• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam Material

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI - 3BAB II (Halaman 44-51)

Macam pipa drainase yang umum digunakan antara lain (Dedi Kusnadi Kaslim dkk, 2006) :

a. Pipa tanah liat bisanya terbuat dengan panjang sekitar 30 cm, diameter dalam bervariasi dari 5 –15 cm. Pipa dapat dibuat lurus atau dengan suatu collar. Air masuk ke dalam pipa melaui celah antar sambungan pipa.

b. Pipa beton biasanya digunakan untuk diameter yang lebih besar dari 15 atau 20 cm. Penggunaan pipa beton pada tanah asam dan bersulfat perlu dipertimbangkan akan kemungkinan rusaknya beton karena asam sulfat, sehingga perlu digunakan semen yang tahan sulfat. Seperti juga pada pipa tanah liat, disini air masuk melalui celah-celah antar sambungan pipa.

c. Pipa plastik yang umumnya digunakan untuk pipa drainase adalah polyvinyl chloride (PVC) dan polyethylene (PE). Pipa plastik dapat berbentuk pipa halus atau bergelombang (corrugated). Pipa halus bersifat kaku dengan panjang tidak lebih dari 5 meter, sedangkan pipa bergelombang bersifat fleksibel (lentur) dan dapat digulung. Sedangkan untuk saluran drainase terbuka material yang digunakan untuk lapisan dasar dan dinding saluran drainase tahan erosi bisa dibuat dari beton, pasangan batu kali, pasangan bata merah, kayu, besi cor, baja, plastik dll. Pilihan material tergantung pada tersedianya serta harga bahan dan cara konstruksi saluran. Penampang melintang saluran drainase perkotaan, pada umumnya dipakai bentuk segi empat, karena dipandang lebih efisien di dalam pembebasan tanahnya jika dibandingkan bentuk trapesium.

Uraian pekerjaan dalam pembuatan drainase meliputi pembangunan saluran drainase untuk air buangan dan gorong-gorong. Bahan-bahan yang harus dipersiapkan dan dipergunakan pada pekerjaan adalah sebagai berikut:

a. Semen

Semen yang dipakai adalah jenis pozzoland yang diproduksi sesuai dengan SNI.

- Butir-butir pasir yang digunakan tidak mengandung tanah, kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.

- Butir-butir harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm.

c. Agregat Kasar ( kerikil dan Batu Pecah)

- Harus terdiri dari butir-butir yang jeras, tidak berpori, bersifat kekal sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

Yang mengandung butirbutir pipih tidak melampaui 20% dari berat -Agregat seluruhnya, dapat digunakan

- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering), harus dicuci jia mengandung lumpur lebih dari 1%.

Tidak boleh mengandung sesuatu yang dapat merusak batu dan baja. -Susunan butirnya harus memenuhu syarat-syarat yang ditetapkan.

- Besar butir maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih minimum antara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.

- Penyimpangan dari batuan tersebut dapat dilakukan dengan seijin tenaga ahli.

d. Batu kali

- Batu yang dipakai untuk pasangan tidak boleh berbentuk blondos melainkan harus pecah.

- Batu harus cukup keras tidak mudah retak bahkan pecah.

e. Kapur

Kapur yang digunakan adalah kapur yang tidak berbentuk bongkahan tetapi berbentuk serbuk dengan mutu tinggi.

f. Air

Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, dan bahan organis lainnya yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

2. Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan yang dilakukan pada seluruh pembangunan sistem penyaluran air buangan.

a. Pekerjaan Tanah

(1). Galian Tanah

- Dalam dan lebar galian tidak boleh melebihi/kurang dari ukuran yang telah ditentukan.

- Galian yang melebihi profil yang telah ditentukan maka perbaikannya dilakukan mengikuti ketentuan-ketentuan cara pemadatan.

- Dalam pekerjaan menggali termasuk juga membersihkan segala kotoran-kotoran seperti sampah dan sisa bangunan lainnya.

- Penggalian dilakukan sedemikin rupa sehingga tidak merusak bangunan dan konstruksi lainya.

