METODOLOGI PENELITIAN
E. Makna Nilai Novel Trah Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa
Membaca Novel sebagai bagian dari karya sastra akan memberikan pencerahan dan inspirasi bagi pembacanya. Begitu pula setelah penulis membaca dan memahami betul-betul mengenai pesan yang ingin ditampilkan si pengarang melalui Novel basa Jawa Trah karya Atas S. Danusubroto, terdapat pelajaran yang sangat berharga yang berisi tentang pesan moral diantara masyarakat kita bahwa masih ada sebagian masyarakat kecil yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang berkembang ditengah masyarakat dan berjalan sesuai dengan nalurinya melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan oleh pengarang.
Hikmah yang dapat penulis ambil setelah membaca dan memahami isi cerita novel trah sebagai bahan kajian skripsi sekaligus sebagai kelengkapan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 yaitu dapat menambah pembelajaran bagi penulis maupun sidang pembaca dalam rangka meningkatkan kualitas sebagai bagian dari karya sastra itu sendiri. Bertolak dari asumsi tersebut, maka akan dikaji makna dan nilai novel Trah bagi kehidupan masyarakat Jawa.
Tokoh Tilarsih merupakan tokoh utama yang diangkat oleh pengarang sebagai gadis penerus silsilah Eyang Resodrono yang dulunya merupakan tokoh masyarakat yang sangat dihormati karena status sosial dan ekonominya yang menonjol. Menurut cara pandang sempit tidak mungkin tidak mungkin tokoh Tilarsih bernasib seburuk itu mengingat harta yang berlimpah peninggalan kakek buyutnya akan diwariskan oleh generasi selanjutnya, namun pada cerita ini hal tersebut bisa menjadi mungkin ketika sepeninggal Eyang Resodrono hartanya dicuri oleh Kerta Samin yang bekerja sebagai orang kepercayannya. Anak bungsu
commit to user
Eyang Resodrono bernama Mbah Mardiyah yang akhirnya harus hidup dengan kemelaratan. Mbah Mardiyah mempunyai anak yaitu ibu kandung Tilarsih yang meninggal ketika melahirkan Tilarsih.
Cerita ini menjadi menarik ketika pengarang menceritakan tentang perkembangan kehidupan Tilarsih mulai dari masa muda Tilarsih yang berpendidikan hanya tamatan SMP, sehingga faktor tersebut mempengaruhi pola pergaulan Tilarsih dan juga interaksinya terhadap masyarakat. Dalam usia remaja yang masih sangat rentan terhadap pergaulan, Tilarsih menjadi seorang penyanyi dangdut yang manggung dari kampung ke kampung. Pekerjaan tersebut dilakukan karena menurut Tilarsih hanya kelebihan ini yang dimiliki Tilarsih. Pertemuan pertamanya dengan Atun di Alun-Alun Purworejo yang akhirnya Tilarsih harus terjerumus ke dalam prostitusi sebagai seorang pelacur yang akhirnya merubah jalan hidup dan pola pikirannya.
Sebagai remaja desa Tilarsih berobsesi ingin menjalani kehidupan seperti wanita kota yaitu ingin hidup mewah, mempunyai banyak uang, bisa membeli barang apa saja yang ia sukai, pergi ke tempat wisata, makan enak, punya rumah mewah, mobil mewah dan sebagainya. Untuk mewujudkan obsesinya tersebut maka ia sadar harus bekerja keras membanting tulang, bahkan dengan segala cara. Dalam pikiran gadis desa tersebut hanya ada satu kata yaitu sukses, padahal kalau hal tersebut dicermati untuk meraih kesuksesan tersebut tentu saja tidak mudah seperti membalikkan tangan. Dalam kehidupan nyata banyak orang yang bermimpi ingin cepat-cepat meraih kesuksesan tersebut agar segera dapat
commit to user
dinikmati meskipun dengan jalan pintas yang pada kenyataannya dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Novel Trah memberi kesan tentang seseorang dari keturunan dan bibit yang baik akan mendapatkan bibit yang baik begitu pula sebaliknya seseorang dari keturunan yang tidak baik akan melahirkan bibit yang tidak baik, padahal menurut pandangan penulis hal tersebut tidak berlaku di zaman modern ini. Pada kehidupan nyata hal tersebut sangat bertolak belakang, banyak tokoh-tokoh di negeri ini yang jika ditarik garis keturunannya ternyata diperoleh hasil dari keturunan yang kurang baik misalnya tokoh pengusaha sukses dari anak seorang petani miskin, tokoh pejabat dari anaknya penjahat, tokoh kyai kondang dari keturunan preman. Walaupun dari sudut pandang pengarang dengan penulis mengenai penilaian keturunan yang baik akan mendapatkan bibit yang baik pula, dalam hal ini pendapat tersebut berseberangan, namun hal ini tidak bisa diperdebatkan karena setiap orang memiliki penilaian sendiri dan cara pandang sendiri dalam konsep hidupnya.
