• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Bimbingan Haji Bagi Jamaah Haji

BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.4 Makna Bimbingan Haji Bagi Jamaah Haji

Bimbingan dan pembinaan terhadap calon/jamaah haji merupakan salah satu substansi yang memang sudah ditetapkan dalam UU nomor 17 Tahun 1999. Kementrian Agama didalam melakukan bimbingannya yaitu dengan melakukan pembinaan dalam waktu tertentu serta memberikan buku panduan sebagai pedoman bagi calon jamaah haji dalam memelihara dan mempertahankan kemambruran hajinya, setelah kembali dari tanah suci melalui peningkatan

ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari. Kementrian dalam melakukan pembinaan kepada calon/jamaha haji dilakukan dalam waktu tertentu, dalam pembinaan tersebut calon/jamaah haji diberikan penjelasan dan gambaran dari mulai apa saja yang harus dipersiapkan oleh jamaah haji sebelum melakukan ibadah haji, kemudian apa saja dan bagaima perjalanan haji di tanah suci, sampai kepada apa dan bagaimana setelah melaksanakan ibadah haji.

―Menurut Ahmad Subakti, selaku staff di Kementrian Agama Kota Bandung menyebutkan bahwa ke depan, pembekalan bagi para pembimbing jemaah akan lebih diutamakan dalam hal peningkatan kemampuan teknis masing-masing bidang, sesuai kebutuhan situasai dan kondisi perhajian terkini. Oleh karenanya pola bimbingan pun harus benar-benar didesain sesuai kebutuhan. Pola bimbingan termasuk juga harus dapat menyikapi perkembangan-perkembangan kebijakan perhajian pemerintah Arab Saudi, diantaranya tentang pemberlakuan paspor internasional, perluasan-perluasan kawasan perhajian, serta pengaturan transportasi lokal jemaah haji di Mekkah.‖

Pembaruan pola bimbingan jamaah tersebut antara lain menyangkut peningkatan volume waktu, desain program dipertajam menuju ke arah kemandirian, SDM (pembimbing, pelatih dan instruktur) adalah orang yang benar-benar memahami perhajian sesuai dengan kondisi terkini, dana bimbingan diperbesar dan peran Karu (Kepala Regu) dan Karom (Kepala Rombongan) sebagai ujung tombak pelayanan dalam kloter dioptimalkan dalam hal pemberian materi dan seleksi personalnya.

Jika selama ini volume pembimbingan di tingkat kecamatan hanya 10 kali pertemuan, pada musim haji yang akan datang, minimal 15X pertemuan, ditambah 4X kali pertemuan di tingkat Kabupaten/Kota. Di samping memberdayakan secara maksimal para pembimbing, juga tetap melibatkan para alim ulama, majelis Taklim dan kelompok bimbingan yang ada.

Sedangkan desain program akan ditata untuk menjawab kebutuhan perhajian kondisi terkini, sehingga dimungkinkan setiap daerah memberikan pengayaan pembekalan tersendiri sesuai kebutuhan jemaahnya masing-masing. Sebagai contoh misalnya, bagi jamaah yang tingkat pendidikannya dan pengalaman traveling rendah, maka program bimbingan akan lebih banyak diarahkan tentang traveling. Dengan demikian, sesi pertemuan disusun untuk mengakomodir kebutuhan masing-masing. Jika manasik yang lemah, maka sesi manasik yang akan diperbanyak.

Manasik pada dasarnya adalah memberikan pelajaran atau informasi kepada calon jama‘ah haji mengenai tata cara melaksanakan ibadah haji di tanah Suci. Perlunya manasik haji ini karena calon jama‘ah haji Indonesia sangat heterogen, baik pekerjaannya, usianya, asal daerahnya, pengetahuan tentang hajinya dan pendidikannya. Dari tingkat pendidikannya lebih dari 57% tingkat pendidikan sekolah dasar, sebagian besar bukan lulusan pendidikan sekolah agama Islam. Dengan demikian maka bahan pelajaran yang disampaikan sudah barang tentu mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda. Apalagi bahan mata pelajarannya banyak yang ditulis dalam huruf Arab serta berbahasa Arab yang tanpa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Manasik haji setiap tahun hanya

disampaikan selama 3 kali tatap muka oleh Departemen Agama menjelang keberangkatan dan dalam bentuk ceramah umum. Sudah barang tentu cara yang demikian tidak efektif karena materi hanya disampaikan satu arah tanpa ada dialog. Sehingga materi yang disampaikan kurang dapat mencapai tujuannya, yang berakibat kesempurnaan haji tidak tercapai. Dengan demikian, ini sangat perlu adanya pengembangan dalam metode manasik yang sudah sekian lama diterapkan pada calon jama‘ah haji.

