• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Kinerja Guru PAI pada Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan BarantiPesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Jenis Penelitian

ANALISIS KINERJA GURU YANG BERSERTIFIKASI DAN BELUM DI PONDOK PESANTREN AL URWATUL WUTSQA

D. Hasil Kinerja Guru PAI pada Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan BarantiPesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti

Kabupaten Sidenreng Rappang

Adapun hasil kinerja guru PAI pada Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang meliputi:

1. Pengunaan Metode

Penggunaan metode pembelajaran informan seperti yang tertera dalam RPP mereka hanya terbatas pada metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, dan penugasaan. Kemudian untuk pemanfaatan media dalam pembelajaran pada umumnya informan menggunakan media

a. Penggunaan metode ceramah

Metode yang dipakai dalam menyajikan materi di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang adalah metode ceramah. Metode ceramah dianggap oleh para guru dengan karakteristik mata pelajaran PAI. Salah satu dari ciri materi PAI ada yang bernuansa aqidah yang harus didekati dengan pendekatan perasaan yang sifatnya sangat pribadi yang tidak bisa diukur dengan pendekatan ukuran ilmiah. Untuk memberikan pemahaman seperti itu harus menggunakan teknik ceramah, dengan menggunakan pendekatan emosional.

b. Penggunaan Metode Tanyajawab

Metode tanya jawab yang dikembangkan oleh para guru di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang dianggap suatu teknis penyampaian materi yang dapat memberikan klarifikasi masalah-masalah yang muncul dalam tatap muka, sehingga terkadang Tanya jawab kalau tidak diantisipasi dengan baik, terkadang menyebabkan permasalahn materi tidak terselesaikan dalam pertemuan tersebut.

c. Penggunaan metode diskusi

Metode diskusi di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang hampir digunakan hampir semua pokok bahasan yang

tercantum dalam analisis materi pelajaran. Realisasi pada tatap muka pembelajaran selama dalam pengamatan peneliti, memperlihatkan selalu menggunakan metode diskusi. (Wahidin : 2015).

d. Penggunaan metode bermain

Metode bermain peran di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang sebenarnya bisa diterapkan di dalam beberapa pokok bahasan. Namun dalam pengamatan dan analisis materi pelajaran tidak tertemukan pencatuman metode tersebut.

2. Penggunaan Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran pada pembelajaran di kelas Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang cukup bagus. Dalam pengamatan peneliti terlihat beberapa jenis media seperti papan tulis (white board dan black board), buku teks atau buku paket, diktat, dan terkadang ada guru mengunakan LCD .

Penggunaan media dapat digunakan oleh guru PAI yang dapat beinovasi dan kreatif. Daya inovasi dan kreatif harus dimiliki oleh guru yang profesional atau memiliki kinerja. Di samping itu, guru yang profesional dapat mengenal karakteristik peserta didik. Menurut Muh. Jufri ketika ia dikonfirmasi ia memaparkan tentang pentingnya seorang guru mengenal karakteristik peserta didik agar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki peserta didik sehingga memudahkan baginya

memberi bimbingan khusus bagi peserta didik yang kurang dan penghayatan bagi yang pintar.( Muh. Jufri : 2015). Perspektif ini menunjukan bahwa dari sudut pelaksanaan atau kinerja guru Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang, secara praksis tampak mereka telah dapat dikategorikan sebagai guru professional.

Hasil kinerja guru dalam hal pengunaan media adalah guru Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang pada umumnya senantiasa atau selamanya berkomitmen dengan kesungguhan untuk berupaya memajukan pendidikan di masa yang akan datang.

Hal searah dipaparkan oleh Muh. Jufri bahwa jika seorang guru mengenal karakteristik peserta didik secara mendalam, maka insya Allah akan memudahkan guru membimbing, terutama dalam menentukan metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang mengenal karakteristik peserta didik menurut Muh. Jufri “ia akan mudah memberikan bimbingan kepada peserta didik dan memberikan solusi kepada peserta didik yang mengalami masalah”.( Muh. Jufri : 2015).

