• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Pendamping Air Susu Ibu

Menurut Badan Standarisasi Nasional (2005), makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) adalah makanan bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi dengan usia sesuai ketentuan yang tertera dalam SNI, yaitu bayi berusia 6 bulan keatas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 bulan untuk mencapai kecukupan gizi. Standar ini mencakup komposisi dan syarat mutu, bahan tambahan pangan, cemaran, metode uji dan pengambilan contoh, hygiene, pengemasan dan pelabelan makanan pendamping ASI bubuk instan. Sedangkan makanan pendamping ASI bubuk instan adalah makanan pendamping ASI yang telah diolah sehingga dapat disajikan seketika hanya dengan penambahan air minum atau cairan lain yang sesuai.

Meskipun makanan tambahan diberikan, ASI harus menjadi makanan utama pada tahun pertama bayi dan menjadi makanan penting pada tahun kedua. Pemberian ASI sebaiknya dilakukan dua tahun atau lebih. Tidak ada makanan lain yang dapat memberikan zat-zat antiinfeksi bagi bayi seideal ASI (Widodo, 2008).

Air susu ibu adalah makanan terbaik bagi bayi. Namun setelah bayi berumur 6 bulan, kandungan gizi ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi bayi yang semakin meningkat. Pemberian ASI saja hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi. Itu sebabnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI (Sudaryanto, 2014).

Seiring pertumbuhan bayi, dengan bertambahnya umur bayi yang disertai kenaikan berat badan maupun panjang bayi, kebutuhan akan energi, protein, dan zat gizi lainnya akan bertambah. Jika makanan tidak diberikan setelah bayi membutuhkannya, pertumbuhan bayi akan terhambat. Mengenalkan makanan padat merupakan proses peralihan pemberian makan bayi dari susu ke bubur yang sangat halus. Memasuki usia 4-6 bulan, bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak pula. Sehingga bayi siap menerima makanan selain ASI (Marmi, 2013).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006), jumlah zat gizi untuk anak usia 6 – 12 bulan terutama energi dan protein yang harus ada dalam makanan pendamping ASI lokal setiap hari yaitu sebesar 250 kalori, 6-8 gram protein. Kandungan gizi bayi usia 6-12 bulan adalah 650 kalori dan 16 gram protein. Sedangkan kandungan ASI adalah 400 kalori dan 10 gram protein. Maka kebutuhan yang diperoleh dari makanan pendamping ASI adalah 250 kalori dan 6 gram protein.

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Anak 7-11 Bulan

Zat Gizi Nilai

Energi 725 kkal Protein 18 g Lemak 36 g Karbohidrat 82 g Vitamin A 400 µg Vitamin C 40 mg Vitamin D 5 µg Besi 7 mg Kalsium 250 mg Natrium 200 mg Seng 3 mg Iodium 120 µg

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X, 2012

Beberapa persyaratan pemberian makanan pendamping ASI di bawah ini yang perlu diperhatikan menurut DepKes RI (2006):

1. Bahan makanan mudah diperoleh 2. Mudah diolah

3. Harga terjangkau

4. Dapat diterima sasaran dengan baik

5. Kandungan zat gizi memenuhi kecukupan gizi sasaran

6. Mutu protein dapat memacu pertumbuhan fisik (Protein Efficiency Ratio/PER lebih besar atau sama dengan 70% mutu casein, setara dengan > 1,75)

7. Jenis makanan pendamping ASI disesuaikan dengan umur sasaran 8. Bebas dari kuman penyakit, pengawet, pewarna, dan racun

Selain itu, Sudaryanto (2014) menjelaskan syarat makanan pendamping ASI yang baik sebagai berikut:

1. Sehat dan diolah secara higienis. Tidak mengandung bahan kimia berbahaya, dan nyaman (tidak terlalu panas, pedas, asin, dan bau amis). Makanan harus bebas dari kuman penyakit, pewarna, pengawet, pewarna, dan racun. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat rentan terhadap pengaruh kuman penyakit dan bahan tambahan makanan (zat aditif). Zat tambahan yang umumnya berupa bahan kimia harus dijauhkan dari makanan bayi.

2. Bahan makanan yang mudah diperoleh. Makanan tambahan bayi hanya terdiri dari satu atau beberapa bahan saja. Ini karena sistem pencernaan bayi yang belum siap untuk menerima bermacam-macam makanan. Bahan makanan jenis sayuran dan sumber karbohidrat yang berbeda-beda untuk beberapa daerah. Walaupun telah banyak pusat perbelanjaan yang menjual barang-barang impor, penggunaan bahan makanan lokal akan lebih menjamin kesegaran dan merupakan bentuk ketahanan pangan yang baik. 3. Masih segar. Bahan makanan pendamping ASI harus memenuhi standar

higienis baik dalam bentuk bahan mentah ataupun cara pengolahannya. 4. Mudah diolah. Pengolahan makanan pendamping ASI sebaiknya tidak

terlalu lama, tetapi teksturnya cukup lembut untuk pencernaan bayi yang baru mengenal makanan pendamping ASI. Bahan yang mudah diolah tentu akan memudahkan orangtua menyiapakan makanan pendamping ASI untuk anaknya.

5. Harga terjangkau. Makanan pendamping ASI tidak harus mahal. Jika harganya terjangkau tentu akan lebih baik. Secara umum, harga bahan pangan nabati lebih murah daripada pangan hewani. Selain itu porsi makan bayi masih sedikit sehingga tidak perlu membeli bahan makanan terlalu banyak.

