• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ditimbang tanaman sebanyak 0,25 g masukkan ke tabung reaksi, tambah H2SO4 (biarkan semalam), kemudian destruksi pada elektrothermal, tetesi H2O2

5-10 tetes hingga bening, kemudian encerkan sebanyak 25 ml, kemudian di ukur pada AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer) (Mukhlis, 2014).

Hasil

Analisis kadar hara tanaman ditujukan untuk mengetahui status unsur hara didalam tanaman. Dengan analisa tanaman status hara dapat ditentukan lebih tepat, sehingga tujuan dan anjuran pemupukan dapat dilaksaanakan lebih mengenai sasarannya. Analisis tanaman juga dapat dipergunakan untuk menyatakan status unsur hara dan terjadinya defisiensi unsur hara.

Bobot Brangkasan dan Biji Jagung

Berdasarkan hasil yang diperoleh berat rataan brangkasan dan biji dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Brangkasan dan Biji Jagung Umur 14 MST

Sampel Hasil

Tabel 8 menunjukan bobot kering brangkasan dan biji jagung, dengan rataan brangkasan yaitu 154,80 g dan biji memiliki bobot rataan 211,92 g. Bobot kering ini dapat dijadikan sebagai target produksi untuk rekomendasi pemupukan sebagai berikut.

Tabel 9. Target Produksi yang Diperoleh pada Brangkasan dan Biji Target Produksi

Pada Tabel 9 dapat dilihat, dari rataan brangkasan dan biji diperoleh target produksi sebagai acuan rekomendasi pemupukan yang akhirnya digunakan untuk menghitung dosis pemupukan pada tanaman jagung.

Tabel 10. Analisis Beberapa Kadar Hara pada Brangkasan Tanaman Jagung 14 MST

Sampel Kadar N Dari Tabel 10 dapat dilihat hasil analisis unsur hara pada brangkasan jagung yang telah dianalisis. Dari 10 sampel tanaman yang telah dianalisis diperoleh rataan konsentrasi unsur hara N, P, K, dan Mg pada brangkasan jagung, yaitu N 1,50%, kadar hara P 0,16%, kadar hara K 1,20% dan kadar hara Mg 0,13%.

Tabel 11. Analisis Beberapa Kadar Hara Pada Biji Tanaman Jagung Umur 14 MST Hasil analisis status hara N, P, K dan Mg biji jagung yang diambil dari desa Klambir Lima kebun dapat dilihat pada Table 11. Dari data tersebut dari 10 sampel yang telah dianalisis, data yang dapat digunakan untuk rekomendasi pemupukan yaitu N 1,38% dengan standar deviasi 0,29, P 0,17% dengan standar deviasi 0,07, K 0,50% dengan standar deviasi 0,10 dan Mg 0,09% dengan standar deviasi 0,03.

Tabel 12. Dosis Pemupukan Tanaman Jagung Berdasarkan Target Produksi Target Produksi

Keterangan: Dosis Pemupukan untuk Mencapai Hasil 8, 12, 16 dan 20 ton/ha.

Pembahasan

Hasil rata-rata bobot kering brangkasan dan biji jagung dapat gunakan sebagai salah satu komponen untuk menghitung rekomendasi pemupukan pada tanaman jagung. Untuk menghasilkan 8 ton/ha biji, diperoleh 5884,71 Kg brangkasan, sedangkan untuk menghasilkan 12 ton/ha biji, diperoleh 8765,57 Kg brangkasan. Untuk menghasilkan 16 ton/ha biji, diperoleh 11689,42 Kg brangkasan, dan untuk menghasilkan 20 ton/ha biji, diperoleh 14609,29 Kg brangkasan.

Berdasarkan hasil analisis 10 sampel tanaman diperoleh kadar hara N jagung berkisar 1,37%-1,63% N pada berangkasan dan 1,09-1,67% N dibiji, dengan rata-rata 1,50% N pada brangkasan dan 1,38% N pada biji. Nitrogen penyusun sekitar 40%-50% bobot kering protoplasma atau bahan hidup sel tanaman, oleh karena itu nitrogen dibutuhkan dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan senyawa lain bagi tanaman.

