• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH 1

Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir, Laut & Pulau-pulai

kecil/terluar di Kabupaten Nias

Oleh:

Meilinda L. Larosa /BAPPEDA Kab. Nias

A. PENDAHULUAN

Kabupaten Nias merupakan salah satu dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dan terletak disebelah barat Pulau Sumatera yang berjarak ± 85 mil laut dari kota Sibolga. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Nias adalah 3.495,40 km2 dan termasuk daerah kepulauan yang memiliki 38 buah pulau dan 1 buah diantaranya pulau terluar yaitu Pulau Wunga. Banyaknya pulau yang dihuni penduduk adalah 12 pulau dan yang tidak dihuni sebanyak 26 pulau. Secara administrasi terdiri dari 32 wilayah Kecamatan, 1 Persiapan Kecamatan, 439 Desa dan 4 Kelurahan dengan batas-batas wilayah:

Sebelah Utara : Pulau-pulau Banyak Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Sebelah Selatan : Kab. Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara.

Sebelah Timur : Pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah dan Natal Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.

Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Nias dikelilingi oleh laut dengan topografi berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dengan ketinggian bervariasi antara 0-800m diatas permukaan laut. Kondisi topografi tersebut menyebabkan kota-kota utama dan pusat pemerintahan umumnya dibangun ditepi pantai. Selain perhubungan darat dan udara, Kabupaten Nias di dukung oleh tiga pelabuhan laut sebagai sarana trnasportasi alternatif yang terletak di Kecamatan Gunungsitoli, Sirombu dan Lahewa.

Perairan pantai Kabupaten Nias sangat potensial bagi usaha pengelolaan perikanan dengan produk andalannya pengembangan rumput laut, keramba jaring apung (KJA) dan pengelolaan perikanan tangkap bernilai ekonomis tinggi. Disamping itu, kawasan pesisir juga berpotensi untuk berbagai opsi pembangunan. Dari berbagai potensi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menjadi andalan bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Nias.

Pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil/terluar di Kabupaten Nias pada prinsipnya secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan berbagai sumberdaya yang tersedia. Karena pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang tidak memenuhi kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya.

Pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Nias diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan pertumbuhan ekonomi yang dinamis tanpa merusak sumberdaya alam. Dengan asumsi semakin tinggi intensitas pengelolaan yang dilaksanakan akan berdampak pada pemanfaatan sumberdaya dan perubahan-perubahan dilingkungan tersebut. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dalam pengelolaannya.

Proses pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil/terluar secara nasional sebagaimana UU 27 Tahun 2007 meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat merupakan suatu indikator yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan potensi di Kabupaten Nias.

Pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil/terluar di Kabupaten Nias yang hanya berlandaskan pada pengelolaan secara umum menimbulkan beberapa kelemahan antara lain, (1) terbentuknya struktur ekonomi yang sangat rapuh; (2) Ketertinggalan taraf hidup masyarakat, terutama masyarakat pesisir ditengah ketersediaan sumberdaya alam disekitarnya. Pada gilirannya menimbulkan kesenjangan ekonomi.

Demikian halnya juga terjadi secara nasional sebelum tersusunnya suatu kebijakan, mengakibatkan belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam diwilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil terluar. Dimana penyebab utama antara lain :

1. Kebijakan pembangunan dimasa lampau lebih diarahkan kepada pembangunan dan pengembangan wilayah darat dan belum optimalnya perhatian Pemerintah terhadap pembangunan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil/terluar yang ditandai dengan masih rendahnya kesejahteraan masyarakat didaerah pesisir dan pulau-pulau kecil. 2. Belum tersusunnya suatu kebijakan nasional yang memuat arah, pendekatan dan

strategi pengembangan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil/terluar yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi terhadap fungsi dan peran seluruh stakeholder baik pusat maupun daerah, sehingga penanganannya terkesan bersifat parsial.

B. PERMASALAHAN

1. Potensi sumberdaya wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil belum dimanfaatkan secara optimal;

2. Pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil belum dikelola secara terpadu dan berkelanjutan serta lebih efisien.