Deskripsi di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini ditemukan ciri-ciri profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang yakni menyusun RPP

yang berorientasi K. 13, mengucapkan salam, berdoa bersama, appersepsi, menguasai bahan pembelajaran, menerapkan metode, mampu menggunakan media pembelajaran, mampu mendisain dan mengembangkan kurikulum, dan mengenal karakteristik peserta didik. Selain ciri profesionalitas guru yang dipaparkan di atas, juga yang dapat digolongkan ciri keprofesionalan seorang guru adalah berusaha meningkatkan kompetensinya melalui aktivitas “acara MGMP secara rutin, menghadiri worskop, dan mengikuti pendidikan dan pelatihan”. Informan lain memaparkan bahwa usaha yang dilakukan untuk mencapai taraf profesional adalah “ia mengikuti pelatihan (diklat), membaca, dan diskusi atau seminar”. Hasil penelitian lain diperoleh informasi bahwa usaha yang dilakukan guru untuk mencapai taraf guru profesional antara lain “banyak membaca buku tentang persoalan guru, mengikuti pelatihan dan kursus-kursus”. Informasi lain ditemukan pula bahwa usaha yang sering dilakukan guru di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang untuk mencapai taraf profesional adalah “melalui pelatihan, seminar, atau sertifikasi yang dapat memicu kreativitas guru pada khususnya dan memajukan dunia pendidikan pada umumnya. Sedangkan menurut Wahidin, bahwa usaha yang telah dilakukan guna mencapai derajat guru profesional adalah “terus belajar dan berlatih terus-menerus, sehingga ilmu bertambah, pengalaman bertambah pada akhirya mencapai derajat profesional” (Wahidin).

Dari hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan bahwa usaha yang dilakukan guru dalam rangka mencapai taraf profesional antara lain mengembangkan potensi diri, baik melalui kegiatan membaca (belajar), berlatih, diklat, seminar, kursus, simposium, maupun sertifikasi. Hal ini mereka lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan prestasi belajar peserta didik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Selain itu, melalui kegiatan-kegiatan tersebut, maka mereka dapat menguasai materi pembelajaran, mampu menggunakan media, mampu menerapkan metode dan mampu menciptakan disiplin kelas, dan dapat menciptakan kondisi belajar peserta didik yang kondusif.

Berdasarkan uraian dan hasil pengamatan di atas yang berkenaan dengan kegiatan penggunaan metode mengajar, maka dapat diketahui bahwa guru Pendidikan Agama Islam atau informan paling banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah dan tanya jawab merupakan metode yang frekuensinya cukup besar. Kemudian untuk metode bermain peran, hampir semua informan jarang sekali menggunakannya. Pada sisi penggunaan media pembelajaran dapat diketahui bahwa semua guru selalu menggunakan berbagai macam jenis media. Media yang paling sering digunakan adalah papan tulis dan buku paket.

Di era globalisasi sekarang ini, setiap pekerjaan menuntut pekerja untuk meningkatkan kinerjanya agar menjadi seorang yang profesional.

Sebagai umpama seorang atlet bola, jika ia menginginkan dirinya untuk layak dimainkan, maka ia akan mencari cara, jalan, dan alternatif agar kinerjanya dapat diperhitungkan atau bahkan dapat mencapai tingkat profesional atau pemain profesional. Namun, satu hal yang perlu dianalisis secara mendalam, yakni secara individual, bahwa untuk mencapai derajat profesional maka seorang harus mempersiapkan din melalui beberapa langkah. (H. Suwardi)

Demikian pula dengan guru, jika menginginkan dirinya menjadi seorang guru yang profesional, maka salah satu aspek yang harus dilaluinya adalah lulus uji sertifikasi sebagai persyaratan utama untuk memperoleh legitimasi sebagai guru profesional. Guru profesional berhak rnemperoleh penghargaan berupa peningkatan kesejahteraan. Oleh karena itu, kini guru dan dosen telah bersiap-siap menuju taraf profesionalisme. Namun demikian, sebelumnya mereka harus menjalani suatu uji kompetensi melalui sertifikasi. Asumsi tersebut, menggambarkan bahwa terdapat suatu hal yang dapat mendorong seseorang guru mengikuti sertifikasi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan ada beberapa hal yang mendorong setiap guru mengikuti sertifikasi.

Hal-hal yang mendorong Guru Pendidikan Agama Islam mengikuti sertifikasi antara lain adalah melalui program sertifikasi dapat meningkatkan kesejahteraan guru serta meningkatkan profesionalisme guru. Sementara itu, informan lain memaparkan bahwa yang mendorong seorang guru mengikuti sertifikasi yang paling dominan adalah

semata-mata pengabdian, ikhlas karena Allah swt dan yang tak kalah pentinnganya tunjangan kinerja.

