hukuman

haruslah seimbang penggunaanya dan disesuaikan penggunaanya.

(Istadi, 2005: 67)

(44)

31

Kesalahan yang paling sering dilakukan orangtua dan

pendidik adalah ketika mereka menghukum anak disertai dengan

emosi kemarahan, atau bahkan emosi kemarahan itulah yang

menjadi penyebab timbulnya keinginan untuk menghukum. Dalam

kondisi ini, tujuan sebenarnya dari pemberian hukuman yang

menginginkan adanya penyadaran agar anak tak lagi melakukan

kesalahan, menjadi tidak lagi efektif. (Istadi, 2005: 81)

3) Menyepakati hukuman

Sama seperti metode pemberian hadiah yang harus

dimusyawarahkan dan didialogkan terlebih dahulu, maka begitu pula

yang harus dilakukan sebelum memberikan hukuman. Inisiatif

orangtua dan pendidik utuk mendialogkan hal ini demi memperoleh

kesepakatan, merupakan tindakan yang menghargai anak sebagai

seorang pribadi. Ketika telah ada kesepakan sebelumnya dengan

anak, maka harapanya adalah sang anak sadar akan konsekuensi

yang harus diterima apabila melakukan kesalahan sesuai dengan

kesepakatan. (Istadi, 2005: 86)

B. Pendidikan Islam

1. Definisi Pendidikan Islam

Banyak sekali para pakar pendidikan yang mendefinisikan

pendidikan Islam. Dari begitu banyak pendapat para pakar tersebut,

maka berikut penjelasan dari pengertian pendidikan Islam tersebut.

(45)

32

terencana untuk membentuk peserta didik agar memiliki keseimbangan

jasmani dan rohani, serta memiliki iman, ilmu, dan amal sekaligus

(Gunawan, 2014:9-10 )

Muhammad Hamid an-Nashir dan Qulah Abd al-Qadir Darwis

mendefinisikan pendidikan Islam sebagai proses pengarahan

perkembangan manusia (ri‟ayah) pada sisi jasmani, akal, bahasa,

tingkahlaku, dan kehidupan sosial keagamaan yang diarahkan pada

kebaikan menuju kesempurnaan. ( Roqib, 2009: 17)

Definisi pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir dalam

bukunya Ilmu Pendidikan da lam Perspektif Islam adalah bimbingan

yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang

secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam,. Bila disingkat,

pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar ia

menjadi muslim semaksimal mungkin (Tafsir, 2008: 32).

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah usaha

yang dilakukan oleh seseorang (guru) untuk mengarahkan anak dalam

hal jasmani dan rohani serta tingkah lakunya sehingga dapat menjadi

seorang muslim yang terdidik dengan baik.

2. Dasar Pendidikan Islam

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di

(46)

33

untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran

yang terkandung dalam Al-Qur‟an itu sendiri dari dua prinsip

besar, yaitu berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut

Aqidah. Dan yang berhubungan dengan amal yang disebut syari‟ah

(Departemen Agama RI, 1984: 19)

b. As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan,perbuatan ataupun pengakuan

Rasul Allah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah

kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan

beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.

Sunnah merupakan sumber ajaran ke dua sesudah Al-Qur‟an,

Sunnah juga berisi aqidah dan syari‟ah. Sunnah berisi petunjuk

(pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala

aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau

muslim yang bertaqwa (Departemen Agama RI, 1984: 20).

c. Ijtihad

Ijtihad ialah berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu

yang dimiliki oleh ilmuan syari‟at Islam untuk menetapkan atau menentukan hukum Syari‟at Islam dalam hal-hal yang ternyata

belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan As-sunnah.

Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan

termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada

(47)

34

3. Tujuan Pendidikan Islam

Berbicara mengenai pendidikan Islam maka yang perlu

diketahui juga adalah tujuan pendidikan Islam tersebut. Seperti halnya

lembaga-lembaga lain, maka pendidikan Islam juga memiliki tujuan

tersendiri yang ingin dicapai. Berikut tujuan-tujuan tersebut menurut

para tokoh intelektual Islam :

a. Menurut Imam al-Ghazali tujuan pendidikan Islam dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat

mendekatkan diri kepada Allah Swt.

2) Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup,

baik di dunia maupun akhirat (Arief, 2002: 22).

b. Menurut Zakiah Daradjat (2011:29) tujuan pendidikan Islam terdiri

dari tujuan umum,tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan

profesional yaitu sebagai berikut :

1) Tujuan Umum

Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula

dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan

Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan

institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu.

Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali melalui proses

pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan

(48)

35

2) Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka

tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah

berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil

dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun,

bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.

Perasaan, pengalaman dan pengalaman dapat

mempengaruhinya. Karena itulah, pendidikan Islam berlaku

selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,

mengembangkan, memelihara, mempertahankan tujuan

pendidikan yang ingin dicapai. Orang yang sudah takwa dalam

bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan

dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan,

sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang,

meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam

pendidikan formal.

3) Tujuan Sementara

Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola

takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana,

sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada

diri pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah

merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah

(49)

36

pendidikanya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak

dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkaranya

sudah harus kelihatan.

4) Tujuan Operasional

Tujuan operasioanal ini lebih banyak dituntut dari anak

didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat

operasioanalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan

kepribadian. Untuk tingkat paling rendah, sifat yang berisi

kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya

dapat berbuat, terampil melakukan, lancar mengucapkan,

mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah soal

kecil. Pada masa permulaan yang penting ialah anak didik

mampu dan terampil berbuat, baik perbuatan itu perbuatan

lidah (ucapan) ataupun perbuatan anggota badan lainya.

Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik,

merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan insan kamil

yang semakin sempurna.

Berdasarkan pendapat-pendapat tokoh di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya adalah

membentuk manusia yang beriman kepada Allah SWT untuk memperoleh

kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tujuan pendidikan Islam lainya

adalah agar anak didik mampu berperilaku baik selama hidupnya dengan

(50)

37

BAB III

JANJI DAN ANCAMAN DALAM AJARAN ISLAM

A. Janji dan Ancaman Allah

1. Konsep Janji dan Ancaman Allah

Agama Islam mengajarkan kepada manusia tentang berbagai hal,

mulai dari sikap manusia, ibadah, sosial dan sebagainya. Islam merupakan

satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT. Seperti yang

dijelaskan Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 19 sebagai berikut :

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi (Al Kitab) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS.Ali Imran : 19) (Departemen Agama RI, 2002: 52)

Atas dasar ayat di atas, maka semua aspek kehidupan harus di

kembalikan kepada Islam tentang bagaimana menyikapinya agar tidak

salah jalan. Allah SWT memberikan janji kepada umatnya yang beriman

akan dimasukkan ke dalam surga. Surga menjadi balasan ataupun

ganjaran bagi orang-orang yang beriman.

Janji dan ancaman dalam ajaran Islam dikenal dengan istilah

(51)

38

اًدْعًَ

yang artinya menjanjikan sesuatu (Yunus, 2010: 502).

Istilah ini dipopulerkan oleh aliran Mu‟tazilah sebagai al Usul al-Khamsah, atau lima ajaran dasar yang menjadi pegangan kaum

Mu‟tazilah . Menurut al-Khayyat seperti yang dikutip oleh Harun

Nasution (1986: 52) orang yang diakui menjadi pengikut atau penganut

Mu‟tazilah, hanyalah orang yang mengakui dan menerima kelima dasar

itu. Orang yang hanya menerima sebagian dasar-dasar tersebut tidak

dipandang sebagai orang Mu‟tazilah. al Usul al-Khamsah sendiri diberi

urutan yaitu, al-Tawhid, al-„Adl, al-wa‟d wa al-Wa‟id, al-Manzilah bain

al-Manzilatain dan al-„Amr bi al-Ma‟ruf wa al-Nahy „an al-Munkar.