C. DASAR PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR, LAUT DAN PULAU-PULAU KECIL/ TERLUAR

Secara nasional kebijakan pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil/terluar dapat dilihat pada (1) RPJP (UU No.17 Tahun 2007) yaitu pada Misi ke 7 yaitu: Mewujudkan Indonesia menjadi Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan Nasional; (2) RPJM 2004-2009 dimana konsep dasar pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil diletakkan kerangka pembangunan ekonomi dan sumberdaya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan, yaitu:

1. Menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan;

2. Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang berwawasan kelautan;

3. Mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran;

4. Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

D. KEBIJAKAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL /TERLUAR DI KABUPATEN NIAS.

1. VISI Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Nias Tahun 2006-2011 yaitu : ’Mewujudkan Nias Baru yang Maju, Beriman, Mandiri dan Sejahtera’

• Maju, berarti berada pada suatu kondisi tingkat perkembangan yang lebih baik dalam berbagai aspek dan dimensi kehidupan;

• Beriman, berarti suatu perilaku meningkatnya ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pengamalan nilai-nilai ajaran agama dalam perilaku kehidupan sehari-hari;

• Mandiri, berarti berada pada kondisi dimana masyarakat dan daerah memiliki kehidupan yang sejajar dengan masyarakat dan daerah lainnya dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri melalui pemanfaatan potensi sumber daya yang ada;

• Sejahtera, berarti suatu keadaan kemakmuran yang merata dan berkeadilan dalam segala aspek dan sendi-sendi kehidupan masyarakat.

2. MISI ke 5

• Membangun fondasi perekonomian daerah melalui akselerasi penguatan ekonomi kerakyatan yang berbasis sumberdaya lokal melalui pembangunan sarana dan prasarana/infrastruktur daerah dengan tetap memperhatikan keseimbangan antar daerah.

3. Arah kebijakan dan strategi pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil/terluar :

• Mengelola dan mendayagunakan potensi sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari berbasis masyarakat;

• Membangun sistem pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumberdaya laut, pesisir yang disertai dengan penegakan hUkum yang ketat;

• Merehabilitasi ekosistem yang rusak, seperti terumbu karang, mangrove dan padang lamun;

• Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil;

• Memperkuat kapasitas instrument pendukung pembangunan yang meliputi iptek, SDM dan kelembagaan;

• Menggiatkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.

Rumusan arah kebijakan dan strategi ini dimplementasikan pada usulan rencana program/kegiatan unit kerja terkait dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu :

• Program pengembangan sumberdaya manusia dan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan kegiatan antara lain :

- Peningkatan ketrampilan nelayan dibidang teknologi penangkapan

- Pengembangan sumberdaya manusia (tenaga teknis) untuk pengelola PPI teluk belukar, PPI dan TPI sirombu, BBIP fino dan BBIAT Tetehosi Afia.

• Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut;

- Penyuluhan perundang-undangan dibidang perikanan dan kelautan

• Program rehabilitasi dan pengembangan kawasan konservasi laut dengan kegiatan antara lain :

- Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

• Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dengan kegiatan antara lain :

- Pembinaan kelompok nelayan.

- Penguatan modal bagi kelompok nelayan. - Pembinaan petani ikan.

• Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan dengan kegiatan antara lain :

- Pengadaan sarana telekomunikasi HT dan perlengkapan bagi kelompok masyarakat pengawas daerah pesisir Kabupaten Nias.

- Pembentukan kelompok pengawas di wilayah pesisir.

4. Beberapa upaya yang ditempuh dalam pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil/terluar di Kabupaten Nias.

