• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 1 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

P U T U S A N

Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

memeriksa perkara perdata khusus Pailit-Actio Pauliana pada pemeriksaan peninjauan kembali telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara:

Sdri. ARIFAH, bertempat tinggal di Kompleks PIM Jalan Maccini

Raya PIM Blok A/24, dalam hal ini memberi kuasa kepada Mursalim Rauf, S.H., dan kawan, Para Advokat, beralamat di Jalan Letnan Jenderal Hertasning Baru/Aroeppala Komp. Minasa Upa Blok AB 14 Nomor 1, Makassar, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18 Mei 2016,

sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi III/Tergugat VIII;

t e r h a d a p

KURATOR (A. SYAMSUL ZAKARIA, S.H., M.H.), dalam hal ini

memberi kuasa kepada A. Muh. Ikhsan, S.H., dan kawan-kawan, Para Advokat, beralamat di Gedung Sarinah Lantai 9, Jalan M.H. Thamrin Nomor 11 Menteng, Jakarta Pusat, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 28 Juli 2016,

sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi/ Penggugat;

d a n

1. HERRY, bertempat tinggal di Jalan Bau Mangga Raya

Nomor 1 Panakkukang, Makassar, Sulawesi Selatan,

2. Sdr. YONNARDY, bertempat tinggal di Kompleks PIM, Jalan

Maccini Raya Blok A/11,

3. Sdr. OPENG SUBHAN, bertempat tinggal di Kompleks PIM,

Jalan Maccini Raya Blok A/16,

4. Sdr. OPENG SUBHAN, bertempat tinggal di Kompleks PIM,

Jalan Maccini Raya Blok A/18,

5. Sdri. LILY DARNAFUNG, bertempat tinggal di Kompleks PIM,

Jalan Maccini Raya Blok A/19,

6. Sdri. JEANE TJIOE, bertempat tinggal di Kompleks PIM Jalan

Maccini Raya PIM Blok A/20,

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(2)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 2 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

7. Sdri. JEANE TJIOE, bertempat tinggal di Kompleks PIM Jalan

Maccini Raya PIM Blok A/22, nomor 6 dan 7 dalam hal ini memberi kuasa kepada M. Syarif Nisar, S.H., dan kawan, Para Advokat, beralamat di Jalan Cendrawasih Nomor 389, Kota Makassar, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 5 Agustus 2016,

8. Sdr. RIDWAN, bertempat tinggal di Kompleks PIM, Jalan

Maccini Raya Blok A/25,

9. Sdr. EKO HENRY SUHARTANTO, bertempat tinggal di

Kompleks PIM, Jalan Maccini Raya Blok A/26,

10. Sdri. EKO HENRY SUHARTANTO, bertempat tinggal di

Kompleks PIM, Jalan Maccini Raya Blok A/26,

11. Sdri. MEVIKA LAUWRENS, S.H., bertempat tinggal di

Kompleks PIM, Jalan Maccini Raya Blok A/31,

12. Sdr. EKO HENDRY SUHARTANTO, bertempat tinggal di

Kompleks PIM, Jalan Maccini Raya Blok A/32,

13. Sdr. FERRY, bertempat tinggal di Kompleks PIM, Jalan

Maccini Raya Blok B/3;

14. Sdr. JOAN AUREA WIRIANTO & STANISLAUS JUSTIN WIRIANTO, bertempat tinggal di Kompleks PIM, Jalan Maccini

Raya Blok B/12A,

15. Sdr. BENNY, bertempat tinggal di Kompleks PIM, Jalan

Maccini Raya Blok C/3A,

16. Sdr. BENNY, bertempat tinggal di Kompleks PIM, Jalan

Maccini Raya Blok C/2,

sebagai Para Turut Termohon Peninjauan Kembali dahulu Para Pemohon Kasasi-Para Turut Termohon Kasasi/Tergugat I, II, III, IV, V, VI, VII, IX, X, XI, XII, XIII, XIV, XV, XVI, XVII;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata sekarang Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi III/Tergugat VIII telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 118 K/Pdt.Sus-Pailit/2015, tanggal 12 Maret 2015 yang telah berkekuatan hukum tetap, dengan posita sebagai berikut:

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(3)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 3 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

1. Bahwa Penggugat selaku Kurator Herry (dalam Pailit) yang diangkat berdasarkan Putusan dalam Perkara Peninjauan Kembali dengan Nomor 25 PK/Pdt.Sus/2012 yang menguatkan Putusan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar Nomor 01/Pailit/2011/PN Niaga Makassar, tanggal 24 Maret 2011; 2. Bahwa berdasarkan Peninjauan Kembali dengan Nomor 25 PK/Pdt.Sus/

2012 yang menguatkan Putusan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar Nomor 01/Pailit/2011/PN Niaga Makassar, tanggal 24 Maret 2011 menyatakan bahwa Tergugat I (Sdr. Herry) Pailit dengan segala akibat hukumnya;

3. Bahwa sejak tanggal 19 Oktober 2010, berbulan-bulan sebelum dinyatakan Pailit, Tergugat I (Herry) sudah diberitakan berulang kali dalam Koran Fajar, Berita Kota maupun Ujung Pandang Express bahwa Tergugat (Herry) belum membayar lunas tanah di Jalan Maccini Raya yang sudah dibangun menjadi Kompleks Perumahan Pondok Indah Makassar sehingga sudah sepatutnya Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII bilamana beritikad baik, wajiblah menghindari pengalihan dan/atau penyerahan asset-asset yang berkaitan dengan tanah tersebut yang sudah menjadi sengketa hukum. (Kliping-Kliping Koran Bukti P-2);

4. Bahwa pada Rabu tanggal 2 Februari 2011, bahkan Tergugat I (Herry) sudah diberitakan sedang digugat Pailit. Hal ini menambah lagi peringatan agar Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII, untuk tidak mengalihkan dan/atau menerima penyerahan asset-asset yang bakalan menjadi budel pailit sebagaimana yang telah disinggung dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Kliping-Kliping Koran Bukti P-3);

5. Bahwa setelah dinyatakan Pailit oleh hukum, Tergugat I (Herry) secara hukum tidak dibenarkan lagi untuk mengalihkan sebagian atau seluruh assetnya yang telah dinyatakan sebagai harta budel pailit kepada pihak lain; 6. Bahwa keadaan pailit atas diri Sdr. Herry (dalam Pailit) telah diumumkan

melalui koran sebagaimana disyaratkan oleh Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, dengan demikian Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII, telah mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa Tergugat I telah dinyatakan Pailit. (Kliping-Kliping Koran Bukti P-4);