Fosfor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini disebabkan karena P banyak terdapat di dalam sel tanaman berupa unit-unit nukleotida. Kadar hara P terdapat pada Tabel 9 dan Tabel 10, yaitu berkisar 0,12%-0,20% pada brangkasan dan 0,10%-0,24% pada biji, dengan rata-rata 0,16% pada brangkasan dan 0,17% dibiji. Fosfor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta berpengaruh produktivitas dan perbaikan kualitas hasil dan mempercepat masa kemasakan (Aprilianda, 2012).

Unsur K pada penelitian ini yaitu berkisar 0,02% - 1,38% pada berangkasan dan 0,40% - 0,60% pada biji dengan rataan hasil 1,20% dibrangkasan dan 0,50%

pada biji.Pada umumnya unsur K dibutuhkan tanaman jagung dalam jumlah yang cukup banyak unsur hara P. Peran K pada tanaman berkaitan erat dengan proses

biofisika dan biokimia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subandi (2012), dalam proses biofisika, K berperan penting dalam mengatur tekanan osmosis dan turgor, sedangkan dalam proses biokimia, gangguan pada pembukaan dan penutupan stomata akan menurunkan aktivitas fotosintesis.

Magnesium berfungsi sebagai unsur kunci penyusun klorofil (satu-satunya mineral). Magnesium diambil tanaman dalam bentuk ion Mg 2+. Status Mg pada penelitian ini berkisar 0,10%-0,16% pada brangkasan dan 0,06%-0,12% pada biji, dengan rataan hasil brangkasan 0,13% dan 0,09% pada biji. Dari hasil analisis yang telah dilakukan Mg merupakan kadar hara yang paling kecil dibanding unsur N, P, dan K, hal ini dikarenakan pada umumnya Mg diserap tanaman memang cukup rendah.

Dari hasil perhitungan dosis pupuk didapatkan rekomendasi pemupukan tanaman jagung. Untuk menghasilkan 8 ton/ha tanaman jagung membutuhkan dosis pupuk urea 5,6-7,6 g/tanaman (373,32-506,66 kg/ha), SP-36 1,4-2,9 g/tanaman (93,33-193,33 kg/ha), KCl 2,8-3,5 g/tanaman (186,66-233,33 kg/ha) dan Dolomit sebanyak 1,4-3,8 g/tanaman (93,33-173,33 kg/ha). Untuk menghasilkan 12 ton/ha tanaman jagung membutuhkan urea 8,3-11,3 g/tanaman (553,33-753,33 kg/ha), SP-36 2,1-4,4 g/tanaman (139,99-293,33 kg/ha), KCl 4,0-5,8 g/tanaman (266,66-386,66 kg/ha) dan Dolomit sebanyak 2,2-3,8 g/tanaman (144,66-253,33 kg/ha).

Untuk menghasilkan 16 ton/ha tanaman jagung membutuhkan dosis pupuk urea 11,1-15,2 g/tanaman (739,99 kg/ha- 1,03 ton/ha), SP-36 2.8-5.8 g/tanaman (186,66-386,66 kg/ha), KCl 5,4-7,6 g/tanaman (360-506,66 kg/ha) dan Dolomit sebanyak 2,9-5,1 g/tanaman (193,33-339,99 kg/ha). Sedangkan untuk menghasilkan 20 ton/ha tanaman jagung membutuhkan dosis pupuk urea 14-19 g/tanaman (933,32

kg/ha-1,26 ton/ha, SP-36 3,9-7,2 g/tanaman (259,99-479,99 kg/ha), KCl

6,8-9,7 g/tanaman (453,32-646,66 kg/ha), dan Dolomit sebanyak 3,6-6,5 g/tanaman (239,99-433,32 kg/ha). Secara umum analisa tanaman dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan produksi dengan cara mengadakan penilian terhadap program pemupukan, menduga status unsur hara, mediagnosa perumbuhan yang abnormal, menduga respon terhadap pemupukan, mengadakan monitoring unsur hara selama pertumbuhan (Ulrich dan Hills, 1967).

Hasil analisis kadar hara tersebut dapat dijadikan acuan sebagai rekomendasi pemupukan (Lampiran 2) untuk tanaman jagung. Rekomendasi pupuk ini diperoleh dari status hara jaringan tanaman, hal ini dikarenakan analisa tanaman dapat menunjukkan lebih tepat tersedianya unsur hara dalam tanah. Analisa tanaman juga dapat dipergunakan untuk menyatakan status unsur hara dan terjadinya defisiensi unsur hara.