Untuk memberhasilkan pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Nias secara optimal dan berkelanjutan ditempuh melalui beberapa upaya sebagai berikut :

NO POTENSI LUAS/ VOLUME SPESIFIKASI KECAMATAN

1 2 3 4 5

1 Pulau 37 buah Pulau-pulau kecil

2 Pulau Terluar 1 Buah Pulau Wunga Afulu

3 Perikanan Tangkap Lestari

290.936 ton/thn

4 Potensi ikan unggulan

Tuna, Tongkol, Kakap, Kerapu, Kembung, Layur, Ikan Hias, Teripang

5 Mangrove 4,54 km2 Tuhemberua dan Lahewa*

6 Terumbu Karang 47,80 km2 Tuhemberua dan Lahewa*

7 Perairan Yang Sesuai Untuk Budidaya Rumput Laut 85 Ha Lahewa Tuhemberua Sawo

8 Kelapa 22.257 Ha 23.381 Ton Gunungsitoli, Gunungsitoli Utara, Gunungsitoli Idanoi,

Gunungsitoli Selatan, Lotu, Sawo, Tuhemberua, Gido, Bawolato, Idanogawo, Afulu, Sirombu, Lahewa, Alasa

9 Karet 36.226 Ha 32.878 Ton Gunungsitoli, Gunungsitoli Utara, Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Selatan, Lotu, Sawo, Tuhemberua, Gido, Bawolato, Idanogawo, Afulu, Sirombu, Lahewa, Alasa

10 Padi Sawah 5.140 Ha Gunungsitoli, Gunungsitoli Utara, Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Selatan, Lotu, Sawo, Tuhemberua, Gido, Bawolato, Idanogawo, Afulu, Sirombu, Lahewa

11 Kakao 3.413 Ha Gunungsitoli, Gunungsitoli Utara, Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Selatan, Lotu, Sawo, Tuhemberua, Gido, Bawolato,

12 Palawija 432 Ha Afulu, Sirombu, Lahewa, Gunungsitoli, Gunungsitoli Utara, Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Selatan, Lotu, Sawo, Tuhemberua, Gido, Bawolato, Idanogawo, Afulu, Sirombu, Lahewa, Alasa.

NO POTENSI LUAS/ VOLUME SPESIFIKASI KECAMATAN

1 2 3 4 5

Wisata Bahari

Muara Indah Panorama Pantai Pantai Karlita Sda

Gunungsitoli Utara Sda

Pantai Laraga Panorama Pantai

Pantai Bunda Sda

Gunungsitoli Selatan Sda

Pantai Bozihona Panorama pantai Pulau Onolimbu Sda

Idano Gawo

Pantai Nalawo Panorama pantai Bawolato Pantai Sifahandro Panorama Pantai

Pantai Teluk Bekuang

Sda

Teluk Siabang Teluk Yang Menarik

Sawo

Pantai Lafau Panorama Pantai Lahewa Toyolawa Perkebunan Kelapa Pantai Afulu Panorama Pantai

Afulu

Fari’i Faro’a Pulau Karang dan Panorama Pantai Pulau Asu Panorama Pantai Dan

Objek Olah Raga Selancar 13

Pulau Bawa Sda

Sirombu

Keterangan:* Merupakan hasil penelitian Tim CRITC-LIPI Jakarta

• Menyusun arah dan fungsi pengelolaan wilayah pesisir, laut, pulau kecil/terluar Kabupaten Nias.

o Arah :

a. Pengelolaan dan pendayagunaan potensi Sumber Daya Kelautan, Pesisir, Pulau-pulau Kecil/Terluar secara berkelanjutan dengan berbasis masyarakat;

b. Berorientasi pada kepentingan daerah dan masyarakat. o Fungsi :

a. Menjadikan laut sebagai lahan/mata pencaharian utama demi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, laut dan pulau-pulau kecil/terluar;

b. Menjadikan pulau terluar menjadi beranda depan Negara Republik Indonesia.

E. PENUTUP

Kompleksnya persoalan dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau diperlukannya kebijakan pengelolaan komperhensif dan spesifik serta membutuhkan sumberdaya yang sangat besar. Pemerintah Kabupaten Nias menyadari sepenuhnya keterbatasan yang dimiliki. Pemanfaatan dan pengelolaan haruslah senantiasa dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan. Pengaturan-pengaturan tidak akan berfungsi efektif tanpa didukung oleh penegakan hukum yang memadai, penyadaran masyarakat dan partisipati aktif dari semua pemangku kepentingan di dalam mewujudkannya.

Demikian pemaparan ini kami sampaikan dengan harapan bahwa kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Nias kedepan dapat lebih baik dan berkesinambungan.