7. Bahwa meskipun Tergugat I sampai dengan Tergugat XVII telah mengetahui atau sepatutnya mengetahui segala akibat hukum apabila

peralihan-Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(4)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 4 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

peralihan yang dilakukan terhadap harta pailit itu adalah bertentangan dengan hukum baik secara perdata maupun pidana, akan tetapi Para Tergugat tersebut tetap melakukannya;

8. Bahwa tujuan Kurator mengajukan gugatan Actio Pauliana ini sebagai upaya untuk membatalkan segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I yang mengalihkan kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII atau disebut sebagai Para Tergugat, karena perbuatannya dalam pengalihan atas harta/asset-asset Sdr. Herry (dalam Pailit) yang telah terdaftar dalam Budel Pailit Sdr. Herry (dalam Pailit) yang dilakukan setelah putusan pernyataan Pailit diucapkan yang mengakibatkan berkurangnya harta budel Pailit sehingga merugikan Para Kreditur;

9. Bahwa upaya hukum gugatan pembatalan ini sesuai dengan tugas Kurator dalam pengurusan serta pemberesan budel Pailit Sdr. Herry (dalam Pailit) dimana Penggugat harus melakukan segala upaya untuk mengamankan harta Pailit terhadap setiap perbuatan yang merugikan kepentingan Kreditur (vide Pasal 69 ayat (1) juncto Pasal 98, Pasal 59 ayat (2), Pasal 25, Pasal 49 ayat (1), Pasal 34, Pasal 24 ayat (1), Pasal 41 ayat (1) dan (2), Pasal 42 ayat (1), Pasal 45 dst…, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut “UU Kepailitan dan PKPU”);

Bahwa bunyi selengkapnya dari pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut: a. Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU berbunyi:

“Tugas Kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit”;

b. Pasal 98 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU berbunyi:

“Sejak mula pengangkatannya, Kurator harus melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek dan surat berharga lainnya dengan memberikan tanda terima”;

c. Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU berbunyi:

“Setelah lewat jangka waktu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), Kurator harus menuntut diserahkannya benda yang menjadi agunan untuk selanjutnya dijual sesuai dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185, tanpa mengurangi hak Kreditur pemegang hak tersebut atas hasil penjualan agunan yang ada”;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(5)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 5 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

d. Pasal 25 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU berbunyi:

“Semua perikatan Debitur yang terbit sesudah Putusan Pernyataan Pailit tidak dapat lagi dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit”;

e. Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU berbunyi:

“Setiap orang yang telah menerima benda yang merupakan bagian dari harta Debitur yang tercakup dalam pembuatan hukum yang dibatalkan, harus mengembalikan benda tersebut kepada Kurator dan dilaporkan kepada Hakim Pengawas”;

f. Pasal 34 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU berbunyi:

“Kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini, perjanjian yang bermaksud memindahtangankan hak atas tanah, balik nama kapal, pembebanan hak tanggungan, hipotek, atau jaminan fidusia yang telah diperjanjikan terlebih dahulu, tidak dapat dilaksanakan setelah putusan pailit diucapkan”;

g. Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU berbunyi:

“Debitur demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan”;

h. Pasal 41 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU berbunyi:

(1) “Untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan hukum Debitur yang telah dinyatakan Pailit yang merugikan kepentingan Kreditur, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan Pailit diucapkan”;

(2) “Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan, Debitur dan pihak dengan siapa perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi Kreditur”;

i. Pasal 42 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU berbunyi:

“Apabila perbuatan hukum yang merugikan Kreditur dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, sedangkan perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan Debitur, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, Debitur dan pihak dengan siapa

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 6 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

perbuatan tersebut dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi Kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2)….. dan seterusnya”;

j. Pasal 45 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU berbunyi:

“Pembayaran sesuatu utang yang sudah dapat ditagih hanya dapat dibatalkan apabila dibuktikan bahwa penerima pembayaran mengetahui bahwa Pemohon Pernyataan Pailit Debitur sudah didaftarkan, atau dalam hal pembayaran tersebut merupakan akibat dari persekongkolan antara Debitur dan Kreditur dengan maksud menguntungkan Kreditur tersebut melebihi Kreditur lainnya”;

10. Bahwa perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII sama sekali tidak boleh dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII karena harta tersebut merupakan harta/asset yang termasuk dalam budel Pailit Sdr. Herry (dalam Pailit) sehingga menurut hukum tidak boleh dialihkan kepada pihak ketiga dan telah menyebabkan berkurang atau hilangnya harta yang berada dalam budel Pailit Sdr. Herry (dalam Pailit) sehingga akibatnya para Kreditur menjadi amat sangat dirugikan;

11. Bahwa gugatan Actio Pauliana ini oleh Penggugat diajukan kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar dimana Penggugat memohon agar Pengadilan Niaga Makassar c.q. Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini berkenan untuk membatalkan semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII sebelum maupun setelah Putusan Pailit Nomor 01/Pailit/2011/ PN Niaga Makassar tanggal 24 Maret 2011 diucapkan juncto Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 360 K/Pdt.Sus/2011 tertanggal 22 Agustus 2011 juncto Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor 25 PK/ Pdt.Sus/2012, tertanggal 19 Maret 2012 berupa transaksi dan/atau pengalihan hak serta penerimaan pembayaran atas budel Pailit diantaranya: Tanah dan bangunan yang terletak di Perumahan Pondok Indah Makassar (PIM), Jalan Maccini Raya, Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar sebagai berikut:

11.1. Sdr. Yonnardy, SHM.20814, PIM Blok A/11, (Bukti P-5); 11.2. Sdr. Openg Subhan, SHM.20826, PIM Blok A/16, (Bukti P-6); 11.3. Sdr. Openg Subhan, SHM.20827, PIM Blok A/18, (Bukti P-7);

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(7)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 7 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

11.4. Sdri. Lily Darnafung, SHM.20823, PIM Blok A/19, (Bukti P-8); 11.5. Sdri. Jeane Tjioe, SHM.20828, PIM Blok A/20, (Bukti P-9); 11.6. Sdri. Jeane Tjioe, SHM.20829, PIM Blok A/22, (Bukti P-10); 11.7. Sdri. Arifah, SHM.20830, PIM Blok A/24, (Bukti P-11); 11.8. Sdr. Ridwan, SHM.20820, PIM Blok A/25, (Bukti P-12);