Berikut hasil wawancara penulis dengan responden Bapak Mirdasy mengenai bimbingan haji yang dilakukan oleh Kementrian Agama, dia menyebutkan bahwa:

Menurut saya bimbingan yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota Bandung cukup baik, kalopun memang harus banyak lagi pelayanan yang harus lebih baik lagi. Jamaah haji mendapatkan 10 kali bimbingan dan diselenggragakan oleh pemerintah daerah setempat. Bimbingan terhadap jamaah merupakan hal yang sangat penting dilakukan, jadi waktu pelaksanaannya menurut saya harus ditambah lagi karena dirasa belum cukup apalagi memang bagi calon jamaah haji yang belum pernah melaksanakan haji. Termasuk saya sendiri, saya merasa belum mengerti semua pelaksanaan haji, hal yang saya lakukan diluar bimbingan yaitu mempelajari buu panduan dan beratanya kepada orang yang sudah pernah berhaji. Bimbingan yang diberikan yaitu mengenai bimbingan jamaah dari sebelum berangkat haji, sampai kepada tata cara pelaksanaan ibadah haji, dan pembinaan paska haji itu diberikan. ―

Jamaah haji yang lain yaitu bapak rizki juga mengungkapkan mengenai bimbingan haji, di mengatakan bahwa:

―Jamaah haji mendapatkan 10 kali bimbingan dan diselenggaarakan oleh pemerintah daerah setempat. Bimbingan haji merupakan hal yang sangat penting dilakukan, jadi waktu 10 kali pelaksanaan belum cukup untuk calon jamaah haji paham apalagi memang bagi calon jamaah haji yang belum pernah melaksanakan haji. Termasuk saya sendiri,, saya merasa belum mengerti semua pelaksanaan haji, hal yang saya lakukan diluar bimbingan yaitu mempelajari buku panduan dan beratanya kepada orang yang sudah pernah berhaji.‖

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbinan yang dilakukan oleh Kementrian Agama memang harus ditingkatkan lagi dari segi pengembangan metodenya. Karena bimbingan haji sangatlah penting dimana dalam kegiatan tersebut para calon jamaah haji/jamaah haji akan diberikan informasi mengenai pelaksanaan haji itu seperti apa. Kebutuhan informasi calon jamaah haji/jamaah haji merupakan sebuah kebutuhan yang sangat penting karena itu sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan pemenuhan kebutuhannya. Dimana tuntutan yang dimaksud adalah tuntutan bahwa calon jamaah haji harus bisa dan mampu untuk melaksanakan semua kegiatan ibadah haji dari awal sampai dengan akhir kegiatan. Jika informasi yang diberikan memang sudah dipahami dan dimengerti oleh calon jamaah haji makan ini secara otomatis akan menunjang kegiatannya dan kebutuhan informasi caon jamaah haji pun terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan pengguna pada informasi yaitu pengetahuan, pengetahuan diartikan sebagai kesadaran individu akan adanya

inovasi dan pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi. (Soemirat, Ardianto, 2002:64). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu bapak mirdasy mengatakan bahwa:

―Pembimbing haji memang penting – tapi bagi saya yang penting adalah masing-masing pribadi yang berhaji harus mampu membimbing hatinya bertemu Allah dan rasul-Nya, membimbing pikirannya hanya tunduk pada aturan Allah dan rasul-Nya, membimbing prilakunya agar selalu mengaju pada petunjuk Allah dan rasul-Nya. Selanjutnya haji itu bukan buat Allah, Rasul atau pun siapapun selain dirinya, berhaji adalah wujud keta‘atan, berhaji buat diri sendiri bekal menghadap sang Khaliq nanti. ―

Sedangkan menurut informan yang lain yaitu Ibu Isma mengatakan bahwa:

