• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 21 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII dibatalkan dan semua sertifikat dikembalikan kepada Kurator;

d.3.Bahwa terhadap permasalahan tersebut di atas, secara fakta dalam surat gugatan Penggugat tidak menggambarkan/menguraikan secara jelas dan rinci terkait peralihan hak kepemilikan tanah dari Tergugat I kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII;

d.4.Bahwa selain daripada itu berdasarkan Pasal 100 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Kepailitan mengatur:

Pasal 100 ayat 1:

“Kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 (dua) hari setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai Kurator”; Pasal 100 ayat 2:

“Pencatatan harta pailit dapat dilakukan dibawah tangan oleh Kurator dengan persetujuan Hakim Pengawas”;

d.5.Bahwa bilamana Penggugat hendak menuntut pembatalan seluruh perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I yang mengalihkan boedel pailit Tergugat I kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII, secara hukum terlebih dahulu Penggugat harus menguraikan adanya daftar boedel pailit Tergugat I yang telah disetujui Hakim Pengawas sebagaimana ketentuan Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan;

d.6.Bahwa tetapi dalam gugatan Penggugat secara nyata tidak menguraikan adanya daftar boedel pailit Tergugat I yang telah mendapatkan persetujuan Hakim Pengawas;

d.7.Bahwa dengan demikian gugatan yang diajukan Penggugat, secara jelas membuktikan bahwa gugatan Penggugat kabur (obscuur libel);

d.8.Bahwa hal mana berkesesuaian dengan doktrin, sebagai berikut:

Bahwa gugatan yang mencampuradukkan berbagai macam hal yang tidak jelas dan tidak rinci adalah gugatan yang menyalahi ketentuan Hukum Acara Perdata yang berlaku;

Hakim Agung, Ny. Retnowulan Sutantio, S.H., didalam halaman 17 bukunya: Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek (1997) menyatakan:

“Suatu gugatan harus memuat gambaran yang jelas mengenai duduknya persoalan, dengan perkataan lain dasar gugatan harus dikemukakan dengan jelas”;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 22 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

d.9.Bahwa berdasarkan hal-hal di atas, Tergugat III dan Tergugat VI agar Majelis Hakim yang terhormat menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

E. Tentang keliru pihak yang ditarik sebagai Tergugat;

e.1.Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya telah mengajukan gugatannya terhadap Tergugat III dan Tergugat IV dengan identitas sebagai berikut: Openg Subhan, SHM Nomor 20826 beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok A/16;

e.2.Bahwa selain itu, Penggugat juga telah mengajukan gugatan terhadap Tergugat VI dan Tergugat VII dengan identitas sebagai berikut: Jeanne Tjioe, SHM 20828, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok A/22;

e.3.Bahwa secara nyata Sdr. Openg Subhan yang didudukan sebagai Tergugat III dan Tergugat IV adalah subyek hukum yang sama, begitu pula Sdri. Jeanne Tjioe yang didudukan sebagai Tergugat VI dan Tergugat VII;

e.4.Bahwa dengan demikian telah terbukti Penggugat telah keliru menarik pihak Tergugat karena telah mendudukan subyek hukum yang sama dalam dua posisi Tergugat dan karenanya gugatan Penggugat harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, secara nyata gugatan Penggugat tidak memenuhi persyaratan hukum untuk mengajukan suatu gugatan, yang terbukti secara fakta gugatan Penggugat adalah kabur, maka wajar gugatan Penggugat ditolak seluruhnya dan atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

F. Tentang gugatan Penggugat kurang pihak;

f.1. Bahwa dalam surat gugatannya, Penggugat hanya menempatkan Tergugat I sampai dengan Tergugat XVII sebagai pihak Tergugat dalam perkara a quo;

f.2. Bahwa secara fakta hukum yang ada, Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah yang telah membuat Akta Jual Beli PPAT antara Tergugat I sampai dengan Tergugat XVII, serta Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar yang telah memberikan ijin peralihan hak maupun menerbitkan sertifikat atas tanah sengketa, tidak ikut dijadikan sebagai pihak Tergugat dan atau setidak-tidaknya Turut Tergugat dalam perkara a quo;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 23 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

f.3. Bahwa walaupun hak penuh Penggugat untuk menarik siapa saja sebagai pihak berperkara, akan tetapi mohon menjadi perhatian Majelis Hakim yang terhormat, terjadinya peralihan hak atas obyek sengketa adalah akibat dari pihak Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah yang telah membuat akta serta pihak yang melakukan pengecekan sertifikat sebelum dilakukan jual beli, dan pihak Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar yang telah memberikan ijin peralihan hak maupun menerbitkan sertifikat;