Novel Trah juga menceritakan tentang praktek prostitusi yang dijalankan oleh para pelacur dengan sindikatnya yang mewabah di masyarakat. Praktek prostitusi tidak mungkin bisa diberantas karena itu sudah menjadi penyakit masyarakat. Bukti konkretnya yaitu pemerintah saja sudah kewalahan dalam memberantasnya. Program Pemerintah hanya bisa mencegah, namun tidak mungkin bisa memberantas. Pada akhirnya Pemerintah membuatkan lokalisas khusus bagi para pelacur agar tidak berkeliaran di sembarang tempat, meskipun kenyataannya sekarang tetap masih ada yag nekat. Dengan adanya lokalisasi bagi
commit to user
para pelacur, ternyata ada segi positifnya yaitu mengurangi dampak angka kriminalitas misalnya mengurangi angka pemerkosaan, sebagai penyaluran biologis seseorang yang berperilaku seks menyimpang dan ternyata jika dipahami lebih betul profesi pelacur juga turut mengurangi pengangguran.
Pada prinsipnya setiap manusia ingin merubah jalan hidupnya menjadi lebih baik meskipun ditempuh dengan berbagai cara termasuk dengan jalan pintas sekalipun. Siapapun orangnya dan apapun profesinya akan banyak dipengaruhi oleh obsesi yang ada dalam jiwanya masing-masing karena hal tersebut justru yang setiap saat bersinggungan secara langsung maupun tidak langsung hingga dapat mempengaruhi pola pikir dan kejiwaan seseorang.
commit to user
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan tentang analisis struktural dan analisis psikologi sastra mengenai tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto sebagai berikut :
1. Ditinjau dari segi struktural, novel Trah karya Atas S. Danusubroto menunjukkan kesatuan yang utuh dan sangat erat kaitannya satu sama lain. Unsur-unsur yang terdiri dari tema, alur, latar, penokohan dan amanat tersebut bersama-sama membentuk makna totalitas. Tema cerita yang tergambar dalam judulnya, yang kemudian didukung oleh unsur lainnya, yaitu alur, latar, penokohan, dan amanat menampilkan masalah kehidupan seorang gadis desa keturunan trah priyayi yang berobsesi ingin menjadi orang sukses namun akhirnya harus terjerumus menjadi seorang pelacur.
Problematika yang dihadapi masing-masing pelaku dalam novel Trah memiliki ciri khas tersendiri. Alur ceritanya adalah alur campuran yang merupakan suatu jalinan yang bergerak melalui peristiwa-peristiwa yang bergerak maju dan mundur. Pengarang mampu melukiskan perwatakan dari tokoh-tokohnya yang terungkap lewat penampilan fisik, karakter dan psikisnya. Latar atau setting yang digunakan meliputi latar tempat, latar waktu dengan keterangan waktu baik abstrak maupun konkrit, serta latar sosial yang ada, yaitu suasana dalam lingkungan desa yang berlatar belakang masyarakat
commit to user
kelas bawah. Amanat yang ingin disampaikan melalui novel Trah ini terdapat pada masalah yang berkaitan dengan pribadi masing-masing tokoh dan hubungan antar tokoh yang mempengaruhi perkembangan kejiwaan tokoh utama. Secara keseluruhan unsur-unsur yang membangun struktur novel Trah tersebut saling terkait secara utuh.