Produksi jagung di Desa Klambir Lima Kebun, Kecamatan Hamparan Perak yaitu berkisar 7 ton/ha pada jagung pipilan kering dan 9 ton/ha bobot kering jagung tanpa pipil. Dari hasil analisis N, P, K, dan Mg jaringan tanaman dan biji jagung termasuk dalam kriteria rendah. Hal ini disebabkan hara yang tersedia tidak 100 % dapat diserap oleh tanaman melainkan mengalami volatilisasi, hal ini bisa terjadi apabila diaplikasikan ketanah, urea mengalami hidrolisis dan berubah menjadi asam karbanat kemudian amonium, oleh sebab itu pengaplikasian urea alangkah baiknya jangan ditabur untuk memperkecil kemungkinan terjadi volatilisasi, yang kedua penyebab hara tidak dapat diserap tanaman sepenuhnya diakibatkan terlindi ke air tanah, hal ini disebabkan karena kecilnya endapan NO3- yang terdenitrifikasi ke N2(N2O) (Rachman, 1999).

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil jumlah pupuk yang dibutuhkan meningkat, bila sasaran target produksi meningkat. Hal ini bisa saja

terjadi apabila pemberian pupuk bertahap sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga dapat mengurangi kehilangan hara di dalam tanah kemudian hara tersebut dapat diserap oleh tanaman lebih banyak. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil penelitian Syafruddin, et al., (2009) yang membandingkan target produksi dengan cara diberikan pupuk dan tanpa diberi pupuk.

Varietas jagung yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas Bisi 18, berdasarkan Lampiran 1 rata-rata hasil untuk varietas Bisi 18 adalah 9 ton/ha pipilan kering sedangkan untuk potensi hasil 12 ton/ha, jika dihubungkan dengan kandungan kadar hara yang telah diperoleh maka produksi dapat ditingkatkan yaitu dengan cara menambah dosis pemupukan pada tanaman jagung, hal ini karena pada lokasi penelitian pupuk yang digunakan petani hanya pupuk Urea 250 kg/ha, SP36 200 kg/ha dan phonska 300 kg/ha.

Varietas Bisi 18 memiliki keunggulan yaitu mampu memproduksi jagung rata-rata tiap satu kg benih dapat menghasilkan 1 kwintal jagung siap jual ini, berbeda dengan varietas bisi sebelumnya yang menghasilkan dua tongkol dal satu tanaman untuk Bisi 18 hanya menghasilkan 1 tongkol namun memiliki volume lebih besar jika dibandingkan dengan yang bertongkol dua. Untuk per 1000 bijinya (kadar air 15%) yaitu mencapai ± 303 gram (PT. Bisi international, 2018).

Kesimpulan

1. Dosis pemupukan untuk menghasilkan target produksi 8 ton/ha biji jagung varietas Bisi 18 dibutuhkan dosis pupuk urea berkisar 5,6 - 7,6 g/tanaman, SP-36 1,3 - 2,9 g/tanaman, KCl 2,8 - 3,8 g/tanaman dan Dolomit 1,4 - 2,6 g/tanaman.

2. Dosis pemupukan jagung untuk menghasilkan target produksi 12 ton/ha biji jagung varietas Bisi 18dibutuhkan dosis pupuk urea berkisar 8,3 - 11,3 g/tanaman, SP-36 2,1 -4,4 g/tanaman, KCl 4,0 - 5,8 g/tanaman dan Dolomit 2,2 - 3,8 g/tanaman.

3. Dosis pemupukan jagung untuk menghasilkan target produksi 16 ton/ha biji jagung varietas Bisi 18dibutuhkan dosis pupuk urea berkisar 11,1 - 15,2 g/tanaman, SP-36 2,8 - 5,8 g/tanaman, KCl 5,4 - 7,6 g/tanaman dan Dolomit 2,9 - 5,1 g/tanaman.

4. Dosis pemupukan jagung untuk menghasilkan target produksi 20 ton/ha biji jagung varietas Bisi 18dibutuhkan dosis pupuk urea berkisar 14–19 g/tanaman, SP-36 3,9 - 7,2 g/tanaman, KCl 6,8 - 9,7 g/tanaman dan Dolomit 3,6 - 6,6 g/tanaman.