Menurut paham Mu‟tazilah, Tuhan tidak akan dapat disebut adil,

jika Ia tidak memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan jika

tidak menghukum orang yang berbuat buruk. Keadilan menghendaki

supaya orang yang bersalah diberi hukuman dan orang yang berbuat baik

diberi upah, sebagaimana yang telah dijanjikan Tuhan (Nasution, 1986:

55). Maka konsep ini bisa menjadi acuan bahwa memberikan upah

kepada anak yang menunjukkan perilaku baik merupakan bentuk

keadilan orang tua kepada anaknya. Sementara itu, pemberian hukuman

kepada anak yang berbuat kesalahan terhadap peraturan yang telah

ditetapkan juga merupakan bentuk keadilan orangtua sesuai dengan

(52)

39

Bagi kaum Mu‟tazilah dan kaum Maturidiah golongan

Samarkand menganggap bahwa manusia dihukum atas perbuatan yang

dikehendakinya dan yang dilakukanya bukan dengan paksaan tetapi

dengan kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya (Nasution, 1986:

127). Anggapan ini apabila dicermati adalah bentuk keadilan Tuhan

karena Tuhan telah membebaskan manusia untuk melakukan perbuatan

yang dikehendakinya sendiri-sendiri. Manusia dalam hal ini, dibebaskan

akan tetapi juga harus siap menanggung resiko apabila melakukan

perbuatan yang buruk. Resiko itu adalah dihukum oleh Tuhan.

Menurut Mu‟tazilah, Tuhan tidak dapat bersifat zalim dalam

memberi hukuman, tidak dapat menghukum anak orang musyrik lantaran

dosa orangtuanya dan mesti memberi upah kepada orang yang patuh

pada-Nya dan memberi hukuman kepada orang yang menentang

perintah-Nya (Nasution, 1986: 124). Ini artinya bahwa menurut mereka

Tuhan tidak akan melanggar peraturan yang telah dibuat-Nya. Maka

dalam hal ini, berarti Tuhan mengajarkan kepada manusia tentang sikap

bertanggungjawab terhadap hak dan kewajiban masing-masing manusia.

Berbeda dengan Mu‟tazilah, Al-Asy‟ari berpendapat bahwa upah

yang diberikan Tuhan hanyalah merupakan rahmat dan hukuman tetap

merupakan keadilan Tuhan (Nasution, 1986: 126). Jadi, menurut faham

Asy‟ariah, Tuhan memiliki kebebasan dalam memberikan upah dan

hukuman. Tuhan boleh-boleh saja tidak memberikan upah, karena Tuhan

(53)

40

memberikan upah kepada manusia, jika yang demikian dikehendaki-Nya,

dan memberi hukuman jika itu pula dikehendaki-Nya (Nasution, 1986:

126). Pendapat Al-Ghazali ini memberikan gambaran bahwa Allah maha

kuasa segala-galanya. Allah memiliki kekuasaan untuk memberikan upah

kepada manusia sesuai dengan kehendak-Nya dan Allah memiliki

kekuasaan untuk memberikan hukuman yang bermacam-macam kepada

manusia sesuai dengan kesalahan manusia itu sendiri.

Menurut kaum Asy‟ariah, Tuhan tidak berkewajiban menjaga

kemaslahatan (al-salah wa al-aslah) manusia, tidak wajib memberi upah

atau ganjaran pada manusia atas perbuatan-perbuatanya (Nasution, 1986:

73). Konsep ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak harus memberi upah

atau ganjaran pada manusia, kalaupun Tuhan memberikan upah atau

ganjaran maka semua itu adalah atas kehendak-Nya dan manusia

harusnya tidak mengharapkan apa-apa dari perbuatanya kecuali adalah

keridhaan Allah SWT.