11.9. Sdr. Eko Henry Suhartanto, SHM.20831, PIM Blok A/26, (Bukti P-13); 11.10.Sdr. Eko Henry Suhartanto, SHM.20832, PIM Blok A/28, (Bukti P-14); 11.11.Sdri. Mevika Lauwrens, SHM.20834, PIM Blok A/31, (Bukti P-15); 11.12.Sdr. Eko Henry Suhartanto, SHM.20835, PIM Blok A/32, (Bukti P-16); 11.13.Sdr. Ferry, SHM.20796, PIM Blok B/3, (Bukti P-17);

11.14.Sdr. Joan Aurea Wirianto & Stanislaus Justin Wirianto, SHM.20799, PIM Blok B/12A, (Bukti P-18);

11.15.Sdr. Benny tapi dikuasai/dihuni oleh Herry atau Meipa Dg. Baji, SHM.20851, PIM Blok C/3A, (pembuktian terbalik);

11.16.Sdr. Benny tapi dikuasai/dihuni oleh Herry atau Meipa Dg. Baji, SHM.20852, PIM Blok C/2, (pembuktian terbalik);

12. Bahwa pengalihan budel Pailit tersebut dari Tergugat I kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII, dialihkan satu (1) tahun sebelum dan setelah Debitur Herry telah dinyatakan Pailit, maka secara hukum pengalihan tersebut adalah merupakan pelanggaran dan/atau perbuatan melawan hukum sebagaimana dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

Bahwa berdasarkan uraian perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I dengan melakukan penjualan dan/atau pengalihan asset budel Pailit tersebut berupa sertifikat kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII di atas terbukti melanggar dan/atau melawan hukum, maka beralasan hukum apabila Kurator memohon agar semua tindakan hukum Tergugat I yang mengalihkan asset pailit kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII dibatalkan, dan semua sertifikat a quo dikembalikan kepada Kurator;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon mohon kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar agar memberikan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Actio Pauliana yang diajukan oleh Penggugat (Kurator);

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(8)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 8 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

2. Menyatakan bahwa tanah dan bangunan yang terletak di Perumahan Pondok Indah Makassar (PIM), Jalan Maccini Raya, Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar sebagai berikut:

- Sdr. Yonnardy, SHM Nomor 20814, PIM Blok A/11; - Sdr. Openg Subhan, SHM Nomor 20826, PIM Blok A/16; - Sdr. Openg Subhan, SHM Nomor 20827, PIM Blok A/18; - Sdri. Lily Darnafung, SHM Nomor 20823, PIM Blok A/19; - Sdri. Jeane Tjioe, SHM Nomor 20828, PIM Blok A/20; - Sdri. Jeane Tjioe, SHM Nomor 20829, PIM Blok A/22; - Sdri. Arifah, SHM Nomor 20830, PIM Blok A/24; - Sdr. Ridwan, SHM Nomor 20820, PIM Blok A/25;

- Sdr. Eko Henry Suhartanto, SHM Nomor 20831, PIM Blok A/26; - Sdr. Eko Henry Suhartanto, SHM Nomor 20832, PIM Blok A/28; - Sdri. Mevika Lauwrens, SHM Nomor 20834, PIM Blok A/31; - Sdr. Eko Henry Suhartanto, SHM Nomor 20835, PIM Blok A/32; - Sdr. Ferry, SHM Nomor 20796, PIM Blok B/3;

- Sdr. Joan Aurea Wirianto & Stanislaus Justin Wirianto, SHM Nomor 20799, PIM Blok B/12.A;

- Sdr. Benny tapi dikuasai/dihuni oleh Herry/Meipa Dg. Baji, SHM Nomor 20851, PIM Blok C/3A;

- Sdr. Benny tapi dikuasai/dihuni oleh Herry/Meipa Dg. Baji, SHM Nomor 20852, PIM Blok C/2;

Adalah merupakan budel Pailit dalam perkara Nomor 01/Pailit/2011/ PN Niaga Makassar, tanggal 24 Maret 2011 juncto Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 360 K/Pdt.Sus/2011, tertanggal 22 Agustus 2011

juncto Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor 25 PK/

Pdt.Sus/2012, tertanggal 19 Maret 2012;

3. Menyatakan bahwa perbuatan Tergugat I yang mengalihkan budel Pailit sebagaimana pada angka 2, kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII ataupun kepada pihak ketiga atau siapapun yang mendapat hak dari padanya adalah perbuatan melawan hukum;

4. Menyatakan batal dan tidak sah seluruh perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I yang mengalihkan budel Pailit tersebut kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII;

5. Menghukum Tergugat I, Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII ataupun siapa saja yang mendapat hak dari padanya untuk menyerahkan budel Pailit

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(9)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 9 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

serta sertifikat atas obyek budel Pailit tersebut kepada Kurator/Penggugat untuk dilaksanakan pemberesan budel Pailit;

6. Memerintahkan agar Tergugat I dan Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII mematuhi seluruh isi putusan dalam perkara ini;

7. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun ada upaya hukum lain (uitvoerbaar bij voorraad);

8. Menghukum kepada Tergugat I, Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII secara tanggung renteng untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini;

Apabila Majelis Hakim Pengadilan Niaga berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Para Tergugat mengajukan eksepsi dan gugatan rekonvensi yang pada pokoknya sebagai berikut:

Dalam Eksepsi: Eksepsi Tergugat I:

I. Eksepsi mengenai Pengadilan Niaga Makassar tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini;

1. Bahwa kewenangan Pengadilan Niaga memeriksa suatu perkara ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan sebagai berikut:

Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan:

“Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan dan atau diatur dalam undang-undang ini, diputuskan oleh Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum Debitur”;

Penjelasan Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan:

“Yang dimaksud dengan “hal-hal lain” adalah antara lain, actio pauliana, perlawanan pihak ketiga terhadap pernyataan pailit, atau perkara dimana Debitur, Kreditur, Kurator atau Pengurus menjadi salah satu pihak dalam perkara yang berkaitan dengan harta pailit termasuk gugatan Kurator terhadap Direksi yang menyebabkan perseroan dinyatakan pailit karena kelalaiannya atau kesalahnnya”;

2. Bahwa dari ketentuan di atas telah tegas, yang dapat diadili oleh Pengadilan Niaga adalah perkara-perkara yang berkaitan dengan harta pailit;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(10)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 10 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

