• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahkamah Agung Republik Indonesia93.6Akta Pernyataan Keputusan Musyawarah Nasional Luar Biasa

(MUNASLUB) ALFI/ILFA (d/h GAFEKSI/INFA) Nomor 1 tanggal 1 Desember 2011 (vide bukti pemeriksaan T15.6); 93.7Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat GAFEKSI/INFA

Nomor 016/SKEP/DPP-ALFI (d/h GAFEKSI)/XII/20111 tentang Pengesahan Pergantian Antar Waktu-II Susunan Kepengurusan DPW ALFI/ILFA (d/h GAFEKSI/INFA) Propinsi Sumatera Utara Masa Bakti 2009-2014, tanggal 15 Desember 2011 (vide bukti pemeriksaan T15.7);

93.8Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KP.781 Tahun 2012 tentang Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI)/ Indonesian Logistics and Forwarders Association (ILFA) tanggal 8 Agustus 2012 (vide bukti pemeriksaan T15.8); 93.9Kesimpulan Terlapor XV beserta Kronologis Perkara Nomor

06/KPPU-I/2013 (vide bukti pemeriksaan T15.9);

3. Bahwa berdasarkan aturan tersebut dan fakta di persidangan, Termohon Keberatan telah memberikan kesempatan bagi Para Pemohon Keberatan untuk mengajukan/menyampaikan nama saksi dan nama ahli untuk diperiksa pada Pemeriksaan Lanjutan, namun Para Pemohon Keberatan tidak menggunakan haknya;

4. Bahwa dalam proses Pemeriksaan Pendahuluan dan Lanjutan, Para Pemohon Keberatan telah menyampaikan kepada Panitera Termohon Keberatan dan berjanji akan menyerahkan nama Saksi dan nama Ahli yang akan diperiksa, namun sampai berakhirnya proses pemeriksaan, Para Pemohon Keberatan tidak menyerahkan nama Saksi dan nama Ahli kepada Majelis Termohon Keberatan;

5. Dengan demikian dalil dari Para Pemohon Keberatan yang menyatakan tidak diberi kesempatan untuk mengajukan Saksi dan Ahli sangat mengada-ada dan merupakan suatu kebohongan, oleh karena itu keberatan dari Para Pemohon Keberatan haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dikesampingkan.

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

C. PUTUSAN KPPU TELAH SESUAI DENGAN TUGAS DAN KEWENANGAN TERMOHON KEBERATAN TERKAIT DENGAN PENGENAAN DENDA

1. Bahwa Termohon Keberatan menolak dengan tegas dalil-dalil Para Pemohon Keberatan halaman 17 – 18 memori keberatannya, yang intinya dapat kami kutip sebagai berikut:

Putusan yang aneh tapi nyata dari Termohon Keberatan mengenai denda…yang menunjukkan arogansinya dan bersifat subjektif dalam memberikan hukuman denda Bahwa Termohon Keberatan dalam putusannya tidak pernah memberikan pertimbangan-pertimbangan hukum atas pemberian hukum denda dimaksud.

…pengurangan persentase mejadi 10% tanpa adanya pertimbangan hukum yang jelas…

demikian juga penambahan persentase denda kepada Terlapor XIII dengan penambahan persentase sebesar 20% tidak jelas..

2. Bahwa tidak benar Termohon Keberatan mengenakan denda secara arogan dan bersifat subjektif, karena setiap Putusan Termohon Keberatan dilakukan secara objektif yang didasarkan pada fakta dan bukti di persidangan. Demikian juga dalam pengenaan sanksi administrasi.

3. Termohon Keberatan berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrasi yang melanggar UU No. 5 Tahun 1999 sebagaimana diatur dalam, Pasal 36 huruf l jo Pasal 47 sebagai berikut:

Pasal 36

Wewenang Komisi meliputi:

l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.

Pasal 47

Putusan No. 175/Pdt.G/2014/PN.Mdn Halaman 87

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini. 2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

berupa:

a. penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau

b. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau

c. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat; dan atau

d. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan; dan atau

e. penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau

f. penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau

g. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).

1. Pasal 47 (2) tersebut diatas mengatur dengan jelas bahwa denda merupakan salah satu bentuk dari sanksi administratif;

2. Bahwa dalam frasa kalimat “dapat berupa” pada ayat (2) a quo di

atas bukanlah bersifat “limitatif”, sehingga tidak berarti hanya

mengacu pada hal-hal dari butir a sampai dengan g tersebut;

3. Bahwa Termohon Keberatan telah tepat dan benar dalam menjatuhkan sanksi denda kepada Para Pemohon Keberatan:

• Menghukum Terlapor I, membayar denda sebesar Rp 828.400.948,00 (Delapan Ratus Dua Puluh Delapan Juta Empat Ratus Ribu Sembilan Ratus Empat Puluh Delapan Rupiah)

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Dokumen terkait