―Bagi saya dalam melakukan bimbingan haji mandiri saya yaitu dapat memotivasi para jemaah untuk lebih serius dalam mempelajari pedoman tentang haji, karena bimbingan yang tidak terlalu lama dan nanti pada saat melaksanakan hajinya kita dituntut untuk lebih mandiri sehingga dari awal ketika saya memutuskan ingin naik haji maka saya ingin lebih serius mempelajari setiap rukun haji serta hukum-hukum haji lainnya, karena itu dapat meningkatkan ke khu‘suan saya dalam berhaji.‖

Bimbingan haji yang dilaksanakan yaitu dengan memberikan gambaran dan pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan ibadah Haji:

1. Melakukan ihram dari mîqât yang telah ditentukan

Ihram dapat dimulai sejak awal bulan Syawal dengan melakukan mandi sunah, berwudhu, memakai pakaian ihram, dan berniat haji dengan mengucapkan Labbaik Allâhumma hajjan, yang artinya ―aku datang memenuhi panggilanmu ya Allah, untuk berhaji‖.

Kemudian berangkat menuju arafah dengan membaca talbiah untuk menyatakan niat:

Labbaik Allâhumma labbaik, labbaik lâ syarîka laka labbaik, inna al-hamda,

wa ni‟mata laka wa al-mulk, lâ syarîka laka

Artinya:

Aku datang ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu; Aku datang, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang; Sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan, dan seluruh kerajaan, adalah milik Engkau; tiada sekutu bagi-Mu.

2. Wukuf di Arafah

Dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah, waktunya dimulai setelah matahari tergelincir sampai terbit fajar pada hari nahar (hari menyembelih kurban) tanggal 10 Zulhijah.Saat wukuf, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: shalat jamak taqdim dan qashar zuhur-ashar, berdoa, berzikir bersama, membaca Al-Qur‘an, shalat jamak taqdim dan qashar maghrib-isya.

3. Mabît di Muzdalifah, Mekah

Waktunya sesaat setelah tengah malam sampai sebelum terbit fajar. Disini mengambil batu kerikil sejumlah 49 butir atau 70 butir untuk melempar jumrah di Mina, dan melakukan shalat subuh di awal waktu, dilanjutkan dengan

berangkat menuju Mina. Kemudian berhenti sebentar di masy‘ar al-harâm (monumen suci) atau Muzdalifah untuk berzikir kepada Allah SWT (QS 2: 198), dan mengerjakan shalat subuh ketika fajar telah menyingsing.

4. Melontar jumrah „aqabah

Dilakukan di bukit ‗Aqabah, pada tanggal 10 Zulhijah, dengan 7 butir kerikil, kemudian menyembelih hewan kurban.

5. Tahalul

Tahalul adalah berlepas diri dari ihram haji setelah selesai mengerjakan amalan-amalan haji.Tahalul awal, dilaksanakan setelah selesai melontar jumrah ‗aqobah, dengan cara mencukur/memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai. Setelah tahalul, boleh memakai pakaian biasa dan melakukan semua perbuatan yang dilarang selama ihram, kecuali berhubungan seks. Bagi yang ingin melaksanakan tawaf ifâdah pada hari itu dapat langsung pergi ke Mekah untuk tawaf. Dengan membaca talbiah masuk ke Masjidil Haram melalui Bâbussalâm (pintu salam) dan melakukan tawaf. Selesai tawaf disunahkan mencium Hajar Aswad (batu hitam), lalu shalat sunah 2 rakaat di dekat makam Ibrahim, berdoa di Multazam, dan shalat sunah 2 rakaat di Hijr Ismail (semuanya ada di kompleks Masjidil Haram).

Kemudian melakukan sa‘i antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari Bukit Shafa dan berakhir di Bukit Marwa. Lalu dilanjutkan dengan tahalul kedua, yaitu mencukur/memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai. Dengan demikian, seluruh perbuatan yang dilarang selama ihram telah dihapuskan,

sehingga semuanya kembali halal untuk dilakukan. Selanjutnya kembali ke Mina sebelum matahari terbenam untuk mabît di sana

6. Mabît di Mina

Dilaksanakan pada hari tasyrik (hari yang diharamkan untuk berpuasa), yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Setiap siang pada hari-hari tasyrik itu melontar jumrah ûlâ, wustâ, dan „aqabah, masing-masing 7 kali. Bagi yang menghendaki nafar awwal (meninggalkan Mina tanggal 12 Zulhijah setelah jumrah sore hari), melontar jumrah dilakukan pada tanggal 11 dan 12 Zulhijah saja. Tetapi bagi yang menghendaki nafar sânî atau nafar akhir (meninggalkan Mina pada tanggal 13 Zulhijah setelah jumrah sore hari), melontar jumrah dilakukan selama tiga hari (11, 12, dan 13 Zulhijah). Dengan selesainya melontar jumrah maka selesailah seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dan kembali ke Mekah.