3. Bahwa sedangkan suatu harta pailit dapat dinyatakan sah ditentukan dalam Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan yang mengatur sebagai berikut:

“Pencatatan harta pailit dapat dilakukan dibawah tangan oleh Kurator dengan persetujuan Hakim Pengawas”;

4. Bahwa dari ketentuan-ketentuan di atas telah tegas dan jelas suatu perkara dapat diadili oleh Pengadilan Niaga terbatas pada perkara-perkara yang berkaitan dengan harta pailit yang pencatatannya dilakukan dengan persetujuan Hakim Pengawas;

5. Bahwa berdasarkan fakta yang ada maupun apa yang terurai dalam surat gugatan Penggugat, pencatatan harta pailit Tergugat I yang dilakukan oleh Penggugat selaku Kurator tidak ada persetujuan Hakim Pengawas; 6. Bahwa dengan tidak adanya persetujuan Hakim Pengawas, maka obyek

sengketa dalam perkara ini jelas bukan merupakan harta pailit, karena itu apabila Penggugat mempermasalahkan obyek diluar harta pailit dalam gugatan ini tidak dapat diajukan melalui Pengadilan Niaga, akan tetapi melalui Pengadilan Umum;

7. Bahwa dari uraian di atas terbukti dengan sendirinya Pengadilan Niaga Makassar tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini dan sudah sepatutnya gugatan Penggugat dalam perkara ini untuk ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

II. Eksepsi mengenai Penggugat tidak memiliki kapasitas untuk mengajukan gugatan atau gemis aanhoedanigheid;

8. Bahwa sebagaimana terurai dalam premis surat gugatannya, Penggugat mendalilkan dalam mengajukan gugatan dalam perkara ini bertindak selaku Kurator dari Tergugat I;

9. Bahwa seorang Kurator dapat menghadap di persidangan atau mengajukan suatu gugatan telah ditentukan dalam Pasal 69 ayat 5 Undang-Undang Kepailitan yang berbunyi sebagai berikut: “Untuk menghadap di sidang Pengadlian, Kurator harus terlebih dahulu mendapat izin dari Hakim Pengawas, kecuali menyangkut sengketa pencocokan piutang atau dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 59 ayat (3)”;

10. Bahwa dari ketentuan hukum di atas telah tegas dan jelas seorang Kurator hanya dapat menghadap di persidangan atau mengajukan suatu gugatan apabila telah mendapat izin dari Hakim Pengawas;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(11)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 11 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

11. Bahwa akan tetapi dalam perkara ini, Penggugat dalam surat gugatannya halaman 1 hanya menguraikan sebagai berikut: “Dalam mengajukan gugatan actio pauliana ini, Penggugat (Kurator) telah mendapatkan izin dari Hakim Pengawas untuk melakukan gugatan actio pauliana

sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 69 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut Undang-Undang Kepailitan dan PKPU), sesuai dengan permohonan Kurator kepada Hakim Pengawas Nomor 398/Kurator-LESZP/VIII/2013 tanggal 3 September 2013”;

12. Bahwa dari premis dalam surat gugatan Penggugat di atas dengan sendirinya telah membuktikan Penggugat selaku Kurator dalam mengajukan gugatan ini baru sebatas mengajukan permohonan ijin mengajukan gugatan, akan tetapi belum mendapatkan izin dari Hakim Pengawas;

13. Bahwa singkatnya, Penggugat selaku Kurator dalam mengajukan gugatan ini tanpa izin dari Hakim Pengawas dan hal tersebut jelas-jelas bertentangan dengan Pasal 69 ayat 5 Undang-Undang Kepailitan sehingga secara hukum Penggugat tidak memiliki kapasitas atau tidak memiliki persona standi in judicio dalam mengajukan gugatan dalam perkara ini;

14. Bahwa dari uraian di atas terbukti dengan sendirinya Penggugat tidak memiliki kapasitas dalam mengajukan gugatan dan sudah sepatutnya gugatan Penggugat dalam perkara ini untuk ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

III. Eksepsi mengenai keliru pihak yang ditarik sebagai Tergugat;

15. Bahwa dalam gugatannya Penggugat telah mengajukan gugatan kepada: - Openg Subhan, SHM Nomor 20826 beralamat Kompleks PIM Jalan

Maccini Raya PIM Blok A/16 selanjutnya Tergugat III;

- Jeane Tjioe, SHM 20828, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok A/22 selanjutnya Tergugat;

- Eko Henry Suhartanto, SHM 20831, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok A/26 selanjutnya Tergugat;

- Benny tapi dikuasai/dihuni oleh Herry/Meipa Dg. Baji, SHM Nomor 20851, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok C/2 selanjutnya Tergugat XVI;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(12)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 12 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

16. Bahwa akan tetapi Penggugat telah keliru dengan menarik kembali terhadap:

- Openg Subhan, SHM Nomor 20827 beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok A/18 selanjutnya Tergugat IV;

- Jeane Tjioe, SHM 20829, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok A/22 selanjutnya Tergugat VIII;

- Eko Henry Suhartanto, SHM 20832, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok A/28 selanjutnya Tergugat Xl dan Eko Henry Suhartanto, SHM 20835, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok A/32 selanjutnya Tergugat XIII;

- Benny tapi dikuasai/dihuni oleh Herry/Meipa Dg. Baji, SHM Nomor 20852, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok C/2 selanjutnya Tergugat XVII;

17. Bahwa terlebih lagi Penggugat telah keliru menempatkan Sdr. Ferry, SHM Nomor 20796, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok B 3, selaku Tergugat IV;

18. Bahwa secara fakta, Tergugat I tidak pernah mengalihkan atau;

19. Bahwa secara fakta, Tergugat I tidak pernah mengalihkan atau mempunyai hubungan hukum dalam bentuk apapun juga kepada Sdr. Ferry terkait SHM Nomor 20796, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok B/3;

20. Bahwa dengan adanya kekeliruan tersebut di atas, secara jelas akan menimbulkan kerancuan atas subjek hukum yang ditarik dalam perkara ini dan sudah sepatutnya gugatan Penggugat untuk ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

Eksepsi Tergugat II:

1. Penggugat tidak mempunyai kedudukan sebagai Penggugat (eksepsi

disqualificatoir);