Di samping data dan informan tersebut, juga terdapat informan yang menuturkan bahwa hal-hal yang mendorongnya mengikuti sertifikasi adalah karena dapat meningkatkan profesionalismenya sebagai guru dan meningkatkan kesejah-teraan bagi guru. Searah dengan itu, H. Baharullah memaparkan bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa guru berlomba-lomba mengejar sertifikasi karena tergiur dengan iming-iming peningkatan kesejahteraan dan itu hak mereka yang dijamin oleh undang-undang. (H. Baharullah) Bertolak dari hal-hal yang mendorong guru mengikuti sertifikasi di atas, maka tergambar bahwa selain adanya peningkatan kesejahteraan bagi guru karena jabatan guru kini telah meningkat dan dinilai seperti halnya dengan profesi lainnya seperti dokter, jaksa, hakim, dan lain-lain. Oleh karena itu, guru telah paham apa dan bagaimana dampak sertifikasi itu terhadap kualitas mengajar guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam. Untuk itu, peneliti akan manyajikan hasil temuannya berdasarkan hasil pengamatan di lapangan.

Menurut Wahidin sertifikasi adalah proses yang dilakukan oleh pemerintah melalui tim atau lembaga asesor yang telah ditunjuk untuk menilai dan meneliti hasil kerja seorang guru sehingga dapat menjadi guru profesional. Karena itu, ia menilai bahwa sertifikasi dampaknya kurang kecuali sistemnya diambil fortofolio ke uji kemampuan guru oleh tim independen. Sedangkan menurut H. Suwardi, bahwa sertifikasi adalah

usaha yang dilakukan untuk mendorong semangat meningkatkan profesionalisme guru, sehingga guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Identik dengan data informan tersebut, Khalafa memaparkan bahwa sertifikasi adalah upaya pemerintah untuk menghargai jasa guru, terutama meningkatkan kesejahteraan guru yang sudah puluhan tahun mengabdi tanpa tanda jasa. Sedangkan dampaknya biasa-biasa saja, yakni memotivasi guru agar semakin rajin dan profesional menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. (Juhaena : 2015)

Demikian pula Salma dalam perspektifnya tentang sertifikasi, ia menuturkan bahwa sertifikasi adalah usaha yang dilakukan dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, sehingga dampaknya guru menjadi bersemangat dalam menjalankan tugasnya. Senada dengan itu, Efendi mengemukakan bahwa sertifikasi adalah untuk memenuhi perintah undang-undang yang ditandai dengan kepemilikan sertifikat yang diberikan pemerintah. Dampaknya terhadap kualitas mengajar bagi guru ada peningkatan. Ada juga yang mengemukakan bahwa dampak sertifikasi kurang, kecuali sistemnya dirubah dari portofolio ke uji kompetensi guru oleb tim independen.

Menurut Efendi, guru PAI pada Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang bahwa dengan adanya sertifikasi lewat PLPG (pendidikan latihan dan profesi guru) maka guru mendapatkan pengalaman yang luas dan wawasan yang tinggi serta motivasi dalam

mengembangkan kariernya sehingga pengaruhnya dapat dirasakan oleh peserta didik. (Efendi,2015) Sedangkan menurut Wahidin. mantan guru pada Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang yaitu PLPG jauh lebih bagus dibanding kumpul-kumpul kertas karena PLPG melaksanakan kompetensi guru yaitu rajin belajar, memiliki motivasi yang tinggi dalam mengembangkan ilmu dan kariernya sehingga pengaruhnya dapat dirasakan oleh peserta didik. (Wahidin, 2015)

Menurut Efendi, Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang bahwa guru PAI yang telah mengikuti PLPG memiliki kualitas pembelajaran yang baik, prestasi yang menonjol. Dengan adanya tunjangan sertifikasi, prestasi makin meningkat termasuk rajin membuat RPP dan silabus serta PTK. Hal itu diebabkan karena ia khawatir kalau tidak melaksanakan tugas dengan baik, maka tunjangan sertifikasinya akan dicabut. (Efendi, 2015)

Adapun menurut H. Lakalebbi, dengan adanya sertifikasi guru maka profesionalisme guru meningkat serta pendekatannya pada peserta didik-peserta didik makin bagus sehingga guru PNS dan honor sama saja prestasinya. Sedangkan Umar Ali mengungkapkan bahwa banyak guru agama di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang kurang melaksanakan tugas dengan baik karena banyaknya undangan dan

pesta-pesta serta arisan-arisan. Guru yang tersertifikasi dan belum sama saja tergantung dalam pengalaman kerjanya dalam mengelola pembelajaran karena masih banyak guru agama yang sudah tersertifikasi tetapi kurang disiplin karena banyak undangan di masyarakat. (H. Lakalebbi, 2015).