f.4. Bahwa mengingat Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar, mempunyai keterkaitan yang sangat erat dalam perkara a quo, maka Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar harus dijadikan sebagai para pihak dalam perkara a quo, untuk adanya kelengkapan para pihak dalam suatu gugatan;

f.5. Bahwa karenanya terbukti gugatan Penggugat bertentangan dengan: Yurisprudensi MA RI Nomor 151 K/Sip/1975 tanggal 13 Mei 1975 dan Yurisprudensi MA RI Nomor 1424 K/Sip/1975 tanggal 8 Juni 1976: “Bahwa seharusnya gugatan Penggugat ditujukan pula kepada orang lain, karena gugatan ini tidak lengkap (yang baru digugat baru seorang) maka gugatan Penggugat haruslah dinyatakan tidak dapat diterima ….”; “Gugatan dinyatakan tidak dapat diterima, karena terdapat kesalahan formil mengenai pihak yang harus digugat, tetapi belum digugat sehingga gugatannya tidak sempurna/tidak lengkap …”;

Yurisprudensi MA RI Nomor 378/K/Pdt/1985 tanggal 11 Maret 1986 & Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 167/1970/Perd/PTB tanggal 27 Oktober 1970 dengan kaidah hukum yang pada intinya:

“Gugatan yang tidak lengkap harus dinyatakan tidak dapat diterima“; f.6. Bahwa dengan demikian sangatlah beralasan dan berdasarkan hukum

apabila gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima oleh Majelis Hakim yang terhormat;

Dalam Rekonvensi: Rekonvensi Tergugat III:

1. Bahwa Penggugat Rekonvensi III, mohon agar segala sesuatu yang telah diuraikan didalam jawaban atas gugatan konvensi tersebut di atas, dianggap sudah termasuk dan dicatat ulang didalam gugatan rekonvensi dan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 24 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

dengan ini juga sudah merupakan alasan-alasan/dalil-dalil pihak Penggugat Rekonvensi III didalam gugatan rekonvensi;

2. Bahwa Penggugat Rekonvensi III adalah pemilik sah atas dua bidang tanah dan bangunan, sebagaimana terurai dalam:

- Sertifikat Hak Milik Nomor 20826/Karuwisi, seluas 153 M2

, tercatat nama pemegang hak Openg Subhan;

- Sertifikat Hak Milik Nomor 20827/Karuwisi, seluas 120 M2

, tercatat nama pemegang hak Openg Subhan;

3. Bahwa adapun dasar peroleh hak atas tanah Penggugat Rekonvensi III atas dua bidang tanah dan bangunan tersebut, yaitu berdasarkan jual beli di hadapan PPAT yang berwenang, sebagaimana terbukti dari:

- Akta Jual Beli PPAT Nomor 192/2011 tertanggal 14 April 2011 yang dibuat di hadapan Febert Ricardo Pinontoan, S.H., PPAT di Makassar; - Akta Jual Beli Nomor 193/2011, tertanggal 14 April 2011 yang dibuat di

hadapan Febert Ricardo Pinontoan, S.H., PPAT di Makassar;

4. Bahwa pada saat dilakukan jual beli secara nyata tidak terdapat sengketa kepemilikan atas dua obyek sengketa tersebut serta telah dilakukan balik nama ke atas nama Penggugat Rekonvensi III di Kantor Pertanahan Kota Makassar dan karenanya secara hukum Penggugat Rekonvensi III adalah pemilik sah atas obyek sengketa serta sebagai pembeli beritikad baik yang hak-haknya harus dilindungi oleh Undang-Undang;

5. Bahwa ternyata secara melawan hukum dan tanpa persetujuan Hakim Pengawas sebagaimana ditentukan secara tegas dalam Pasal 69 ayat 5 Undang-Undang Kepailitan Tergugat Rekonvensi telah mengajukan gugatan terhadap Penggugat Rekonvensi III, berkaitan dengan obyek sengketa di atas yang jelas-jelas secara hukum adalah milik sah Penggugat Rekonvensi III;

6. Bahwa secara nyata gugatan konvensi dalam perkara ini diajukan Tergugat Rekonvensi semata-mata penuh dengan rekayasa/manipulasi dan bertujuan untuk merugikan kepentingan Penggugat Rekonvensi III;