Bahwa pada persidangan yang lalu yakni pada hari Kamis, tanggal 20 Maret 2014, oleh Majelis Hakim telah ditanyakan kepada Penggugat: Apakah terdapat perubahan dalam surat gugatan Penggugat? dan oleh Penggugat telah pula dijawab secara tegas bahwa: surat gugatan Penggugat sudah tidak ada perubahan, sehingga berdasarkan penegasan Penggugat tersebut, maka sangat nampak dalam surat gugatan Penggugat bahwa Penggugat dalam perkara ini, sama sekali tidak mempunyai kepentingan hukum yang cukup dan tidak mempunyai dasar hukum, guna diperiksa secara point

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(13)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 13 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016 d'interest, point d' action di depan persidangan sebagaimana Yurisprudensi

Mahkamah Agung Republik Indonesia 7 Juli 1971, Register Nomor 294 K/ Sip/1971 yang mensyaratkan bahwa gugatan harus diajukan oleh orang yang mempunyai hubungan hukum, oleh karena Penggugat yakni J. Akbar R, S.H., bukanlah Kurator yang ditunjuk berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga Makassar Nomor 01/Pailit/2011/PN Niaga Makassar, tanggal 24 Maret 2011, juncto Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 360 K/Pdt.Sus/2011, tanggal 22 Agustus 2011, juncto Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor 25 PK/Pdt.Sus/2012, tanggal 19 Maret 2012, akan tetapi Kurator yang ditunjuk berdasarkan putusan-putusan tersebut adalah A. Syamsul Zakaria, S.H., M.H.;

Dimana dalam surat gugatan Penggugat:

- Pada halaman 1 (pertama) nyata-nyata menyebutkan: “Yang bertanda tangan dibawah ini J. Akbar R, S.H., Advokat/Penasehat Hukum pada Kantor LBH Laskar Keadilan, beralamat Jalan Pelita Raya Nomor 8 Makassar, dalam hal ini bertindak untuk atas nama hak dan kepentingan hukum selaku Kurator dalam perkara Nomor 01/Pailit/2011/PN Niaga Makassar dan seterusnya”;

- Pada halaman 3 (tiga), angka 1 (satu), menyebutkan: “bahwa Penggugat selaku Kurator Herry (dalam Pailit) dan seterusnya”;

Dan terlebih lagi, dalam surat gugatan Penggugat sama sekali tidak tertulis adanya suatu surat kuasa khusus, sehingga terhadap hal yang demikian, maka amat wajar kiranya bilamana gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima;

2. Gugatan Penggugat tidak berdasar hukum (eksepsi onrechtmatige op

ongegrond);

Bahwa bilamana gugatan actio pauliana ini diajukan oleh Kurator (quad non), maka seyogyanya Kurator harus terlebih dahulu mendapat izin dari Hakim Pengawas, sesuai dengan ketentuan Pasal 69 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, namun dalam perkara ini, gugatan actio pauliana Penggugat diajukan dengan tidak mendapatkan izin dari Hakim Pengawas, oleh karena masih berupa surat permohonan kepada Hakim Pengawas (quad non), sehingga surat gugatan actio pauliana Penggugat, jelas-jelas tidak berdasarkan hukum dan tidak memenuhi syarat formil, sehingga amat adil kiranya gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(14)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 14 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

Dan oleh karena Penggugat telah mendalilkan bahwa dalam mengajukan gugatan actio pauliana ini, Penggugat telah mendapat izin dari Hakim Pengawas, maka Tergugat II “mensommer” Penggugat untuk membuktikan dalilnya pada sidang pembuktian kelak akan adanya izin dari Hakim Pengawas tersebut dalam bentuk bukti surat tertulis;

3. Pihak yang ditarik sebagai Tergugat tidak lengkap (eksepsi plurium litis

consortium);

1. Bahwa Tergugat II memperoleh hak atas tanah dan bangunan yang terletak di Perumahan Pondok Indah Makassar (PIM), Blok A Nomor 11, Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, sesuai SHM Nomor 20814, dengan cara membeli, dimana transaksi jual beli dilakukan di depan Djeniati Djaperputri Hendarto, S.H., Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT);

2. Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya jelas-jelas mempersoalkan masalah Sertifikat-Sertifikat atau SHM-SHM atas nama Para Tergugat, sedangkan diketahui secara hukum, proses balik nama SHM Nomor 20814, menjadi nama Tergugat II, merupakan kewenangan dan dilakukan oleh Kantor Badan Pertanahan (BPN) Kota Makassar yang dalam perkara ini tidak digugat oleh Penggugat;

3. Bahwa pada Kompleks Perumahan Pondok Indah Makassar (PIM), Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, terdapat ± 80 (delapan puluh) unit tanah dan bangunan yang secara keseluruhan perolehan haknya berasal dari jual beli dengan Debitur Pailit, yakni Tergugat I, namun dalam perkara ini hanya 17 (tujuh belas) unit penghuni tanah dan bangunan yang diajukan sebagai Tergugat dan masih tersisa ± 63 (enam puluh tiga) penghuni tanah dan bangunan yang tidak dimasukkan dalam perkara ini;

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka nampak bahwa terdapat kekurangan pihak yang seharusnya ditarik oleh Penggugat menjadi Pihak Tergugat dalam perkara ini yakni:

1. Djeniati Djaperputri Hendarto, S.H., selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT);

2. Kepala Kantor Pertanahan (BPN) Kota Makassar;

3. ± 63 (enam puluh tiga) penghuni Perumahan Pondok Indah Makassar (PIM), Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(15)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 15 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

Sehingga dengan demikian amat patut bilamana gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

4. Eksepsi Obscuur Libel;

Bahwa gugatan Penggugat telah dibuat tidak cermat, tidak jelas dan kabur, yakni dengan uraian sebagai berikut:

1. Tentang kedudukan Tergugat;

Bahwa surat gugatan Penggugat dibuat secara tidak lazim, dimana 1 (satu) orang nama didudukkan lebih dari satu pihak Tergugat, yakni: - Openg Subhan selaku Tergugat III dan selaku Tergugat IV; - Jeane Tjioe selaku Tergugat VI dan selaku Tergugat VII;

- Eko Henry Suhartanto selaku Tergugat X, Tergugat XI dan Tergugat XIII;

- Benny selaku Tergugat XVI dan Tergugat XVII;