6. Cukup kandungan gizinya. Makanan yang menyediakan energi, protein, vitamin, mineral (terutama vitamin A, vitamin C, zat besi, seng, kalsium, dan asam folat). Makanan tambahan yang diberikan ke bayi harus memenuhi kecukupan gizi bayi. Kombinasi yang tepat antara bahan nabati dan hewani diharapkan memnuhi kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain itu, bahan nabati lebih beresiko kecil mengakibatkan alergi daripada bahan hewani. Selain itu, bahan makanan sumber protein dapat memacu pertumbuhan fisik bayi lebih baik.

7. Jenis makanan sesuai umur bayi. Ada beberapa makanan yang tidak pantas diberikan untuk bayi usia 6 bulan karena baru tepat diberikan ke bayi berumur 9 bulan. Ini harus diperhatikan karena kemampuan pencernaan bayi yang lebih muda usianya berbeda dengan bayi yang sudah besar. Kemampuan cerna bayi berkembang sesuai dengan umurnya. Untuk pengenalan makanan pendamping ASI awal, sari buah tunggal, pure buah tunggal, atau bubur nasi lembut lebih mudah dicerna daripada buah utuh, pure aneka buah, atau roti.

Tabel 2.2 Komposisi Gizi Makanan Pendamping ASI (100 gram)

No. Zat Gizi Satuan Kadar

1 Energi kkal 400 – 440

2 Protein (kualitas protein tidak kurang dari 70% kualitas kasein)

g 15 – 22

3 Lemak (kadar asam linoleat minimal 300 mg per 100 kkal atau 1,4 gram per 100 gram produk)

g 10 – 15

4 Karbohidrat

Gula (sukrosa) g Maksimum 30

Serat g Maksimum 5 5 Vitamin A µg 250 – 700 6 Vitamin D µg 7 – 10 7 Vitamin E mg 4 – 6 8 Vitamin K µg 7 – 10 9 Thiamin mg 0,3 – 0,4 10 Riboflavin mg 0,3 – 0,5 11 Niasin mg 2,5 – 4,0 12 Vitamin B12 µg 0,3 – 0,6 13 Asam Folat µg 40 – 100 14 Vitamin B6 mg 0,4 – 0,7 15 Asam Pantetonat mg 1,3 – 2,1 16 Vitamin C mg 27 – 35 17 Besi mg 5 – 8 18 Kalsium mg 200 – 400 19 Natrium mg 240 – 400 20 Seng mg 2,5 – 4,0 21 Iodium µg 45 – 70 22 Fosfor mg perbandingan Ca:P = 1,2 – 2,0 23 Selenium µg 10 – 15 24 Air g maksimal 4 25 Abu g maksimal 3,5

Sumber: Kemenkes RI, 2007

Syarat mutu makanan pendamping ASI menurut Badan Standarisasi Nasional SNI 01-7111.1-2005 bagian 1 tentang bubuk instan adalah zat gizi yang dikandung makanan pendamping ASI bubuk instan harus dapat mendampingi ASI untuk mencapai kecukupan gizi pada kelompok umur tersebut. Bentuk dan tekstur

Makanan pendamping ASI bubuk instan dapat berbentuk serbuk, serpihan, hablur, atau granul. Jika ditambahkan cairan menghasilkan bubur halus, bebas dari gumpalan dan dapat disuapkan dengan sendok.

Kepadatan energi tidak kurang dari 0,8 kkal per gram produk siap konsumsi. Kandungan protein tidak kurang dari 8 gram per seratus gram dan tidak lebih dari 22 gram per seratus gram dengan mutu protein tidak kurang dari 70 % kasein standar. Jika sukrosa, fruktosa, glukosa, sirup glukosa atau madu ditambahkan pada produk, maka jumlah karbohidrat yang ditambahkan dari sumber tersebut tidak lebih dari 30 gram per seratus gram dan kadar serat pangan tidak lebih dari 5 gram per seratus gram. Kandungan lemak tidak kurang dari 6 gram per seratus gram tidak lebih dari 15 gam per seratus gram.

Vitamin yang wajib ada dalam produk makanan pendamping ASI bubuk instan adalah vitamin A, D, dan C, dan boleh ditambahkan vitamin lain. Sedangkan mineral yang wajib adalah natrium (Na), kalsium (Ca), besi (Fe), seng (Zn), dan iodium (I), dan boleh ditambahkan mineral lain seperti selenium, dengan kadar sesuai ketentuan.

Bahan tambahan pangan yang dilarang dalam makanan pendamping ASI bubuk instan adalah tidak boleh mengandung pengawet, pemanis buatan, dan pewarna sintetik. Dan bahan tambahan pangan yang diizinkan untuk digunakan dalam pengolahan makanan pendamping ASI bubuk instan, antara lain pengemulsi lesitin dan digliserida, pengatur keasaman natrium hidrogen dan kalsium karbonat, antioksidan alfa-tokoferol dan L-Askorbil palmitat, perisa ekstrak vanilla dan vanillin, penegas cita rasa ekstrak khamir, enzim, bahan

pengembang ammonium karbonat dan ammonium hidrogen. Semua bahan tambahan pangan tersebut diizinkan untuk digunakan secukupnya dengan batas maksimum penggunaan dan untuk tujuan proses produksi yang baik.

Dokumen terkait