• Tidak ada hasil yang ditemukan

ل Yang Tidak Terpenuhi Salah Satu Syaratnya

L. MAF’UL LIAJLIH

Ciri-Ciri Maf’ul Liajlih

Cocok bermakna “karena”

Sebagai alasan terjadinya pekerjaan

Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Berupa masdar qalbi (pekerjaan hati)

Contoh:

نوخخخقفني مهلاوخخخمأ ءاخخخغتبا تاخخخضرم

خخخلا

(mereka menafkahkan hartanya karena mengharap ridlo Allah)

Penjelasan

Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) maf’ul liajlih. Secara istilah, maf’ul liajlih adalah isim masdar yang dibaca nashab yang berfungsi untuk menjelaskan sebab / alasan suatu pekerjaan yang dilakukan sebelumnya.

Syarat Maf’ul Liajlih Bisa Beri’rab Nashab

Maf’ul liajlih harus beri’rab nashab jika memenuhi 5 syarat, yaitu: Harus berupa isim masdar.

Harus berupa masdar qalbi (yaitu masdar yang menunjukkan pekerjaan hati, jiwa atau perasaan).

Masdar qalbi dan fi’ilnya (sebagai amil) dilakukan dalam waktu yang sama.

Masdar qalbi dan fi’ilnya (sebagai amil) mempunyai fa’il (pelaku) yang sama.

Masdar qalbi yang sama waktu dan pelakunya dengan fi’il ini, harus merupakan suatu alasan terjadinya suatu pekerjaan yang dilakukan.

Contoh maf’ul liajlih yang memenuhi syarat adalah:

مهلاومأ نوقفني

خخخخخلا تاخخخخخضرم ءاخخخخخغتبا

(mereka menafkahkan hartanya karena

mengharap ridlo Allah).

نوقفني

: fi’il mud}ari’ (sebagai amil)

ءاغتبا

: maf’ul liajlih (sebagai ma’mul) : i’rabnya nashab

مه

: fa’il berupa d}amir yang tersimpan dalam lafaz

نوقفني

Jadi,

ءاغتبا

i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul liajlih. Tanda i’rabnya adalah fathah karena

ءاغتبا

adalah isim mufrad.

Lafaz

ءاغتبا

sebagai maf’ul liajlih ini beri’rab nahsob karena telah memenuhi 5 syarat, yaitu:

ءاغتبا

adalah isim masdar. Fi’il mad}inya adalah

يغتبا

.

ءاغتبا

(mengharap) adalah pekerjaan hati (masdar qalbi)

ءاغتبا

(mengharap; sebagai masdar qalbi) dan

نوقفني

(menafkahkan; sebagai fi’il / amil) dilakukan dalam waktu yang sama. Artinya, ketika mereka menafkahkan hartanya, ketika itu pula mereka mengharap ridlo Allah.

ءاغتبا

(mengharap; sebagai masdar qalbi) dan

نوقفني

(menafkahkan; sebagai fi’il / amil) mempunyai fa’il (pelaku) yang sama, yaitu mereka. Artinya, orang yang menafkahkan hartanya adalah mereka. Orang yang berharap ridlo Allah juga mereka.

ءاغتبا

(mengharap; sebagai masdar qalbi) itu adalah alasan dari

نوخخخقفني

(menafkahkan; sebagai fi’il / amil). Artinya, alasan mereka menafkahkan hartanya adalah karena mengharap ridlo Allah.

Maf’ul Liajlih Yang Tidak Memenuhi Syarat

Jika ada isim masdar (memenuhi syarat ke-1) yang menjelaskan alasan dari suatu pekerjaan yang dilakukan (memenuhi syarat ke-5), akan tetapi tidak memenuhi salah satu syarat yang lain, maka isim masdar tersebut harus dii’rab jer dengan huruf jer yang berfaidah ta’lil (sebagai alasan, seperti

ل ,نم ,يف

). Contoh: Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-2, yaitu masdar bukan

masdar qalbi:

لخخكلل تئج

(saya datang karena untuk makan). Jadi,

لخخكأ

dijerkan dengan huruf jer (

ل

) karena

لخخكأ

bukan pekerjaan hati, melainkan pekerjaan tubuh yang tampak.

Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-3, yaitu masdar dan fi’ilnya dilakukan dalam waktu yang tidak sama:

بلطل ديجم بهذ

ادغ ملعلا

(majid telah pergi karena untuk mencari ilmu besok). Jadi,

بلط

dijerkan dengan huruf jer (

ل

) karena

بلط

(masdar) dan

بهذ

(fi’il) dilakukan dalam waktu yang tidak sama.

بهذ

(pergi; sebagai fi’il / amil) dilakukan pada waktu lampau / mad}i. Sedangkan

بلط

(mencari; sebagai fi’il / amil) dilakukan pada waktu yang yang akan datang / istiqbal, yaitu besok (

ادغ

)

Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-4, yaitu masdar dan fi’ilnya tidak mempunyai fa’il (pelaku) yang sama:

كميظعتل كتببحأ

ذاتسلا

(saya suka padamu karena kamu memulyakan ustadz). Jadi,

ميظعت

dijerkan dengan huruf jer (

ل

) karena

ميظعت

(masdar) dan

بحأ

(fi’il) tidak mempunyai fa’il yang sama. Pelaku dari

بخخحأ

(suka; sebagai masdar) adalah saya (

ت

). Sedangkan pelaku dari

مخخيظعت

(memulyakan; sebagai fi’il / amil) adalah kamu (

ك

)

M. MAF’UL MA’AH

Ciri-Ciri Maf’ul Ma’ah

Cocok bermakna “bersama”

Berada setelah wawu ma’ah (wawu yang bermakna bersama) Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)

Contoh:

ءاخخج رخخيملا

شخخيجلاو

(pemimpin itu datang bersama bala tentaranya)

Penjelasan

Termasuk dari mansubat al-asma’ adalah maf’ul ma’ah. Secara istilah, maf’ul ma’ah adalah isim yang dibaca nashab yang berada setelah wawu ma’iyah (yaitu

و

yang menunjukkan arti bersama).

Syarat-Syarat Maf’ul Ma’ah

Kalimat isim yang berada setelah wawu (

و

) itu harus dinashabkan sebagai maf’ul ma’ah jika memenuhi 3 syarat, yaitu:

Kalimat isim yang berada setelah wawu (

و

) itu harus merupakan fudlah (yaitu kalimat tambahan, yang mana susunan kalimat sudah dianggap sah / lengkap pengertiannya meskipun tanpa adanya kalimat tambahan tersebut)

Sebelum wawu (

و

) harus berupa jumlah, baik jumlahFi’liyah (susunan fi’il dan fa’il) atau jumlahismiyah (susunan mubtada’ khabar).

Wawu (

و

) yang berada sebelum kalimat isim itu harus bermakna

عم

(bersama).

Contoh maf’ul ma’ah yang sudah memenuhi 3 syarat adalah:

ءاج

شيجلاو ريملا

(raja itu datang bersama prajurit).

ءاج

: fi’il mad}i (sebagai amil) : mabni fathah

ريملا

: fa’il : i’rabnya rafa’

و

: wawu ma’iyah : mabni

شيجلا

: maf’ul ma’ah (sebagai ma’mul) : i’rabnya nashab

Jadi,

شيجلا

i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah. Tanda i’rabnya adalah fathah karena

شيجلا

adalah isim mufrad.

Lafaz

شيجلا

beri’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah karena telah memenuhi 3 syarat diatas, yaitu:

(

شيجلا

), susunan

ريملا ءاج

(raja itu datang) sudah mempunyai pengertian yang lengkap. Jadi, ketika ada perkataan

ريملا ءاج

(raja itu datang), maka perkataan ini sudah mempunyai pengertian yang lengkap, yaitu bahwa raja telah datang. Sedangkan

شيجلا

(lafaz fudlah) hanya sebagai tambahan saja. Sebelum wawu (

و

) adalah berupa jumlahFi’liyah, yaitu susunan

fi’il (

ءاج

) dan fa’il (

ريملا

)

Wawu (

و

) bermakna

عخخم

(bersama). Pada contoh diatas, raja datang bersama prajurit.