7. Bahwa Pasal 72 Undang-Undang Kepailitan menentukan dengan tegas sebagai berikut:

“Kurator bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit“;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 25 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

8. Bahwa dari uraian yuridis di atas telah terbukti berdasarkan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata Tergugat Rekonvensi telah melakukan perbuatan melawan hukum;

9. Bahwa oleh karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat Rekonvensi disebabkan karena kesalahan Tergugat Rekonvensi selaku Kurator dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan pengurusan harta pailit, maka adalah patut bilamana Tergugat Rekonvensi dinyatakan bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatan melawan hukum yang telah dilakukannya dalam mengajukan gugatan konpensi dalam perkara

a quo;

10. Bahwa oleh karena perolehan hak atas tanah Penggugat Rekonvensi III atas obyek sengketa telah sesuai prosedur dan ketentuan hukum yang berlaku, maka adalah wajar apabila Akta Jual Beli PPAT dibawah ini:

- Akta Jual Beli PPAT Nomor 192/2011 tertanggal 14 April 2011 yang dibuat di hadapan Febert Ricardo Pinontoan, S.H., PPAT di Makassar; - Akta Jual Beli Nomor 193/2011, tertanggal 14 April 2011 yang dibuat di

hadapan Febert Ricardo Pinontoan, S.H., PPAT di Makassar;

Dinyatakan sah dan berharga serta mempunyai kekuatan hukum yang mengikat berlaku;

11. Bahwa oleh karena dasar perolehan hak atas tanah Penggugat Rekonvensi III telah dinyatakan sah, maka adalah wajar apabila Penggugat Rekonvensi III dinyatakan sebagai pemilik yang sah atas dua bidang tanah dan bangunan sebagaimana terurai dalam:

- Sertifikat Hak Milik Nomor 20826/Karuwisi, seluas 153 M2

, tercatat nama pemegang hak Openg Subhan;

- Sertifikat Hak Milik Nomor 20827/Karuwisi, seluas 120 M2

, tercatat nama pemegang hak Openg Subhan;

12. Bahwa akibat perbuatan Tergugat Rekonvensi yang mengajukan surat gugatan terhadap diri Penggugat Rekonvensi III, adalah jelas-jelas menimbulkan kerugian yang sangat besar dan tidak ternilai harganya, yang secara pasti tidak kurang sebesar Rp8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah);

13. Bahwa akibat perbuatan Tergugat Rekonvensi yang menimbulkan kerugian, maka adalah wajar dan tepat apabila Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat Rekonvensi III sebesar

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 26 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

Rp8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah) yang seluruhnya harus dibayar tunai dan sekaligus;

14. Bahwa selain hal tersebut, adalah wajar pula apabila Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membuat pernyataan permintaan maaf kepada Penggugat Rekonvensi III didalam massa media terbitan Makassar, minimum terbitan Harian Fajar dengan ukuran sebesar 4 kolom x 40 cm, adapun isi dan bunyi dari permintaan maaf tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan memutuskan perkara ini;

15. Bahwa lebih lanjut, adalah wajar pula apabila Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membayar uang paksa (dwangsom) atas keterlambatannya untuk melaksanakan putusan dalam perkara ini setiap harinya sebesar Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) terhitung sejak putusan ini diucapkan; 16. Bahwa mengingat gugatan rekonvensi ini diajukan oleh Penggugat

Rekonvensi III berdasarkan bukti-bukti yang otentik dan memenuhi ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, maka adalah wajar apabila Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar memberikan keputusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun diajukan kasasi, peninjauan kembali maupun upaya hukum lainnya;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat Rekonvensi mohon kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar untuk memberikan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan rekonvensi dari Penggugat Rekonvensi III untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Tergugat Rekonvensi telah melakukan perbuatan melawan hukum;

3. Menyatakan Tergugat Rekonvensi bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatan melawan hukum yang telah dilakukannya dengan mengajukan gugatan konvensi dalam perkara a quo;

4. Menyatakan Penggugat Rekonvensi III sebagai pembeli yang beritikad baik; 5. Menyatakan sah dan berharga serta mempunyai kekuatan hukum yang

mengikat dan berlaku atas:

- Akta Jual Beli PPAT Nomor 192/2011 tertanggal 14 April 2011 yang dibuat di hadapan Febert Ricardo Pinontoan, S.H., PPAT di Makassar, sebagaimana terurai dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 20826/Karuwisi, seluas 153 M2;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 27 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