Saran

Perlu dilakukan pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman jagung untuk meningkatkan kadar haranya, sehingga produksi jagung dikalangan petani semakin maksimal.

Aak. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Apriliandi, D. 2012. Pengaruh Pupuk Majemuk NPK terhadap Pertumbuhan Produksi dan Serapan Hara Jagung (Zea mays L.) pada Latosol Dermaga. IPB Press, Bogor.

Atman. 2015. Produksi Jagung. Plnataxia, Yogyakarta; 117 hlm.

Barker, A. V and D. J. Pilbeam. 2007. Handbook Plant Nutrition. CRC Press. Inc.

BPS. 2017. Statistik Indonesia. https:// www. Bps.go.id. Diunduh 27 Januari 2018, Jam 13.00 WIB.

BPTP NAD. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nad, 20 Hlm.

Budi, S. dan S. Sari. 2015. Ilmu Dan Implementasi Kesuburan Tanah. UMM Press, Malang, 285 hlm.

CFAITC. 2009. Plant Nutrients–Phosphorus. California Foundation for Agriculture in the Classroom.

Damanik, M. M. B., B. E.,Hasibuan, Fauzi., Sarifuddin., dan H. Hanum. (2009).

Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.

De data, S. K. 1981. Principles and Practices of rice Production. A Wiley-Interscience Publication. John Wiley dan Sons. New York.

Demari, G. H., I. R.. Carvalho., M. Nardino., V. J. Szareski., S. M. Dellagostin., T. C. Rosa., D. N Follmann., M. A Monteiro., C. J. Basso., T. Pedó, T. Z. Aumonde and P. D. Zimmer. 2016. Importance Of Nitrogen In Maize Production. International Journal of Current Research. Vol. 8, Issue, 08, pp.36629-36634, August, 2016.

Fahmi, A., S. Syamsuddin, N. H. Utami dan B, Radjagukguk. 2010. Pengaruh Interaksi hara Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Regosol dan Latosol. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Vol 10, Nomor 3, 2010: 279-304 hlm.

Geraldsoon, C. M., G. R. Klackson., and O. A. Lorenz. 1973. Plant analysis as aid in fertilizing vegetable crops pp 365-380. Soil Sci. Soc. Amer. Inc, USA.

Goodal, D. W., and F. G. Gregory. 1974. Chemical corpositon of plant as an inder of their intritional status. Ins. Bur, Hort. Technical composition 17: 112-117.

Hanafiah, A. S., T. Sabrina., H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. USU Prees, Medan, 249 hlm.

Hanafiah, K. A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo, Jakarta, 355 hlm.

Iriany, R. N., M. H. G. Yasin., dan A. M. Takdir. 2007. Asal, Sejarah, Evolusi dan Taksonomi Tanaman Jagung. Dalam: Jagung. Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan-Balitbangtan; 1-15 hlm.

Kaihatu dan Pesireron. 2016. Adaptasi beberapa Varietas Jagung pada Agroekosistem Lahan Kering Di Maluku. Balai pengkajian Teknologi Pertanian Makulu.

Liferdi, L. 2010. Efek Pemberian Fosfor. Terhadap Pertumbuhan dan Status Hara pada Bibit Manggis. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. J. Hort, Vol 20, Nomor 1, 2010.

Loy, D. D., dan , E. L. Lundy. 2012. Nutritional Properties and Feeding Valueof Corn and Its Coproduct. Department of Animal Science, Iowa State University, Ames, IA, United States,Iowa Beef Center, Iowa State University Extension and Outreach, Ames,IA, United States.

Maruapey, A., dan Faesal. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk KCl terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Pulut (Zea mays ceratina. L). Dalam:

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010, 315-326 hlm.

Moraditochaee., M., M. K. Motamed., E. Azarpour1., R. K. Danesh., H. R.

Bozorgi., 2012. Effects Of Nitrogen Fertilizer And Plant Density Management In Corn Farming. ARPN Journal of Agricultural and Biological Science. Vol 7, Nomor 2, Februari 2012.133 -134 hlm.

Mukhlis. 2014. Analisis Tanah Tanama. USU Press. Medan.

Muhson, A. 2006. Teknik Analisis Kuantitatif. UNY, Yogyakarta.