Dan sebaliknya, terdapat 2 (dua) orang nama yang berbeda digabungkan menjadi 1 (satu) pihak, yakni: Joan Aurea Wirianto & Stanislaus Justin Wirianto selaku Tergugat XV, sehingga gugatan Penggugat menimbulkan ketidaktertiban hukum acara dan begitu pula akan berdampak buruk pada administrasi berita acara pemeriksaan perkara, maka amat wajar dan patut kiranya gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima; 2. Terdapat anak masih dibawah umur yang didudukkan selaku Tergugat;

Bahwa terhadap Joan Aurea Wirianto dan Stanislaus Justin Wirianto yang oleh Penggugat dalam perkara ini didudukkan selaku Tergugat XV, adalah anak yang masih dibawah umur, dimana keduanya, berdasarkan Kartu Keluarga Nomor 3172061001091456, yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta, Kota Jakarta Timur, Kecamatan Kelapa Gading, Kelurahan Kelapa Gading Timur, RT/RW 001/008, diketahui masing-masing:

- Joan Aurea Wirianto, umur 13 tahun, perempuan, lahir di Jakarta, tanggal 14-08-2001;

- Stanislaus Justin Wirianto, umur 9 tahun, laki-laki, lahir di Jakarta, tanggal 02-02-2005;

Maka nampak jelas gugatan Penggugat nyata-nyata telah dibuat dengan sangat tidak cermat dan tidak teliti serta kabur;

3. Tentang pokok gugatan;

Bahwa Penggugat mengajukan gugatan actio pauliana, yakni gugatan pembatalan perbuatan hukum Debitur, namun dalam surat gugatannya

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(16)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 16 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

tidak jelas perbuatan hukum apa dari Debitur yang mau dibatalkan, oleh karena jika mencermati posita gugatan Penggugat pada angka 11, maka kelihatan bahwa memohonkan untuk menyatakan perbuatan Tergugat I adalah perbuatan melawan hukum, sehingga gugatan Penggugat menjadi kabur atau tidak jelas;

4. Tentang perbuatan hukum Debitur;

Bahwa dalam surat gugatan Penggugat yang mengajukan pembatalan perbuatan hukum Debitur (actio pauliana), akan tetapi baik pada posita, maupun pada petitum surat gugatan Penggugat, sama sekali tidak terdapat uraian yang secara tegas dan secara terinci yang menyebutkan bentuk perbuatan hukum yang mana dari Debitur, sedangkan bilamana Penggugat dalam gugatannya pada angka 11 (sebelas) yang pada intinya memohonkan “membatalkan semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I (Debitur) kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII, berupa transaksi dan/atau pengalihan hak, ….... dan seterusnya, kemudian Penggugat dalam posita dan petitumnya, hanya menunjuk pada Sertifikat-Sertifikat Hak Milik atau SHM-SHM atas nama Para Tergugat;

Maka surat gugatan actio pauliana Penggugat menjadi sangat nyata dan jelas obscuur libel, oleh karena perbuatan hukum pengalihan hak atau balik nama terhadap Sertifikat Hak Milik atau SHM-SHM menjadi atas nama Para Tergugat, tidak dilakukan oleh Tergugat I (Debitur) maupun Tergugat II serta Para Tergugat lainnya, sebab perbuatan hukum tersebut sangat jelas secara hukum merupakan kewenangan dan dilakukan oleh Kantor Badan Pertanahan (BPN) Kota Makassar;

5. Tentang kerugian Kreditur;

Bahwa dalam surat gugatan actio pauliana ini, pada posita angka 8 dan angka 10, Penggugat mendalilkan begitu saja adanya kerugian bagi Para Kreditur, tanpa menguraikan secara tegas dan secara terinci, siapa saja Para Kreditur yang dirugikan dan berapa? Jumlah nilai kerugian yang ditimbulkan?, terlebih lagi dalam surat gugatan Penggugat, tidak nampak sama sekali uraian jumlah total hutang Tergugat I selaku Debitur Pailit yang sudah terselesaikan dan sisa hutang yang belum terselesaikan;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(17)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 17 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

6. Tentang Boedel Pailit;

Bahwa dengan mencerrnati secara teliti dan secara saksama gugatan

actio pauliana Penggugat, mengenai harta pailit atau boedel pailit yang

digugat oleh Penggugat dalam perkara a quo, maka nampak nyata dan sangat jelas faktanya bahwa tanah dan bangunan yang terletak di Perumahan Pondok Indah Makassar (PIM), Blok A Nomor 11, Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, sesuai SHM Nomor 20814, atas nama/milik Yonnardy (Tergugat II), beserta tanah dan bangunan milik Para Tergugat lainya tidak termasuk boedel pailit harta pailit Herry (dalam Pailit), oleh karena selain tidak disebutkan adanya Berita Acara dan/atau Daftar Harta Pailit Herry (dalam Pailit) yang diketahui dan disetujui oleh Hakim Pengawas Herry (dalam Pailit) dalam surat gugatannya, juga ternyata baru pada perkara ini, Penggugat memohonkan untuk menyatakan tanah dan bangunan yang terletak di Perumahan Pondok Indah Makassar (PIM), Blok A Nomor 11, Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, sesuai SHM Nomor 20814, atas nama/milik Yonnardy (Tergugat II), beserta tanah dan bangunan milik Para Tergugat lainya tidak termasuk boedel pailit/harta pailit Herry (dalam Pailit), oleh karena selain tidak disebutkan adanya berita acara dan/atau daftar harta pailit Herry (dalam Pailit) yang diketahui dan disetujui oleh Hakim Pengawas Herry (dalam Pailit) dalam gugatannya, juga ternyata baru pada perkara ini, Penggugat memohonkan untuk menyatakan tanah dan bangunan yang terletak di Perumahan Pondok Indah Makassar (PIM), Blok A Nomor 11, Kelurahan Karawisi, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, sesuai SHM Nomor 20814, atas nama/milik Yonnardy (Tergugat II), beserta tanah dan bangunan milik Para Tergugat lainnya, adalah merupakan boedel pailit perkara 01/Pailit/2011/PN Niaga Makassar, sebagaimana yang terdapat dalam petitum angka 2 (dua) pada surat gugatan actio pauliana Penggugat;

Sehingga keseluruhan uraian tentang Eksepsi Obcur Libel di atas, maka amat wajar kiranya bilamana gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima;

Berdasarkan eksepsi-eksepsi tersebut di atas, maka amat wajar dan adil kiranya bilamana Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini menyatakan surat gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(18)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 18 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