- Akta Jual Beli Nomor 193/2011, tertanggal 14 April 2011 yang dibuat di hadapan Febert Ricardo Pinontoan, S.H., PPAT di Makassar, sebagaimana terurai dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 20827/Karuwisi, seluas 120 M2;

6. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar ganti rugi sebesar Rp8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah) kepada Penggugat Rekonvensi III yang seluruhnya harus dibayar tunai dan sekaligus setelah putusan ini diucapkan;

7. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membuat pernyataan permintaan maaf kepada Penggugat Rekonvensi III, didalam massa media terbitan Makassar, minimum terbitan Harian Fajar dengan ukuran sebesar 4 kolom x 40 cm, adapun isi dan bunyi dari permintaan maaf tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan memutuskan perkara ini;

8. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar uang paksa (dwangsom) yang jumlahnya sebesar Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk setiap hari atas keterlambatannya melaksanakan putusan dalam perkara ini terhitung sejak putusan ini diucapkan;

9. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun diajukan kasasi, peninjauan kembali maupun upaya hukum lainnya;

10.Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya dalam perkara ini; Atau:

Apabila Majelis Hakim yang terhormat berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya;

Rekonvensi Tergugat VI:

1. Bahwa Penggugat Rekonvensi VI, mohon agar segala sesuatu yang telah diuraikan didalam jawaban atas gugatan konvensi tersebut di atas, dianggap sudah termasuk dan dicatat ulang didalam gugatan rekonvensi dan dengan ini juga sudah merupakan alasan-alasan/dalil-dalil pihak Penggugat Rekonvensi VI didalam gugatan rekonvensi;

2. Bahwa Penggugat Rekonvensi VI adalah pembeli yang sah atas dua bidang tanah dan bangunan, sebagaimana terurai dalam:

- Sertifikat Hak Milik Nomor 20828/Karuwisi, seluas 120 M2 ; - Sertifikat Hak Milik Nomor 20829/Karuwisi, seluas 120 M2

;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 28 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

3. Bahwa adapun dasar peroleh hak atas tanah Penggugat Rekonvensi VI atas dua bidang tanah dan bangunan tersebut, yaitu berdasarkan jual beli di hadapan PPAT yang berwenang, sebagaimana terbukti dari:

- Akta Jual Beli PPAT Nomor 231/2010 tertanggal 10 Agustus 2010 yang dibuat di hadapan Andi Sengengeng Pulaweng Salahuddin, S.H., M.Kn., PPAT di Makassar;

- Akta Jual Beli Nomor 232/2010, tertanggal 10 Agustus 2010 yang dibuat di hadapan Andi Sengengeng Pulaweng Salahuddin, S.H., M.Kn., PPAT di Makassar;

4. Bahwa pada saat dilakukan jual beli secara nyata tidak terdapat sengketa kepemilikan atas dua obyek sengketa tersebut dan pada saat itu telah dilakukan balik nama ke atas nama Penggugat Rekonvensi VI di Kantor Pertanahan Kota Makassar dan karenanya secara hukum Penggugat Rekonvensi VI adalah pembeli beritikad baik yang hak-haknya harus dilindungi oleh Undang-Undang;

5. Bahwa ternyata secara melawan hukum dan tanpa persetujuan Hakim Pengawas sebagaimana ditentukan secara tegas dalam Pasal 69 ayat 5 Undang-Undang Kepailitan Tergugat Rekonvensi telah mengajukan gugatan terhadap Penggugat Rekonvensi VI, berkaitan dengan obyek sengketa di atas;

6. Bahwa secara nyata gugatan konvensi dalam perkara ini diajukan Tergugat Rekonvensi semata-mata penuh dengan rekayasa/manipulasi dan bertujuan untuk merugikan kepentingan Penggugat Rekonvensi VI;

7. Bahwa Pasal 72 Undang-Undang Kepailitan menentukan dengan tegas sebagai berikut:

“Kurator bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit“;

8. Bahwa dari uraian yuridis di atas telah terbukti berdasarkan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata Tergugat Rekonvensi telah melakukan perbuatan melawan hukum;

9. Bahwa oleh karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat Rekonvensi disebabkan karena kesalahan Tergugat Rekonvensi selaku Kurator dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan pengurusan harta pailit, maka adalah patut bilamana Tergugat Rekonvensi dinyatakan bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatan melawan hukum yang

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dokumen terkait