2. Ditinjau dari potret kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto, mengungkapkan kehidupan seorang gadis yang berobsesi ingin menjadi orang sukses namun pada kenyataannya harus mengalami pengalaman pahit dalam kehidupan yaitu menjadi pekerja seks komersial. Hal tersebut didorong karena tokoh Tilarsih tersebut ingin memuaskan obsesinya untuk menjadi biduan di kota besar yang mengakibatkan dirinya harus mengalami perubahan kepribadian atau mengalami perkembangan kejiwaan oleh faktor internal dan eksternal.
Kehidupan seorang wanita lugu bernama Tilarsih yang tinggal di desa dengan lingkungan tentram, damai, kemudian bertemu dengan tokoh Atun yang akhirnya menjerumuskannya menjadi seorang pelacur, mengakibatkan pola kehidupannya berubah drastis. Sosok keturunan kaum priyayi yang seharusnya dijadikan panutan dalam kehidupan masyarakat desa, dalam novel ini diceritakan sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi. Tokoh pelacur bernama Tilarsih yang kebetulan masih keturunan priyayi bernama Resodrono harus menjadi pelacur, sehingga mengakibatkan dirinya harus mengalami kecaman dari berbagai pihak, terutama para warga desanya. Beban psikis yang ditanggungnya ketika Tilarsih menjalani proses perbaikan
commit to user
untuk kembali ke jalan yang benar dirasa Tilarsih sangat berat dan sangat mempengaruhi perkembangan kejiwaannya. Hujatan, sindiran maupun pengucilan para warga membuat Tilarsih bagaikan sampah masyarakat di lingkungan desanya. Namun berkat kesabaran, kegigihan dan dorongan spiritual dari orang-orang yang masih menyayangi Tilarsih, membuatnya bangkit dan tidak mengurunkan niatnya untuk bertobat.
Sosok penggambaran tokoh Tilarsih ini jika dikaji menurut teori kepribadian Freud, diambil kesimpulan bahwa id, ego, dan super ego dalam diri Tilarsih mampu mengendalikan segala bentuk proses perubahan yang dialami Tilarsih. Super ego dalam hal ini berperan sebagai pengendali segala perilaku baik atau buruk. Super ego berperan sebagai penyeimbang antar id dan ego. Jadi terbukti bahwa ketiga sistim kepribadian tersebut tidak dapat dipisahkan karena berkaitan satu-sama lain dan saling bekerja secara seimbang.
3. Ditinjau dari obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah, dapat diketahui bahwa setelah melakukan analisis secara mendalam dari seluruh kandungan isi novel Trah, peneliti menemukan konsep yang secara tegas membicarakan obsesi pengarang melalui novel Trah. Dalam teorinya Freud lebih banyak membicarakan gejala-gejala psikologis yang diakibatkan oleh kerusakan syaraf pada seseorang. Gejala inilah yang menurut Freud membuat seseorang melakukan proses kreatif yang tertuang dalam bentuk karya yang disebut neurosis sosial pengarang. Meskipun tidak secara tegas membicarakan konsep sastra, teori psikoanalisis banyak mengupas tentang proses kreatif
commit to user
seseorang. Proses inilah yang kemungkinan dianggap oleh sebagian kritikus berkaitan erat dengan proses terbentuknya karya sastra. Proses kreatif yang dimaksudkan disini adalah semua hasil karya hidup manusia. Ilmu pengetahuan, filsafat, seni, termasuk agama menurut Prof. Freud adalah hasil kreatifitas manusia. Jika demikian karya sastra merupakan bagian dari proses kreatif itu.
Emosi pengarang sangat dominan dalam penciptaan karya sastra. Oleh karena itu karya ini tidak akan pernah lepas dari kondisi mental pengarang. Kondisi mental akan mendorong seseorang melakukan sesuatu yang disebut dengan proses kreatif. Inilah mengapa kondisi psikologis sering juga mempengaruhi nilai-nilai atau corak sebuah karya sastra. Kondisi psikologis sering menjadi materi dalam karya sastra.