Eksepsi Tergugat III dan VI:

A. Tentang Kewenangan Mengadili:

a.1.Bahwa mohon perhatian terlebih dahulu dari Majelis Hakim yang terhormat pemeriksa perkara a quo, dimana secara fakta Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara ini, mengingat hal-hal sebagaimana yang terurai dibawah ini;

a.2.Bahwa penjelasan Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan mengatur: “Yang dimaksud dengan ‘hal-hal lain’ adalah antara lain, actio pauliana, perlawanan pihak ketiga terhadap pernyataan pailit, atau perkara dimana Debitur, Kreditur, Kurator atau Pengurus menjadi salah satu pihak dalam perkara yang berkaitan dengan harta pailit termasuk gugatan Kurator terhadap Direksi yang menyebabkan perseroan dinyatakan pailit karena kelalaiannya atau kesalahannya”;

Bahwa Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan mengatur:

“Pencatatan harta pailit dapat dilakukan dibawah tangan oleh Kurator dengan persetujuan Hakim Pengawas”;

a.3.Bahwa dalam gugatan Penggugat pada pokoknya sebagai berikut: Bahwa tujuan Kurator mengajukan gugatan actio pauliana ini sebagai upaya untuk membatalkan segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I yang mengalihkan kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII atau disebut sebagai Para Tergugat, karena perbuatannya dalam pengalihan atas harta/asset-asset Sdr. Herry (dalam Pailit) yang dilakukan setelah putusan pernyataan pailit diucapkan yang mengakibatkan berkurangnya harta/boedel pailit sehingga merugikan Para Kreditur;

a.4.Bahwa memperhatikan ketentuan penjelasan Pasal 3 ayat 1 juncto Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan, maka Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar dalam hal ini hanya berwenang untuk memeriksa/mengadili permasalahan yang berkaitan dengan harta pailit yang telah disetujui Hakim Pengawas;

a.5.Bahwa bilamana gugatan Penggugat berkaitan dengan harta pailit/ boedel pailit Tergugat I, maka Penggugat seharusnya dalam gugatannya menguraikan unsur-unsur hal-hal lain yang ada dalam penjelasan Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan menguraikan adanya daftar harta pailit/daftar boedel pailit Tergugat I yang telah mendapat persetujuan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(19)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 19 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

Hakim Pengawas sebagaimana Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan;

a.6.Bahwa secara nyata, gugatan Penggugat tidak menguraikan, serta tidak adanya daftar harta pailit/daftar boedel pailit Tergugat I yang telah disetujui Hakim Pengawas, maka secara mutatis mutandis terkait tanah dan bangunan obyek sengketa adalah bukan merupakan boedel/harta pailit Tergugat I;

a.7.Bahwa berdasar hal-hal di atas, membuktikan gugatan Penggugat bertentangan dengan penjelasan Pasal 3 ayat 1 juncto Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan dan karenanya menurut hukum perkara a quo merupakan Kompetensi Absolute Pengadilan Perdata Umum, bukan Pengadilan Niaga;

B. Tidak adanya hubungan hukum antara Penguggat dengan Tergugat VI; b.1.Bahwa Penggugat tidak ada hubungan hukum dalam bentuk apapun

juga dengan Tergugat VI;

b.2.Bahwa pada awalnya benar telah terjadi hubungan hukum jual beli di hadapan PPAT pada tanggal 10 Agustus 2010 antara Tergugat I sebagai Pihak Penjual dengan Tergugat VI sebagai Pihak Pembeli terkait:

- Sertifikat Hak Milik Nomor 20828/Karuwisi, seluas 120 M2 ; - Sertifikat Hak Milik Nomor 20829/Karuwisi, seluas 120 M2

;

b.3.Bahwa jual beli antara Tergugat I dengan Tergugat VI dilakukan di hadapan PPAT, sehingga secara hukum Tergugat VI sebagai pembeli yang beritikat baik, yang harus dilindungi oleh hukum;

b.4.Bahwa secara fakta yang ada kemudian pada tahun 2013, atas kedua sertifikat hak atas tanah di atas telah Tergugat VI alihkan/jual kepada Pihak Ketiga terurai sebagai berikut:

- Sertifikat Hak Milik Nomor 20828/Karuwisi, seluas 120 M2 telah Tergugat VI alihkan/jual pada bulan Juni 2013;

- Sertifikat Hak Milik Nomor 20829/Karuwisi, seluas 120 M2 sudah Tergugat VI alihkan/jual pada tanggal 31 Januari 2013;

b.5.Bahwa secara nyata sebelum dilakukan jual beli atas sertifikat di atas, telah pula dilakukan checking dan dalam keadaan bersih tidak ada catatan dalam bentuk apapun juga, serta jual beli mana dilakukan di hadapan PPAT;

b.6.Bahwa dengan telah beralihnya hak kepemilikan atas kedua sertifikat diatas dari Tergugat I kepada Tergugat VI adalah jauh hari sebelum

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(20)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 20 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

Tergugat I dinyatakan pailit, maka terbukti Tergugat VI tidak memiliki hubungan hukum apapun dengan perkara a quo dan karenanya gugatan Penggugat yang mengajukan gugatan a quo terhadap Tergugat VI berkaitan dengan kedua sertifikat di atas, adalahmerupakan gugatan yang keliru dan sepatutnya untuk ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

C. Tentang Penggugat yang tidak memiliki kapasitas mengajukan gugatan; c.1.Bahwa dalam Pasal 69 ayat 5 Undang-Undang Kepailitan disebutkan:

“Untuk menghadap di sidang Pengadilan, Kurator harus terlebih dahulu mendapat izin dari Hakim Pengawas, kecuali menyangkut sengketa pencocokan piutang atau dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 59 ayat(3)”;

c.2.Bahwa dalam gugatannya Penggugat pada hal 1 (satu), seakan-akan mendalilkan telah mendapatkan izin dari Hakim Pengawas, yaitu antara lain:

“Dalam gugatannya Penggugat (Kurator) telah mendapatkan izin dari Hakim Pengawas untuk melakukan gugatan actio pauliana sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 69 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, sesuai dengan permohonan Kurator kepada Hakim Pengawas Nomor 398/Kurator-LFSZP/VIII/2013 tanggal 03 September 2013”; c.3.Bahwa memperhatikan uraian di atas dan berdasarkan bukti lampiran