Atas perhatian Bapak/Ibu, kami ucapkan terimakasih … Ya’ahowu

Gunungsitoli, April 2008

KEPALA BAPPEDA KABUPATEN NIAS

Ttd

Ir. AGUSTINUS ZEGA PEMBINA TK I

NIP.080099811

Peraturan Pemerintah 30/2005 (Blue Print)

Pasal

3 (Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Lingkungan dan Sumberdaya Alam)

Keputusan Menteri 308/2005

(

Percepatan Proses AMDAL untuk

Rehabilitasi dan Rekonstruksi)

Sistem RAND

UU 5/90 UU 4/92 UU 24/92 UU 23/97 UU 41/99 UU 10/2005 (BRR)

REK ON ST RU K SI ACEH DAN N I AS PASCA T SU N AM I

Prosedur dan Arahan Pengelolaan Lingkungan Lainnya Pe ne lit ia n da n Pe ngk a jia n Y a ng Be rk a it a n de nga n Lingk unga n Pe m ba nguna n Fisik

Se k t or Lingk unga n K e bija k a n da n Pa ndua n

Pe nge lola a n Lingk unga n

MAKALAH 2

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan dalam Program BRR

Oleh:

Saodah Lubis /BRR Direktorat Lingkungan & Konservasi

A. PRINSIP DASAR REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI 1. Orientasi berbasis masyarakat dan partisipatif 2. Pembangunan berkelanjutan

3. Menyeluruh, Terpadu

4. Efisien, transparan, dan akuntable 5. Monitoring and evaluation

6. Mengacu pada UU 18/2001

7. Prioritas pada masyarakat yang terkena langsung oleh tsunami 8. Prioritas pada daerah yang terkena bencana

B. PERANAN BRR :

• FUNGSI KOORDINASI

• FUNGSI IMPLEMENTASI INFRASTRUKTUR STRATEGI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Untuk Lingkungan dan Sumber Daya Alam

(Peraturan Pemerintah 30/225)

Kebijakan 1: Mengembalikan daya dukung lingkungan dalam mengantisipasi ancaman bencana Strategy – 1

• Menginformasikan wilayah yang terpolusi dan bahaya Gempa bumi

• Membersihkan wilayah bencana

• Merehabilitasi lahan (darat)

• Merehabilitasi terumbu karang

• Merehabilitasi dan mengembangkan wilayah pesisir berdasarkan tata ruang dan karakteristik pesisir

• Melindungi fungsi-fungsi kawasan konservasi Merehabilitasi daerah aliran sungai >> 21 Kegiatan utama

Kebijakan 2: Mengembalikan aktivitas ekonomi yang berbasis pada sumberdaya alam Strategy - 2

• Memperbaiki dan mengembangkan kegiatan pertanian

• Memperbaiki dan mengembangkan kegiatan perikanan

• Menyediakan material dasar bangunan dari alam yang tidak mengancam lingkungan >> 15 Kegiatan utama

Kebijakan 3: Melibatkan masyarakat dan memanfaatkan Infrastruktur social dan budaya dalam menangani bencana

Strategy – 3

• Membangun sistem peringatan dini

• Mempertinggi kewaspadaan pada bencana

• Keterlibatan masyarakat dalam penanganan bencana >> 8 Kegiatan utama

Kebijakan 4 : Mengembalikan sistem Kelembagaan Pemerintah: Sektor Pengelolaan

Sumberdaya Alam Strategy – 4

• Menyempurnakan dan mengisi kebutuhan formasi pegawai (staf ahli dan staf pendukung)

• Memperbaiki tata pemerintahan (tool and pre-tool) Dinas-dinas pengelola sumberdaya alam dan lingkungan

MAKALAH 3

Pembangunan dan Prospek Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di

Desa Teluk Belukar, Kecamatan Gunungsitoli Utara

Oleh:

Dalizanolo Hulu /BRR Perwakilan VI Kepulauan Nias

A. PROSPEK PPI B. TUJUAN

1. Perolehan harga ikan yang layak bagi nelayan secara tunai dan tidak memberatkan pembeli.

2. Pemutusan terhadap ikatan-ikatan yang bersifat monopoli dan monopsoni terhadap pemasaran ikan milik nelayan.

3. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui pungutan retribusi lelang. 4. Peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan.

5. Pengembangan usaha koperasi C. PEMBANGUNAN PPI

1. Pembangunan PPI telah direncanakan sejak tahun 2005, namun pelaksanaan di Tahun 2006.

2. Paket Lanjutan Dermaga PPI (Tahap I Tahun 2006) a. Perencanaan PPI (2 paket) Rp 256.000.000,-

b. Pengawasan Pembangunan PPI Rp 181.000.000,- (Realisasi 49%) c. Pembangunan Dermaga PPI Rp 3.757.414.618 (Realisasi 75%) 3. Paket Lanjutan Dermaga PPI (Tahap II Tahun 2007) Rp 2.349.009.000

a. Lanjutan Pembangunan Dermaga PPI, b. Pembangunan Rumah Dinas Type 36 (2 unit), c. Kantor Administrasi Pos Satpam (3 Unit), d. Gudang

e. Toilet Umum

f. Rumah Genset & Jaringan listrik dan g. Balai pertemuan nelayan

4. Pembangunan PPI Teluk Belukar dan Sarana Pendukungnya/ Penuntasan Rp 2.750.000.000 (Thn 2008).

MAKALAH 4

Pelaksanaan Proyek Green Coast di wilayah NAD & Nias

Penyediaan Dana untuk Peningkatan Pendapatan dan

Rehabilitasi Ekosistem

Oleh:

Muhammad Ilman /Wetlands International Indonesia Program

Merupakan kelanjutan Green Coast Phase I yang sebelumnya dilaksanakan di 5 negara: India, Srilanka, Thailand, Malaysia, Indonesia.

GC-2 hanya dilaksanakan di Indonesia oleh WWF dan WIIP, terdiri dari 8 komponen (A sampai H). 1. Penyediaan dana peningkatan pendapatan masyarakat untuk kegiatan rehabilitasi ekosistem

(A, B)

2. Melanjutkan monitoring kegiatan GC-1 (C)

3. Memberikan masukan bagi pihak terkait dengan rekonstruksi infrastruktur di wilayah yang memiliki ekosistem bernilai penting (D)

4. Pengembangan kegiatan peningkatan kepedulian pada kelestarian alam melalui penyediaan materi pendidikan lingkungan (E)

5. Membentuk kelompok kerja (jaringan) pemantauan kondisi ekosistem pesisir, memperkuat kelembagaannya dan mengembangkan dialog yang lebih erat antar stakeholder rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pesisir (F)

6. Melakukan kerjasama dengan pihak terkait untuk memantau kegiatan rehabilitasi ekosistem baik oleh Green Coast (G)

7. Belajar dari kegiatan rehabilitasi ekosistem yang dilakukan di Aceh dan Nias sehingga diperoleh panduan yang dapat diterapkan di daerah-daerah lain yang sesuai (H).

• Target fisik rehabilitasi diarahkan lebih berbasis ekosistem dengan menanam berbagai jenis spesies yang sesuai dengan target penanaman jauh lebih besar.

• Pengelolaan dana “peningkatan pendapatan” lebih ketat, kelompok harus mampu menjalankan lembaga keuangan mikro sehingga dana pinjaman bisa bergulir.

• Jenis usaha ditekankan pada pengaktifan sumberdaya lokal seperti tambak.

• Umumnya ditambah kegiatan penyusunan kesepakatan masyarakat untuk melindungi ekosistem yang sudah direhabilitasi.

Perkembangan Green Coast 2

Kegiatan Perencanaan Perkembangan

Penanaman mangrove 800 ribu tanaman (Pulau Nias, 60ribu)

570 ribu (25 ribu di nias selatan)

Penanaman tanaman pantai

50 ribu tanaman 45 ribu

Penyusunan peraturan desa

Sekitar 8 desa (2 Pulau Nias)

Tahap konsultasi publik 5 desa

Pengembangan kawasan konservasi desa

Sekitar 7 desa (1 di Nias)

Tahap pemetaan 3 desa, Terbentuk kawasan 1 desa

MAKALAH 5

Ekosistem Laguna (Luaha Talu) di Desa Teluk Belukar

Oleh:

Ferry Hasudungan /Wetlands International Indonesia Program

Luaha, demikian masyarakat di Nias menyebutkan untuk bagian muara sungai. Luaha Talu, merupakan sebutan untuk muara dari dua (2) sungai yaitu, Boe dan Lawu-lawu yang terletak di Desa Teluk Belukar. Muara ini membentuk sebuah laguna yang unik (menyerupai ikan pari) dan dikelilingi oleh vegetasi mangrove serta hutan pantai.