7. Tawaf ifâdah

Bagi yang belum melaksanakan tawaf ifâdah ketika berada di Mekah, maka harus melakukan tawaf ifâdah dan sa‘i. Lalu melakukan tawaf wada‘ sebelum meninggalkan Mekah untuk kembali pulang ke daerah asal. Semua calon jamaah haji akan mendaatkan bimbingan dari pemerintah. Hanya saja terkadang ada jamaah yang merasa belum cukup mendapatkan bimbingan dari pemerintah, oleh karena itu mereka melakukan bimbingn lagi di tempat yang lain yaitu lembaga lain yang kita sebut sebagai KBIH.

Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan responden mengenai kegiatan bimbingan dia menyebutkan bahwa:

―Dalam hal ini yang mengatur kegiatan bimbingan adalah para panitia haji. Saya merupakan jamaah haji dari Kecamatan Batununggal bisanya dalam menjalani bimbingan itu dikumpulkan di satu wilayah yang besar. Sehingga bimbingan dilakukan secara bersamaan dengan jamaah-jamaah dari kecamatan lain Jadi memenag kementrian Agama kota Bandung memang mengekelompokkan bimbingan sesuai dengan daerah kabupatennya. Jadi setiap dari setiap kecamatan akan dikumpulkan dalam suatu kabupaten.‖

Seperti yang sudah dikatakan oleh staff kementrian Agama bahwa pola bimbingan jamaah akan disesuaikan dengan kebutuhan jamaahnya itu sendiri, dimana pembaruan pola bimbingan jamaah tersebut antara lain menyangkut peningkatan volume waktu, desain program dipertajam menuju ke arah kemandirian, SDM (pembimbing, pelatih dan instruktur) adalah orang yang benar-benar memahami perhajian sesuai dengan kondisi terkini, dana bimbingan diperbesar dan peran Karu (Kepala Regu) dan Karom (Kepala Rombongan) sebagai ujung tombak pelayanan dalam kloter dioptimalkan dalam hal pemberian materi dan seleksi personalnya. Di samping memberdayakan secara maksimal para pembimbing, juga tetap melibatkan para alim ulama, majelis Taklim dan kelompok bimbingan yang ada.

Komunikasi memberikan sesuatu kepada orang lain melalui kontak tertentu atau dengan menggunakan alat. Banyak komunikasi terjadi tetapi kadang tidak tercapai kepada sasaran tentang apa yang dikomunikasikan. Begitupun dengan panitia haji yang menyelengarakan kegiatan manasik haji bagi para calon jamaah haji. Komunikasi yang disampaikan belum tentu dapat diterima dengan

baik oleh calon jamaah haji. Latar belakang pendidikan, budaya, itu sangat mempengaruhi penerimaan informasi yang disampaikan.

Sebelum terlaksananya komunikasi yang baik, banyak ditemui rintangan baik bersifat fisik bahasa sampai arti dan maksud oleh orang-orang yang diajak berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu proses dua arah. Komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja. Komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran, fakta atau pendapat.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu responden yaitu Ibu Isma menyebutkan bahwa:

―Menurut saya bimbingan yang dilakukan selama 10 kali ini belum cukup, masih banyak yang ingin saya tanyakan, masih banyak yang belum saya pahami, masih banyak yang belum saya mengerti, ini semua isa menghambat ibadah haji saya. Apalagi banyak calon jamaah haji yang usianya sama dengan saya bahkan lebih tua dari saya mereka harus dierikan bimbinan berkali-kali. (andre)‖

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kementrian Agama memang sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 1999. Hanya saja memang dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak calon jamaah haji yang belum sepenuhnya paham mengenai pelaksanaan dan gambaran pelaksanaan haji yang sebenarnya, hal ini mungkin disebabkan karena waktu yang dilaksanakan sangat minim sekali da harus melakukan pengembangan metode yang leih baik. Seharusnya pelaksanaan Manasik haji bisa dilakukan penambahan waktu misalnya 12 kali

atau 15 kali. Dengan adanya penambahan waktu manasik haji ini akan lebih meningkatkan kualitas calon jamaah haji yang baik.