Contoh Yang Tidak Memenuhi Syarat

Jika salah satu dari 3 syarat tersebut tidak terpenuhi, maka isim yang berada setelah wawu (

و

) itu tidak beri’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah. Contoh:

Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-1, yaitu ketika isim yang berada setelah wawu (

و

) itu bukan fudlah, tapi umdah (yaitu kalimat pokok yang harus ada dalam suatu susunan kalimat, dan susunan kalimat itu tidak lengkap pengertiannya tanpa adanya kalimat pokok tersebut):

ديعخخس و دخخيز براخخضتي

(zaid dan sa’id saling memukul).

ديعخخس

i’rabnya adalah rafa’ karena athof kepada isim yang dibaca rafa’, yaitu

دخخيز

. Lafaz

ديعخخس

tidak beri’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah karena

ديعخخس

adalah umdah (kalimat pokok). Artinya, tanpa ada lafaz

ديعخخس

itu, maka susunan kalimat

دخخخيز براخخخضتي

(zaid saling memukul) tidak memiliki pengertian yang lengkap, karena

براضتي

(saling memukul) itu seharusnya mempunyai dua pelaku yang saling memukul. Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-2, yaitu ketika sebelum

wawu (

و

) bukan jumlah, tapi mufrad:

ةلخخصلا نارخخصقي بخخيجن و دخخيز

(zaid dan najib sedang mengqasar / meringkas sholat).

بخخيجن

i’rabnya adalah rafa’ karena athof kepada isim yang dibaca rafa’, yaitu

دخخيز

. lafaz

بخخيجن

tidak beri’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah karena sebelum wawu (

و

) bukan jumlah, tapi mufrad (

ديز

)

Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-3, yaitu ketika wawu (

و

) tidak bermakna عم (bersama): هدعب ناهربو ديز ءاج (zaid datang dan burhan datang setelahnya).

ناخخهرب

i’rabnya adalah rafa’ karena athaf kepada isim yang dibaca rafa’, yaitu

دخخيز

. lafaz

ناخخهرب

tidak beri’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah karena wawu (

و

) pada contoh ini tidak bermakna

عخخم

(bersama), karena

ناخخهرب

dan

دخخيز

tidak datang bersamaan.

ديز

datang terlebih dahulu, kemudian

ناهرب

datang setelah

ديز

.

Amil yang menashabkan maf’ul ma’ah adalah:

Berupa fi’il yang berada sebelum maf’ul ma’ah. Contoh:

رخخيملا ءاج

شيجلاو

(raja itu datang bersama prajurit).

شيجلا

i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah. Amil yang menashabkan

شخخيجلا

sebagai maf’ul ma’ah adalah ءاخخج (berupa fi’il)

Berupa isim yang menyerupai fi’il (isim masdar, isim fa’il, isim maf’ul, sifat mushabihat, S}ighat mubalaghah), yang berada sebelum maf’ul ma’ah. Contoh:

ادخخخيز و جاخخخح اخخخنأ

(saya berhaji bersama zaid).

ادخخخخخيز

i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah. Amil yang menashabkan

اديز

sebagai maf’ul ma’ah adalah

جاح

(berupa isim fa’il) .

N. ISIM YANG IKUT PADA ISIM YANG DIBACA NASHAB (TAWABI’)

Tawabi’ ada 4 macam, yaitu na’at, athof, taukid, dan badal. Penjelasan lebih rinci dibahas pada pembahasan Tawabi’. Contoh:

طيشنلا اديز تيأر

(saya melihat zaid yang rajin).

اديز

: i’rabnya nashab sebagai maf’ul bih

طيشنلا

: i’rabnya nashab karena ikut pada

اديز

yang i’rabnya nashab

Tabel mansubat al-asma’ : N

O MANSUBAT AL-ASMA’ CIRI-CIRI CONTOH

1

Dua maf’ul

نظ

dan

saudara-saudaranya

Asalnya adalah

mubtada’dan khabar, lalu ada amil nawasikh berupa

نظ

dan saudara-saudaranya (

,لعج ,معز ,ملع ,ىأر ,لاخ ,بسح

اجح

,

دع

,

به

,

دجو

,

ىفلأ

,

ىرد

,

ملعت

,

لعج

,

ذختا

,

در

,

ريص

,

بهو

)