Walaupun terdapat perbedaan perspektif guru terhadap sertifikasi seperti yang dikemukakan di atas, akan tetapi respon mereka tampak sepakat bahwa sertifikasi yang sedang berjalan sekarang adalah positif, tetapi cara penetapannya perlu dievaluasi. Semakin cepat sertifikasi itu tuntas semakin baik, karena guru bisa sejahtera, mutu pendidikan cepat meningkat termasuk dalam melibatkan peserta didik dalam salat berjamaah dan punya RPP.

Hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa sertifikasi merupakan alat atau media meningkatkan kualitas guru dalam empat aspek, yakni aspek pedagogik, aspek sosial, aspek kepribadian, dan aspek profesional. Karena itu, guru diharapkan mampu mendinamisir dan mentransformasikan ilmunya kepada peserta didik sampai mereka tergugah untuk menggali dan mengembangkan potensi besar yang ada dalam jiwa guru. Di sinilah pendidikan di negeri ini akan meningkat kualitasnya dengan pesat dan meyakinkan.

Pengorganisasian dan sertifikasi guru-guru PAI di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang digunakan untuk pengenalan dan

pengelompokan kerja, penentuan dan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang, serta pengaturan hubungan kerja. Untuk mengetahui bentuk operasional dan merumuskan sistem pembaruan pendidikan dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut;

a. Pengenalan dan pegelompokan kerja

b. Penentuan dan pelimpahan tanggungjawab atau wewenang c. Pengaturan hubungan kerja. (H. M. Asri Kasman : 2015).

Pada bagian ini secara berturut dikemukakan bahwa guru yang telah tersertifikasi atau memiliki sertifikat pendidik senantiasa konsistem melakukan pembelajaran yang berkaitan dengan (1) pengelolaan kegiatan-kegiatan pada awal pembukaan mata pelajaran catur wulan pertama, (2) penyampaian tahapan-tahapan pembelajaran pada setiap tatap muka, (3) pengorganisasian isi pembelajaran, dan (4) implikasi perolehan hasil belajar.

E. Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dikemukakan pada pada bab ini, maka secara singkat bahwa melalui melalui sertifikasi guru Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang, diharapkan dapat meningkatkan kinerja sebagai seorang pekerja profesi di bidang akademik. Dengan demikian, keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas, baik guru yang tersertifikasi melalui fortofolio maupun melalui jalur pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG), hampir semua bangsa di dunia ini termasuk bangsa Indonesia selalu mengembangkan kebijakan yang mendorong keberadaan guru yang berkualitas. Salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah adalah kebijakan intervensi langsung menuju kesejahteraan hidup guru yang memadai.

Di tahun 2005 silam, pemerintah telah memiliki undang-undang tentang guru dan dosen, yang merupakan landasan berpijak bagi pemerintah untuk mengintervensi langsung dalam hal meningkatkan kualitas kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi sarjana atau berijazah diploma 4, dan memiliki sertifikasi profesi. Melalui sertifikasi inilah, guru berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok guru. Di samping itu, undang-undang tersebut juga menetapkan berbagai tunjangan yang berhak diterima guru sebagai upaya peningkatan kesejahteraan finansial guru. Kebijakan dalam

undang-undang tentang guru dan dosen pada intinya adalah meningkatkan kualitas kompetensi guru seiring dengan peningkatan kesejahteraan mereka dan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, ditemukan adanya peryataan informan secara kritis dan analitis. Karena, bukti-bukti hasil sertifikasi dalam kaitan dengan peningkatan mutu guru bervariasi, di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang, kebijakan sertifikasi bagi guru Pendidikan Agama Islam belum sepenuhnya berhasil menigkatkan kualitas kompetensi guru, antara lain dikarenakan kuatnya resistensi dari kalangan guru sehingga pelaksanaan sertitikasi berjalan amat lambat. Mulai tahun 2005, sejak pemberlakuan Undang-Undang RI. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Indikator berikutnya adalah upaya guru PAI di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang, untuk menarik perhatian peserta didik tentang apa yang akan disampaikan. Menurut hasil penelitian, indikator ini menunjukkan bahwa guru yang tersertifikasi pada umumnya menarik perhatian peserta didik pada pendahuluan pembelajaran yang mengemukakan bahwa salah satu peristiwa proses pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru adalah memancing perhatian. Smith dan Ragan mengemukakan bahwa berbagai stimulus yang ada di sekitar peserta didik dapat dijadikan sebagai pemancing perhatian. Guru PAI yang telah

tersertifikasi pada Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang, dalam membangkitkan perhatian peserta didik menempuh berbagai cara. Ada yang menyuruh peserta didik membaca materi tanpa memberitahu kegiatan apa yang selanjutnya akan dilakukan dan ada yang meminta peserta didik membaca materi dengan catatan menemukan permas-alahan. Dari hasil pengamatan, pada umumnya mereka manarik perhatian peserta didik dengan cara menyuruh peserta didik membaca materi selama beberapa menit dengan catatan setelah selesai membaca materi peserta didik dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan materi yang dibaca dalam bentuk diskusi.