- Galian tanah untuk tempat dudukan pondasi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah longsor dan diusahakan agar lubang galian tersebut dalam keadaan kering.

(2). Timbunan Tanah.

- Pada tanah yang baik, dasar tanah yang akan ditimbun harus terlebih dahulu digali/dicacah sedalam 10 cm sampai dengan 15 cm sesuai dengan luas penampang timbunan yang akan dibuat, agar tercapai homogenitas yang baik antar tanah dasar dengan timbunan yang baru.

- Berhubung timbunan mengalami penyusutan, maka timbunan harus dibuat lebih tinggi 1/10 T (dimana T = tinggi timbunan) dan lebih lebar 1/10 B

(dimana B = lebar timbunan) dari ukuran-ukuran yang sebenarnya sehingga bila terjadi penyusutan akan diperoleh ukuran yang sebenarnya.

- Sebelum mulai pemasangan batu kali untuk dasar saluran terlebih dahulu ditimbun pasir dengan ketebalan 5 cm 10 cm.

(3). Pemadatan Tanah

- Untuk mendapatkan hasil yang baik timbunan dan pemdatannya dilakukan lapisan demi lapisan dimana tiap lapisan mempunyai tebal 10 cm 15 cm. - Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat timbris yang terbuat dari besi/

kayu yang beratnya 20 kg 25 kg dengan tinggi jatuh antara 30 cm 40 cm. b. Pekerjaan Pasangan Batu

- Pekerjaan batu disusun rapi, seluruhnya terselimuti dengan mortel dan tidak adanya rongga-rongga.

- Rule of thumb ketebalan pasangan batu kali bagian atas adalah 0.2 0.25

Hair dan bagian dasar adalah 0.4 - 0.5 Hair

- Semua pasangan batu tampak dari luar terutama pada dinding saluran harus rata dan menggunakan batu muka. Ukuran batu ditetapkan lebar sisinya 12

15 cm dan tebalnya minimal 10 cm.

- Campurkan spesi pasangan batu muka ditetapkan 1 pc : 4ps. Sedangkan untuk pekerjaan outfall adalah 1 pc : 3ps.

masuk kesamping yang akan terurug tanah sedalam minimum 5 cm.

- Pertemuan pasangan (plesteran sudut) selebar 8 - 10 cm untuk bangunan kecil dan 15 cm untuk bangunan yang besar.

- Dasar saluran dengan kemiringan menurun bertemu pada pertengahan saluran dengan tebal maksimum 2 cm.

c. Pekerjaan Plesteran

- Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan maka bidang dasar harus dibuat kasar dan bersih.

- Plesteran dibuat setebal 1,5 cm dan campuran spesinya adalah 1 pc : 3 ps.

d. Pekerjaan Beton

Sebagai pedoman pekerjaan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah Peraturan Beton Indonesia tahun 1971 Mutu:

(1). Semua pekerjaan beton tidak bertulang ditetapkan dengan kualitas

(2). Beton BOW dengan campuran 1pc : 2 ps : 3 krikil.

(3). Semua pekerjaan beton bertulang harus ditetapkan dengan mutu K.125 dengan campuran 1pc : 2 ps : 3 krikil.

(4). Tulangan beton dipasang dengan baik dan benar sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah bentuknya.

(5). Sesudah pengecoran beton selesai maka selama 2 minggu beton harus selalu dibasahi terus menerus.

e. Pekerjaan Bekisting/Cetakan

Bekisting harus cukup kokoh dan cukup rapat sehingga dapat menghasilkan bentuk cetakan beton sesuai dengan gambar rencana.

2.9.7. Operasi dan Pemeliharaan Drainase Berkelanjutan 1. Operasi Sistem Drainase

Kegiatan Operasi dalam rangka memanfaatkan prasarana drainase secara optimal. Kegiatan operasi diantaranya pengaturan bangunan drainase saluran drainase primer, sekunder, tersier, gorong-gorong, lubang kontrol dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan air buangan dari wilayah pemukiman, dan mengalirkan air buangan ke saluran pembuang hingga badan air penerima.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI - 3BAB II (Halaman 44-51)

Dokumen terkait