A. DESKRIPSI WILAYAH & AKSESIBILITAS

Desa Teluk Belukar berjarak sekitar 15 Km di sebelah utara Kota Gunung Sitoli, dapat ditempuh dengan kendaraan umum sekitar 20 menit. Kondisi jalan raya dari Gunung Sitoli menuju Desa Teluk Belukar relatif mulus dan nyaman untuk dilalui. Jalan ini diperbaiki setelah bencana gempa yang menimpa Nias pada bulan Maret 2005. Sebelum tahun 2005, desa ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Tuhemberua, namun pasca pemekaran wilayah pada tahun 2005, desa ini masuk kedalam wilayah Kecamatan Gunung Sitoli Utara. Desa Teluk Belukar lebih dikenal dengan adanya Muara Indah, sebuah lokasi tujuan wisata domestik yang dikelola oleh Dinas Pariwisata & Budaya bekerjasama dengan pihak swasta. Untuk mencapai Kota Gunung Sitoli, dari Medan, dapat melalui beberapa cara, yaitu: 1. Perjalanan darat & laut:

• Perjalanan darat dari Medan ke Sibolga, sekitar 8 jam menggunakan travel (L-300), kemudian dilanjutkan Perjalanan laut dari Sibolga ke Pelabuhan Gunung Sitoli, sekitar 8 jam menggunakan Kapal Ro-ro PT. ASDP atau 3 jam

menggunakan Kapal Cepat. 2. Perjalanan udara:

• Perjalanan Udara dari Polonia Medan ke BINAKA, sekitar 1 jam menggunakan jasa penerbangan (MERPATI Airlines, SMAC atau Susi Air). MERPATI Airlines memiliki jadwal penerbangan paling banyak yaitu 3 – 4 kali setiap harinya.

B. PENDUDUK

Jumlah penduduk Desa Teluk Belukar pada tahun 2004 adalah sebanyak 2407 (terdiri dari 1015 pria dan 1392 wanita) dan ia merupakan salah satu desa dengan jumlah penduduk paling banyak di Kecamatan Gunung Sitoli Utara. Sebagian besar penduduk adalah pemeluk agama Kristen Protestan (83%), sebagian lainnya adalah Islam (11%) dan Katolik (6%). Mata pencaharian penduduk umumnya bertani, memiliki kebun karet, kelapa atau coklat. Sebagian lainnya yang berada di dekat pantai adalah nelayan.

C. DIMENSI LAGUNA

Berdasarkan pengukuran dari citra landsat tahun 2005, luas permukaan/badan air laguna adalah sekitar 47,4 ha dengan dimensi kurang lebih 616 m x 712m, sementara perkiraan luas vegetasi mangrove disekitarnya adalah 66 ha. Kedalaman laguna yang terdalam berdasarkan pengukuran pada bulan Agustus 2007, adalah 13,8 m.

D. KUALITAS AIR & PERIKANAN

Dari tabel di bawah ini terlihat bahwa secara umum air laguna Teluk Belukar bersifat asin (pengaruh air laut sangat kuat) dan memperlihatkan adanya pelapisan masa air yang terbalik (inverse stratification). Kondisi demikian terlihat dari semakin tingginya kadar garam di bagian dasar perairan dan juga suhu airnya. Semakin dekat dasar, kandungan oksigen terlarut semakin berkurang sebagai akibat meningkatnya bahan organik (BOD) di dasar, namun demikian kondisi perairan ini masih dalam kondisi yang cukup baik (tidak ada indikasi terjadinya pencemaran bahan organik) untuk mendukung berbagai jasad akuatik di dalamnya.