Munson, R. D., and Nelson, 1973. Principles and Pratices in Plant analysis. Soil Sci, USA. pp 223-248

Nugraheni, M. 2016. Bahan Pangan Nabati. Pantaxia, Yokyakarta; 284 hlm.

PT. Bisi International. 2014. Budidaya Jagung BISI-18, Peluang Usaha Petani Ladang. http://ujungmanik.desa.id. Diunduh 30/10/2014.

Rachman, S. 1999. Telaah Masalah Pupuk Urea, Keamanan Pangan, Kesehatan dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Riwandi., , M. Handajaningsih., Hasanudin. 2014. Teknik Budidaya Jagung dengan Sistem OrganikDi Lahan Marjinal. UNIB Press Bengkulu; 54 hlm.

Rosmarkam, A. dan M. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakrta, 218 hlm.

Santoso, B., 1984. Konsep dan Analisis Prosedur Tanaman. Universitas Brawijaya, Malang.

Subandi. 2012. Peran Dan Pengelolaan Hara Kalium Untuk Produksi Pangan Di Indonesia. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Vol. 6 No. 1 Maret 2013: 1-10.

Subekti, N, A., Syafruddin., R.. Efendi.. dan S. Sunarti. 2004. Morfologi Tanaman dan FasePertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Syafruddin. 2015. Manajemen Pemupukan Nitrogen Pada Tanaman Jagung.

Balai penelitian tanaman serealia, Maros.

Syafruddin. 2013. Takaran Pupuk N, P, K dan S Tanaman Jagung Beberapa Jenis Tanah Di Sulawesi Selatan. Balai penelitian tanaman serealia, Maros

Syafruddin, M. Akil., dan Faesal. 2009. Pengelolaan hara pada tanaman jagung.

Balai penelitian tanaman serealia, Maros, Sulawesi Selatan.

Ulrich, A., 1943. Plant analysis as a diagnostic prosecure Soil Sci. 55 : 101-112.

, 1952. Physiological bases for assering the nutritional reguerement of plant. Ann. Rev, Physio. 3:207-218.

, And Hills, 1967. Principles and Pratices in Plant analysis. Soil Sci. Soc.

Amer. Inc. Publ, USA: 11-14.

Utomo, M., Sudarsono., R. Bujang., S. Tengku., L. Jamalam dan Wawan, 2016.

Ilmu Tanah. Dsar-dasar Pengelolaan, Prenadamedia Group, Jakarta.

Tandisau, P., dan M. Thamrin. 2005. Kajian Pemupukan N, P dan K Terhadap Jagung pada Lahan Kering Tanah Typic Ustropepts. Balai pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.

Waard de, F. W. F., 1978. Principles Involved in foloar diagnosis. Koninklijk Instituut voor de tropen. Amsterdam pp 6-19.

Zakaria, A. K. 2011. Kebijakan Antisifatif dan Strategi Penggalangan Petani Menuju Swasembada Jagung Nasional. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004

Ketahanan : Tahan terhadap penyakit karat daun dan bercak daun

Daerah pengembangan : Daerah yang sudah biasa menanam jagung hibrida pada musim kemarau dan hujan, terutama

yang menghendaki varietas berumur genjahsedang Keterangan : Baik ditanam di dataran rendah sampai ketinggian

1000 m dpl

Pemulia : Nasib W.W., Putu Darsana, M.H. Wahyudi, dan Purwoko

Rataan hasil brangkasan dan biji jagung penelitian

Target produksi untuk penelitian ada empat, yaitu : 1. 8 ton/ha

2. 12 ton/ha 3. 16 ton/ha 4. 20 ton/ha

Untuk mengetahui hara yang hilang akibat pemanenan pada brangkasan, maka diperlukan data berat brangkasan yang dihitung dengan rumus De data (1981):

Maka untuk target produksi diperoleh brangkasan dan biji :

2. Target produksi 12 ton diperoleh hasil Brangkasan = 8765,57 Kg

Biji = 12000 Kg

3. Target produksi 16 ton diperoleh hasil Brangkasan = 11687,42Kg

Biji = 16000 Kg

4. Target produksi 20 ton diperoleh hasil Brangkasan = 14609,29 Kg

Biji = 20000 Kg

Analisis unsur hara tanaman jagung yang hilang (brangkasan dan biji) dapat dilihat pada table berikut :

Unsur Hara Konsentrasi Unsur Hara pada Brangkasan (%)