ديز نظ

ءاملا

لمعتسم

(zaid menyangka air itu musta’mal) 2 Khabar

ناك

dan Saudara-Saudaranya

Asalnya adalah khabar mubtada’, lalu ada amil nawasikh berupa

ناك

dan saudara-saudaranya (

,ىحضأ

لظ

,

تاب

,

ىسمأ

,

حبصأ

,

راص

,

سيل

,

ئتف ام

,

كفنا ام

,

لاز ام

,

حرب ام

,

ام

ماد

)

ءاقستسلا ةلص تناك

ةنونسم

(sholat minta hujan itu

disunnahkan) 3 Isim

نإ

dan

saudara-saudaranya

Asalnya adalah mubtada’, lalu ada amil nawasikh berupa

نإ

dan saudara-saudaranya (

,نأك ,لعل ,تيل

نإ

ءاجنتسلا

بجاو

(sesungguhnya beristinja’ itu

نكل

) wajib)

4 Maf’ul Bih (objek)

Cocok bermakna “kepada” Sebagai objek dari

pekerjaannya fa’il

Berada setelah fi’il muta’addi

Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului نأ / kata yang didahului نأ

ناسنلا

انقلخ

دقل

(sungguh kami menciptakan manusia)

5 Masdar / Maf’ul mutlaq

Cocok bermakna “dengan” Berupa isim masdar

Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)

Sebagai penegas / penjelas macam pekerjaan / penjelas hitungan pekerjaan

Didahului oleh amil (fi’il dll) yang sama arti / bentuk dengan isim masdar

اقش

ضرلا

انققش

مث

(kemudian kami memecah bumi dengan benar-benar memecah) 6 Haal (keadaan)

Cocok bermakna “ dalam keadaan”

Sebagai penjelas keadaan dari sahibul hal

Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)

Biasanya berupa sifat (isim fa’il / isim maf’ul / sifat musyabihat)

Berupa isim nakirah

انمؤم

يتيب

لخد

نمل

(bagi orang yang masuk ke rumahku dalam keadaan beriman) 7 Tamyiz

Cocok bermakna “apanya” Sebagai penjelas dari

kalimat yang samar pada kalimat sebelumnya

Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)

Berupa isim masdar / isim jamid

Biasanya berada setelah isim tafdlil atau setelah bilangan 11 – 99

ليوأت

نسحأ

و

ريخ

كلذ

(hal itu lebih baik dan lebih

bagus penafsirannya) 8 Zaraf (keterangan waktu / tempat)

Cocok bermakna “di” / “di dalam” / “pada”

Menjelaskan keterangan waktu / tempat

Berada setelah sempurna

اموي

تثبل

لاق

(salah satu penghuni gua itu berkata,

jumlah (sebagai

pelengkap) saya tinggal selama satu hari)

9 Mustasna (yang dikecualikan)

Berada setelah adat istisna’

Sebagai kalimat yang dikecualikan

سيلبإ

لإ

اودجسف

(kemudian para malaikat itu sujud kecuali iblis 10 Isim

ل

ل

tersebut bisa beramal seperti amalnya

نإ

(menashabkan isimnya dan merafa’kan khabarnya) dengan syarat sebagai berikut:

Isim dan khabar

ل

harus berupa isim nakirah

Isim

ل

harus berupa mud}af atau yang menyerupai mud}af

Antara

ل

dan isim

ل

harus bersambung tanpa ada pemisah

Harus berurutan, yaitu mendahulukan isim ل dan mengakhirkan khabar

ل

ل

بلاط

ةسردم

لا رضاح

موي

(tidak ada satupun murid yang masuk hari ini).

11 Munada

Isim yang berada setelah huruf nida’, dan statusnya adalah sebagai orang / sesuatu yang dipanggil

اي

دبع

لا

(wahai hamba Allah)

12 Maf’ul Liajlih

Cocok bermakna “karena” Sebagai alasan terjadinya

pekerjaan

Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap)

Berupa masdar qalbi (pekerjaan hati)

مهلاومأ

نوقفني

لا

تاضرم

ءاغتبا

(mereka