Dari sisi keanekaragaman planktonnya, di perairan Laguna dijumpai tidak kurang dari 3 kelompok Klas fitoplankton, yaitu: Cyanophyceae, Bacilllariophyceae dan Dinophyceae. Peridinium sp (dari Klas Dinophyceae) dengan kepadatan hingga 6 juta indivindu/m3 air (79% dari total fitoplankton) dan Chaetoceros sp (dari Klas Bacillariophyceae) dengan kepadatan 1,4 juta ind/m3 air (18% dari total fitoplanton) mendominasi perairan ini. Sedangkan untuk zooplankton banyak dijumpai Crustaceae dalam stadia nauplius (kepadatannya sekitar 325,000 ind/m3 air) dan ini tentunya akan menjadi pendukung tingginya potensi perikanan di perairan Teluk Belukar.

Penduduk Desa Teluk Belukar yang tinggal di dekat Luaha Talu, sebagian adalah nelayan. Sebagian lainnya adalah petani (kebun karet, kelapa, coklat) dan pedagang. Jumlah armada nelayan di desa ini adalah 15 unit perahu bermotor kecil (mesin honda, berkekuatan 5 PK) dan 20 unit perahu bermotor besar (Mesin Dongfeng, berkekuatan 13 – 26 PK). Perahu besar umumnya pergi melaut ke laut lepas dan setelah 3-4 hari perjalanan baru kembali ke desa. Sementara perahu kecil biasanya berangkat dini hari dan kembali siang pada hari yang sama, radius jangkauannya pun relatif dekat. Beberapa orang kadang hanya mencari ikan di sekitar Luaha Talu.

Parameter Permukaan Tengah Dasar

Suhu (oC) 29,8 30 30,9 Conductivity (µmhos/cm) 39800 41000 35000 Salinitas (‰) 29,5 30 34,5 pH 7,72 7.86 8,21 O2 (mg/l) 5,83 4.57 2,72 BOD5 2.80 4.00 5.20

Jenis-jenis ikan (nama lokal) yang bernilai ekonomis dan sering tertangkap dalam jaring nelayan, antara lain: Balono (sejenis Belanak Mugil sp.); Fina-fina (Upeneus vittatus), Babate (Caranx sp.), Gambrula (Megalops sp.), Lew’u (Gerres sp.), Lawi-lawi (Pseudorhombus sp.), Tetebala (Sphyraena sp.). Untuk ikan berukuran kecil, biasanya dijual dengan ukuran per-ember1 (berkisar antara Rp. 20.000 -50.000,-/ember), sementara untuk ukuran sedang hingga besar biasanya dijual per-kilo tergantung jenisnya.

Selain jenis-jenis ikan, nelayan dan penduduk di sekitar Luaha Talu juga mengumpulkan kepiting bakau dan lokan/kijing (Corbiculidae). Kepiting bakau dengan ukuran besar bernilai ekonomis cukup tinggi, bisa mencapai Rp. 30.000,-/kg.

Sementara itu, Lokan sejenis Corbiculidae (oleh penduduk setempat disebut Bayowu) biasanya dikumpulkan oleh para perempuan dari lantai hutan mangrove yang berlumpur, atau di dasar tepi sungai. Harga jual lokan tidak terlalu tinggi, di desa mereka menjual seharga Rp. 5.000,- untuk 100 keping lokan dari berbagai ukuran. Pembeli biasa datang langsung kepada pengumpul untuk kemudian menjualnya ke kota (Gunung Sitoli). Dalam satu hari, seorang pengumpul dapat mengumpulkan hingga 1.000 keping lokan.

E. VEGETASI

Ekosistem laguna Teluk Belukar terdiri dari dua type vegetasi utama yaitu Hutan Mangrove dan Vegetasi Pantai daratan. Hutan mangrove berada disekeliling laguna dan disepanjang sungai, baik yang menuju ke muara maupun yang menuju ke hulu. Sementara, vegetasi pantai daratan berada di garis depan pantai, tepat di depan hutan mangrove di bagian timur

Dokumen terkait