Pada dasarnya, kegiatan-kegiatan pendahuluan pembelajaran intinya adalah bagaimana memancing peserta didik untuk tertarik pada materi yang akan diajarkan. Ketertarikan adalah salah satu bentuk ekspresi jiwa seseorang untuk menyatakan bahwa seseorang tersebut sudah mulai memperhatikan stimulus yang ada di sekitarnya. Informan mengemukakan bahwa berbagai stimulus yang ada di sekitar peserta didik dapat dimanfaatkan untuk memancing perhatian peserta didik. Salah satu bentuk stimulus yang dapat memancing perhatian adalah ungkapan-ungkapan bernada meminta atau menyuruh peserta didik untuk melakukan sesuatu.

Guru yang tersertifikasi pada Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Benteng Kecamatan Baranti Kabupaten

Sidenreng Rappang, yang melakukan kegiatan pendahuluan pembelajaran, kelihatannya sangat sukses. Artinya, guru telah berupaya mengoptimalkan berbagai stimulus yang ada atau belum mampu menciptakan stimulus yang dapat merespon jiwa peserta didik untuk berkonsentrasi pada apa yang disampaikan oleh guru. Optimalisasi guru dalam membangkitkan perhatian peserta didik terlihat dari hasil selama pengamatan PBM, guru hanya dapat melakukan kegiatan memancing perhatian dengan meminta peserta didik membaca materi pokok bahasan, meminta dengan ungkapan verbalitis seperti kata-kata “perhatikan apa yang saya jelaskan, sebab selesai saya menjelaskan bagian ini, saya akan meminta saudara menjelaskan kembali apa yang saya uraikan, sebab ini akan diberikan penilaian”. Meskipun guru PAI berulangkali meminta peserta didik untuk memperhatikan materi, namun konsentrasi peserta didik tampaknya belum juga optimal. Ini disebabkan karena kurangnya kemampuan guru dalam mengorganisir dan memanfaatkan indikator-indikator kegiatan pendahuluan pembelajaran.

Analisis di atas mengindikasikan bahwa sertifikasi bagi guru pada intinya mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran di madrasah. Untuk lebih detilnya dapat dilihat beberapa hasil penelitian yang ditemukan, antara lain Wahidin memaparkan bahwa pengaruh sertifikasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di kelas sangat signifikan karena dengan adanya sertifikasi, pembagian jam mengajar lebih efektif dan harus dicapai serta guru dituntut untuk melaksanakan tugasnya dengan

konsisten. H. Lakalebbi mengatakan bahwa sertifikasi sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran dan kini telah mulai menampakkan kemajuan pada etos kerja dan kedisiplinan dalam menjalankan tugas sebagai guru sekaligus sebagai pendidik. Juhaena juga menambahkan bahwa sertifikasi guru memberikan pengaruh yang signifikan karena dengan adanya sertifikasi, guru dituntut untuk menata pembelajarannya dengan sistematik dan dengan jam pembelajaran yang cukup. Berbeda dengan Tamrin yang memaparkan bahwa sertifikasi sedikit pengaruhnya karena guru Pendidikan Agama Islam yang ada lulus murni. Yang ada pengaruhnya adalah yang ikut diklat (ilmunya diterapkan). (Juhaena : 2015).

Jika dianalisis hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa ternyata sarana atau wadah yang lebih efektif dan efisien untuk diterapkan agar guru menuju bahkan mencapai taraf profesionalisme adalah pendidikan dan pelatihan. Di antara sekian responden yang telah memberikan data, mereka pada umumnya menyebut bahwa melalui latihan, diklat, dan simposium-simposium tentang pendidikan dan pengajaran lebih memberikan manfaat dan berkeadilan jika dibandingkan dengan proses sertifikasi jalur portofolio. Artinya, bahwa guru lebih tersentuh jika mereka diberikan materi secara praksis melalui pendidikan dan pelatihan, atau seminar, kursus, dan beberapa sistem praktik lainnya karena mereka langsung mengalaminya

sehingga berkesan secara mendalam bila dibandingkan dengan proses uji sertifikasi melalui jalur portofolio.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN