• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa menjadi alat manusia untuk membangun konsep mengenai realitas dalam pikirannya. Manusia kemudian dapat memahami apa yang berlangsung di dalam dan di luar dirinya. Makna pengalaman sebagai bagian dari makna ideasional, bagaimana bahasa mewujudkan pengalaman tentang dunia maupun tentang dunia mikro dalam pikiran dan perasaan kita. Pengalaman – pengalaman itu kemudian diorganisasikan oleh manusia secara abstrak dalam pikirannya, dan kemudian mengejawantah dalam bentuk verbal.

Tatabahasa memisahkan kedua jenis pengalaman itu; pengalaman luar yang berupa proses – proses dan aktivitas dunia luar , dan pengalaman dalam (bathin)-proses kesadaran (Halliday,1994;107). Proses luar dikategorikan sebagai proses material, yang merangkum segala kegiatan atau peristiwa yang dapat diobservasi oleh indera. Proses material mengacu pada proses atau aktivitas yang teramati, dan merupakan pengalaman ekternal bagi kesadaran manusia. Kalau proses relasional adalah proses of being dan having.Proses ini dalam bahasa Inggris direalisasikan dengan verba be dan selalu memiliki dua (2) partisipan tersebut.

Proses relasi terbagi menjadi dua : atributif dan identifikasi (identifying). Proses relasi atributif adalah satu proses relasi yang memperlihatkan hubungan satu entitas, carrier dan characters/sifat yang melekatinya, mencakup sifat, klasifikasi atau properti deskriptifnya.yang disebut sebagai atribut. Proses relasi

atributif adalah proses yang diwujudkan dengan “be” atau sinonimny dalam bahasa Inggris, yang fungsinya adalah untuk menunjukkan dua hal.

Proses behavioral adalah proses perilaku yang mengkombinasikan prilaku fisiologi dan psikologi, gabungan antar proses mental dan material seperti breathing, couching, smiling , dreaming , dan staring.

Partisipan utama proses ini disebut dengan petingkah laku, dan partisipan tambahannya dinamakan behaviour.

Sebagai contoh dari proses behavioral sebagai berikut yang tertuang dalam bentuk tabel di bawah ini :

Tabel 1

Behaviour

Hafiz Tertawa

Petingkah laku Proses Behavioral

Reysha Menangis

Petingkah laku Proses Behavioral

Disamping itu ada juga yang namanya Eksistensial lebih menekankan pada informasi mengenai keberadaan sesuatu. Proses ini hanya menyebutkan sisi ‘keberadaan” dari sebuah fenomena. Yang bisa berarti ‘ada’ atau ‘terjadi’. Proses

ini merupakan bagian dari proses ‘being’ yang sekelas dengan proses attributif , dengan verba predikatif yang bersifat non-aksi ,berbeda dengan proses – proses yang lain.

Sebagai contoh dapat kita lihat pada :

Tabel 2

Eksistensial

Ada bayangan cahaya di kegelapan

Existential Existential Sirkumstan

There Are Guards along the night

Proses Existential Eksistensial Circumstance

Model pengalaman, sebagaimana tertafsirkan melalui sistem gramatikal transitivitas, merupakan salah satu wilayah dalam ruang yang kontinyu. Dengan analogi warna, tata bahasa mengungkapkan pengalaman seperti peta warna.

Begitu juga dengan pengalaman manusia, masing – masing area warna itu dimetaforiskan sebagai kategori proses, yang masing – masing berkesinambungan membentuk lingkaran kategori proses, lihat gambar 1 (Halliday, 2004:172,1994: 108). Tampak disana, tiga proses utama yang dimaksud adalah proses material, mental, dan relasional, yang dibatasi oleh tiga jenis proses minor, verbal, eksistensial, dan prilaku (behavioral). Dalam tiap proses besar itu, terdapat sub kategori yang lebih kecil, seakan menjadi berkas – berkas warna dari tipe proses

pokok tersebut. Proses material menerangkan proses doing, happening, dan creating. Proses mental meliputi proses seeing, thingking, dan feeling. Terakhir, proses relasional mewadahi proses attributive, identifying dan symbolizing.

Gambar : 2.8

Lingkaran Kategori Proses ( Halliday : 1994: 108) Having identity Having attribute existing Happening (being created) symbo lizing saying saying thinking feeling seeing behaving Creating changing Doing (to) acting relational verbal mental behavioural existential material World of abstract relations (being) (doing) physical world (sensing) world of cons

Penelitian ini hanya berfokus pada klausa – klausa yang mengalami pergeseran kategori makna pengalaman, sebagai fokus kajian dan mengkaji kemunculan variasi yang dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap kesetiaan makna dalam penerjemahan. Lingkaran proses Halliday tersebut digunakan sebagai sandaran untuk menilai tingkat variasi proses. Selain itu, penilaian juga didasarkan pada penambahan dan atau pengurangan unsur makna klausa yang meliputi partisipan, proses, dan sirkumstan yang diuraikan pada bagian Makna Pengalaman di atas. Sebagai contoh :

Tabel 3

Rangkuman Proses dan Partisipan Terkait

No Proses Partisipan

Utama

Partisipan komplemen

1 Material Actor Goal

2 Mental Senser Phenomenon

3 Relasional Carrier/token Attribute/value

4 Verbal Sayer Verbiage

5 Behavioral Behaver Behavior

6 Existent -

Logikanya, ketika ada variasi pengemasan, tentu berimplikasi pada perubahan makna yang disampaikan, sebagaimana diungkapkan oleh Cloran (2000: 154), “Speaker contrue (interpret) experiential meaning and construct

interpersonal meaning simultaneously and cohesively by means of the facilitative textual resources.” Ketika orang berbicara ia menyampaikan (menafsirkan) makna pengalaman dan sekaligus membangun makna pengalaman secara kohesif melalui sarana – sarana sumber tekstual.

Halliday mengkategorikan proses itu menjadi 6 proses besar material (doing, happening), mental (knowing, feeling, seeing), relasional (attributive, identifying), existential, behavioral, dan verbal. Jadi secara keseluruhan, bahasa dalam mengkategorikan realitas menjadi 10 macam proses, aktivitas (Halliday & Matthieessen:2004). Pengalaman – pengalaman yang dicerna manusia secara garis besar terbagi kedalam dua ranah, pengalaman di luar dirinya dan di dalam dirinya. Wujud yang khas dari pengalaman luar itu berupa’ tindakan’ atau ‘kejadian’,misalnya sesuatu yang terjadi, atau orang atau apa melakukan tindak apa, atau memicu sesuatu/seseorang melakukan hal tertentu. Sementara, pengalaman ‘dalam’ sebagian merupakan tanggapan teradap objek luar : mengingatnya, bereaksi atau berefleksi terhadapny, dan sebagian berujud kesadaran tentang diri kita sendiri (Halliday, 1994: 106).

Tatabahasa memisahkan kedua jenis pengalaman itu; pengalaman luar yang berupa proses – proses dan aktivitas dunia luar, dan pengalaman dalam (bathin) – proses kesadaran (Halliday,1994:107). Proses luar dikategorikan sebagai proses material, yang merangkum segala kegiatan atau peristiwa yang dapat diobservasi oleh indera. Proses material mengacu pada proses atau aktivitas yang teramati, dan merupakan pengalaman eksternal bagi kesadaran manusia.

Tou (2008:28) merangkum variabel – variabel yang menentukan wujudiah teks, yang meliputi semiotika konotatif (religi, ideologi, budaya , dan situasi) dan semiotika denotatif (wujud ekspresi baik verbal/nonverbal). Dengan banyaknya variabel – variabel yang mengikat kehadiran teks, amat sulit dua teks dapat hadir dengan makna yang sepadan tanpa mengalami transformasi apapun, terlepas dari berapapun besaran derajad skalanya, variasi atau perubahan akan menjadi keniscayaan yang tidak terhindarkan dalam praktik pengugkapan makna melalui sistem semiotika.

Fungsi Experensial terjadi pada tingkat klausa sebagai representasi pengalaman-pengalaman manusia, baik realitas luaran maupun relaitas dalaman diri manusia itu sendiri, dan ini bermakna satu fungsi klausa adalah sebagai representasi pengalaman dari dua realitas, yaitu realitas dari luaran dan dari dalaman seseorang. Eksperensial atau representasi fungsi bahasa khususnya fungsi klausa direalisasikan oleh sistem transitivitas bahasa (klausa). Dunnia realitas luaran yang dibawa ke dalam dalam dunia realitas dalaman dalam alam sadar seseorang, yang diproses dalam sistem transitivitas bahasa diinterpretasikan sebagai ‘proses yang sedang terjadi’, yang berhubungan dengan gerak, kejadian-kejadian, kondisi, dan hubungan-hubungan materi.

Proses yang sedang terjadi terbagi dalam proses-proses yang bervariasi. Halliday (1985b,1994) mengindentifikasi proses-proses realitas yang terekam, dan secara linguistik dan tata bahasa mengklasifikasikan proses-proses yang bervariasi ini ke dalam jenis-jenis proses, khasnya jenis proses dalam sitem transitivitas bahasa Inggris. Di dalam bahasa ini proses dikategorikan ke dalam tiga proses

utama: (1) material, (2) mental, (3) relasional; dan mengklasifikasikan lagi ke dalam tiga proses tambahan, yakni (1) tingkah laku, (2) verbal, (3) wujud (existensial).

2.9 Klausa

Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat. Pengertian Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata – kata berkonstruksi predikatif, artinya di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.

Klausa memang berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yakni subjek dan predikat Untuk lebih mengetahui posisi klausa di dalam sintaksis adalah kalau kata dan frase menjadi pengisi fungsi – fungsi suntaksis, maka klausa menjadi “pengisi” kalimat. Atau dengan kata lain, tempat klausa adalah di dalam kalimat. Di dalam kalimat tunggal seluruh bangun kalimat itu diisi oleh sebuah klausa. Di dalam kalimat majemuk, baik yang koordinatif maupun subordinatif, dua buah klausa atau lebih mengisi bangun kalimat itu. Berikut contoh klausa di bawah ini.

1. Klausa yang terdiri dari Subjek dan Predikat

S -Predikat - Objek - Keterangan tempat - Keterangan waktu 2. Klausa di dalam kalimat majemuk

Ayah membaca koran ibu sedang memasak nasi di dapur. S Predikat -Objek - Subjek - Predikat - Objek - Keterangan

Klausa di sini mengacu pada “ satuan gramatik yang terdiri subjek dan predikat, disertai objek, pelengkap dan keterangan atau tidak.” Singkatnya klausa dirumuskan sebagai S P (O) (PEL) (KET), dengan S P sebagai komponen yang wajib hadir, sementara tiga komponen berikutnya bersifat manasuka. Dalam tatabahasa, klausa merupakan satuan utama struktur bahasa, karena klausa memiliki konstituen yang terindentifikasi, dengan masing – masing memiliki struktur dan pola gramatik sendiri – sendiri. Klausa menempati posisi utama dalam mengungkapkan makna. Pada tataran klausa, pengguna bahasa dapat membicarakan tentang apa yang ada, apa yang terjadi dan apa yang orang rasakan. Pada unit gramatik ini pula, orang berinteraksi satu sama lain dengan bahasa (Lock, 1996:8).

Dalam bahasa Indonesia, unsur inti klausa meliputi S dan P, tetapi unsur S dapat dihilangkan, misalnya karena penggabungan klausa atau dalam kalimat jawaban.”Unsur yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P. Unsur – unsur lainnya mungkin ada, mungkin juga tidak ada” (Ramlan, 1985:80). Jadi, dalam struktur klausa unsur P dapat dikatakan memiliki kedudukan yang paling penting, diikuti oleh S sebagai unsur inti lain dari klausa.

Klausa mempunyai beberapa jenis. Jenis klausa dapat dibedakan berdasarkan strukturnya dan berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Yang dimaksud dengan klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur – unsur lengkap, sekurang – kurangnya mempunyai subjek dan predikat; dan karena itu, mempunya potensi untuk menjadi kalimat mayor. Misalnya klausa mamaku masih cantik dan papaku gagah berani.

Berbeda dengan klausa bebas yang mempunyai struktur lengkap, maka klausa terikat memiliki sruktur yang tidak lengkap. Unsur yang ada dalam kalimat ini mungkin hanya subjek saja, mungkin hanya objek saja, atau hanya keterangan saja.Oleh karena itu, klausa terikat ini tidak mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.

Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya, dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal, klausa adjektifal, klausa adverbial, dan klausa preposisional. Klausa yang predikatnya bukan verbal laszim juga disebut klausa nonverbial. Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verba, sebagai contoh: saya mandi, kakak menari, harimau itu berlari, dan matahari bersinar.Kemudian tipe verba dibagi menjadi; 1) klausa transitif yaitu klausa yang predikatnya berupa verba transitif, sebagai contoh Xena menulis sepucuk surat, Rina membersihkan halaman, Andy membaca sebuah novel. 2) Klausa intransitif yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitif, sebagai contoh: Paman bekerja di kantor, Mereka berjalan di sebelah kiri. 3). Klausa refleksif yaitu klausa yang predikatnya berupa verba refleksif, sebagai

contoh : abang sedang mandi, kakak sedang berdandan. 4) Klausa resiprokal yaitu klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal, sebagai contoh : mereka bertengkar sejak kemarin, Israel dan Palestina akan berdamai. Dan banyak lagi contoh jenis – jenis klausa lainnya.

Teks dapat direalisasikan oleh sejumlah klausa, tetapi teks tidak selamanya terjadi dari sejumlah klausa. Dalam menganalisis suatu teks, mula – mula teks itu diuraikan menjadi klausa. Kemudian, klausa diuraikan menjadi grup. Grup dianalisis berdasarkan kata. Selanjutnya, kata dianalisis menjadi morfem. Dengan demikian, analisis dapat dilakukan pada tingkat yang diinginkan oleh pemakai bahasa.

Satu unit linguistik dapat dianalisis ke dalam unsur yang membangunnya berdasarkan kelas atau fungsinya. Analisis berdasarkan kelas menunjukkan kesamaan satu unit dengan unit yang lain. Berbeda dengan itu, analisis fungsi bertujuan untuk menunju fungsi setiap unsur dalam unit yang lebih besar. Unit tata bahasa pada strata klausa, grup, kata, dan morfem dapat dianalisis berdasarkan kelas atau fungsi unsur yang membangunnya.

Analisis LSF bergantung pada konteks sosial dan berdasarkan analisisnya pada fungsi. Dengan prinsip ini satu teks atau satu unit linguistik dapat bermakna lebih dari satu sesuai dengan konteks sosialnya. Dengan demikian, analisis harus dapat menunjukkan beberapa makna yang mungkin atau potensial disampaikan oleh satu teks.

Fungsi Eksperiensial yang ada dalam Fungsi Ideasional terjadi pada tingkat klausa sebagai representasi pengalaman – pemgalaman manusia, baik realitas luarnya maupun realitas dalaman diri manusia itu sendiri, dan ini bermakna satu fungsi klausa adalah sebagai representasi pengalaman dari dua realitas, yaitu realitas dari luaran dan dari dalaman seseorang. Eksperensial atau representasi fungsi bahasa khususnya fungsi klausa yang direalisasikan oleh sistem transitivitas bahasa (klausa). Dunia realitas luaran yang dibawa ke dalam dunia realitas dalaman dalam alam sadar seseorang, yang diproses dalam sistem transitivitas bahasa diinterpretasikan sebagai ‘ proses yang sedang terjadi ‘, yang berhubungan dengan gerak, kejadian – kejadian, kondisi, dan hubungan – hubungan materi.

‘Proses yang sedang terjadi ‘terbagi dalam proses – proses yang bervariasi. Halliday (1985b, 1994) mengindentifikasi proses – proses realitas yang terekam, dan secara linguistik dan tata bahasa mengklasifikasikan proses – proses yang bervariasi in ke dalam jenis – jenis proses, khasnya jenis proses dalam sistem transitivitas bahasa Inggris. Di dalam bahasa ini proses dikategorikan ke dalam tiga proses utama : (1) material, (2) mental, dan (3) relasional; dan mengklasifikasikan lagi ke dalam tiga proses tambahan, yakni (1) tingkah laku, (2) verbal, dan (3) wujud (existential).

Dalam tatabahasa proses yang sedang terjadi mempunyai tiga komponen yang terdiri dari (1) proses itu sendiri, menurut cirinya direalisasikan oleh satu kata kerja atau frasa kata kerja (2) partisipan – partisipan di alam proses, menurut cirinya direalisasikan oleh frasa adjektif atau frasa preposisi. Setiap jenis proses

akan dijelaskan di bawah ini mulai dari proses material sampai dengan proses wujud ( existential).

(1). Proses Material

Proses material adalah proses ‘ kegiatan’ dan ‘ kejadian’ yang mempunyai partisipan, misalnya benda atau manusia yang mengambil bagian atau melibatkan diri dalam kegiatan dengan adanya pelibatan partisipan lainnya (Halliday 1985b: 108, 1994 : 109-112). Dengan dua buah contoh di bawah ini :

1).

Reysha Duduk

Aktor Proses : Material

2).

Revy mengambil durian

Aktor Proses : Material Gol

Kita dapati satu atau lebih dari satu partisipan di dalam proses material. Partisipan dalam klausa (1), misalnya Reysha, adalah partisipan yang mengerjakan sesuatu kegiatan atau pelaku dari proses yang sedang dikerjakan yaitu duduk mempresentasikan sebuah klausa. Partisipan dalam proses material sebgai aktor, partisipan yang aktif di siapa perbuatan tersebut ditujukan atau dikenai perbuatan dinamakan sebagai Gol. Pada (2) ada dua partisipan di dalam aksi mengambil, yaitu Revy sebagai aktor dan Durian sebagai gol. Gol adalah

seseorang atauenda yang menjadi sasaran dalam satu kegiatan yang dilibatkan oleh proses tersebut. Jadi klausa pertama menunjukkan jenis proses material satu partisipan dan klausa kedua menunjukkan jenis proses material dua partisipan.

Jenis satu partisipan dan jenis dua-partisipan dapat dikategorikan sebagai jenis proses material ‘ kegiatan ‘ dan ‘kejadian’. Proses kejadian dapat dibuktikan dengan cara; apabila gol ada di dalam proses, maka ada kemungkinan representasinya kepada dua bentuk : boleh aktif, atau pasif. Proses ini dapat diuji melalui pertanyaan – pertanyaan seperti apa yang telah terjadi? Ada apa? Atau apa yang terjadi? Lihat contoh di bawah ini :

3).

Apa yang telah terjadi ? (a). Reza melempar ayam itu.

(b). Lembu itu dikejar oleh petani padi. (c). Pencuri itu ditangkap polisi

(2) Proses Mental

Proses metal adalah proses mangindera, dengan kehadiran partisipan seorang manusia atau mirip manusia yang terlibat dalam proses melihat, merasa, atau memikir dan juga dapat melibatkan lebih dari satu partisipan. Dalam hal ini proses mental mempunyai dua partisipan , yang pertama manusia atau seperti- manusia yang sadar yang mempunyai indera melihat, merasa, dan memikir.

Partisipan – partisipan yang mempunyai indera – indera ini dinamakan sebagai “Pengindera”. Partisiapan kedua dapat berupa benda ataupun fakta adalah partisipan yang diindera (dilihat, dirasa, atau dipikir) dinamakan “fenomena”.

Proses – proses mental dikategorikan ke dalam tiga jenis pengelompokan: (1) persepsi, (2) afek, dan (3) kognisi, seperti yang dikemukakan sebelumnya, di dalam proses mental terdapat partisipan manusia atau seperti manusia yang dapat mengindera – melihat, merasa dan memikir, partisipan harus seseorang yang dalam keadaan sadar- peka atau makhluk yang sadar. Mungkin juga terjadi dimana makhluk bukan- manusia yang menjadi pengindera apabila secara alami dikaruniai kesadaran. Dalam kasus seperti ini partisipannya dinamakan menyerupai manuasia. Amati contoh – contoh jenis proses mental di bawah ini:

4). Mental : kognisi

Reihan Ingat ucapan papa dan mama

Pengindera Proses : mental,kognisi Fenomena

5). Mental : persepsi

Saya Melihat bayangan hatimu

6). Mental : afeksi

Rudi tidak mencintai Ratna

Pengindera Proses : mental, afek Fenomena

Fenomena dapat direalisasikan dalam klausa yang melekat. Ada dua jenis Fenomena dalam klausa melekat : tindakan (aksi) dan fakta. Fenomena tindakan (aksi) khususnya terjadi dalam proses mental persepsi (melihat, mendengar, memperhatikan, dll.), direalisasikan oleh klausa partikel non- finit bertindak seakan – akan sebah nomina. Sebaliknya, phenomena fakta direalisasikan oleh klausa partikel bentuk finit dan biasanya diikuti yang dan berfungsi seolah –olah sebuah nomina sederhana. Amati contoh – contoh di bawah ini :

7). Tindakan sebagai fenomena

Pemburu itu mengamati rusa yang sedang berkeliaran di tengah hutan. Pengindera Proses : mental,

persepsi

Fenomena : aksi

8). Fakta sebagai fenomena

Saya Yakin kejadian itu akan menjadi

trauma selamanya.

Pengindera Proses : mental,

kognisi

Dalam klausa proses mental mempersepsi, merasa, dan memikir dapat terjadi secara timbal balik. Proses mental ini direpresentasikan mempunyai ciri dua-arah. Dalam klausa sejenis ini kedua elemen yaitu pengindera dan fenomena dapat menjadi subjek klausa tanpa menukar bentuk klausa. Perhatikan contoh di bawah ini :

9). Pengindera sebagai Subjek

Anak – anak suka Permen

Pengindera Proses : mental, afek Fenomena

10). Fenomena sebagai Subjek

Permen menyenangkan anak – anak

Fenomena Proses : mental, afek Pengindera

(3). Proses Relasional

Proses relasional adalah proses penghubung, penyandang, penciri atau penanda “being”, yang maksudnya sesuatu dianggap memiliki attribut dan penanda identitas. Dalam bahasa Inggris proses relasional dibagikan atas tiga jenis yang penting: (1) itensif, (2) sirkumstansi, dan (3) posessif. Setiap jenis mempunyai dua sarana: (a) atributif, dan (b) identifikasi, sehingga pengembangannnya dapat menjadi enam jenis proses relasional (Halliday 1985b:112, 1994: 119). Di dalam bahasa Indonesia bentuk relasional tidak lazim

digunakan, namun secara gramatika bentuk ini hadir. Semuanya dirangkumkan dalam enam contoh di bawah ini :

(11)

Susan (adalah) Cantik

Penyandang Proses : intensif Attribut (12) Intensif : identifikasi

Soeharto (adalah) Presiden Indonesia

Penanda Proses : intensif Petanda

(13)Sirkumstan : atributif

Pesta perkawinan (adalah) pada hari Minggu Penyandang Proses : intensif Atribut/ Sirkumstan

(

14) Sirkumstan : identifkasi

Pesta perkawinan (adalah) pada hari Minggu Penyandang Proses : intensif Atribut/ Sirkumstan

(15) Posesif : attributif

Dukun Mempunyai seorang jin

(16) Posessif : Identifikasi

Herman Memiliki keponakan perempuan bernama

Sriwahyuni Penanda/ pemilik Proses : posesif Petanda / Milik

Didalam sarana atributif, suatu penghubung mempunyai kualitas penyandang dan dianggap sebagai kepemilikan atau kepunyaan benda tersebut. Kualitas ini yang secara struktural dinamakan atribut, dan benda tersebut dimiliki oleh penyandang atribut. Atribut adalah suatu kualitas (itensif), suatu sirkumstan tempat dan waktu dan juga suatu kepemilikan (posesif).

Dalam sarana identifikasi, benda penghubung lainnya, dan hubungan keduanya menjadi petanda dan penanda itensif, sirkumstan, atau Posesif. Fungsi struktural konsep petanda dan penanda ini digeneralisasikan di antara tiga jenis proses relasional sarana penandaan itensif, sirkumstan dan posesif.

Di dalam bahasa Inggris, proses relasional biasanya dinyatakan dengan kata kerja bantu be (am, is,are, were, was) dan feel (merasa), appear (timbul), equal (sama dengan), call (panggilan), mean (bermakna), define (definisi), dll., kata kerja posesi atau kepimilikan seperti have (mempunyai), own (memiliki), belong to (miliki), involve (melibatkan), contain (berisikan, terdiri atas), provide (menyediakan), dll., dan kata kerja sirkumstansi seperti takes (mengisi, mengabiskan), follow (mengikuti), accompany (mengiringi), cost (berharga), last (berakhir), etc. Di dala bahasa Indonesia verba merasa terdiri atas tiga fungsi

misalnya : merasa sedih, merasa masakan, dan merasa sentuhan angin. Verba seperti ini dapat hadir bersama klausa identifikasi dan atributif. Lihat contoh – contoh di bawah ini:

(17).

Seminar ini Berakhir

Penanda Proses : itensif Penanda

(18).

Pasar Raya itu Kelihatannya Ramai

Penyandang Proses : itensif Atribut

4). Proses Tingkah Laku (Behavioral)

Proses tingkah laku (behavioral) adalah proses fisiologi atau psikologis bersikap atau bertingkah laku, yang dapat dicontohkan melalui proses ketika manusia melakukan kegiatan bernafas, bermimpi, tersenyum, tertawa, dll. Proses ini berhubungan dengan tingkah laku atau sikap fisiologis dan psikologis, tetapi proses itu sendiri berfungsi lebih kuat sebagai proses kegiatan, gerakan, atau pekerjaan dalam proses material. Partisipan yang ada dalam proses ini adalah petingkah laku, yang secara khas sebagai makhluk yang mempunyai kesadaran yang fungsinya sebagai pengindera, namun mempunyai peran seperti sebuah Aktor di mana partisipan yang kedua adalah Gol.

(19).

Rendy nenertawakan Teddy

Petingkah laku Proses: tingkah laku Gol

Dokumen terkait