Terlepas dari ada tidaknya konsep sastra dalam teori psikoanalisis, berikut ini akan penulis sampaikan hubungan neurosis sosial pengarang dengan proses penciptaan sastra itu sendiri. Atas S. Danusubroto sebagai salah seorang sastrawan yang lebih peka dari masyarakat lingkungannya, sering dapat melihat problematika kejiwaan dari manusia lainnya. Dia menyaksikan tingkah laku masyarakat yang kurang beres dan menyajikannya dalam sebuah kesaksian yang bernama karya sastra agar masyarakat memahaminya dan mau mengubah atau memperbaiki ketidakberesan. Dalam hal ini, tugas pembaca adalah sebagai saksi zaman, sedangkan perbaikan dan perubahannya terserah kepada masyarakat itu sendiri. Sebagai manusia yang peka dan mampu melihat sesuatu di balik permukaan, pengarang lebih
commit to user
banyak bertugas sebagai radar bagi masyarakatnya. Barangkali pengarang dapat membuat perubahan sosial dengan karya-karyanya, tetapi bukan itulah tugas utamanya. Sebagai manusia yang peka dia mudah tergugah oleh ketidakberesan manusia sehingga mudah gelisah dan dicekam obsesi. Karena itu, si pengarang mesti mengungkapkannya sebagai bahan pelepas beban kegelisahannya secara kreatif ke dalam karya sastra, agar dapat dibaca dan dipahami secara betul mengenai pesan moral yang ingin disampaikan secara tersirat maupun tersurat. Jadi jelaslah sudah bahwa karya sastra itu merupakan gambaran dari neurosis sosial pengarang.
4. Ditinjau dari makna nilai novel Trah dalam kehidupan masyarakat khususnya Jawa dapat menyiratkan sebuah makna perjuangan seorang gadis desa yang ingin mewujudkan obsesinya untuk memperbaiki nasib hingga akhirnya harus terjerumus ke dunia pelacuran. Hal tersebut dalam kehidupan nyata sering terjadi karena pada dasarnya setiap manusia pasti ingin hidup sejahtera. Namun setiap perjalanan kehidupan seseorang pastilah berbeda-beda. Jalan yang ditempuh Tilarsih tersebut membawanya ke dunia pelacuran selama bertahun-tahun. Setelah lama menggeluti pekerjaannya sebagai pelacur, tiba saatnya untuk dirinya kembali ke jalan benar. Segala upaya dilakukann untuk memperbaiki dirinya yang telah rusak. Perjuangannya yang sangat gigih ini merupakan bentuk obsesi yang disalurkan secara positif. Dari sosok Tilarsih ini dapat kita ambil hikmahnya yaitu pada prinsipnya setiap orang ingin meraih obsesinya yaitu dengan merubah jalan hidupnya agar lebih baik meskipun dengan jalan pintas sekalipun.
commit to user B. Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas, maka selanjutnya disampaikan beberapa saran berkisar tentang novel Trah karya Atas S. Danusubroto, diantaranya sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemajuan kepada penikmat karya sastra Jawa atau pembaca dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam kehidupan. Setiap orang berhak mewujudkan obsesinya, namun perwujudan obsesi tersebut harus melalui proses dan cara yang benar agar diperoleh hasil yang maksimal.
2. Pendekatan yang dipakai dalam analisis novel Trah adalah pendekatan psikologi sastra. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dengan pengungkapan yang berbeda. Peneliti juga berharap akan muncul berbagai kajian terhadap novel Trah seperti Sosiologi Sastra, Stilistika dan kajian lain sehingga semua nilai dalam novel ini dapat terungkap dan berguna bagi pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pembelajaran bagi pengemar sastra Jawa agar tidak melupakan nilai-nilai moral yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri seiring dengan munculnya karya sastra dengan genre baru yang kandungan isinya hanya bersifat materiil.