Konsentrasi Unsur Hara pada Biji (%)

N 1,37-1,63 1,09-1,67

P 0,12-0,20 0,10-0,24

K 1,02-1,38 0,40-0,60

Mg 0,10-0,16 0,06-0,12

Cara menghitung dosis pupuk dalam penelitian ini dipakai rumus De data (1981) Sebagai berikut :

1. Brangkasan =

2. Biji =

 N

N Brangkasan : 5843,71 ( ) ( ) ( ) = 0,0027 Kg

N Biji : 8000 ( ) ( ) ( ) = 0,0029 Kg

Total : 0,0056 Kg Urea/tanaman = 5,6 g Urea/tanaman N Brangkasan : 5843,71 ( ) ( ) ( ) = 0,0032 Kg

N Biji : 8000 ( ) ( ) ( ) = 0,0044 Kg

Total : 0,0076 Kg Urea/tanaman = 7,6 g Urea/tanaman

 P

P Brangkasan : 5843,71 ( ) ( ) ( ) = 0,00067 Kg

P Biji : 8000 ( ) ( ) ( ) = 0,00076 Kg

Total :0,0014 Kg SP36/tanaman = 1,4 g SP36/tanaman P Brangkasan : 5843,71 ( ) ( ) ( ) = 0,0011Kg

P Biji : 8000 ( ) ( ) ( ) = 0,0018 Kg

Total :0,0029 Kg SP36/tanaman = 2,9 g SP36/tanaman

 K

K Brangkasan : 5843,71 ( ) ( ) ( ) = 0,0018 Kg

K Biji : 8000 ( ) ( ) ( ) = 0,00096 Kg

Total : 0,0028 Kg KCl/tanaman = 2,8 g KCl/tanaman K Brangkasan : 5843,71 ( ) ( ) ( ) = 0,0021 Kg

K Biji : 8000 ( ) ( ) ( ) = 0,0014 Kg

Total : 0,0035 Kg KCl/tanaman = 3,5 g KCl/tanaman

Mg Biji : 8000 ( ) ( ) ( ) = 0,00066 Kg

Total : 0,0014 Kg Dolomit/tanaman = 1,4 g Dolomit/tanaman Mg Brangkasan : 5843,71 ( ) ( ) ( ) = 0,0013 Kg

Mg Biji : 8000 ( ) ( ) ( ) = 0,0013 Kg

Total : 0,0026 Kg Dolomit/tanaman = 2,6 g Dolomit/tanaman

 N

N Brangkasan : 8765,57 ( ) ( ) ( ) = 0,0040 Kg

N Biji : 12000 ( ) ( ) ( ) = 0,0043 Kg

Total : 0,0083Kg Urea/tanaman = 8,3 g Urea/tanaman N Brangkasan : 8765,57 ( ) ( ) ( ) = 0,0047 Kg

N Biji : 12000 ( ) ( ) ( ) = 0,0067 Kg

Total : 0,0113 Kg Urea/tanaman = 11,3 g Urea/tanaman

 P

P Brangkasan :8765,57 ( ) ( ) ( ) = 0,0010 Kg

P Biji : 12000 ( ) ( ) ( ) = 0,0011 Kg

Total : 0,0021 Kg SP36/tanaman = 2,1 g SP36/tanaman P Brangkasan :8765,57 ( ) ( ) ( ) = 0,0017 Kg

P Biji : 12000 ( ) ( ) ( ) = 0,0027 Kg

Total : 0,0044 Kg SP36/tanaman = 4,4 g SP36/tanaman

 K

K Brangkasan : 8765,57 ( ) ( ) ( ) =0,0027 Kg

K Biji : 12000 ( ) ( ) ( ) = 0,0014 Kg

Total : 0,0040 Kg KCl/tanaman = 4,0 g KCl/tanaman K Brangkasan : 8765,57 ( ) ( ) ( ) =0,0036 Kg

K Biji : 12000 ( ) ( ) ( ) = 0,0022 Kg

Total : 0,0058 Kg KCl/tanaman = 5,8 g KCl/tanaman

Mg Biji : 12000 ( ) ( ) ( ) = 0,0010 Kg

Total : 0,0022 Kg Dolomit/tanaman = 2,2 g Dolomit/tanaman Mg Brangkasan : 8765,57 ( ) ( ) ( ) = 0,0019 Kg