Penggugat, membuktikan bahwa Penggugat hanya mengajukan permohonan kepada Hakim Pengawas, akan tetapi terbukti Hakim Pengawas tidak memberikan izin kepada Penggugat selaku Kurator untuk mengajukan gugatan actio pauliana, karenanya gugatan perkara

a quo tidak sah dan bertentangan dengan ketentuan Pasal 69 ayat 5

Undang-Undang Kepailitan;

c.4.Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka sudah seharusnya gugatan Penggugat dinyatakan ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima, karena dengan tidak adanya izin dari Hakim Pengawas maka Penggugat tidak memiliki kapasitas untuk mengajukan gugatan ini; D. Tentang kaburnya gugatan Penggugat;

d.1.Bahwa gugatan Penggugat secara fakta hukum kabur (obscuur libel); d.2.Bahwa surat gugatan Penggugat pada pokoknya menuntut mengenai:

Tindakan hukum Tergugat I yang mengalihkan asset pailit kepada

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(21)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 21 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII dibatalkan dan semua sertifikat dikembalikan kepada Kurator;

d.3.Bahwa terhadap permasalahan tersebut di atas, secara fakta dalam surat gugatan Penggugat tidak menggambarkan/menguraikan secara jelas dan rinci terkait peralihan hak kepemilikan tanah dari Tergugat I kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII;

d.4.Bahwa selain daripada itu berdasarkan Pasal 100 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Kepailitan mengatur:

Pasal 100 ayat 1:

“Kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 (dua) hari setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai Kurator”; Pasal 100 ayat 2:

“Pencatatan harta pailit dapat dilakukan dibawah tangan oleh Kurator dengan persetujuan Hakim Pengawas”;

d.5.Bahwa bilamana Penggugat hendak menuntut pembatalan seluruh perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I yang mengalihkan boedel pailit Tergugat I kepada Tergugat II sampai dengan Tergugat XVII, secara hukum terlebih dahulu Penggugat harus menguraikan adanya daftar boedel pailit Tergugat I yang telah disetujui Hakim Pengawas sebagaimana ketentuan Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan;

d.6.Bahwa tetapi dalam gugatan Penggugat secara nyata tidak menguraikan adanya daftar boedel pailit Tergugat I yang telah mendapatkan persetujuan Hakim Pengawas;

d.7.Bahwa dengan demikian gugatan yang diajukan Penggugat, secara jelas membuktikan bahwa gugatan Penggugat kabur (obscuur libel);

d.8.Bahwa hal mana berkesesuaian dengan doktrin, sebagai berikut:

Bahwa gugatan yang mencampuradukkan berbagai macam hal yang tidak jelas dan tidak rinci adalah gugatan yang menyalahi ketentuan Hukum Acara Perdata yang berlaku;

Hakim Agung, Ny. Retnowulan Sutantio, S.H., didalam halaman 17 bukunya: Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek (1997) menyatakan:

“Suatu gugatan harus memuat gambaran yang jelas mengenai duduknya persoalan, dengan perkataan lain dasar gugatan harus dikemukakan dengan jelas”;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(22)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 22 dari 44 hal. Put. Nomor 121 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016

d.9.Bahwa berdasarkan hal-hal di atas, Tergugat III dan Tergugat VI agar Majelis Hakim yang terhormat menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

E. Tentang keliru pihak yang ditarik sebagai Tergugat;

e.1.Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya telah mengajukan gugatannya terhadap Tergugat III dan Tergugat IV dengan identitas sebagai berikut: Openg Subhan, SHM Nomor 20826 beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok A/16;

e.2.Bahwa selain itu, Penggugat juga telah mengajukan gugatan terhadap Tergugat VI dan Tergugat VII dengan identitas sebagai berikut: Jeanne Tjioe, SHM 20828, beralamat Kompleks PIM Jalan Maccini Raya PIM Blok A/22;

e.3.Bahwa secara nyata Sdr. Openg Subhan yang didudukan sebagai Tergugat III dan Tergugat IV adalah subyek hukum yang sama, begitu pula Sdri. Jeanne Tjioe yang didudukan sebagai Tergugat VI dan Tergugat VII;

e.4.Bahwa dengan demikian telah terbukti Penggugat telah keliru menarik pihak Tergugat karena telah mendudukan subyek hukum yang sama dalam dua posisi Tergugat dan karenanya gugatan Penggugat harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, secara nyata gugatan Penggugat tidak memenuhi persyaratan hukum untuk mengajukan suatu gugatan, yang terbukti secara fakta gugatan Penggugat adalah kabur, maka wajar gugatan Penggugat ditolak seluruhnya dan atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

F. Tentang gugatan Penggugat kurang pihak;

f.1. Bahwa dalam surat gugatannya, Penggugat hanya menempatkan Tergugat I sampai dengan Tergugat XVII sebagai pihak Tergugat dalam perkara a quo;

f.2. Bahwa secara fakta hukum yang ada, Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah yang telah membuat Akta Jual Beli PPAT antara Tergugat I sampai dengan Tergugat XVII, serta Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar yang telah memberikan ijin peralihan hak maupun menerbitkan sertifikat atas tanah sengketa, tidak ikut dijadikan sebagai pihak Tergugat dan atau setidak-tidaknya Turut Tergugat dalam perkara a quo;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian di kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 37.540 dikelola oleh

Wiwit, Sugiarto, Marlina | Sistem Noken Berbasis Hukum Progresif dalam Bingkai Demokrasi di Indonesia Namun dalam pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tersebut

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melakukan uji kinerja peralatan pengukuran parameter

Program persiapan pranikah diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan optimisme peserta mengenai kehidupan pernikahan.Utamanya, diharapkan setelah mengikuti program,

Apabila di tengah perjalanan/proses terdapat user/client lain yang melakukan akses, dan setelah dilakukan pemeriksaan otorisasi ternyata user/client tersebut bukanlah pemilik IP

Untuk tanah Ultisol jenis mikrobia yang adaptif pada kondisi lingkungan tersebut adalah jenis bakteri dan aktinomisetes, sedangkan jamur kurang tahan, yang ditunjukkkan

Pada Gambar 6 ditunjukkan plot PNLT untuk pesawat C, rata-rata tiap plot PNLT tiap pesawat memiliki bentuk yang hampir sama dan tidak ada satupun sampel pesawat C yang

Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Muchtadi (1997) dalam Martunis (2012) yang menyatakan bahwa nilai kadar air yang meningkat dan tidak merata merupakan akibat dari