Pengembangan metode diharapkan dapat meningkatkan mutu calon jama‘ah haji baik dari sisi pemahaman akan tata cara berhaji maupun perilaku. Tetapi pada kenyataannya masih banyak jama‘ah haji Indonesia yang masih belum epenuhnya memahami tata cara peribadatan haji. Hal ini tampak pada tragedi Mina tahun 2004, jumlah jama‘ah haji Indonesia yang meninggal (200 orang) lebih banyak dibandingkan jama‘ah haji dari negara lain. Hal ini disebabkan tidak patuhnya jama‘ah haji Indonesia akan peraturan yang ditetapkan pemerintah Saudi Arabia. Kondisi ini berbeda dengan pengaturan jama‘ah haji di Malaysia. Pelaksanaan bimbingan ibadah haji (manasik haji) dilakukan kurang lebih 2 tahun sebelum calon haji berangkat. Secara teknis pelaksanaan bimbingan ibadah haji sudah dilaksanakan saat mereka mendaftarkan diri pada pihak bank yang ditunjuk pemerintah, sehingga kemungkinan untuk melakukan pembinaan pada peserta calon haji dapat dilakukan jauh – jauh hari. Tujuan pemerintah Malaysia untuk memberikan pemahaman tentang tata cara haji secara lebih menyeluruh dan pembinaan mentah pasca kepulangan dari menunaikan rukun Islam kelima tersebut.

Sedangkan dari sisi perilaku masih banyak terjadi walaupun mereka sudah pulang menunaikan ibadah haji (apalagi yang menjadi tokoh baik tokoh politik maupun LSM), ucapannya sering menimbulkan kegelisahan. Mereka masih dengan bangga merusak lingkungan dan lain sebagainya.

Kegiatan pembinaan dan bimbingan yang dilakukan akan membantu para jamaah haji didalam melaksanakan seluruh rangkaian kegiatannya, sehingga dengan mengerti dan paham akan membuat para jamaah itu akan lebih khusyu dalam beribadah.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Euis salah satu responden mengenai manfaat melakukan bimbingan haji, dia menyebutkan bahwa:

―Manfaat dalam melakukan bimbingan yaitu menambah pengetahuan haji mengenai makna melakukan ibadah haji, mengenai kegiatan-kegiatan selama melakukan ibadah haji. Dapat memberikan gambaran mengenai kondisi di tanah suci seperti apa, menambah teman, dan menambah keyakinan kita untuk melaksanakan ibadah haji.‖

Berikut hasil wawancara penulis dengan salah satu responden yaitu Ibu Isma mengenai manfaat melakukan bimbingan haji, dia menyebutkan bahwa:

―Dengan melakukan bimbingan terlebih dahulu kita sebagai jamaah akan menjadi tahu dan paham mengenai bagaimana tata cara pelaksanaan haji dengan baik, benar dan khusyu. Kemudian kita menjadi tahu gambaran di tanah suci itu seperti apa, sampai hal yang kita akan lakukan disana itu seperti apa, semua di bahasa dalam pembinaan haji.‖

Penyuhan haji adalah suatu kegiatan penerangan secara lisan, tulisan, gambar, tayangan, peragaan, pameran dan konsultasi yang dilakukan dengan terencana, terarah, terprogram dan terkoordinir untuk menumbuhkan kesadaran

atau pengertian tentang kebijaksanaan dan langkah-langkah pemerintah dalam peningkatan pelayanan ibadah haji. Kegiatan penyuluhan haji meliputi:

1. Arah dan sasaran

a. Memberikan pengertian bahwa melaksanakan ibadah haji benar-benar istitha‘ah

b. Menciptakan kemandirian jamaah agar mampu mengatasi permasalahan tanpa ketergantungan pihak lain

c. Memberikan tuntunan tentang prosedur pendaftaran serta ketentuan-ketentuan dan peraturan di bidang haji sesuai dengan kebijaksanaan peerintah Indonesia dan Arab Saudi.