Pada intinya, kaum Asy‟ariah berpendapat bahwa Tuhan memberi

hukuman menurut kehendak mutlaknya, tidak terikat pada suatu

kekuasaan, kecuali kekuasaan-Nya sendiri. Sementara itu kaum

Mu‟tazilah beranggapan bahwa Tuhan mengeluarkan hukuman sesuai

dengan hukum dan bukan dengan sewenang-wenang (Nasution, 1986:

(54)

41

Berdasarkan kedua pendapat dari dua aliran di atas yaitu

Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah maka penulis dapat menyimpulkan bahwa,

Allah sudah memberikan janji dan ancaman di dalam Al-Qur‟an yang

sangat banyak. Janji yang berupa ganjaran, Surga, kesenangan dunia dan

akhirat dan juga mengancam manusia yang berbuat keburukan selama

hidupnya untuk mendapatkan siksa yang pedih di Neraka. Namun yang menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS.Al-Baqarah: 148). (Departemen Agama RI, 2002: 23)

Banyak sekali ayat dalam Al-Qur‟an yang mengulang kata

“Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Ini artinya

bahwa Allah mengisyaratkan bahwa kekuasaan mutlak ada pada Allah

SWT. Begitu juga dengan pemberian upah dan hukuman adalah mutlak

kuasa Tuhan, sehingga manusia hanya bisa melakukan perbuatan baik

yang sesuai perintah-Nya. Kalau manusia sudah melakukan yang terbaik

(55)

42

terhadap janji dan ancaman Allah, biarlah itu menjadi hak dan rahasia

Allah SWT.

2. Bentuk-bentuk Janji dan Ancaman Allah

a. Janji Allah di Dunia

1) Keberuntungan, seperti firman Allah SWT :

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,” (Qs.Al-Mukminun: 1) (Departemen Agama RI, 2002: 342)

2) Petunjuk, seperti firman Allah SWT :

meyakini bahwasanya Al-Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Hajj :54) (Departemen Agama RI, 2002: 338)

3) Pertolongan, seperti firman Allah SWT

(56)

43

menolong orang-orang yang beriman. ( QS.Ar-Ruum :47) (Departemen Agama RI, 2002: 409)

4) Kemuliaan/ketaatan, seperti firman Allah SWT:

Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada

mengetahui. “(QS. Al-Munafiqun: 8) (Departemen Agama RI, 2002: 555)

5) Kehidupan yang baik, seperti firman Allah SWT :



Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl : 97) (Departemen Agama RI, 2002: 278)

b. Janji Allah di Akhirat

1) Masuknya orang-orang beriman ke Surga, kekal di dalamnya, dan

keridhaan dari Allah Swt. Sebagaimana firman Allah SWT:

(57)

44

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu

adalah keberuntungan yang besar. “ (QS.At-Taubah : 72) (Departemen Agama RI, 2002: 198)

2) Melihat Allah Swt, sebagaimana firman Allah SWT :

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu

berseri-seri. kepada Tuhannyalah mereka melihat. “ (QS.Al -Qiyamah:22-23) (Departemen Agama RI, 2002: 578)

Janji-janji Allah SWT sangatlah banyak. Apa yang digambarkan

Allah dalam firman-firman-Nya merupakan balasan bagi orang yang

bertaqwa dan berbuat baik. Janji-janji yang bersifat kesenangan dan

kebahagiaan ini adalah bentuk motivasi dari Allah kepada manusia untuk

senantiasa bertaqwa kepada Allah dan berbuat kebaikan. Dengan motivasi

seperti itu, maka manusia diharapkan untuk berlomba-lomba dalam

beribadah kepada Allah.

Sementara itu, dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh

At-Tirmidzi berikut ini juga menjelaskan janji Allah Swt kepada makhluknya.

(58)

45

ِةًنَجْلا ىَلِا اًقْيِرَط ُوَل ُلله ا َلَيَس اًمْلِع ِوْيِف ُسِمَتْلَي ًقْيِرَط َكَلَس ْنَم

“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka

Allah memudahkan baginya jalan menuju Surga”. (At-Tirmidzi,

1992: 274)

Hadits di atas menjelaskan janji Allah SWT kepada orang yang

mau menempuh jalan untuk menuntut ilmu. Barangsiapa yang menuntut

ilmu kebaikan (Islam), maka Allah akan memudahkan jalan orang

tersebut menuju Surga. Dengan begitu maka orang yang menuntut ilmu itu

adalah orang yang dimuliakan oleh Allah sehingga Allah memberikan

ganjaran akan dimudahkan dalam perjalananya ke Surga nanti.

