Manokwari, TP – Majelis hakim Pengadilan Tipikor Papua Barat yang dipimpin Sonnny A.B Laoemoery, SH menolak ekspesi atau keberatan terdakwa Alberth Rombe melalui penasehat hukumnya, Yules Kelo, SH. Dengan ditolaknya ekspesi terdakwa, maka majelis hakim menyatakan kasus dugaan korupsi dana hibah KONI Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 dan 2013, dilanjutkan dengan pemeriksaan saksi. Putusan sela disampaikan dalam persidangan yang dihadiri JPU Kerja Manokwari, Jhon I, Malamassam, SH,MH Menurut majelis hakim, surat dakwaan yang disusun JPU telah memenuhi syarat formil dan material dengan mencantumkan identitas terdakwa dengan urayan tindak pidana yang didakwakan terhadap terdakwa sebagaimana Pasal 143 Ayat 2 huruf a dan b KUHAP. Di samping itu, majelis hakim menyatakan eksepsi yang diajukan penasehat hukum terdakwa, sudah masuk pada pokok materi perkara, sehingga harus dilakukan sehingga harus dilakukan pembuktian pada sidang beragenda pembuktian dengan pemeriksaan saksi-saksi. Atas putusan tersebut, Yules Kelo menyatakan menerima, sedangkan JPU menyatakan baru akan memanggil sejumblah saksi pada agenda sidan berikut, 21 Juli 2016, mengingat saksi dalam kasus ini sekitar 28 orang. Dalam dakwaan JPU, disebutkan, pada 2012 dan 2013, KONI Provinsi Papua Barat menerima dana sebesar Rp. 167 miliar dari Pemprov Papua Barat dengan perincian Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) pada 13 Februari 2012 sebesar Rp. 80 miliar yang ditandatangani oleh M.L Rumadas selaku Sekda Provinsi Papua Barat dan Jan Renwarin selaku Wakil Ketua Umum atau Ketua Harian KONI, yang dialokasikan untuk kegiatan tim PON Provinsi Papua Barat. Untuk NPDH pada 10 Desember 2012 sebesar Rp. 15 miliar yang ditandatangani M.L. Rumadas dan terdakwa Alberth Rombe selaku Ketua Bidang Perencanaan dan Anggaran KONI Provinsi Papua Barat yang dialokasikan untuk kegiatan tim PON Provinsi Papua Barat. Sementara NPHD Pada 27 Juni 2013 Sebesar Rp. 30 miliar ditandatangani Ishak L. Hallatu selaku Plt. Sekda Provinsi Papua Barat dan terdakwa Alberth Rombe Selaku Wakil Ketua Umum Atau ketua Harian KONI Provinsi Papua Barat, yang dialokasikan guna mendukung kegiatan Organisasi KONI Provinsi Papua Barat. Sedangkan dalam NPHD Pada 20 Desember 2031 sebesar Rp. 42 miliar yang ditandatangani Ishak L. Hallatu selaku Plt. Sekda Provinsi Papua Barat dan Jhony Rumbruren selaku Plt. Ketua Harian KONI Provinsi Papua Barat, digunakan untuk kegiatan Organisasi KONI. Seluruh dana hibah itu, tidak ada yang diperuntukan untuk membangun sekretariat KONI
Provinsi Papua Barat. Pada Januari 2012, terdakwa mendatangani Yunus Ranteuma (Direktur CV Gratia Vlena) meminta untuk membuat rencana gambar Sekretariat KONI Provinsi Papua Barat. Selanjutnya, gambar diserahkan ke terdakwa dan sekitar 2 minggu, terdakwa kembali mendatangani kantor CV Gratia Vlena membawa gambar yang suda ditandatangani ketua Umum KONI Papua Barat. Terdakwa meminta Yunus Ranteuma membuat estimate engineering (EE) yang selesai pada April 2012 dengan anggaran Rp. 21, 4 miliar lebih. Proses perencanaan pembangunan Sekretariat KONI tidak dilakukan melalui proses tender atau pelelangan. Kemudian. Yunus Ranteuma menerima pemberitahuan melalui telepon, dan pesan singkat dari Yoshepina Ekarista Tiwan (staf administrasi PT Media Papua milik terdakwa Alberth Rombe) untuk mengubah nilai EE menjadi Rp. 23 miliar dengan alasan terdakwa telah membuat tagihan sebanyak 3 kali dengan rincihan penagihan pertama Rp. 7,3 miliar, penagihan ke 2 Rp. 3,7 miliar dan penagihan ke 3 Rp. 14 miliar. Akan tetapi permintaan itu tidak dipenuhi Yunus Ranteuma. Untuk