Mg Biji : 12000 ( ) ( ) ( ) = 0,0019 Kg

Total : 0,0038 Kg Dolomit/tanaman = 3,8 g Dolomit/tanaman

 N

N Brangkasan : 11687,42 ( ) ( ) ( ) = 0,0053 Kg

N Biji : 16000 ( ) ( ) ( ) = 0,0058 Kg

Total : 0,0111Kg Urea/tanaman = 11,1 g Urea/tanaman N Brangkasan : 11687,42 ( ) ( ) ( ) = 0,0063 Kg

N Biji : 16000 ( ) ( ) ( ) = 0,0089 Kg

Total : 0,0152 Kg Urea/tanaman = 15,2 g Urea/tanaman

 P

P Brangkasan : 11687,42 ( ) ( ) ( ) = 0,0013 Kg

P Biji : 16000 ( ) ( ) ( ) = 0,0015 Kg

Total : 0,0028 Kg SP36/tanaman = 2,8 g SP36/tanaman P Brangkasan : 11687,42 ( ) ( ) ( ) = 0,0022 Kg

P Biji : 16000 ( ) ( ) ( ) = 0,0036 Kg

Total : 0,0058 Kg SP36/tanaman = 5,8 g SP36/tanaman

 K

K Brangkasan : 11687,42 ( ) ( ) ( ) = 0,0036 Kg

K Biji : 16000 ( ) ( ) ( ) = 0,0019Kg

Total : 0,0054 Kg KCl/tanaman = 5,4 g KCl/tanaman

K Brangkasan : 11687,42 ( ) ( ) ( ) = 0,0048 Kg

K Biji : 16000 ( ) ( ) ( ) = 0,0028 Kg

Total : 0,0076 Kg KCl/tanaman = 7,6 g KCl/tanaman

Mg Biji : 16000 ( ) ( ) ( ) 0,0013 Kg

Total : 0,0029 Kg Dolomit/tanaman = 2,9 g Dolomit/tanaman Mg Brangkasan : 11687,42 ( ) ( ) ( ) = 0,0025 Kg

Mg Biji : 16000 ( ) ( ) ( ) 0,0026 Kg

Total : 0,0051 Kg Dolomit/tanaman = 5,1 g Dolomit/tanaman

 N

N Brangkasan : 14609,29 ( ) ( ) ( ) = 0,0067 Kg

N Biji : 20000 ( ) ( ) ( ) = 0,0073 Kg

Total :0,014 Kg Urea/tanaman = 14 g Urea/tanaman N Brangkasan : 14609,29 ( ) ( ) ( ) = 0,0079 Kg

N Biji : 20000 ( ) ( ) ( ) = 0,0111 Kg

Total :0,019 Kg Urea/tanaman = 19 g Urea/tanaman

 P

P Brangkasan : 14609,29 ( ) ( ) ( ) = 0,0020 Kg

P Biji : 20000 ( ) ( ) ( ) = 0,0019 Kg

Total : 0,0039 Kg SP36/tanaman = 3,9 g SP36/tanaman P Brangkasan : 14609,29 ( ) ( ) ( ) = 0,0027 Kg

P Biji : 20000 ( ) ( ) ( ) = 0,0045 Kg

Total : 0,0072 Kg SP36/tanaman = 7,2 g SP36/tanaman

 K

K Brangkasan : 14609,29 ( ) ( ) ( ) = 0,0045 Kg

K Biji : 20000 ( ) ( ) ( ) = 0,0024 Kg

Total : 0,0068 Kg KCl/tanaman = 6,8 g KCl/tanaman

K Brangkasan : 14609,29 ( ) ( ) ( ) = 0,0061 Kg

K Biji : 20000 ( ) ( ) ( ) = 0,0036 Kg

Total : 0,0097 Kg KCl/tanaman = 9,7 g KCl/tanaman

Mg Biji : 20000 ( ) ( ) ( ) = 0,0016 Kg

Total : 0,0051 Kg Dolomit/tanaman = 3,6 g Dolomit/tanaman Mg Brangkasan :14609,29 ( ) ( ) ( ) = 0,0032 Kg

Mg Biji : 20000 ( ) ( ) ( ) = 0,0033 Kg

Total : 0,0065 Kg Dolomit/tanaman = 6,5 g Dolomit/tanaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dokumen terkait