d. Memberikan pengertian tentang seluruh proses pelaksanaan ibadah haji baik mengenai persiapannya, termasuk bimbingan ibadahnya maupun pelaksanaan operasionalnya agar dipahami secara utuh

e. Mengklarifikasi dan menetralisir berita-berita negative tentang perhajian f. Memberikan pengertian dan tuntunan tentang tata cara melaksanakan haji

mabrur sehingga para jamaah haji pada paska haji ikut berpartisipasi dalam mensejahteraan umat dan ikut meningkatkan peranannya dalam pembangunan nasional

2. Metode Penyuluhan a. Langsung

1. Ceramah

Ceramah pada prinsipnya berpedoman pada tata cara berceramah yang mudah dipahami dan dimengerti oleh pendengar. Materi

penyuluhan haji menyangkut pelaksanaan ibadah haji dikemukakan secara lengkap sehigga tergambar dengan jelas tentang apa dan bagaimana masalah perhajian.

2. Khutbah

Materi khutbah perlu diatur sedemikian rupa sehingga materi yang berhubungan dengan haji sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

3. Anjangsana

Anjangsana dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Dalam pelaksanaannya perlu disususun acara yang dapat mencapai target pelayanan penyuluhan haji.

4. Konsultasi

Konsultasi masalah haji dilakukan oleh aparat haji maupun masyarakat, baik secara individual maupun kelompok organisasi. 5. Tanya Jawab

Tanya jawab dilakukan untuk menjajaki kemampuan masyarakat sampai dimana pengertian dalam masalah yang bersangkut paut dengan perhajian.

6. Peragaan

Peragaan salah satu cara untuk memberikan penyuluhan haji kepada masyarakat yang mudah dimengerti dengan pelaksanaannya seperti sandiwara, pragmen, panel, simulasi, dan praktek manasik haji.

Menyikapi perkembangan profil jamaah calon haji (calhaj) yang kian kritis dalam masyarakat yang kian dinamis, pembekalan bimbingan haji ke depan akan diperbarui. Pola pembinaan ke depan lebih diarahkan kepada kemandirian jamaah, baik kemandirian dalam ibadah maupun perjalanan haji. Pembekalan bimbingan jemaah haji dilakukan bisa secara perseorangan maupun kelompok.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu responden yaitu Ibu Neni mengenai pembimbing haji, dia menyebutkan bahwa:

Para pembimbing memang bertugas untuk memberikan pembinaan dan bimbingan bagi calon/jamaah haji. Cara yang mereka lakukan cukup baik, dimana para pembimbing memberikan penjelasan dan gambaran mengenai kegiatan ibadah yang akan dilakukan. Serta membimbing bagaimaa tata cara pelaksanaan ibadah hajinya. Sehingga ini bisa membuat pencerahan bagi para jamaah. Dan enaknya di haji mandiri ini, pembimbing manasiknya adalah orang yang kredibel dibidangnya, bukan artis, namun memang dari staff depag, sehingga saya lebih paham.‖

Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan salah satu responden mengenai pembimbing haji, dia menyebutkan bahwa:

Bimbingan memang dilakukan oleh panitia penyelenggaraan haji. Ketika dalam melakukan tugasnya, para pembimbing dengan baik menjelaskan mengenai ketentuan haji, pelaksanaan haji, secara teori dan prakteknya, sehingga jamaah haji menjadi mengerti dan paham dalam melakukannya. Tapi waktunya hanya sebentar, jadi selebihnya saya mempelajarinya dari buku panduannya saja‖.

Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan salah satu responden menyebutkan bahwa:

―Para pembimbing memang bertugas untuk memberikan pembinaan dan bimbingan bagi calon/jamaah haji. Cara yang mereka lakukan cukup baik, dimana para pembimbing memberikan penjelasan dan gambaran mengenai kegiatan ibadah yang akan dilakukan. Serta membimbing bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah hajinya. Sehingga ini bisa membuat pencerahan bagi para jamaah.‖

Berdasarkan hasil pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa para pelaksana dan pembimbing melaksanakan tugas nya dengan baik. Memberikan panduan dan pembinaan kepada jamaah haji secara lengkap dan jelas, serta dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh jamaah.

Bimbingan jamaah dilakukan melalui:

1. Orientasi instruktur calon haji dilaksanakan di pusat dengan maksud untuk meningkatkan kualitas peningkatan instruktur dan menyatukan persepsi

Dokumen terkait