pekerjaan perencanaan pembangunan itu. Yunus Ranteuma menerima pembayaran sebesar Rp. 611 juta. Selain sebagian konsultan perencanaan, Yunus Ranteuma juga ditunjuk terdakwa pada akhir April 2012 sebagai konsultan pengawasan dengan meminjam CV Mitra Candana Konsultan dengan biaya pengawasan Rp. 420 juta namun baru dibayarkan tunai sebesar Rp. 210 juta pada 19 Desember 2012 oleh terdakwa dikantor PT Media Papua sesuai EE Yang dibuat Yunus Ranteuma, angaran yang di alokasikan oleh KONI Untuk Pembangunan sekretaraiat KONI Pada tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 13,9 miliar lebih dan pada tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 7,4 miliar lebih, sehingga total yang dialokasikan Rp. 21,4 miliar. Berdasarkan pengawasan yang dilakukan Yunus Ranteuma, pembangunan sekretariat KONI pada tahap 1 tidak selesai 100 persen, hanya 94,79 persen dan masi kurang 5,21 persen, sehingga jika ditotalkan kekurangan folume pada 2012 sekitar Rp. 657 juta. Sedangankan pada pembangunan tahap 2 juga tidak selesai 100 persen, hanya 79,06 persen serta masi terdapat kekurangan 20,94 persen. Apabila ditotalkan, kekurangan pekerjaan tahap 2 sebesar Rp. 1,5 miliar, sehingga kekurangan folume yang belum dikerjakan pada tahap 15,21 persen dan tahap II 20,94 persen, secara keseluruhan 26,15 persen yang ditotalkan senilai Rp. 2,2 miliar lebih. Proses pekerjaan pembangunan sekretariat KONI adalah terdakwa menggunankan PT Tomy Irja tanpa melalui proses tender atau pelanggan. Dana yang digunakan untuk membayar jasa konsultan perencana dan pengawas pekerjaan pada 2012 dan 2013 berasal dari dana Hiba Pemprov, tetapi tidak ada perencanaan atau alokasi dana khusus pembangunan sekretariat KONI dan tidak dibuatkan kontrak kerja untuk kegiatan pekerjaan pembangunan sekretariat KONI. sedangkan yang digunakan sebagai acuan RAB adalah EE yang dibuat
konsultan perencana. Untuk pembangunan sekretariat KONI yang bersumber dari dana hibah, sudah dicairkan Abia Ulu selaku kepalah BPKAD sebesar Rp. 167 miliar sesuai SP2D yang dikeluarkan dengan adanya lampiran kebutuhan anggaran pembangunan sekretariat KONI dari KONI Provinsi Papua Barat dengan 4 kali pembayaran SP2D. Bahwa pembengunan sekretariat KONI yang nilainya diatas Rp. 500 juta, seharusnya dilakukan pelangan, baik menunjuk konsultan perencana, pelaksana pekerjaan konstruksi, dan konsultan pengawas pekerjaan. Kenyataannya, tidak ada pelanggan, sehingga bertentangan dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah yang sudah diubah dengan Perpres No. 4 Tahun 2015. pembangunan sekretariat KONI tanpa melalui perencanaan dan atau tidak di anggarkan oleh pengurus KONI terhadap penggunaan dana hibah, dan pertanggungjawaban pencairan dan pembangunan sekretariat KONI sebesar Rp. 43,4 miliar lebih tidak didukung bukti yang memadai, bertentangan dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentan pedoman pengelolaan keuangan daerah yang suda diubah dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011. akibat perbuatan terdakwa bersama Yanwarius Renwarin Berdasarkan perhitungan BPKP perwakilan Provinsi Papua Barat, disimpulkan kerugian keuangan Negara sebesar Rp. 26,7 miliar perbuatan terdakwa sebagaimanan diatur dan diancam Pasal 2 Ayat 1 jo Pasal 3 jo pasal 18 Ayat 1 Huruf b, Ayat 2, dan Ayat 3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaiman diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 Ayat 1 Ke – 1 KUH Pidana. disamping itu, terdakwa juga dijerat dengan Pasal 3 jo pasal 5 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang ( TPPU). [PRT- R1]
JUMAT, 01 JULI 2016
Sumber : TABURA POS Halaman : 02-12