Janji Allah tersebut mengisyaratkan pentingnya menuntut ilmu,

karena dengan ilmu maka manusia akan mengetahui mana yang baik dan

mana yang buruk. Dengan mengetahui kedua perkara ini tentunya manusia

akan lebih mudah untuk menjalani kehidupan dan membuat hidupnya

lebih barokah dan ketika telah tiba saatnya nanti jalanya ke Surga akan

sangat mudah seperti yang telah dijanjikan Allah SWT.

Seperti yang disebutkan di atas, janji-janji Allah bisa berupa

ganjaran dunia dan di akhirat. Ganjaran di dunia itu bisa berupa

keberuntungan, petunjuk, pertolongan, keselamatan, kehidupan yang baik

dan sebagainya. Ganjaran di dunia merupakan bentuk perhatian Allah

SWT kepada manusia yang bertaqwa. Sementara itu ganjaran di akhirat

tidak lain adalah Surga. Surga digambarkan Allah sebagai tempat yang

(59)

46

Namun sekali lagi bahwa janji-janji Allah tersebut hanya bisa didapat oleh

orang-orang yang beriman dan bertaqwa.

Sir Sayid Amir Ali berpendapat mengenai ajaran tentang akhirat.

Seperti yang dikutip oleh Maunah (2011: 290) umpamanya ia menjelaskan

bahwa keinginan manusia untuk dapat bersatu kembali dengan orang yang

dikasihi dan disayangi, sesudah dipisahkan oleh kematian. Hasrat besar

inilah yang menmbulkan ide adanya kelanjutan hidup sesudah selesainya

hidup di dunia ini. Agama-agama yang datang sebelum Islam pada

umumnya menggambarkan bahwa hidup kedua manusia itu akan

memperoleh upah dan balasan dalam bentuk jasmani dan bukan dalam

bentuk rohani. Pendapat ini tentunya ada alasanya tersendiri. Upah dan

balasan yang berupa jasmani barangkali lebih terasa nyata ketimbang

dengan upah dan balasan rohani. Karena dengan upah dan balasan yang

berupa jasmani akan semakin meyakinkan bahwa upah dan balasan itu

memang nyata ada.

Sir Sayid Amir Ali menambahkan apa yang harus dipercayai orang

Islam ialah bahwa di akhirat nanti tiap orang harus

mempertanggungjawabkan segala perbuatanya di dunia ini. Tetapi, lebih

dari itu Tuhan bersifat pengasih serta rahmatnya akan dilimpahkan secara

adil kepada semua makhluknya. Inilah keyakinan pokok yang harus

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari laporan akhir ini menunjukan bahwa perbandingan proses Transmisi Sinyal SNG (Sattekite News Ghatering) dengan Transmisi Sinyal Gelombang Microwave

a) Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh

Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran penggunaan metode diskusiuntuk meningkatkan rasa tanggung jawab, prestasi belajar siswa,

Dengan RAB kita dapat mengukur kemampuan materi dan mengetahui jenis-jenis material dalam pembangunan, sehingga biaya yang kita keluarkan lebih terarah dan sesuai dengan yang

melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana penyebaran ujaran. 10 Petrus Soerjowinoto dkk, 2014, Metode Penulisan Karya Hukum, Semarang: Fakultas Hukum

Hipertensi adalah penyakit yang berbahaya karena merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke yang penyebabnya secara umum yaitu hipertensi primer atau

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri furniture rotan menggunakan metode OLS menunjukkan bahwa tingkat daya saing dipengaruhi oleh nilai

Tujuan khusus dalam penelitian ini, antara lain (1) Mengidentifikasi ketersediaan makanan jajanan di warung sekolah; (2) Mengidentifikasi karakteristik siswa dan